PEMBERANTASAN SARANG NYAMUK BERKORELASI POSITIF DENGAN KEBERADAAN JENTIK DJ KELURAHAN BINTARO KOTA MATARAM

dokumen-dokumen yang mirip
Promotif, Vol.5 No.1, Okt 2015 Hal 09-16

SKRIPSI PERBEDAAN PENGETAHUAN DAN SIKAP JUMANTIK KECIL SEBELUM DAN SESUDAH PEMBERIAN PELATIHAN PENCEGAHAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI MIN KETITANG

BAB I PENDAHULUAN. virus dengue yang ditularkan dari gigitan nyamuk Aedes aegypti sebagai

BAB I PENDAHULUAN. yang masuk ke peredaran darah manusia melalui gigitan snyamuk dari genus Aedes,

BAB 1 PENDAHULUAN. Demam Berdarah Dengue (DBD) masih merupakan salah satu masalah

BAB I LATAR BELAKANG

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN PERILAKU PSN DENGAN KEBERADAAN JENTIK Aedes aegypti DI DESA NGESREP KECAMATAN NGEMPLAK KABUPATEN BOYOLALI

Keywords : Mosquito breeding eradication measures, presence of Aedes sp. larvae.

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN PERILAKU PSN DENGAN KEBERADAAN JENTIK Aedes aegypti DI DESA NGESREP KECAMATAN NGEMPLAK KABUPATEN BOYOLALI

PERILAKU 3M, ABATISASI DAN KEBERADAAN JENTIK AEDES HUBUNGANNYA DENGAN KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tropis. Pandangan ini berubah sejak timbulnya wabah demam dengue di

HUBUNGAN BREEDING PLACE DAN PERILAKU MASYARAKAT DENGAN KEBERADAAN JENTIK VEKTOR DBD DI DESA GAGAK SIPAT KECAMATAN NGEMPLAK KABUPATEN BOYOLALI

BAB I PENDAHULUAN. gigitan nyamuk dari genus aedes misalnya Aedes aegypti atau Aedes albovictus.

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit menular

SARANG NYAMUK DALAM UPAYA PENCEGAHAN PENYAKIT DEMAM BERDARAH DI DESA KLIWONAN MASARAN SRAGEN

BAB I PENDAHULUAN. Tenggara. Terdapat empat jenis virus dengue, masing-masing dapat. DBD, baik ringan maupun fatal ( Depkes, 2013).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Haemorrhage Fever (DHF) banyak

HUBUNGAN ANTARA TINDAKAN PEMBERANTASAN SARANG NYAMUK (PSN) DENGAN KEBERADAAN JENTIK NYAMUK AEDES

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Haemorhagic Fever

BAB I PENDAHULUAN. 2009, World Health Organization (WHO) mencatat negara Indonesia sebagai

JURNAL. Suzan Meydel Alupaty dr. H. Hasanuddin Ishak, M.Sc,Ph.D Agus Bintara Birawida, S.Kel. M.Kes

HUBUNGAN PELAKSANAAN PSN 3M DENGAN DENSITAS LARVA Aedes aegypti DI WILAYAH ENDEMIS DBD MAKASSAR

BAB I PENDAHULUAN. Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit yang menyebar

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

SUMMARY HASNI YUNUS

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENGARUH KARAKTERISTIK TEMPAT PENAMPUNGAN AIR BERSIH TERHADAP KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI WILAYAH KERJA UPT KESMAS GIANYAR I TAHUN 2012

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Haemorrhagic Fever

Sitti Badrah, Nurul Hidayah Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Mulawarman 1) ABSTRACT

INFORMASI UMUM DEMAM BERDARAH DENGUE

BAB 1 PENDAHULUAN. dari genus Aedes,misalnya Aedes aegypti atau Aedes albopictus. Penyakit DBD dapat

