FEKUNDITAS DAN DIAMETER TELUR IKAN MINGKIH Cestraceus plicatilis DALAM RANGKA PELESTARIAN PLASMA NUTFAH

dokumen-dokumen yang mirip
ASPEK REPRODUKSI IKAN LELAN (Osteochilus vittatus C.V) Di SUNGAI TALANG KECAMATAN LUBUK BASUNG KABUPATEN AGAM

FEKUNDITAS DAN DIAMETER TELUR IKAN GABUS (CHANNA STRIATA BLOCH, 1793) DI DANAU TEMPE, KABUPATEN WAJO

FEKUNDITAS DAN DIAMETER TELUR IKAN GABUS (Channa striata BLOCH) DI DAERAH BANJIRAN SUNGAI MUSI SUMATERA SELATAN

ASPEK REPRODUKSI IKAN KAPASAN (Gerres kapas Blkr, 1851, Fam. Gerreidae) DI PERAIRAN PANTAI MAYANGAN, JAWA BARAT

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

ASPEK BIOLOGI REPRODUKSI IKAN LEMEDUK (Barbodes schwanenfeldii) DI SUNGAI BELUMAI KABUPATEN DELI SERDANG PROVINSI SUMATERA UTARA

3. METODE PENELITIAN

Indeks Gonad Somatik Ikan Bilih (Mystacoleucus padangensis Blkr.) Yang Masuk Ke Muara Sungai Sekitar Danau Singkarak

III. METODE PENELITIAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

Jurnal Manajemen Sumber Daya Perairan, 1(4):

3 METODE PENELITIAN. Waktu dan Lokasi Penelitian

3. METODE PENELITIAN. Gambar 3. Peta daerah penangkapan ikan kuniran di perairan Selat Sunda Sumber: Peta Hidro Oseanografi (2004)

BIOLOGI REPRODUKSI IKAN JUARO (Pangasius polyuranodon) DI DAERAH ALIRAN SUNGAI MUSI, SUMATERA SELATAN ABDUL MA SUF

METODE PENELITIAN. Gambar 2. Peta lokasi penangkapan ikan kembung perempuan (R. brachysoma)

ASPEK BIOLOGI REPRODUKSI IKAN HIDUNG BUDAK (Ceratoglanis scleronema Bleeker, 1862) DI SUNGAI MENTULIK, KAMPAR KIRI PROVINSI RIAU

ASPEK REPRODUKSI IKAN PARANG-PARANG (Chirocentrus dorab Forsskal 1775) DI PERAIRAN LAUT BENGKALIS KABUPATEN BENGKALIS PROVINSI RIAU

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

Titin Herawati, Ayi Yustiati, Yuli Andriani

Torani (Jurnal Ilmu Kelautan dan Perikanan ) Vol. 20 (1) April 2010: ISSN:

3. METODE PENELITIAN

3.3. Pr 3.3. P os r ed e u d r u r Pe P n e e n l e iltiitan

Gambar 4. Peta lokasi pengambilan ikan contoh

Aspek biologi reproduksi ikan layur, Trichiurus lepturus Linnaeus 1758 di Palabuhanratu

3. METODE PENELITIAN

3. METODE PENELITIAN

J. Aquawarman. Vol. 3 (1) : April ISSN : AQUAWARMAN

Pertumbuhan Ikan Pari (Dasyatis kuhlii, Müller & Henle, 1841) di Perairan Selat Makassar

Program Studi Budidaya Perairan, Universitas Sulawesi Barat 2. Balai Penelitian Perikanan Laut, Balitbang, Kementerian Kelautan dan Perikanan 3

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan pada bulan April sampai dengan Desember 2013 di Sungai

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

TINGKAT KEMATANGAN GONAD IKAN TEMBANG (Clupea platygaster) DI PERAIRAN UJUNG PANGKAH, GRESIK, JAWA TIMUR 1

Kajian Aspek Reproduksi Ikan Lais Ompok hypophthalmus di Sungai Kampar, Kecamatan Langgam, Kabupaten Pelalawan, Provinsi Riau

STUDI ASPEK REPRODUKSI IKAN BAUNG (Mystus nemurus Cuvier Valenciennes) DI SUNGAI BINGAI KOTA BINJAI PROVINSI SUMATERA UTARA

