MEMANDIRIKAN ANAK TUNANETRA DALAM KEGIATAN KEHIDUPAN SEHARI HARI (ACTIVITY OF DAILY LIVING) DI ASRAMA KENARI PSBN WYATA GUNA BANDUNG

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) adalah bagian dari masyarakat

KETERAMPILAN KEHIDUPAN SEHARI-HARI BAGI TUNANETRA

Pendidikan dan Latihan untuk Kemandirian

Pendidikan dan Latihan Yang Tepat sebagai Kunci Keberhasilan Kemandirian Individu Tunanetra

PENGEMBANGAN KETERAMPILAN KEHIDUPAN SEHARI-HARI (KKS) PENYANDANG TUNANETRA. Irham Hosni

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Husni Umakhir Gitardiana, 2013

MENGEMBANGKAN KETERAMPILAN KEHIDUPAN SEHARI-HARI BAGI TUNANETRA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Iding Tarsidi, 2013

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Sejarah aktivitas manusia berkomunikasi timbul sejak manusia diciptakan

HAYAT NUR ISNAINI JUNIARTI,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Putri Shalsa Novita, 2013

PELAKSANAAN PEMBELAJARAN KEMANDIRIAN ACTIVITY OF DAILY LIVING ANAK LOW VISION SEKOLAH DASAR KELAS IV DI SLB NEGERI A KOTA BANDUNG

BINA DIRI BAGI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS OLEH: ASTATI

BAB I PENDAHULUAN. kurang atau sedikit dan fren = jiwa) atau tuna mental (Maramis, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. asasi manusia. Perlakuan khusus tersebut dipandang sebagai upaya maksimalisasi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI. Berdasarkan temuan penelitian dan pembahasan tentang modifikasi perilaku

Prinsip dasar pembelajaran bagi anak tunanetra. Azas kekonkritan Azas kesatuan Aktivitas mandiri Media pembelajaran

OLEH AHMAD NAWAWI JURUSAN PENDIDIKAN LUAR BIASA FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UPI BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Wita Astuti, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat menunjukkan bahwa anak berkebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. bentuk meniti karir dalam bidang pekerjaan. Demikian halnya dengan

BAB I PENDAHULUAN. yang diciptakan oleh Tuhan yang memiliki kekurangsempurnaan baik dalam segi

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, jumlah penyandang cacat di dunia sangat banyak dan berbedabeda

BAB I PENDAHULUAN. Manusia diciptakan oleh Tuhan Yang Maha Esa sebagai makhluk yang

BAB I PENDAHULUAN. kembangkan sesuai kebutuhan masing-masing, dimana retardasi mental itu adalah

Lampiran 1 SURAT PERSETUJUAN SEBAGAI SUBJEK PENELITIAN ( INFORMED CONCENT) Bapak/Ibu diundang untuk berpartisipasi dalam studi hubungan dukungan

BAB III METODE PENELITIAN A.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Anak membutuhkan bantuan orang lain untuk memenuhi kebutuhannya dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian , 2014 Manajemen waktu belajar mahasiswa pada penyelesaian tugas mata kuliah seminar Tata Boga

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang dasar 1945 mengamanatkan upaya untuk mencerdaskan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah merupakan salah satu lembaga formal yang memiliki tugas,

BAB I PENDAHULUAN. untuk memperbaiki diri dan mempertahankan fungsi normalnya. adalah intellectual impairment (gangguan intelektual/demensia).

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam kehidupan manusia. Melalui penglihatan seseorang dapat menerima informasi

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan manusia tersebut salah satunya adalah kematangan sosial.

BAB I PENDAHULUAN. yakni mata (Putri, 2014). Pada tahun 2013 penderita tunanetra menunjukan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Depkes RI (2007 dalam Nastiti, 2012) menjelaskan bahwa Indonesia

PENILAIAN KEBERFUNGSIAN SOSIAL KLIEN (Oleh: Dr. Joyakin T., Msi.)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. mendapatkan hasil dan kesimpulan dari objek yang sedang diteliti. Melalui

Program Bimbingan Perkembangan Kompetensi Sosial Bagi Anak Tunanetra

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah sebagai sebuah lembaga pendidikan diharapkan dapat mencetak

