BAB II TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah individu yang unik dan terus mengalami perkembangan di

BAB II LANDASAN TEORI. mau dan mampu mewujudkan kehendak/ keinginan dirinya yang terlihat

BAB I PENDAHULUAN. Individu disadari atau tidak harus menjalani tuntutan perkembangan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Konsep diri adalah berkaitan dengan ide, pikiran, kepercayaan serta

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB II. Tinjauan Pustaka

BAB II LANDASAN TEORI. yang terbentuk melalui pengalaman-pengalaman yang diperoleh dari interaksi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi ini, kita sedang memasuki suatu abad baru yang banyak

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pada seseorang, tanpa adanya kepercayaan diri akan banyak. atribut yang paling berharga pada diri seseorang dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. yang dikenal dengan istilah adolescence merupakan peralihan dari masa kanakkanak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sesuai dengan posisi sosial yang diberikan baik secara formal maupun

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menuju masa. lainnya. Masalah yang paling sering muncul pada remaja antara lain

KONTRIBUSI KONSEP DIRI DAN PERSEPSI MENGAJAR GURU TERHADAP MOTIVASI BERPRESTASI DITINJAU DARI JENIS KELAMIN SISWA SMA GAMA YOGYAKARTA TAHUN 2009 TESIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORITIK. Katolik Soegidjapranata Semarang dengan judul Perbedaan motivasi

BAB I PENDAHULUAN. lain. Sebagai makhluk sosial manusia dituntut untuk dapat menyesuaikan diri,

BAB I PENDAHULUAN. masalah ini merupakan masalah sensitif yang menyangkut masalah-masalah

BAB II LANDASAN TEORI. berhubungan dengan orang lain. Stuart dan Sundeen (dalam Keliat,1992).

Peran Guru dalam Melatih Kemandirian Anak Usia Dini Vanya Maulitha Carissa

BAB I PENDAHULUAN. komponen dalam rangka mencapai tujuan yang diharapkan. Indonesia telah mencanangkan pendidikan wajib belajar yang semula 6 tahun

BAB II KAJIAN PUSTAKA. mempraktekkan sesuatu. Sedangkan kerja secara psikologis diartikan. sebagai penyelesaian suatu tugas.

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa yang penting dalam kehidupan seseorang,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dengan makhluk hidup lainya. Manusia memiliki kecenderungan seksual

BAB II LANDASAN TEORITIS

Konsep diri, KDK, Sal

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dalam kehidupan remaja, karena remaja tidak lagi hanya berinteraksi dengan keluarga

BAB I PENDAHULUAN. ketidakmampuan. Orang yang lahir dalam keadaan cacat dihadapkan pada

Prinsip dalam Pembelajaran

BAB II LANDASAN TEORI

TINJAUAN PUSTAKA. A. Hasil Belajar. Seluruh pengetahuan, keterampilan, kecakapan dan perilaku siswa

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk hidup yang senantiasa berkembang dan

BAB 2 LANDASAN TEORI. Teori yang akan dibahas dalam bab ini adalah teori mengenai self-efficacy dan

BAB I PENDAHULUAN. Dengan adanya perkembangan dunia yang semakin maju dan persaingan

BAB I PENDAHULUAN. tumbuh kembang anak pada usia dini akan berpengaruh secara nyata pada

BAB I PENDAHULUAN. ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. oleh citra diri sebagai insan religius, insan dinamis, insan sosial, dan insan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang mencakup kematangan mental, emosional sosial dan fisik (Hurlock, 1980). bukan pula orang dewasa yang telah matang.

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Marilah kita kaji sejenak arti kata belajar menurut Wikipedia Bahasa

BAB I PENDAHULUAN. dituntut untuk memiliki kemampuan intelektual dan ilmu pengetahuan yang

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN TEORITIK

MENGEMBANGKAN SELF CONCEPT SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN CONCEPT ATTAINMENT

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Harga diri merupakan evaluasi yang dibuat individu dan kebiasaan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang dan Masalah. 1. Latar Belakang. Pendidikan pada hakekatnya merupakan suatu upaya menyiapkan manusia

BAB I PENDAHULUAN. yang memiliki beberapa keunikan tersendiri. Keunikan tersebut bersumber dari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI. Penelitian yang berkaitan dengan masalah penyesuaian diri sudah

BAB II LANDASAN TEORI A. HARGA DIRI Menurut Coopersmith harga diri merupakan evaluasi yang dibuat oleh individu dan berkembang menjadi kebiasaan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah individu yang selalu belajar. Individu belajar berjalan, berlari,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II DASAR PEMIKIRAN.