Berk. Penel. Hayati: 15 (45 52), 2009

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Klasifikasi dan Ciri Morfologis Klasifikasi

Jurnal Akuakultur Rawa Indonesia, 4(1) :22-26 (2016) ISSN :

Keyword: Osteochilus wandersii, Rokan Kiri River, GSI, fecundity, and eggs diameter

2.2. Morfologi Ikan Tambakan ( H. temminckii 2.3. Habitat dan Distribusi

POTENSI UDANG DOGOL (Metapenaeus ensis) DI KABUPATEN KEBUMEN JAWA TENGAH. Abstrak

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

Jurnal IPTEKS PSP, Vol.2 (3) April 2015: ISSN: X

POLA PERTUMBUHAN DAN REPRODUKSI IKAN KUNIRAN Upeneus moluccensis (Bleeker, 1855) DI PERAIRAN LAMPUNG ABSTRAK

II. TINJAUAN PUSTAKA

Reproduksi ikan rejung (Sillago sihama Forsskal) di perairan Mayangan, Subang, Jawa Barat

Hubungan panjang bobot dan faktor kondisi ikan petek, Leiognathus equulus (Forsskål, 1775) di Teluk Pabean, Jawa Barat

SEKSUALITAS, NISBAH KELAMIN DAN HUBUNGAN PANJANG-BERAT (Rasbora argyrotaenia ) DI SUNGAI KUMPEH KABUPATEN MUARO JAMBI

Reproductive Biology of Trichogaster pectoralis From Flood Plane captured in the Tangkerang Barat District and Delima District.

Distribusi Ukuran Matang Gonad Ikan Peperek (Leiognathus equulus) di Perairan Teluk Kendari Provinsi Sulawesi Tenggara

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. disebut arus dan merupakan ciri khas ekosistem sungai (Odum, 1996). dua cara yang berbeda dasar pembagiannya, yaitu :

METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan selama 4 bulan dimulai dari bulan Oktober 2013

Jurnal Perikanan (J. Fish. Sci.) VII (1): ISSN:

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

HALAMAN PENGESAHAN LAPORAN AKHIR KEGIATAN HIBAH KOMPETITIF PENELITIAN STRATEGIS NASIONAL TAHUN KE II

oaj STUDI PERTUMBUHAN DAN BEBERAPA ASPEK REPRODUKSI

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

Aspek Reproduksi Ikan Kapiek (Puntius schwanefeldi Bleeker ) di Sungai Rangau Riau, Sumatra

3 METODE PENELITIAN. Gambar 2. Peta Lokasi Penelitian

BIOLOGI REPRODUKSI IKAN GABUS (Channa striata Bloch) DI DAERAH BANJIRAN SUNGAI MUSI SUMATERA SELATAN

ABSTRACT CHARLES P. H. SIMANJUNTAK

PEMATANGAN GONAD IKAN GABUS BETINA

HUBUNGAN PERTUMBUHAN DENGAN FEKUNDITAS HARPODON NEHEREUS YANG BERASAL DARI PERAIRAN JUATA LAUT KOTA TARAKAN

Gambar 3 Peta Lokasi Penelitian

ABSTRAK ABSTRACT. beberapa jenis ikan ekonomis penting yang. termasuk ke dalam famili Cyprinidae antara lain

BEBERAPA ASPEK BIOLOGI IKAN PETEK (Leiognathus sp.) YANG TERTANGKAP DENGAN CANTRANG DAN ARAD DI TPI TAWANG, KABUPATEN KENDAL

ASPEK REPRODUKSI IKAN LIDAH, Cynoglossus lingua H.B DI PERAIRAN UJUNG PANGKAH, JAWA TIMUR

STUDI BIOLOGI REPRODUKSI IKAN LAYUR (Superfamili Trichiuroidea) DI PERAIRAN PALABUHANRATU, KABUPATEN SUKABUMI, JAWA BARAT DEVI VIANIKA SRI AMBARWATI

POTENSI REPRODUKSI IKAN LALAWAK (Barbodes sp) PENDAHULUAN

PENGAMATAN FEKUNDITAS IKAN MOTAN (Thynnichthys polylepis) HASIL TANGKAPAN NELAYAN DARI WADUK KOTO PANJANG, PROVINSI RIAU

JOURNAL OF MANAGEMENT OF AQUATIC RESOURCES. Volume 2, Nomor 2, Tahun 2013, Halaman Online di :

II. TINJAUAN PUSTAKA. : Octinopterygii. : Cypriniformes. Spesies : Osteochilus vittatus ( Valenciennes, 1842)

Yuli Hendra Saputra, M. Syahrir R. dan Anugrah Aditya B.

