BAB I PENDAHULUAN. harus terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat (Depkes, 1998).

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Keperawatan di Indonesia saat ini masih dalam suatu proses. perawat Indonesia harus mampu memberikan asuhan keperawatan secara

HUBUNGAN ANTARA BEBAN KERJA DENGAN STRESS KERJA PADA PERAWAT DI RUMAH SAKIT ISLAM SURAKARTA

HUBUNGAN STRES KERJA DENGAN ADAPTASI PADA PERAWAT DI INSTALASI GAWAT DARURAT RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI

BAB 1 PENDAHULUAN. dimana salah satu upaya yang dilakukan oleh rumah sakit adalah mendukung rujukan

BAB I PENDAHULUAN. kiat keperawatan. Berbentuk pelayanan bio-psiko-sosio-spiritual yang

HUBUNGAN BEBAN KERJA PERAWAT DENGAN STRES KERJA DI INSTALASI RAWAT INAP RSU ISLAM SURAKARTA SKRIPSI

keluarga. Disamping itu perawat juga dituntut untuk mencurahkan segala pengetahuan, pikiran dan perasaannya kepada pasien selama 24 jam serta

BAB 1 PENDAHULUAN. Kualitas jasa pelayanan kesehatan merupakan bagian terpenting yang perlu

BAB 1 PENDAHULUAN. bergerak dalam bidang jasa pelayanan kesehatan mempunyai fungsi dan tugas

PERBEDAAN TINGKAT STRES KERJA ANTARA PERAWAT KRITIS DAN PERAWAT GAWAT DARURAT DI RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. pertanggungjawaban tenaga keperawatan profesional (Depkes RI, 2005).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Meraih Derajat Sarjana S 1 Keperawatan. Disusun oleh: ISNANI J

BAB I PENDAHULUAN. atau manajemen untuk memberikan pelayanan yang terbaik. Manajemen

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Saat ini dunia keperawatan semakin berkembang.

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan administrasi. Rumah sakit dengan peralatan yang canggih dan

maupun sebagai masyarakat profesional (Nursalam, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. terhadap pelayanan perawatan pasien yaitu penanganan emergency, tidak. Penanganan pada pelayanan tersebut dilaksanakan oleh petugas

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan masyarakat. Sistem Kesehatan Nasional (SKN) termaktub dalam UUD 1945 (Depkes RI, 1993).

BAB I PENDAHULUAN. cepat, sehingga masyarakat dengan mudah memperoleh informasi yang diinginkan

BAB I PENDAHULUAN. sakit maupun sehat yang mencakup seluruh proses kehidupan manusia

BAB I PENDAHULUAN. penyakit disamping penyembuhan dan pemulihan. segenap lapisan masyrakat. Sasaran dari program tersebut yakni tersedianya

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan untuk meningkatkan kualitas pelayanan rumah sakit, diantaranya

BAB I PENDAHULUAN. wilayah. Sebuah Rumah Sakit akan memberikan pelayanan optimal jika didukung

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan penunjang. Rumah sakit dalam menjalankan fungsinya

BAB III METODE PENELITIAN. Rekapitulasi SHRI :

BAB I PENDAHULUAN. bentuk pelayanan profesional yang merupakan bagian integral dari pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. diselenggarakan oleh pemerintah dan atau masyarakat yang berfungsi untuk

BAB I PENDAHULUAN. Sakit pasal 1 ayat 1 menyatakan rumah sakit adalah suatu institusi. pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan

BAB 1 PENDAHULUAN. hanya berkembang dengan cepat jika menciptakan kepuasan dan kesetiaan

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit adalah industri yang bergerak di bidang pelayanan jasa

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan kepada masyarakat. keperawatan sebagai tuntunan utama. Peran perawat professional dalam

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan kesehatan baik dalam lingkup nasional maupun global.hal ini

BAB I PENDAHULUAN. mudah, terjangkau dan terukur kepada masyarakat dan pihak-pihak terkait.

HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI INTRINSIK DENGAN KINERJA PERAWAT PELAKSANA DI RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA SKRIPSI

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Rumah sakit sebagai pusat pelayanan kesehatan harus memberikan kualitas

BAB 1 PENDAHULUAN. pembangunan kesehatan adalah untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan

BAB I PENDAHULUAN. menyatakan bahwa perawat merupakan back bone untuk mencapai targettarget

TITIN KUSRINI J

BAB I PENDAHULUAN. aktifitas pemberian jasa (pelayanan) yang dianggap berharga dan penting.