13 2-TRIK: Tunas-Tunas Riset Kesehatan

HUBUNGAN BREEDING PLACE DAN PERILAKU MASYARAKAT DENGAN KEBERADAAN JENTIK VEKTOR DBD DI DESA GAGAK SIPAT KECAMATAN NGEMPLAK KABUPATEN BOYOLALI BAB I

HUBUNGAN KEBERADAAN BREEDING PLACES, CONTAINER INDEX DAN PRAKTIK 3M DENGAN KEJADIAN DBD (STUDI DI KOTA SEMARANG WILAYAH BAWAH)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Unnes Journal of Public Health

ANALISIS FAKTOR RISIKO PERILAKU MASYARAKAT TERHADAP KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI KELURAHAN HELVETIA TENGAH MEDAN TAHUN 2005

BAB I PENDAHULUAN. dengue dan ditularkan melalui gigitan nyamuk demam berdarah (Aedes

Penyakit DBD merupakan masalah serius di Provinsi Jawa Tengah, daerah yang sudah pernah terjangkit penyakit DBD yaitu 35 Kabupaten/Kota.

HUBUNGAN SIKAP DAN UPAYA PENCEGAHAN IBU DENGAN KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GUNTUNG PAYUNG

Skripsi Ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan Masyarakat. Disusun Oleh: HAFSHAH RIZA FAWZIA J

HUBUNGAN FAKTOR PERILAKU DENGAN KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BOYOLALI I

KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH KADER JUMANTIK DI PUSKESMAS GAYAMSARI SEMARANG

: Suhu, Kelembaban, Perilaku Masyarakat dan Keberadaan jentik

BAB I : PENDAHULUAN. menular yang disebabkan oleh virus dengue, virus ini ditularkan melalui

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun 2009, World Health Organization (WHO) mencatat negara Indonesia sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Chikungunya merupakan penyakit re-emerging disease yaitu penyakit

BAB 1 : PENDAHULUAN. Berdarah Dengue (DBD). Jumlah penderita dan luas daerah penyebarannya

Fajarina Lathu INTISARI

BAB I PENDAHULUAN. Demam Berdarah Dengue merupakan penyakit yang disebabkan oleh infeksi

BAB 1 PENDAHULUAN. anak-anak.penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) sampai saat ini masih

FAKTOR - FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE DI KELURAHAN ABIANBASE KECAMATAN MENGWI KABUPATEN BADUNG TAHUN 2012

Skripsi ini Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan Masyarakat. Disusun Oleh: DIAH NIA HERASWATI J

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat Indonesia, disamping mulai meningkatnya masalah

BAB I PENDAHULUAN. lancarnya transportasi (darat, laut dan udara), perilaku masyarakat yang kurang sadar

BAB 1 : PENDAHULUAN. yang akan memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial ekonomis.

HUBUNGAN PERILAKU 3M DENGAN KEBERADAAN JENTIK NYAMUK DI DUSUN TEGAL TANDAN, KECAMATAN BANGUNTAPAN, KABUPATEN BANTUL YOGYAKARTA

BAB 1 PENDAHULUAN. Di era reformasi, paradigma sehat digunakan sebagai paradigma

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN UKDW. kelompok B Arthropod Borne Virus (Arboviroses) dan ditularkan oleh nyamuk

EFEKTIVITAS EKSTRAK DAUN PANDAN WANGI (Pandanus amaryllifolius Roxb.) DALAM MEMBUNUH LARVA Aedes aegypti

PENINGKATAN PERANSERTA MASYARAKAT DALAM PELAKSANAAN PEMBERANTASAN SARANG NYAMUK DBD (PSN-DBD) DI DUA KELURAHAN DI KOTA PALU, SULAWESI TENGAH

HUBUNGAN KEBERADAAN JENTIK

PENDAHULUAN. Ratna Sari Dewi STIKES Harapan Ibu Jambi Korespondensi penulis:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

ANALISIS KEPADATAN JENTIK NYAMUK AEDES AEGYPTY

HUBUNGAN JUMLAH PENGHUNI, TEMPAT PENAMPUNGAN AIR KELUARGA DENGAN KEBERADAAN LARVA Aedes aegypti DI WILAYAH ENDEMIS DBD KOTA MAKASSAR