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Klasifikasi dan Struktur Morfologis Klasifikasi

KEPADATAN POPULASI IKAN JURUNG (Tor sp.) DI SUNGAI BAHOROK KABUPATEN LANGKAT

I. PENDAHULUAN. No.45 tahun 2009 tentang perikanandisebutkan dalam Pasal 1,perikanan

3 METODE PENELITIAN. 3.1 Waktu dan lokasi

Induk ikan nila hitam (Oreochromis niloticus Bleeker) kelas induk pokok

ANALISIS HUBUNGAN PANJANG BERAT IKAN HIMMEN (Glossogobius sp) DI DANAU SENTANI KABUPATEN JAYAPURA ABSTRAK

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR : KEP. 52/MEN/2004 T E N T A N G PELEPASAN VARIETAS IKAN NILA JICA SEBAGAI VARIETAS BARU

METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Metode dan Desain Penelitian

PENGENDALIAN SUMBERDAYA IKAN PERIKANAN PERAIRAN UMUM PENANGKAPAN DAN PENGUMPULAN GLASS ELL (SIDAT) DI MUARA SUNGAI CIMANDIRI

Tingkat Kematangan Gonad Ikan Lais (Ompok hypopthalmus) yang Tertangkap di Rawa Banjiran Sungai Rungan Kalimantan Tengah

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

HUBUNGAN BOBOT PANJANG IKAN TUNA MADIDIHANG Thunnus albacares DARI PERAIRAN MAJENE SELAT MAKASSAR SULAWESI BARAT Wayan Kantun 1 dan Ali Yahya 2

IKAN HARUAN DI PERAIRAN RAWA KALIMANTAN SELATAN. Untung Bijaksana C / AIR

BIOLOGI REPRODUKSI IKAN SEPATUNG, Pristolepis grootii Blkr (NANDIDAE) DI SUNGAI MUSI

Biologi reproduksi ikan belanak (Moolgarda engeli, Bleeker 1858) di Pantai Mayangan, Jawa Barat

3. METODE PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. dan 46 jenis diantaranya merupakan ikan endemik (Syandri, 2008). Salah satu

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER. 15/MEN/2009 TENTANG


Torani (Jurnal Ilmu Kelautan dan Perikanan ) Vol. 19 (3) Desember 2009: ISSN:

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR /KEPMEN-KP/2017 TENTANG PELEPASAN IKAN GURAMI (OSPHRONEMUS GORAMY) SAGO

Ikan patin jambal (Pangasius djambal) Bagian 1: Induk kelas induk pokok (Parent stock)

III. METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. mengenai fenomena alam yang ada disekitar. Kurangnya sumber belajar seperti

3. METODE PENELITIAN

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Alat Prosedur Penelitian

Transkripsi:

FEKUNDITAS DAN DIAMETER TELUR IKAN MINGKIH Cestraceus plicatilis DALAM RANGKA PELESTARIAN PLASMA NUTFAH BP-19 Usman Bulanin* 1, Mas Eriza 2, Masriza 3 dan Erna Maiyadi 4 1 Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Bung Hatta 2 Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Bung Hatta 3 Fakultas Peternakan Unand 4 Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Bung Hatta *e-mail: usmanbulanin@gmail.com Abstrak Telah dilakukan penelitian tentang fekunditas dan diameter telur ikan mingkih Cestraceus plicatilis. Ikan sampel diperoleh dari hasil tangkapan pada muara Sungai Pelangai di Kabupaten Pesisir Selatan. Ikan di tangkap dengan alat tangkap jaring. Ikan mingkih yang dijadikan sampel adalah induk ikan yang telah mencapai tingkat kematangan gonad (TKG) IV. Ikan sampel yang tertangkap selama penelitian hanya 10 ekor dengan ukuran dari 1200 sampai 2000 gram per ekor. Ikan mingkih ini memijah sangat tergantung dengan musim. Penangkapan dilakukan dari bulan Februari sampai Maret tahun 2016. Dari hasil penelitian di peroleh fekunditas telur ikan ini berkisar antara 2.516.320 sampai 4.140.040 butir telur. Ada hubungan bobot tubuh dan gonad dengan jumlah telur. Sedangkan diameter telur pada bagian depan, tenggah dan belakang berkisar antara 26,64 sampai 3210 µm. Berdasarkan dari jumlah telur dan rata-rata diameter telur, maka ikan mingkih ini termasuk kedalam kelompok pemijahan secara total (total spawner). Kata kunci: diameter telur, fekunditas, ikan mingkih, muara sungai, TKG Pengantar Ikan mingkih merupakan salah satu ikan di perairan Sungai di Kabupaten Pesisir Selatan yang termasuk terancam punah dan perlu untuk dilestarikan (Bulanin & Masrizal, 2011). Hal tersebut karena ikan mingkih hanya di temukan di Pesisir Selatan, sedangkan keberadaan ikan ini di Indonesia belum ada di laporkan. Kemudian ikan mingkih juga tidak ditemukan pada semua sungai-sungai yang terdapat di Pesisir Selatan, tetapi hanya pada sungai-sungai tertentu saja. Kelangkaan ikan mingkih tidak saja terjadi di Pesisir Selatan, akan tetapi di Philipina ikan ini juga telah menjadi perhatian khusus pemerintaah akibat penurunan populasinya (Edna et al., 2007). Untuk mengatasi terjadi penurunan populasi dan punahnya ikan mingkih yang ada di perairan sungai Kabupaten Pesisir Selatan, maka perlu ditentukan langkah-langkah atau metode untuk konservasi serta pelestariannya. Salah satu langkah yang dapat dilakukan untuk menjaga kelestarian ikan ini adalah melalui kegiatan budidaya. Budidaya dapat dilakukan apabila ikan ini telah diketahui aspek biologi dan reproduksinya. Setiap spesies ikan mempunyai strategi reproduksi tersendiri sehingga dapat melakukan reproduksinya (Wahyuningsih & Barus, 2006). Diantara aspek biologi yang perlu diperhatikan dalam budidaya adalah sifat dan jumlah telur yang dihasilkan. Sesuai dengan Pitcher & Hart (1982), bahwa fekunditas dan diameter telur penting untuk diketahui untuk memprediksi stok ikan disuatu perairan. Keberhasilan suatu spesies ikan ditentukan oleh kemampuan ikan tersebut untuk bereproduksi dalam kondisi lingkungan yang berubah-ubah dan kemampuan untuk mempertahankan populasinya. Semakin berkembangnya gonad, maka diameter telur akan semakin membesar, secara proporsional sebagai hasil dari pengendapan kuning telur (vitellogenesis). Semakin meningkat kematangan gonad maka diameter telur semakin besar dan sebaran diameternya pada setiap TKG mencerminkan pola pemijahan ikan tersebut (Effendie, 2002). Apabila ada berbedaan diameter telur dalam suatu ovari, maka hal ini juga dapat menjadi indikator untuk menentukan sifat pemijahan suatu ikan. Menurut Omar (2004) jika diameter telur berada dalam dalam satu kelas diduga ikan terebut akan memijah satu kali dalam semusim, tetapi jika terdapat beberapa Semnaskan_UGM / Biologi Perikanan (BP-19)-377