MAKALAH PENGEMBANGAN KEPRIBADIAN KONSEP DIRI

BAB I PENDAHULUAN. sesuatu yang sangat penting untuk meningkatkan kualitas kehidupan, terutama

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Setiap negara di dunia telah memasuki awal era globalisasi, dimana

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan menengah. Tujuan pendidikan perguruan tinggi ialah untuk

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Sugiyono (2008:119) mengemukakan bahwa metode komparatif atau ex post facto

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Matematika. Diajukan Oleh: WAHYUSIH WARDANI A

BAB 1 PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah. Perjalanan hidup manusia mengalami beberapa tahap pertumbuhan.

BAB I PENDAHULUAN. Mahasiswa adalah status yang disandang oleh seseorang karena

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS. (Winkel & Hastuti, 2006: 633) kematangan karir adalah keberhasilan seseorang

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

1. PENDAHULUAN. kegiatan belajar mengajar di dalam kelas adalah sebuah proses dimana

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. membutuhkan para mahasiswa yang tanggap akan masalah, tangguh, dapat di

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan telah menjadi penopang dalam meningkatkan sumber. daya manusia untuk pembangunan bangsa. Whiterington (1991, h.

A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan berkembangnya jaman, semakin bertambah juga tuntutan-tuntutan

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan saat yang penting dalam mempersiapkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Masalah

BAB I PENDAHULUAN. tanggung jawab bersama antara keluarga, masyarakat dan pemerintah.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. A. Kesimpulan. 1. Penghayatan hidup tak bermakna yang menyertai pengalaman derita di

PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN oleh: Dr. Lismadiana,M.Pd

BABI PENDAHULUAN. Masa remaja adalah suatu masa dimana individu dalam proses. pertumbuhannya terutama fisik telah mencapai kematangan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Minat Berwirausaha

BAB I PENDAHULUAN. Negara, karena anak-anak yang cerdas sebagai bibit unggul diharapkan kelak

BAB II LANDASAN TEORITIS

BAB I PENDAHULUAN. ada di atas rata-rata anak seusianya. Hal ini membuat anak berbakat membutuhkan

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. merasa dibawah tingkat orang-orang yang lebih tua melainkan berada dalam tingkat

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENERIMAAN DIRI PADA WANITA BEKERJA USIA DEWASA DINI DITINJAU DARI STATUS PERNIKAHAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kesiapan Kerja. mempraktekkan sesuatu. Pendapat yang hampir sama dikemukakan Kartono dan

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. kelompok dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut.

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Masalah. mencapai tujuannnya. Sumber daya merupakan sumber energi, tenaga, kekuatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sebagai pemikir, perencana, penggerak, dan pendukung pembangunan pada

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. berhubungan dengan orang lain (Stuart & Sundeen, 1998). Potter & Perry. kelemahannya pada seluruh aspek kepribadiannya.

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 6 PEMBAHASAN. Dalam bab ini akan dibahas mengenai hasil penelitian yang ditinjau secara

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Kemampuan seseorang dalam menentukan sendiri pekerjaan yang sesuai

BAB I PENDAHULUAN. yang diperkirakan akan semakin kompleks. 1

BAB I PENDAHULUAN. aspek fisik dan non fisik. Secara alamiah, perkembangan anak berbeda-beda, baik

BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. Anak memiliki kharakteristik tertentu yang khas dan tidak sama dengan orang dewasa, mereka

BAB I PENDAHULUAN. perhatian serius. Pendidikan dapat menjadi media untuk memperbaiki sumber daya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Harga Diri. Harris, 2009; dalam Gaspard, 2010; dalam Getachew, 2011; dalam Hsu,2013) harga diri

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. UKM Olahraga merupakan salah satu Unit Kegiatan Mahasiswa sebagai

PENINGKATAN KEMAMPUAN SOSIAL ANAK USIA DINI MELALUI PERMAINAN BERHITUNG DI TK GIRIWONO 2

BAB 1 PENDAHULUAN. perlu untuk ditingkatkan dan digali sebesar-besarnya karena hal tersebut