HUBUNGAN PERILAKU 3M PLUS DENGAN DENSITAS LARVA Aedes aegypti DI KELURAHAN BIROBULI SELATAN KOTA PALU SULAWESI TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. Dengue ditularkan kepada manusia melalui gigitan nyamuk Aedes

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Gambaran Umum Padukuhan VI Sonosewu

BAB I PENDAHULUAN. kejadian luar biasa dengan kematian yang besar. Di Indonesia nyamuk penular

BAB I PENDAHULUAN. setiap tahunnya. Salah satunya Negara Indonesia yang jumlah kasus Demam

5. TINGKAT PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU MASYARAKAT TERHADAP PEMBERANTASAN PENYAKIT DBD (Studi Kasus Kabupaten Indramayu)

BAB VIII KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh virus dengue. Virus dengue merupakan famili flaviviridae

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Gambaran epidemiologi..., Lila Kesuma Hairani, FKM UI, 2009 Universitas Indonesia

WALI KOTA PALU PROVINSI SULAWESI TENGAH

Efryanus Riyan* La Dupai** Asrun Salam***

BAB I PENDAHULUAN. umum dari kalimat tersebut jelas bahwa seluruh bangsa Indonesia berhak untuk

BAB I. dalam kurun waktu yang relatif singkat. Penyakit menular umumnya bersifat akut

BAB I PENDAHULUAN. yang disebabkan oleh virus dengue yang tergolong Arthropod Borne Virus, genus

HUBUNGAN ANTARA PERILAKU KELUARGA TERHADAP KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE DI KELURAHAN PANCORAN MAS ABSTRAK

NASKAH PUBLIKASI. Disusun Oleh: INDRIANI KUSWANDARI

BAB 1 : PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat yang utama di Indonesia, salah satunya penyakit Demam

BAB I PENDAHULUAN. semakin besar. Keadaan rumah yang bersih dapat mencegah penyebaran

HUBUNGAN PERILAKU PENCEGAHAN DAN LINGKUNGAN FISIK DENGAN KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI RW.XII KELURAHAN SENDANGMULYO TEMBALANG SEMARANG

PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 6 TAHUN 2007 TENTANG PENGENDALIAN PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Hemorrhagic Fever

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

HUBUNGAN FAKTOR LINGKUNGAN DENGAN TINGKAT ENDEMISITAS DBD DI KOTA MAKASSAR

Hubungan Faktor Lingkungan Fisik Rumah, Keberadaan Breeding Places, Perilaku Penggunaan Insektisida dengan Kejadian DBD Di Kota Semarang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Hemorrhagic Fever

Transkripsi:

VOLUME. 1 No.1 _ MARET 2015 PEMBERANTASAN SARANG NYAMUK BERKORELASI POSITIF DENGAN KEBERADAAN JENTIK DJ KELURAHAN BINTARO KOTA MATARAM Oleh: Ais Fitri Ananda'; M. Taufik HidayatuUab 2 1. Mohasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat UNTB 2. Dosen Fakultas Kesehatan Masyarakat UNTB Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Nusa Tenggara Barat Jalan Selaparang No. 40 B Cakranegara Kota Mataram Email: Aisfitri_27@ymai/.com ABSTRAK Kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) di Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) tahun 2013 sejumlah 1.613 kasus, Kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kota Mataram tahun 2013 sejumlah 504 kasus (31,24%),67 kasus (13,29%) terjadi di Puskesmas Ampenan, 35% terjadi terjadi di Kelurahan Bintaro. Upaya pemberantasan Demam Berdarah Dengue (DBD) dititik beratkan pada penggerakan potensi masyarakat untuk dapat berperan serta dalam Pemberantasan Sarang Nyamuk (gerakan 3M Plus yaitu menguras, menutup, mengubur dan pemberian abate), pemantauan Angka Bebas Jentik (ABJ) dan penanganan di rumah tangga, Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan Frekuensi Pemberantasan Sarang Nyamuk dengan Keberadaan Jentik di Kelurahan Bintaro Kota Mataram. Penelitian ini bersifat observasional analitik dengan rancangan cross sectional. Populasi sejumlah 1.368 rumah dengan sampel sejumlah 93 rumah, penentuan sampel menggunakan Proportional Random Sampling pada masing-masing Iingkungan dengan pengambilan sampel menggunakan metode Simple Random Sampling yaitu metode pengundian sampel secara acak. Variabel bebas adalah frekuensi pemberantasan sarang nyamuk sedangkan variabel terikat adalah keheradaan jentik. Data dikumpulkan dengan menggunakan lembar kuesioner dan lembar observasi. Analisis data dilakukan dengan analisa univariat dan bivariat (Chi Square dan Pearson Correlation). Hasil uji Chi Square menunjukkan ada hubungan antara frekuensi pemberantasan sarang nyamuk dengan keberadaan jentik di Kelurahan Bintaro, Kota Mataram (p=o,ooo). Hasil uji Pearson Correlation (0,553) memmjukkan arab korelasi positif artinya hubungan antara kedua variabel tersebut dikatagorikan sedanglcukup. Diharapkan bagi masyarakat agar dapat melakukan kegiatan pemberantasan sarang nyamuk secara rutin pada tiap minggunya agar perkembangbiakan vektor (nyamuk) dapat ditanggulangi, Kata Kunci : Pemberantasan Sarang Nyamuk, Keberadaan Jentik, Kurahan Bintaro 54 JURNAL SANGKAREANG MATARAM