variasi diameter telur dalam suatu ovari maka diduga ikan itu akan memijah beberapa kali dalam satu musim. Dengan mengetahui berapa jumlah fekunditas dan diameter telur ikan mingkih ini, maka dapat di duga berapa jumlah telur yang dihasilkan oleh seekor induk betina dan bagaimana tipe pemijahan dari ikan terebut. Bahan dan Metode Bahan Ikan uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah ikan mingkih (Cestraecus plicatilis). Ikan sampel yang ditangkap oleh nelayan setempat dengan menggunakan alat tangkap jaring, jumlah ikan yang diperoleh selama penelitian sebanyak 15 ekor yang terdiri dari 5 ekor jantan dan 10 ekor betina. Untuk mengukur panjang total ikan menggunakan meteran dengan ketelitian 1 mm, sedangkan bobot tubuh dan bobot gonad digunakan timbangan satorius dengan ketelian 1 g. Bobot gonad sampel ditimbang menggunakan timbangan digital ACIS dengan ketelitian 0,01 g. Pengamatan diameter telur menggunakan mikroskop binokuler yang dilengkapi mikrometer okuler dengan ketelitian 0.1 µm. Metode Ikan sampel yang di peroleh dari nelayan penangkap dibawa ke laboratorium untuk di ukur panjang dan bobot ikan serta bobot gonad. Gonad di peroleh dengan cara melakuan pembedaan terhadap ikan sampel. Untuk menghitung jumlah telur, maka diambil gonad masing-masing sebanyak 5 g pada bagian depan, tengah dan belakang. Kemudian masingmasing gonad sampel dihitung dengan metode gravimetrik (Effendie, 1997). Keterangan: F = fekunditas total; x = jumlah telur dari contoh gonad (butir); G = bobot gonad total (gr); dan g = bobot gonad contoh (gr)....(1) Selanjutnya dicari pula hubungan antara fekunditas dengan panjang total, fekunditas dengan bobot tubuh dengan menggunakan rumus menurut Effendie (1997) sebagai berikut: Keterangan: F = fekunditas total (butir); L = panjang total ikan (mm); B = bobot tubuh ikan (gr); dan a dan b = konstanta....(2) Diameter telur diukur menggunakan mikroskop yang telah dilengkapi dengan mikrometer okuler. Jumlah telur yang di ukur sebanyak 20 butir untuk masing masing bagian (depan, tengah dan belakang). Kemudian hasil penggukuran pada masing-masing bagian di rataratakan sehingga di dapat rata rata diameter telur ikan. Hasil dan Pembahasan Fekunditas Ikan mingkih yang tertangkap sebanyak 10 ekor induk betina yang telah matang gonad dengan kisaran bobot tubuhnya adalah antara 1.200-2.000 g, bobot gonat 380-580 g, panjang total 400-510 mm dan fekunditas sebanyak 2.516.320-4.140.040 butir telur (Tabel 1 dan Gambar 1, 2, serta 3). 378-Semnaskan_UGM / Usman Bulanin et al.

Tabel 1. Kisaran panjang total, bobot tubuh, bobot gonad dan fekunditas ikan mingkih. Kisaran ukuran No Sampel Fekunditas Total Panjang Total Bobot Total Bobot Gonad (ekor) (butir) (gr) (gr) (gr) 1 4 400-430 1.200-1.399 380-386 2.516.320-2.580.024 2 2 431-460 1.400-1.599 403-431 2.700.929-3.002.343 3 2 461-490 1.600-1.799 465-480 3.445.029-3.578.079 4 2 491-520 1.700-2.000 538-580 3.987.656-4.140.040 Gambar 1. Hubungan fekunditas dengan panjang total (mm) ikan mingkih. Gambar 2. Hubungan fekunditas dengan bobot tubuh (g) ikan mingkih. Gambar 3. Hubungan fekunditas dengan bobot gonad (g) ikan mingkih. Dari Tabel 1. terlihat bahwa ikan ini termasuk jenis ikan yang memiliki fekunditas banyak. Fekunditas yang paling sedikit terdapat pada ikan yang berukuran kecil dengan panjang total 400 mm, bobot tubuh 1.200 g dan bobot gonad 380 g dengan jumlah fekunditasnya adalah Semnaskan_UGM / Biologi Perikanan (BP-19)-379