BAB I PENDAHULUAN. mencakup seluruh proses hidup dan segenap bentuk interaksi individu dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. masa sekolah. Masa ini disebut juga masa kanak-kanak awal, terbentang usia 3-6

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. korelasi (Correlation Study), merupakan penelitian atau penelahan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah hal yang penting dan tidak dapat dipisahkan dari

BAB III METODE PENELITIAN

Konsep Diri Rendah di SMP Khadijah Surabaya. baik di sekolah. Konseli mempunyai kebiasaan mengompol sejak kecil sampai

BAB I PENDAHULUAN. netra), cacat rungu wicara, cacat rungu (tunarungu), cacat wicara, cacat mental

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan pokok yang tidak bisa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Juanita Sari, 2015

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. otak secara akut dan dapat menimbulkan kematian (World Health Organization

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN

BAB IV DESKRIPSI SETTING PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Proporsi penduduk dunia berusia 60 tahun ke atas tumbuh lebih

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. secara alamiyah dalam suatu bidang tertentu, untuk mendapatkan fakta fakta atau

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam buku penelitian, metode penelitian adalah ilmu yang membahas metode

BAB I PENDAHULUAN. tergantung pada orang tua dan orang-orang yang berada di lingkungannya. hingga waktu tertentu. Seiring dengan berlalunya waktu dan

IKRIMA RAHMASARI J

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tergantung pada orangtua dan orang-orang disekitarnya hingga waktu tertentu.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN. Dinas Sosial Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dan. Rumah Singgah Anak Mandiri

BAB I PENDAHULUAN. Kemampuan membaca yang diperoleh pada tahap membaca permulaan akan

BAB I PENDAHULUAN. digunakan untuk merujuk kepada cara kita berpikir tentang dan mengevaluasi diri kita

Tahap awal. Tahap proses pelaksnaan. Tahap akhir pelaporan

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi yang dijadikan tempat penelitian yaitu, SMK Negeri 10 Bandung

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 1 sampai 30 Juni Penelitian ini dilakukan di Panti Wredha Salib Putih Kopeng - Salatiga.

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN KELUARGA TERHADAP SIKAP KELUARGA DALAM PEMBERIAN PERAWATAN ACTIVITIES DAILY LIVING

BAB I PENDAHULUAN. Setiap individu memiliki kondisi internal, di mana kondisi internal tersebut

Nomor : 05/POKJA ULP II-PSBN-WG/12/2014

BAB III METODE PENELITIAN

IMPLIKASI PROSES KEPERAWATAN DALAM PEMBERIAN TERAPI OBAT (II)

BAB I PENDAHULUAN. masa hidup manusia yang terakhir. Lanjut usia atau yang lazim disingkat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berkembang secara normal. Orang tua pun akan merasa senang dan bahagia

Partisipasi Penyandang Cacat dalam Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada)

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian merupakan cara dan prosedur yang sistematis dan

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah Menengah Kejuruan merupakan bentuk pendidikan menengah

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masa kanak-kanak merupakan masa yang terpanjang dalam

BAB I PENDAHULUAN. (Activity Daily Living/ADL) (Effendi,2008). tidak lepas dari bimbingan dan perhatian yang diberikan oleh keluarga,

III METODOLOGI PENELITIAN

Bina Diri Anak Tunagrahita

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

GAMBARAN PERKEMBANGAN SOSIAL DAN KEMANDIRIAN PADA ANAK PRASEKOLAH USIA 4-6 TAHUN DI TK AL- ISLAH UNGARAN BARAT

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan

BAB I PENDAHULUAN. hidupnya. Individu yang menyindiri tanpa ada yang memperhatikannya akan

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah mengupayakan pembangunan nasional di berbagai bidang, salah

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode dapat diartikan sebagai teknik atau cara kerja untuk mencapai suatu

GLOBAL HEALTH SCIENCE, Volume 2 Issue 3, September 2017 ISSN

IRMA MUSTIKA SARI J

Transkripsi:

MEMANDIRIKAN ANAK TUNANETRA DALAM KEGIATAN KEHIDUPAN SEHARI HARI (ACTIVITY OF DAILY LIVING) DI ASRAMA KENARI PSBN WYATA GUNA BANDUNG A. LATAR BELAKANG Kegiatan kehidupan sehari hari (Activity of Daily Living) merupakan kegiatan yang tidak bisa lepas bagi setiap orang. Kegiatan kehidupan sehari hari adalah kegiatan dimana manusia melakukan kegiatan yang dilakukan secara cepat, tepat, mudah, dan layak dari mulai bangun di pagi hari sampai tidur lagi di malam hari (DEPSOS RI 2003 : 33). Kegiatan ini merupakan kegiatan yang biasa dilakukan manusia setiap hari meliputi merawat diri, menggunakan kamar mandi, WC, kegiatan di dapur, dan kegiatan kegiatan yang pada umumnya dilakukan dalam memenuhi hajad hidup setiap hari. Bagi orang awas, kegiatan ini tidak sulit dipelajari, karena mereka dapat meniru atau mencontoh gerakan gerakan orang di sekitarnya yang sedang melakukan kegiatan kehidupan sehari hari tanpa mengalami hambatan. 1

2 Sedangkan bagi anak tunanetra, hal ini merupakan kegiatan yang perlu di khususkan. Gangguan pada penglihatannya menyebabkan mereka tidak dapat melihat atau tidak dapat melihat secara jelas, detail, dan langsung apa yang sedang di lakukan oleh orang di sekitarnya, hal ini menyebabkan kegiatan kehhidupan sehari hari anak tunanetra mengalami hambatan. Menurut Purwanto Hadikasmo ada tiga hal keterampilan dalam kegiatan kehidupan sehari hari (Purwaka Hadi 2005 : 160) antara lain : a. Keterampilan merawat dan menolong diri sendiri b. Keterampilan kerumah tanggaan, dan c. Keterampilan bergaul dan berkomunikasi. Untuk dapat melakukan semua kegiatan yang biasa dilakukan setiap harinya dengan mudah, cepat, tepat, dan layak, anak tunanetra perlu dilatih secara bertahap, kontinyu, dan sungguh sungguh, pelaksanaan program yang tepat dari pembimbing akan membuat anak tunanetra mandiri. James H. Omvig (1999) mengemukakan bahwa setiap hari ribuan orang tunanetra, baik laki-laki maupun perempuan, yang telah diberi pendidikan dan latihan yang tepat, berhasil bekerja sebagai petani dan pekerja pabrik, juru mesin dan petugas pemeliharaan, dosen perguruan tinggi, guru sekolah umum, ahli kimia dan ilmuwan lainnya, pengacara, agen asuransi atau

3 real estate, pengusaha dalam berbagai bidang, juru masak, pencuci piring dan buruh, dan politisi. Perlu dipahami bahwa kata "tepat" di dalam kebenaran fundamental tersebut di atas merupakan konsep operatif. Pendidikan/latihan secara tepat adalah kombinasi antara berbagai teknik pendidikan/pelatihan yang memberdayakan - pendidikan/pelatihan dan memungkinkan orang tunanetra pada umumnya untuk menjadi benar-benar mandiri dan swasembada (Omvig, 1999). Dengan kata lain, seorang tunanetra akan berhasil mencapai kemandirian bila dia memperoleh pendidikan dan latihan yang tepat. Menurut Damsiar (Ade Juju Juarsih, 2005 : 11), Seseorang di katakan mandiri jika memiliki ciri ciri sebagai berikut : 1. Dapat mengenal diri dan lingkungan secara objektif, 2. Dapat menerima diri dan lingkungan secara positif dan dinamis, 3. Mampu membuat keputusan tentang dirinya sendiri dan lingkungannya secara tepat 4. Dapat mengarahkan dirinya sesuai dengan kemampuan yang di milikinya, 5. Dapat mewujudkan dirinya sendiri. Didi Tarsidi mengemukakan empat "resep" dasar yang dibutuhkan oleh setiap orang tunanetra agar dapat mencapai tujuan kemandirian sejati dan