PENDAHULUAN Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti dan Aedes Albopyctus. Faktor-faktor yang mernpengaruhi kejadian Demam Berdarah Dengue (DBD) sangat kompleks, antara lain iklim dan pergantian musim, kepadatan penduduk, mobilitas penduduk dan transportasi. Sebaran nyamuk penular Demam Berdarah Dengue, kebersihan lingkungan yang tidak memadai serta fuktor keganasan virusnya. Berdasarkan kejadian di Japangan dapat diidentifikasikan faktor utama adalah kurangnya perhatian sebagian masyarakat terhadap kebersihan lingkungan tempat tinggal. Sehingga terjadi genangan air yang menyebabkan berkembangnya nyamuk (Dinkom, 2007). Penyakit Demam Berdarah atau Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) ialah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus. Kedua jenis nyamuk ini terdapat hampir di seluruh pelosok Indonesia, kecuali di tempattempat ketinggian lebih dari 1000 meter di atas permukaan air laut (Zulkamaini, 2009). Usaha untuk mengatasi masalah penyakit DBD di Indonesia telah puluhan tahun dilakukan, berbagai upaya pemberantasan vektor, tetapi hasilnya belum optimal. Secara teoritis ada 4 cara untuk memutuskan rantai penularan Demam Berdarah Dengue, yaitu: melenyapkan virus, isolasi penderita, mencegah gigitan nyamuk dan pengendalian vektor. Untuk pengendalian vektor dilakukan dengan dua cara yaitu dengan cara kimia dan pengelolaan lingkungan, diantara salah satunya adalah dengan Pemberantasan Sarang Nyamuk. Pengendalian vektor dengan cara kimia hanya membebankan perlindungan terhadap pindahnya penyakit yang bersifat sementara dan dilakukan hanya apabila terjadi Kejadian Luar Biasa (KLB)/wabah. Cara ini memerlukan dana yang tidak sedikit serta mempunyai darnpak negatif terhadap lingkungan. Untukitu diperlukan cara lain yang tidak menggunakan bahan kimia diantaranya melalui peningkatan partisipasi masyarakat untuk pengendalian vektor dengan melakukan Pemberantasan Sarang Nyamuk (Indra, 2003 cit. Permai, (2010». Pengendalian vektor penyakit Demam Berdarah Dengue (DUD) telah diatur dalam Keputusan Menteri Kesehatan: nomor 581fMenkeslSKNllIl992 tentang pemberantasan penyakit Dernam Berdarah dan Kepmenkes nomor 92 tabun 1994 tentang perubahan atas lampiran Kepmenkes Nomor 581IMenkes/SKl1992, yang dititikberatkan pada upaya pencegahan dengan gerakan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) selain penatalaksanaan penderita DBD dengan memperkuat kapasitas rumah sakit, memperkuat surveilans epidemiologi dan pencegahan Kejadian Luar Biasa (KLB) DBD (Kepmenkes RI, 2012). Pengendalian vektor dengan kegiatan Pemberantasan Sarang Nyamuk (psn) dilakukan secara periodik oleh masyarakat yang dikoordinir oleh Rukun TetanggaIRukun Warga (RTIRW). Keberhasilan kegiatan PSN dapat diukur dengan Angka Bebas Jentik (ABJ). Apabila ABJ lebih besar dari 95% diharapkan penularan DBD dapat dicegah atau dikurangi (Depkes RI, 2005). Upaya pemberantasan DBD dititikberatkan pada penggerakan potensi masyarakat untuk dapat berperan serta dalam Pemberantasan Sarang Nyamuk (gerakan 3M Plus yaitu menguras, menutup, mengubur dan pemberian abate), pemantauan ABJ dan penanganan di rumah tangga. Kasus DBD di Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) Tahun 2013 menurut KabupatenIKota adalah 1613 kasus, dimana 504 kasus (31,24%) terjadi di Kota Mataram dengan urutan nomor dua tertinggi setelah Kabupaten Surnbawa (Laporan P3PLDinas Kesehatan Provinsi Tahun 2013). Pemantauan Jentik Berkala (Pill) di Dinas Kesehatan Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) Pada tahun 2013, dimana Capaian Angka Bebas Jentik (ABJ) NTB adalah 86,70%. Kota Mataram merupakan yang nomor tiga terrendah setelah Kabupaten Lombok Tengah dan Kabupaten Lombok Utara mengenai capaian Angka Bebas Jentik (ABJ) nya yaitu 87,74% (Laporan P3PL Dinas Kesehatan Provinsi Tahun 2013). Kasus Demam Berdarah Dengue di Puskesmas Ampenan pada tahun 2013 sebanyak 67 kasus (13,29%), kasus tertinggi terjadi di Kelurahan Bintaro sebanyak 21 kasus (31,34%). (Laporan P3PL Puskesmas Ampenan Tahun 2013). Data Pemantauan Jentik Berkala (Pill) Puskesmas Ampenan pada tahun 2013, diketahui capaian Angka Bebas Jentik (ABJ) sebesar 87,39%. Dari 4.154 rumah yang dipantau terdapat 463 rumah yang terdapat jentik dengan jumlah capaian JURNAL SANGKAREANG MATARAM 55