2.516.320 butir. Jumlah fekunditas ikan ini meningkat dengan meningkatnya ukuran ikan. Sehingga hasil ini menunjukan bahwa ukuran ikan berpengaruh terhadap fekunditas. Beberapa peneliti juga melaporkan fekunditas meningkat dengan meningkatnya ukuran ikan seperti pada ikan malalugis biru (Unus & Omar, 2010) dan ikan garing (Masrizal, 2010). Setelah di analisis fekunditas yang dihasilkan rata-rata 2.129.219 butir per kg induk. Jumlah fekunditas ikan mingkih ini bervariasi, hal ini diduga disebabkan oleh perbedaan umur ikan, ukuran bobot dan panjang ikan. Sesuai dengan hasil penelitian terhadap ikan gabus yang mana jumlah fekunditas ikan gabus berfluktuasi disebabkan dengan perbedaan umur dan ukuran ikan (Kartamihardja, 1994 & Makmur, 2006). Kemudian di jelaskan juga bahwa ikan yang berukuran besar menghasilkan fekunditas yang lebih banyak. Menurut Sukendi (2001), fekunditas suatu spesies dipengaruhi oleh ukuran panjang total dan bobot tubuh. Hubungan antara fekunditas dengan panjang total ikan mingkih dengan persamaan F= 5.732 L 2.159 (R 2 = 0.9). Hasil analisis regresi memperlihatkan adanya hubungan panjang total terhadap fekunditas yang mana semakin panjang ukuran ikan semakin besar fekunditasnya. Begitu juga hubungan bobot tubuh dengan persamaan F= 372.1 B 1.238 (R 2 = 0.912) dan bobot gonad dengan persamaan F= 1229 BG 1.284 (R 2 = 0.977) terhadap fekunditas yang mana pertambahan bobot akan meningkatkan fekunditas (Gambar 1, 2 dan 3). Harianti (2013), melaporkan juga bahwa fekunditas telur ikan gabus di Danau Tempe erat kaitannya dengan bobot tubuh dan bobot gonad. Hasil tersebut di dukung oleh pernyataan Suwarso et al. (2000), bahwa fekunditas meningkat sejalan dengan meningkatnya ukuran gonad. Kemudian Nikolsky (1963) menyatakan, umumnya fekunditas akan meningkat dengan meningkatnya ukuran ikan betina. Hal ini di duga karena ukuran ikan yang tertangkap tidak jauh berbeda sehingga pola hubungannya kelihatan sama seperti dengan bobot tubuh dan bobot gonad. Disamping itu juga diduga karena jumlah sampel yang di dapat relatif sedikit sehingga pola hubungannya cendrung kearah linear dengan nilai koefisien determinasi diatas 0,9. Nilai koefisien determinansi panjang lebih kecil daripada bobot tubuh, yang mana nilai koefisien determinasi panjang adalah (R 2 = 0,9) dan pada bobot tubuh (R 2 = 0,912). Hal ini menunjukkan bahwa bobot lebih baik untuk menduga nilai fekunditas dari pada panjang. Menurut Bagenal (1963) yang menyatakan bahwa pertambahan bobot ikan cenderung meningkatkan fekunditas. Pernyataan yang sama juga dilaporkan oleh beberapa peneliti (Karyaningsih et al., 1992; Suwarso et al., 2000; Makmur, 2006; Hartati, 2013). Effendie (1997) melaporkan bahwa fekunditas sering di hubungkan dengan bobot ikan karena bobot ikan lebih mengambarkan terhadap kondisi ikan tersebut dari pada panjang. Diameter telur Dari hasil pengamatan terhadap diameter telur ikan mingkih selama penelitian, baik pada bagian depan, tengah maupun belakang gonadnya mempunyai ukuran yang yang relatif seragam. Rata-rata diameter telur yang diambil sebanyak 20 butir pada setiap bagian untuk masing masing sampel. Dari hasil pengukuran diameter telur kelihatan secara keseluruhan berkisar antara 26,64 sampai 32,10 µm dengan rata-rata 28.89 µm. Sedangkan rata-rata pada bagian depan adalah 28,38 µm, bagian tengah adalah 28,86 µm dan bagian belakang adalah 29,46 µm (Tabel 2). 380-Semnaskan_UGM / Usman Bulanin et al.