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan program pembangunan kesehatan di Indonesia didasarkan pada

BAB I PENDAHULUAN. sebagai suatu reaksi yang diawali dengan adanya kebutuhan yang. menimbulkan keinginan atau upaya mencapai tujuan, selanjutnya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Darurat (IGD) rumah sakit mempunyai tugas menyelenggarakan pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. meliputi kebijakan manajerial, kebijakan teknis serta pengembangan standar dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. jika seringkali pasien dan keluarganya menunjukkan sikap yang agak

BAB 1 PENDAHULUAN. Keperawatan menurut Virginia Henderson (1966) dapat didefenisikan

BAB I PENDAHULUAN. Perawat sebagai profesi dalam bidang kesehatan dituntut untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. Keperawatan merupakan salah satu profesi dalam bidang kesehatan.

BAB I PENDAHULUAN. Sistem pelayanan kesehatan merupakan bagian penting dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. institusi pelayanan kesehatan bagi masyarakat dengan karakteristik tersendiri yang

BAB 1 PENDAHULUAN. sangat strategis dalam upaya mempercepat peningkatan derajat kesehatan masyarakat

BAB 1 PENDAHULUAN. yang profit maupun yang non profit, mempunyai tujuan yang ingin dicapai melalui

BAB I PENDAHULUAN. setiap hari dalam upaya melakukan perawatan. Upaya peningkatan derajat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dalam memberikan asuhan keperawatan antara lain mengkaji kebutuhan

BAB 1 PENDAHULUAN. karakteristik tersendiri dan dipengaruhi oleh perkembangan ilmu pengetahuan

BAB I PENDAHULUAN. dilengkapi dengan dokter yang mampu ini tidak akan memberikan hasil yang

BAB I PENDAHULUAN. profesional, perawat harus mampu memberikan perawatan dengan penuh kasih

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dan gawat darurat (Undang - Undang No 44 tahun 2009). Rumah sakit didirikan

BAB I PENDAHULUAN. secara terus menerus, tulus, ikhlas, peduli dengan masalah pasien yang di hadapi

HUBUNGAN FAKTOR-FAKTOR MOTIVASI DENGAN KINERJA PERAWAT MENURUT PERSEPSI KEPALA RUANG DI RUMAH SAKIT ISLAM SURAKARTA SKRIPSI

SKRIPSI. Disusun Oleh : Diajukan sebagai salah satu syarat untuk meraih gelar Sarjana Keperawatan. NAMA : Yusstanto NIM : J

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan. Penentu citra institusi pelayanan. akan terlihat dari asuhan keperawatan yang telah diberikan kepada klien.

BAB 1 PENDAHULUAN. Sesuai dengan Kepmenkes No.1202/MENKES/SK/VIII/2003 tentang

BAB I PENDAHULUAN. penerima jasa pelayanan kesehatan. Keberadaan dan kualitas pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. medis. Sistem pelayanan rekam medis adalah suatu sistem yang. pengendalian terhadap pengisian dokumen rekam medis.

BAB I PENDAHULUAN. penduduk agar dapat terwujudnya derajat kesehatan yang optimal. Untuk itu perlu

BAB I PENDAHULUAN. pembuahan dalam kandungan sampai umur lanjut (GBHN, 1999). yang terus berkembang (Depkes RI, 1999).

BAB I PENDAHULUAN. adanya mutu pelayanan prima rumah sakit. Mutu rumah sakit sangat dipengaruhi

BAB I PENDAHULUAN. seseorang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomi. Hal ini sesuai

STRATEGI COPING PERAWAT RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA ( Fenomena pada Perawat di RSJD Surakarta )

BAB I PENDAHULUAN. modern. Perkembangan tersebut membawa dampak bagi peningkatan. kebutuhan tenaga keperawatan profesional yang adaptif dengan

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan rawat inap, rawat jalan dan gawat darurat. kesehatan (dokter, perawat, terapis, dan lain-lain) dan dilakukan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. melakukan upaya pelayanan kesehatan dasar atau kesehatan rujukan dan atau

BAB 1 PENDAHULUAN. mandiri untuk menangani kegawatan yang mengancam jiwa, sebelum dokter

BAB 1 : PENDAHULUAN. dan swasta semakin menuntut pelayanan yang bermutu. Tidak dapat dipungkiri pada

BAB I PENDAHULUAN. yang utuh berespons terhadap suatu perubahan yang terjadi antara lain karena

BAB I PENDAHULUAN. seseorang terhadap pelayanan kesehatan. (Notoatmodjo,1993).