House Indeks (HI) adalah 12,72%. SeJanj utnya dari 5.741 container yang diperiksa jerdapat 671 container yang terdapat jentik dengan Container lndeks (CI) adalah 10,82% (Data Puskesmas Ampenan Tahun 2013). Capaian Angka Bebas Jentik (ABJ) di Kelurahan Bintaro adalah 88,62%, dimana dari 1.289 rumah yang,dipantau terdapat 160 rumah yang terdapat jentik dengan jumlah capaian House Indeks (HI) adalah 12,02%. Selanjutnya dari 1641 container yang diperiksa terdapat 190 container yang terdapat jentik dengan Container Indeks (CI) adalah 11,62%. Jumlah sejuruh rumah yang terdapat di Kelurahan Bintaro adalah. 1368 rurnah (Data Puskesmas Ampenan Tahun 2013). M.ETODE Correlation untuk melihat arab korelasi serta kekuatan hubungan kedua variabel. Penelitian ini telah mendapat kelayakan etik dari Komisi Etik Penelitian Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Nusa Tenggara Barat. HASIL DAN PEMBAHASAN Jawaban responden pada kegiatan pemberantasan satang nyamuk yang dilakukan seminggu tarakhir di Kelurahan Bintaro, Kota Mataram disajikan pada tabel 1 di bawab ini. Tabel 1. Distribusi Jawabart Responden Terhadap Kegiatan Pemberantasan Sarang Nyamuk Yang Dilakukan Seminggu Terakhir di Kelurahan Bintaro Tahun2014 Penelitian ini adalah observasional analitik, dengan metode cross sectional artinya data dikumpulkan hanya satu kali disetiap subyek untuk mendapatkan gambaran saat itu pada waktu tertentu (Notoatmodjo, 2005). Populasi dalam penelitian ini adalah sejuruh rumah masyarakat yang berada di Kelurahan Bintaro, Kota Mataram sejumlah 1368 rumah. Sampel penelitian ini sejumlah 93 rumah yang diproporsikan ke masing-masing lingkungan dengan teknik Proportional Random Sampling (Sugiono, 2007). Pengambilan sampel pada masing-masing lingkungan pada penelitian ini adalah menggunakan metode Simple Random Sampling (SRS) yaitu metode pengundian sampel secara acak sederhana (Murti, 2006). Variabel yang diukur adalah frekuensi pemberantasan sarang nyamuk sebagai variabel bebas dan keberadaan jentik sebagai variabel terikat. Pengumpulan data frekuensi pemberantasan sarang nyamuk dilakukan dengan wawancara menggunakan lembar kuesioner berupa checklist. Selanjutnya pengumpulan data variabel keberadaan jentik dilakukan dengan menggunakan lembar observasi survey jentik. Analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan distribusi frekwensi pada masing-masing pertanyaan dalam kuesioner wawancara dan pada masing-masing variabel yang selanjutnya dilalrukan uji Chi Square untuk melihat hubungan antara kedua variabel serta uji Pearson Jenis Kegiatan F_r_e_k_u_.e_D_si_R_u_ma h Pada Tempat Ya % Tidak % Penampungan Air Menguras 67 72,04 Mengubur 66 70,96 27 Abatesasi 26 27,96 29,04 62 66,66 31 33,34 Distribusi frekuensi rumah berdasarkan analisis univariat dan bivariat masing-masing variabel penelitian disajikan pada tabel 2 di bawah ini. 56 JURNAL SANGKAREANG MATARAM