Tabel 2. Rata-rata diameter telur pada bagian depan, tengah dan belakang gonad ikan mingkih. Sample Rata-rata Diameter telur dalam 20 butir Depan Tengah Belakang 1 27,00 27,01 26,64 2 26,70 27,75 28,06 3 28,64 30,91 30,99 4 28,05 27,82 29,40 5 30,20 30,54 32,10 6 28,00 27,81 28,64 7 29,70 29,75 29,06 8 27,64 28,91 29,19 9 28,65 27,98 29,30 10 29,20 30,14 31,26 Rata-rata 28,38 28,86 29,46 Dari Tabel 2. kelihatan rata-rata diameter telur ikan mingkih dari 10 ekor induk yang didapat mempunyai diameter yang hampir seragam baik bagian depan berkisar antara 26,70-30,20 µm, bagian tengah berkisar antara 27,01-30,91 µm dan bagian belakang berkisar antara 26,64-32,10 µm. Variasi diameter telur ikan ini baik pada bagian depan, tengah dan belakang dari gonadnya cendrung sama. Hasil ini menunjukkan bahwa ikan ini dalam memijah mengeluarkan telurnya secara keseluruhan, maka ikan ini termasuk kedalam kelompok ikan yang memijah secara total (total spawner). Hasil yang sama juga dilaporkan oleh (Masrizal, 2010), bahwa diameter telur ikan garing antara bagian depan, tengah dan belakang tidak berbeda nyata secara statistik. Biasanya ikan yang tergolong dalam kelompok ini memiliki telur diameter telur kecil dengan fekunditas yang besar dan musim pemijahan yang tetap (Lowe-Mc Connel, 1987). Kemudian menurut Wotton (1990) menyatakan bahwa ikan yang memiliki diameter telur lebih kecil biasanya mempunyai fekunditas lebih banyak, sedangkan yang memiliki diameter telur yang besar cendrung memiliki fekunditas rendah. Besar kecilnya diameter telur pada ikan dipengaruhi oleh berat gonad ikan, semakin besar gonad ikan maka diameter telurnya kecil dan jumlah fekunditasnya banyak dan semakin kecil berat gonad maka semakin besar diameter telur ikan dan semakin rendah nilai fekunditasnya. Maka dengan demikian ikan mingkih ini termasuk kedalam kelompok ikan yang mempunyai fekunditas yang banyak dengan diameter telur yang kecil. Keseragaman diameter telur ikan ini juga dapat dijadikan sebagai indikator bahwa ikan ini memijah secara berkelompok dengan tingkat kematangan gonad yang sama yaitu pada TKG IV. Novitriana et al., (2004), melaporkan tentang aspek pemijahan ikan petek pada TKG IV diameter telur berkisar antara 312-357 µm yang menunjukkan bahwa ikan petek mengeluarkan telur secara sekaligus (total spawner). Hasil yang sama juga dilaporkan oleh Sjafei et al. (2008), bahwa ikan selais Ompok hypophthalmus termasuk total spawner dengan diameter telur berkisar antara 1,04-1,13 mm pada TKG IV. Ikan garing juga termasuk total spawner dengan diameter telur rata-rata 0,8943 mm pada TKG IV (Masrizal, 2010). Kesimpulan dan Saran Kesimpulan Ikan mingkih termasuk kedalam kelompok ikan yang memijah dengan mengeluarkan telur secara keseluruhan (total spawner) dengan fekunditas rata-rata sebanyak 2.129.219 butir per kg induk. Korelasi hubungan antara fekuunditas dengan panjang total, fekunditas dengan bobot tubuh serta fekunditas dengan bobot gonad menunjukkan korelasi yang kuat. Ikan ini mempunyai diameter telur yang hampir seragam dengan kisaran antara 26,64 sampai 32,10 µm dengan rata-rata 28,89 µm. Saran Perlu dilakukan penelitian terhadap fekunditas dan diameter telur ikan ini dengan perbedaan tingkaat kematangan gonad. Semnaskan_UGM / Biologi Perikanan (BP-19)-381