4 swasembada, Dan, karena keempat resep ini dibutuhkan oleh setiap orang tunanetra untuk dapat benar-benar mandiri, maka sekolah dan pusat rehabilitasi bagi tunanetra harus berusaha memasukkan keempat resep ini sebagai bagian yang integral dari program pendidikan/latihannya. Keempat resep tersebut adalah: 1. Orang tunanetra harus menyadari, baik secara intelektual maupun emosional, bahwa dia benar-benar dapat mandiri dan swasembada; 2. Orang tunanetra harus benar-benar belajar untuk menguasai keterampilan-keterampilan khusus (teknik-teknik alternatif) yang akan memungkinkannya untuk benar-benar mandiri dan swasembada; 3. Orang tunanetra harus belajar mengatasi sikap negatif masyarakat terhadap ketunanetraan - hal-hal yang tidak menyenangkan yang mungkin dikatakan atau dilakukan orang terhadap dirinya akibat kesalahfahaman dan miskonsepsi mereka mengenai ketunanetraan; 4. Orang tunanetra harus belajar tampil wajar di dalam pergaulan sosial. Oleh karena itu Kemandirian merupakan kemampuan yang harus di miliki oleh semua orang. Demikian pula bagi seorang tunanetra kemandirian merupakan hal sangat penting yang harus dikuasai sebagai mana orang normal pada umumnya. Kemandirian yang harus di miliki oleh tunanetra menurut

5 DEPSOS RI dalam buku panduan Pelaksanaan Keterampilan Kehidupan Sehari hari Penyandang Cacat Netra yaitu seperti: 1) Community survival skills, yaitu orang tunanetra dapat mempertahankan kehidupannya di masyarakat secara wajar. 2) Keterampilan memelihara diri (personal care skills), yaitu kebiasaan sehari hari, meliputi : a. Kebiasaan Pribadi b. Menata rumah tangga 3) Keterampilan hubungan antar pribadi 4) Keterampilan yang berhubungan dengan pekerjaan a) Aturan dasar dalam bekerja b) Tingkah laku dalam bekerja Pada saat ini di asrama tunanetra PSBN WYATA GUNA BANDUNG, banyak anak tunanetra yang terlihat dalam melakukan kegiatan sehari harinya secara mandiri. Tetapi tidak semua anak tunanetra disana dapat melakukan kegiatan kehidupan sehari harinya dengan mandiri, begitupun diasrama kenari yang semua anak anaknya usia Sekolah Dasar, disana terlihat dalam melakukan kegiatan sehari hari, sebagian anak telah

6 mampu melakukan secara mandiri. Tetapi masih ada juga anak yang belum bisa melakukan kegiatan kehidupan sehari harinya dengan mandiri. Hal itu terlihat dari kemampuan anak dalam merawat diri dan lingkungannya masih belum menunjukan kemandirian. Seperti merapihkan tempat tidur, membersihkan badan, membersihkan tempati tinggal dan lingkungannya. Berdasarkan paparan di atas, perlu adanya program dan bimbingan yang khusus dari setiap pembimbing asrama bagi anak tunanetra, sekarang ini di PSBN WYATA GUNA BANDUNG, sudah ada program untuk meningkatkan kemandirian kegiatan kehidupan sehari hari anak tunanetra, yang tercantum dalam kurikulum pembelajaran, untuk di ajarkan kepada anak anak tunanetra di PSB WYATA GUNA BANDUNG. Dari penjelasan di atas, maka peneliti merasa tertarik untuk memaparkan bagaimana cara pembiminbing asrama memandirikan anak tunanetra dalam kegiatan kehidupan sehari hari (Activity of Daily Living) di asrama Kenari PSBN WYATA GUNA BANDUNG. B. FOKUS PENELITIAN Agar penelitian ini lebih focus pada masalah yang akan di teliti, maka fokus penelitiannya adalah Bagaimana peranan pembimbing asrama dalam memandirikan anak tunanetra pada kegiatan kehidupan sehari hari (ADL)

7 di asrama kenari PSBN WYATA GUNA BANDUNG focus tersebut selanjutnya dirumuskan dalam pertanyaan penelitian sebagai berikut : 1. Usaha apa yang dilakukan pembimbing untuk memandirikan Anak tunanetra dalam kegiatan kehidupan sehari hari (ADL) di asrama? 2. Kesulitan apa yang dihadapi pembimbing untuk mamandirikan anak tunanetra dalam kegiatan kehidupan sehari hari (ADL) di asrama? 3. Bagaimana cara mengatasi kesulitan yang di hadapi untuk memandirikan anak tunanetra dalam kegiatan kehidupan sehari hari (ADL) di asrama? C. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN 1. Tujuan Umum Untuk mengetahui bagaimana peran pembimbing dalam memandirikan kegiatan kehidupan sehari hari (ADL) anak tunanetra di PSBN WYATA GUNA BANDUNG. 2. Tujuan Khusus a. Untuk mengetahui secara spesifik peran pembimbing dalam membimbing kemandirian kegiatan kehidupan sehari hari (ADL) pada anak tunanetra,