BAB I PENDAHULUAN. Morits (dalam Jayanti, 2009) mengatakan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN. terdiri berbagai tenaga profesional untuk memberikan pelayanan jasa yang

Jurnal Keperawatan, Volume XII, No. 2, Oktober 2016 ISSN

BAB l PENDAHULUAN. peningkatan jumlah anak di Indonesia. Hal ini memberi konsekuensi

BAB 1 PENDAHULUAN. Rekam medis mempunyai peran yang dominan dalam proses pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. tergantung penyakit atau kasusnya yang bersifat intangibles, yaitu output tidak dapat terpisahkan

BAB I PENDAHULUAN. yang paling dominan adalah sumber daya manusia (DepKes RI 2002).

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit merupakan salah satu subsistem pelayanan kesehatan

ANALISIS KEBUTUHAN TENAGA PERAWAT BERDASARKAN KATEGORI PASIEN DI IRNA PENYAKIT DALAM RSU TUGUREJO SEMARANG

BAB 1 PENDAHULUAN. tanpa mengabaikan mutu pelayanan perorangan (Depkes RI, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. Keperawatan merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan di

BAB I PENDAHULUAN. kebijakan nasional untuk peningkatan mutu dan kinerja pelayanan. kuantitas. Tenaga keperawatan di rumah sakit merupakan tenaga

BAB I PENDAHULUAN. keperawatan adalah kepuasan pasien. Kepuasan pasien ditentukan oleh beberapa

BAB I PENDAHULUAN. mencari pertolongan medis sehingga harus dilakukan pengelolaan nyeri sejak

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan yang setiap hariberhubungan dengan pasien. Rumah

BAB I PENDAHULUAN. meningkatnya mutu pelayanan dengan berbagai kosekuensinya. Hal ini juga yang harus dihadapi

BAB I PENDAHULUAN. Pelayanan kesehatan di Rumah sakit yang diberikan kepada pasien

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan kesehatan di Indonesia telah diarahkan guna tercapainya kesadaran, kemauan dan kemampuan untuk hidup sehat bagi setiap penduduk. Seperti yang telah dituangkan pemerintah dalam GBHN tahun 1983 bahwa pembangunan kesehatan telah diarahkan untuk meningkatkan derajad kesehatan masyarakat serta meningkatkan mutu dan kemampuan pelayanan kesehatan yang harus terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat (Depkes, 1998). Salah satu profesi pelayanan kesehatan yang mempunyai peranan sangat penting di rumah sakit adalah profesi keperawatan yang terdiri dari individuindividu perawat. Profesi keperawatan ini merupakan salah satu faktor yang menentukan baik atau buruknya citra rumah sakit karena selama ini masyarakat menilai mutu layanan rumah sakit didasarkan atas baik buruknya pelayanan asuhan keperawatan yang pernah mereka terima. Oleh karena itu, kualitas layanan asuhan keperawatan perlu ditingkatkan seoptimal mungkin (Ibid). Keperawatan merupakan suatu bentuk pelayanan profesional yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan yang didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan, bentuk pelayanan bio-psiko-sosio-spiritual yang komprehensif serta ditujukan pada individu, keluarga dan masyarakat baik yang sakit maupun yang sehat, yang mencakup seluruh siklus kehidupan (Swedarma, 2004). 1

Layanan keperawatan adalah layanan yang berbentuk profesional. Maksud dari layanan profesional adakah suatu pelayanan dimana dalam pelaksanaannya berdasarkan atas standar-standar yang telah ditetapkan. Yang dimaksud dengan standar pelayanan menurut Depkes (1998) adalah pedoman pekerjaan agar dapat berhasil dan bermutu. Oleh karena itu agar dalam memberikan asuhan keperawatan dapat berhasil dan bermutu tinggi perawat harus bekerja sesuai dengan standar-standar yang telah ditetapkan sebagai pedoman kerja. Standar asuhan keperawatan merupakan pedoman kerja bagi perawat dalam memberikan asuhan keperawatan kepada pasien. Oleh karena itu, penilaian atau pengukuran mutu dari asuhan keperawatan yang telah dilakukan oleh perawat dapat diketahui dari berapa besar standar yang telah dilaksanakan. Untuk menjaga mutu pelayanan keperawatan agar dapat bermutu tinggi, PPNI telah menjabarkan standar asuhan keperawatan yang terdiri dari lima komponen, yaitu 1) Standar I, pengkajian keperawatan; 2) Standar II, diagnosis keperawatan; 3) Standar III, perencanaan keperawatan; 4) Standar IV, intervensi keperawatan; 5) Standar V, evaluasi keperawatan. Penilaian ini dapat dilakukan dengan cara menilai kelengkapan dokumentasi asuhan keperawatan yang telah dibuat oleh perawat seusai memberikan layanan asuhan keperawatan (Nursalam, 2001). Kegiatan pendokumentasian asuhan keperawatan saat ini masih banyak menemui kesulitan yang menurut Bodiarsih dalam Fikri (2001) kendala ini disebabkan oleh banyaknya variasi format dokumentasi sehingga staf perawat mengalami kesulitan dan proses dokumentasi memerlukan banyak waktu yaitu