Ucapan Terima Kasih Ucapan terima kasih disampaikan pada Direktur Direktorat Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat yang telah mempercayai dan membantu membiayai penelitian ini sehingga penelitian ini dapat terlaksana. Kemudian juga disampaikan kepada Rektor Universitas Bung Hatta Padang yang juga telah mempercayaan kepada kami untuk melaksanakan penelitian ini. Daftar Pustaka Begenal, T.B. 1963. Variation inplaice fecundity in the clyde area. JMBA UK (43): 391-399 Bulanin, U. & Masrizal. 2011. Invetarisasi terhadap jenis ikan langka dan potensial di perairan sungai Kabupaten Pesisir Selatan. Proseding Konfrensi Akuakultur Indonesia 2011. Masyarakat Akuakultur Indonesia ISBN 978-602-1980-0-0 Edna, V.A, B. Elmer, R. Alba & O. Romeo. 2007. Attempts to manage Ludong Fisheries in the Philippines. P 39-41. Fish for the people. Vol. 5 no. 2. Southeast Asian Fisheries Development Center. Effendie, M.I. 1997. Metoda biologi perikanan. Yayasan Dwi Sri. Bogor. 112 p. Effendie, M. I. 2002. Biologi perikanan. Yayasan Pustaka Nusatama. Yogyakarta. 163 p. Harianti. 2013. Fekunditas dan diameter telur ikan Gabus (Channa striata, bloch,1793) di Danau Tempe, Kabupaten Wajo. J. Saintek Perikanan 8(2): 18-24 Kartamihardja, E.S. 1994. Biologi reproduksi populasi ikan gabus, Channa striata di Waduk Kedungombo. Bull. Perik. Darat. 12 (2): 113-119 Karyaningsih, S., R. Djamal, S. Junus. 1992. Pengamatan fekunditas dan diameter telur pada ikan kakap merah (Lutjanus sanguines). J. Pen. Perikanan Laut (68): 67-82 Lowe-Mc & R.H.L. Connel. 1987. Ecological studies in tropical fish communities. Cambridge University Press. Sydney. 382 p. Makmur, S. 2006. Fekunditas dan diameter telur ikan gabus, Channa striata, di daerah Banjiran Sungai Musi Sumatera Sellatan. J. Fish Sci. 8(2): 254-259 Masrizal. 2010. Aspek reproduksi ikan garing, Tor soro, di Sungai Batang Ulakan Sumatera Barat. masrizalnet.blogspot.com. 14 p. Nikolsky, G.V. 1963. The ecology of fishes. Academic Press.London. 352 p. Novitriana, R., Y. Ernawati & M.F. Rahardjo. 2004. Aspek pemijahan ikan petek, (Leiognathus equulus, Forsskal 1775) Family. Leiognathidae di Pesisir Mayangan Subang, Jawa Barat. J. Ikhtiologi Indonesia 4(1):1-7 Omar, A.S. 2004. Modul praktikum biologi perikanan. Jurusan Perikanan. Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan. Universitas Hasanuddin. Makassar. 168 p. Pitcher, T.J. & P.J.B. Hart. 1982. Fisheries ecology. Croom Helm. London. 414 p. Sjafei, S.D., C.P.H. Simanjuntak & M.F. Rahardjo, 2008. Perkembangan kematangan gonad dan tipe pemijahan ikan selais, Ompok hypophthalmus, di Rawa Banjiran Sungai Kampar Kiri, Riau. J. Ikhtiologi Indonesia 8(2) :1-8 382-Semnaskan_UGM / Usman Bulanin et al.

Sukendi. 2001. Biologi reproduksi dan pengendaliannya dalam upaya pembenihan ikan baung, Mystus nemurus, dari perairan Sungai Kampar Riau. Disertasi. Institut Pertanian Bogor. 207 p. Suwarso, D., W. Pralampita & M. Wahyono. 2000. Biologi reproduksi malalugis biru, Decapterus macarellus di Sulawesi Utara. Prossiding seminar Hasil Penelitian Perikanan 1999/2000. Pusat Penelitian dan Pengembangan Esplorasi Laut dan Perikanan. Unus, F. & A.S. Omar. 2010. Analisis fekunditas dan diameter telur ikan malalugis biru, Decapterus macarellus, di perairan Kabupaten Banggai Kepulauan, Provinsi Sulawesi Tengah. Torani. J. Ilmu Kelautan dan Perikanan 20 (1) Wahyuningsih, H. & I.T.A. Barus. 2006. Buku ajar ikhtiologi. FMIPA Universitas Sumatera Utara. Medan. Wootton, R.J. 1990. Ecology of teleost fishes. University College of Wales, Aberystwyth. London. 403 p. Tanya Jawab: 1. Penanya : Charles P. H. Simanjuntak Pertanyaan : a. Ada yang mengklaim bahwa ikan mingkih adalah ikan endemik, bagaimana? b. Sejauh mana riset ikan mingkih di Padang? c. Ikan mingkih termasuk spesies apa? Jawaban : a. Sebenarnya ikan ini bukan endemik karena ikan ini juga ada di Philipina dan Brazil tapi populasinya telah mengalami penurunan secara drastis sehingga perlu dilestarikan, baik di Philipina maupun di Padang. b. Riset kami ini masih langkah awal. Karena riset kami terhadap ikan ini di Indonesia belum ada dan kami baru meneliti tentang aspek biologi dan aspek ekologi. c. Spesies ikan ini adalah Cestracereus plicatilis, sama dengan yang ada Philipina. Semnaskan_UGM / Biologi Perikanan (BP-19)-383

384-Semnaskan_UGM / Usman Bulanin et al.