8 b. Untuk mengetahui masalah apa yang dihadapi pembimbing dalam memandirika kegiatan kehidupan sehari hari (ADL) pada anak tunanetra, c. Untuk mengetahui secara spesifik masalah apa yang dihadapi anak tunanetra dalam kemandirian kegiatan kehidupan sehari hari anak tunanetra, d. Untuk mengetahui secara spesifik upaya apa yang dilakukan pembimbing untuk mengatasi kesulitan dalam memandirikan kegiatan kehidupan sehari hari (ADL) anak tunanetra. 3. Manfaat Penelitian a. Bagi penulis, permasalahan dalam memandirikan kegiatan kehidupan sehari hari pada anak tunanetra di asrama kenari PSBN Wyata Guna Bandung menarik untuk di teliti dan sebagai pengetahuan baru bagi penulis. b. Bagi pembimbing, sebagai masukan untuk mengatasi permasalahan dalam memandirikan kegiatan kehidupan sehari hari pada anak tunanetra di asrama kenari PSBN WYATA GUNA BANDUNG.

9 D. LOKASI PENELITIAN Lokasi penelitian : Asrama Kenari PSBN WYATA GUNA BANDUNG, Jl Pajajaran, Bandung. E. DEFINISI PERISTILAHAN 1) Pembimbing : Orang yang memberikan bantuan kepada individu agar individu teersebut mampu memahami dan mengembangkan potensinya secara optimal sesuai dengan tuntutan lingkungannya, (Dr. Uman Suherman. AS., M.Pd : Manajemen Bimbingan dan Konseling, 9 : 2007). 2) Kemandirian, adalah ; Aktivitas Perilaku yang terarah pada diri sendiri, tidak mengharapkan pengarahan dari orang lain dan mencoba memecahkan dan menyelesaikan masalah sendiri tanpa minta bantuan kepada orang lain. Bathia ; 1977 (Gorden 1999 : 114) 3) Kegiatan kehidupan sehari hari (Activities of Daily Living), Merupakan keterampilan manusia melakukan kegiatan dalam kehidupan sehari hari yang dilakukan secara cepat, tepat, mudah, dan layak dari mulai bangun di pagi hari sampai tidur lagi di malam hari. (DEPSOS RI 2003 : 33)

10 4) Anak tunanetra, adalah : Seorang yang tidak memiliki penglihatan sama sekali (Buta total) hingga mereka yang masih memiliki sisa penglihatan tetapi tidak cukup baik untuk membaca tulisan biasa berukuran 12 point meskipun dibantu dengan lensa memungkinkannya korektif (Tarsidi, 2002 : 12 Atfhal Fadholi, 2006:6) F. METODOLOGI PENELITIAN Metodologi yang akan digunakan adalah metodologi Deskriptif Kualitatif. Menurut Sujana dan Ibrahim (Metodologi Penelitian 1989 : 64) Penelitian deskriptif adalah penelitian yang berusaha mendeskripsikan suatu gejala, peristiwa, kejadian yang terjadi pada saat sekarang ini. Dengan kata lain, penelitian Deskriptif mengambil masalah atau memusatkan perhatian kepada masalah masalah aktual sebagaimana adanya pada saat penelitian dilaksanakan. Pendekatan dalam penelitian ini menggunakan pendekatan Kualitatif (Qualitative research atau qualitative study) yaitu studi yang menekankan pada upaya investigative untuk mengkaji secara natural (alamiah) fenomena yang tengah terjadi dalam keseluruhan kompleksitasnya (Sastradipoera, 2005 : 226 227).

11 G. TEKNIK PENGOLAHAN DATA Pengolahan data dilakukan dengan teknik Wawancara, Observasi, dan studi Dokumentasi. H. SUBJEK PENELITIAN Subjek penelitian dalam penelitian ini adalah satu orang pembimbing, Pihak yang terkait untuk memberikan informasi tentang kegiatan kehidupan sehari - hari, dan anak tunanetra di asrama Kenari PSBN WYATA GUNA BANDUNG, Jl Pajajaran, Bandung.