sekitar 35-40 menit. Sedangkan menurut Carpenito (1999), bahwa masalah umum dari staf perawat dalam menuliskan dokumentasi asuhan keperawatan adalah tidak ada waktu yang cukup untuk menulis, dokumentasi asuhan keperawatan tidak perlu ditulis kecuali untuk akreditasi dan dokumentasi asuhan keperawatan tidak digunakan setelah dibuat. Pencatatan data klien yang lengkap dan akurat akan memberikan kemudahan bagi perawat dalam membantu menyelesaikan masalah klien, selain itu untuk mengetahui sejauh mana masalah klien dapat teratasi dan seberapa jauh masalah baru dapat diidentifikasi dan dimonitor melalui catatan yang akurat. Hal ini akan membantu meningkatkan mutu pelayanan keperawatan. Melalui dokumentasi keperawatan akan dapat dilihat sejauh mana peran dan fungsi perawat dalam memberikan asuhan keperawatan kepada klien. Dengan demikian akan dapat diambil kesimpulan tingkat keberhasilan pemberian asuhan keperawatan yang diberikan guna pembinaan dan pengembangan lebih lanjut (Nursalam, 2001). Keperawatan merupakan sebuah pekerjaan yang memungkinkan timbulnya stres kerja. Stres kerja adalah situasi faktor yang terkait dengan pekerjaan, berinteraksi dengan faktor dari dalam diri individu dan mengubah kondisi fisiologi dan psikologi sehingga keadaannya menyimpang dari normal (Bernardin, 1993). Lima sumber stres kerja perawat secara umum adalah, beban kerja berlebihan, kesulitan berhubungan dengan staf yang lain, kesulitan merawat

pasien kritis, berurusan dengan pengobatan dan perawatan pasien dan kegagalan merawat pasien (Abraham & Shanley, 1997). Berdasarkan hasil studi pendahuluan di RSUI Kustati yang dilakukan penulis didapatkan data bahwa setiap tahun dilakukan penilaian pelaksanaan pendokumentasian asuhan keperawatan di ruang rawat inap RSUI Kustati yang meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, tindakan, evaluasi dan catatan keperawatan dengan menggunakan standar penilaian instrumen A dari Depkes. Dibawah ini data hasil penilaian pendokumentasian asuhan keperawatan ruang rawat inap Ashifa selama tahun 2003 sampai 2005 yang dilakukan oleh tim penilai asuhan keperawatan RSUI Kustati Surakarta, yang didapatkan dari bagian keperawatan RSUI Kustati. Tahun Tabel 1 Hasil Observasi Penerapan Dokumentasi Asuhan Keperawatan di IRNA Ashifa Tahun 2003-2005 Pengkajian Diagnosa Keperawatan Perenca naan Tindakan Keperawatan Evaluasi Catatan Keperawatan Ratarata 2003 53,73 53,3 43,3 53,75 22,5 70 50 2004 49,6 59,9 57,5 60 0 63,5 49 2005 44 46,75 44 50,5 5 78,5 45 Sumber: Bagian Keperawatan RSUI Kustati 2006 Berdasarkan studi pendahuluan diketahui bahwa selama tiga tahun terakhir yaitu tahun 2003 sampai 2005, pendokumentasian asuhan keperawatan di ruang rawat inap Ashifa mengalami penurunan. Dengan rata-rata nilai dari tahun 2003-2005 adalah 48% termasuk kategori kurang baik.