Tabel 2. Distribusi Frekuensi Rumah Berdasarkan Hasil Univariat dan Bivariat Frekuensi PSN Keberadaan Jentik Ada Jentik Tidak Ada Jentik I 0/0 P n 0/0 D % Tidak memenuhi sxarat 23 24,73 8 8,60 31 33,33 0,000 Memenuhi syarat 11 11,83 31 54,84 62 66,67 Pearson Corelation = 0,553 Berdasarkan tabel2 di alas, basil uji chi square data hasil penelitian diperoleh nijai p-value <a 0,05 (p=o.ooo) yang artinya terdapat hubungan yang bermakna (signifikans) antara frekuensi pemberantasan sarang nyamuk dengan keberaan jentik di Kelurahan Bintaro, Kota Mataram. Hasil uji Pearson Corelation nilainya adaiah 0,553 dengan arah korelasi positif artinya hubungan an.tara kedua variabel tersebut dikatagorikan sedanglcukup karena bergerak antara 2: 0,40 - < 0,70 dengan arah positif. PenjeJasan makna korelasi positif apabila frekuensi pemberantasan sarang nyamuk tidak memenuhi syarat maka akan diikuti pula dengan keberadaan jentik dengan katagori ada jentik. Intensitas korelasi (kuat lemahnya) dilihat berdasarkan tabel korelasi (Sambas, 2007). Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Chadija, 2011 menunjukkan bahwa pemberantasan sarang nyamuk DBD memberikan pengaruh yang signifikans terhadap peningkatan Angka Bebas Jentik (ABJ) dan penurunan angka House lndeks (HI) (P=O,OO) ill Kelurahan Palupi dan Kelurahan Siranindi Kota Palu Sulawesi Tengah. Hasil penelitian Bunga Setyawijayati (2010) juga menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikans antara praktek PSN (p=o,040) dengan keberadaan jentik Aedes aegypti di Kelurahan Genuksari Kota Semarang. Hal ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Nugroho, 2009 menunjukkan bahwa ada hubungan antara pemberantasan sarang nyamuk (p=o,056) dengan keberadaan jentik Aedes aegypti di RW IV Desa Ketitang Kecamatan Nogosari Kabupaten Boyolali Tahun 2009. KESIMPULAN DAN SARAN HasiJ penelitian ini menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikans antara frekuensi pemberantasan sarang nyamuk dengan keberadaan jentik di KeJurahan Bintaro, Kota Mataram. Diharapkan bagi masyarakat agar dapat melakukan kegiatan pemberantasan sarang nyamuk minimal dilakukan satu kali seminggu sehingga tidak menyebabkan adanya jentik nyamuk pada Tempat Penampungan Air (TPA), sehingga perkembangbiakan vektor pembawa penyakit dapat ditanggulangi untuk meminimalkan bahaya bagi masyarakat sekitar, DAFT AR PUSTAKA Chadijah, Sitti, dkk, (2011), Peningkatan Peran Serta Masyarakat Dalam Pelaksanaan Pemberantasan Sarang Nyamuk DHD (PSN- DHD) di Dua. Kelurahan di Kola Palu, Sulawesi Tengah, Media Litbang Kesehatan. Departemen Kesehatan RI, (2005), Rencana Strategis Departemen Kesehatan, Jakarta, Depkes RI. Dinkom, (2007), Jadikan PSN Sebagai Budaya, Http://www.InfOlwm.go.id. 04/04/2014, 2l.40 Kepmenkes Rl. 2012. Petunjuk Teknis Pemberantasan Sarang Nyamuk Demam Berdarah Dengue (psn DBD) Oleh Juru Pemantau Jentik (JUMANTIK). Jakarta : Kepmenkes RI. Murti, B, (2006), Desain dan Ukuran Sampel Penelitian Kuamitatif dan Kualitatif di Bidang Kesehatan, Yogyakarta, Gl\ja Mada University Press. Notoatmodjo, Soekidjo (2005), Metodologi Penelitian Kesehatan, Jakarta, Rineka Cipta, Nugroho, Farid Set yo, (2009), Skripsi : Faktor- Fktor Yang Berhubungan Dengan JURNAL SANGKAREANG MATARAM 57

VOLUME. 1 No.1 MARET 2015 Keberadaan Jentik Aedes aegypty di RW IV Desa Ketitang Kecamatan Nogosari Kabupafen Boyolali, Program Studi Kesehatan Masyarakat, Universitas Muhammadiyah Surakarta. Permai, Wadung Indah, (2010), http://wadunrt.wordpress.com!20 J 0/03/22/ makalah-dem,am-berdarah-dengue. ol/julii20 14, 11.33 Sambas, Ali Muhidin, Abdurrahman, Maman, (2001), Analisls Korelasi, Regresi dan Jalur Dalam Penelitian, Bandung, Pustaka Setia. Setyawijayati, Bunga, (2010), Skripsi : Hubungan Antara Karakteristik Kontainer dan Praktek PSN dengan Keberadaan Jentik Aedes Aegypti di Kelurahan Genuksari Kola Semarang, E2A605012. Sugiyono, (2007). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatifdan R&D. Bandung: Alfabeta Zulkarnaini, Siregar, YI, Damena (2009), Skripsi : Hubungan Kondisi Sanitasi Lingkungan Rumah Tangga Dengan Keberadaan Jentik Vektor Dengue di Daerah Rowan Demam Berdarah Dengue Kola Dumai Tahun 2008, Universitas Riau. 58 JURNAL SANGKAREANG MATARAM