Data jumlah perawat di ruang rawat inap Ashifa RSUI Kustati Surakarta adalah 19 perawat dan 4 pembantu perawat dengan pendidikan 19 orang lulusan AKPER, 1 orang lulusan SPK dan 3 orang lulusan PP. Dengan pembagian jadwal dinas yang diatur oleh kepala ruang. Tiap shift perawat yang jaga 4 orang dan pembantu perawat (PP) 1 orang. Ruang rawat inap Ashifa merupakan bangsal umum yang terdiri dari kelas I, II dan III dengan jumlah tempat tidur 40. Rata-rata jumlah pasien Ashifa bulan Januari sampai Juli tahun 2006 adalah 207 orang. Dengan rata-rata BOR perbulan 69% termasuk kategori sedang. Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan penulis pada perawat di bangsal Ashifa, didapatkan data bahwa yang menyebabkan stres saat bekerja adalah jumlah pasien yang banyak, beragamnya kasus pasien (bedah, anak, penyakit dalam, syaraf, jantung, paru, mata dan THT), banyaknya dokter yang bertugas di Ashifa (29 dokter dari 53 dokter RSUI Kustati bertugas di Ashifa), visite dokter yang bersamaan dan keluhan pasien yang harus segera ditangani. Sedangkan dampak terhadap pelaksanaan pekerjaan adalah kerja tidak maksimal, malas dan kurang konsentrasi dalam bekerja. Tanda-tanda stres yang nampak adalah emosional. Berdasarkan data diatas, penulis tertarik untuk meneliti hubungan stres kerja perawat dengan pendokumentasian proses keperawatan di ruang rawat inap Ashifa RSUI Kustati Surakarta.

B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian diatas, maka rumusan masalahnya adalah adakah hubungan antara stres kerja perawat dengan pendokumentasian proses keperawatan di ruang rawat inap Ashifa RSUI Kustati Surakarta?. C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Untuk mengetahui hubungan antara stres kerja perawat dengan pendokumentasian proses keperawatan di ruang rawat inap Ashifa RSUI Kustati Surakarta. 2. Tujuan Khusus Untuk mengetahui: a. Tingkat stres kerja perawat di ruang rawat inap Ashifa RSUI Kustati Surakarta. b. Nilai pendokumentasian proses keperawatan di ruang rawat inap Ashifa RSUI Kustati Surakarta. c. Besarnya hubungan stres kerja perawat dengan pendokumentasian proses keperawatan di ruang rawat inap Ashifa RSUI Kustati Surakarta. D. Manfaat Penelitian 1. Bagi institusi rumah sakit Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang kondisi kerja perawat dalam pendokumentasian proses keperawatan.

2. Bagi perawat Setelah perawat mengetahui hubungan stres kerja dengan pendokumentasian proses keperawatan, diharapkan mampu mengelola stres yang dialami sehingga tidak mempengaruhi dalam pendokumentasian proses keperawatan. 3. Bagi institusi pendidikan Diharapkan dapat digunakan sebagai bahan acuan dalam melakukan penelitian selanjutnya. E. Keaslian Penelitian Penelitian yang berhubungan dengan stres kerja perawat yang pernah dilakukan: 1. Rita Erlina (2005) meneliti tentang Gambaran Stres Kerja Perawat Dalam Pelaksanaan Asuhan Keperawatan Pasien HIV-AIDS di RSU Dokter Soedarso Pontianak. Jenis penelitian kuantitatif, dengan menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan cross sectional. Sampel penelitian sebanyak 34 perawat (30% dari 88 orang perawat) pada 5 ruang rawat inap. Penelitian ini menunjukkan hasil perawat mengalami stres kerja tinggi dalam pelaksanaan asuhan keperawatan pasien HIV-AIDS diruang rawat inap RSU Dokter Soedarso Pontianak. 2. Haryatiningsih Purwandari (2000) meneliti tentang Faktor-faktor yang Mempengaruhi Stres Kerja Perawat di Instalasi Rawat Intensif RSUP DR. Sarjito Yogyakarta. Penelitian menggunakan metode diskriptif dengan

rancangan cross sectional dengan survei. Sampel penelitian adalah seluruh perawat instalasi rawat intensif sebanyak 20 orang. Beban kerja dan hubungan interpersonal merupakan dua faktor dominan yang mempengaruhi stres kerja perawat, sedangkan faktor yang lain yaitu lingkungan fisik, macam penyakit, pembuatan keputusan dan karir. 3. Sugiarsih (2003) meneliti tentang Hubungan Persepsi Stres Kerja Dengan Kinerja Perawat di Instalasi Rawat Darurat RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto. Penelitian ini menggunakan metode analitik dengan pendekatan cross sectional. Sampel penelitian adalah seluruh perawat di Instalasi Rawat Darurat sebanyak 27 orang. Hasil dari penelitian ini adalah tidak ada hubungan yang bermakna antara stres kerja dengan kinerja perawat dan beban kerja merupakan faktor paling dominan dalam mempengaruhi stres kerja perawat IRD RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto. Sedang faktor yang lain adalah situasi kerja, lama kerja dan hubungan interpersonal. Perbedaan dengan penelitian yang akan dilakukan pada penelitian adalah penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan stres kerja perawat dengan pendokumentasian proses keperawatan yang dilakukan di ruang rawat inap Ashifa Rumah Sakit Umum Islam Kustati.