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Konsep Diri Istilah konsep diri biasanya mengarah kepada sebuah pembentukan konsep pribadi dari diri seseorang. Secara umum konsep diri adalah pandangan dan sikap individu terhadap diri sendiri. Pandangan diri yang tidak hanya melihat pada kekuatan atau kelebihan seseorang, melainkan juga melihat kelemahan bahkan kegagalan dirinya. Menurut Anant (1996:23-25), konsep diri adalah pandangan seseorang tentang dirinya sendiri yang menyangkut apa yang ia ketahui dan rasakan tentang perilakunya, isi pikiran dan perasaannya, serta bagaimana perilakunya tersebut berpengaruh terhadap orang lain. Menurut Burns (1993), konsep diri adalah hubungan antara sikap dan keyakinan tentang diri kita sendiri. Menurut Brooks (dalam Danianto, 2005) mengatakan bahwa konsep diri adalah keseluruhan pandangan individu terhadap keadaan fisik, sosial, dan psikologis yang diperoleh dari pengalamannya berinteraksi dengan orang lain. 2.1.1 Perkembangan Teori Konsep Diri Istilah konsep diri hanya berasal dari abad ke-20. Perkembangan konsep diri belum ada ketika seseorang dilahirkan, namun konsep diri merupakan suatu proses yang terus berlanjut di sepanjang kehidupan manusia terlebih lagi sebagai seorang mahasiswa yang akan menjadi generasi penerus untuk memajukan bangsa saat ini. Menurut Burns (1993:81) menyatakan bahwa diri ideal merupakan seperangkat interpretasi atau persepsi tentang individu saat dia sedang mengungkapkan keinginannya dan aspirasinya yang amat pribadi sifatnya. Danianto (2005) merangkum pengertian konsep diri dari beberapa ahli bahwa konsep diri bukan bawaan yang dibawa sejak lahir, konsep diri terbentuk 13

14 melalui pengalaman dengan lingkungan, interaksi dengan orang-orang yang berarti bagi dirinya dan atribusi perilaku dari orang lain. 2.1.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Konsep Diri Pembentukkan konsep diri oleh seseorang membutuhkan waktu yang tidaklah sebentar karena konsep diri adalah faktor yang dipelajari. Menurut Stuart dan Sudeen (1998) (dalam Agusta, 2015) ada beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan konsep diri. Faktor-faktor tersebut terdiri dari teori perkembangan, orang yang terpenting atau yang terdekat (significant other), dan persepsi diri sendiri (self perception). 1. Teori Perkembangan Konsep diri belum ada waktu lahir, seiring berjalannya waktu kemudian berkembang secara bertahap sejak lahir seperti mulai mengenal dan membedakan dirinya dan orang lain. Dalam melakukan kegiatannya memiliki batasan diri yang terpisah dari lingkungan dan berkembang melalui kegiatan eksplorasi lingkungan melalui bahasa, pengalaman atau pengenalan tubuh, nama panggilan, pengelaman budaya dan hubungan interpersonal, kemampuan pada area tertentu yang dinilai oleh diri sendiri atau masyarakat serta aktualisasi diri dengan merealisasi potensi yang nyata. 2. Orang yang terpenting atau yang terdekat (significant other) Dimana konsep diri dipelajari melalui kontak dan pengalaman dengan orang lain, belajar diri sendiri melalui cermin orang lain yaitu dengan cara pandangan diri merupakan interprestasi diri pandangan orang lain terhadap diri, pengaruh budaya dan sosialisasi. 3. Persepsi diri sendiri (self perception) Yaitu persepsi individu terhadap diri sendiri dan penilaiannya, serta persepsi individu terhadap pengalamannya akan situasi tertentu. Konsep diri dapat dibentuk melalui pandangan diri dan pengalaman yang positif. Sehingga konsep merupakan aspek yang kritikal dan dasar dari perilaku individu. faktor yaitu: Menurut Djaali (2013:132), konsep diri terbentuk karena empat 1. Kemampuan (competence); 2. Perasaan mempunyai arti bagi orang lain (significance to others); 3. Kebajikan (virtues); 4. Kekuatan (power).

15 2.1.3 Skala Pengukuran Konsep Diri Skala pengukuran konsep diri penelitian ini bertujuan untuk mengukur tingkatan konsep diri mahasiswa tingkat akhir. Skala konsep diri ini dibuat dengan mengacu pada 4 aspek konsep diri. Menurut Berzonsky (1981) (dalam Danianto 2005), konsep diri memiliki 4 (empat) aspek, yaitu: 1. Aspek fisik (physical self) yaitu penilaian individu terhadap segala sesuatu yang dimiliki individu seperti tubuh, pakaian, benda miliknya, dan sebagainya. 2. Aspek sosial (social self) meliputi bagaimana peranan sosial yang dimainkan oleh individu dan sejauh mana penilaian individu terhadap performanya. 3. Aspek moral (moral self) meliputi nilai-nilai dan prinsip-prinsip yang member arti dan arah bagi kehidupan individu. 4. Aspek psikis (psychological self) meliputi pikiran, perasaan, dan sikap-sikap individu terhadap dirinya sendiri. 2.1.4 Jenis-Jenis Konsep Diri Dalam perkembangannya, konsep diri terbagi dua, yaitu konsep diri yang positif dan konsep diri yang negatif sebagai berikut: a. Konsep Diri Positif Individu yang memiliki konsep diri yang positif adalah individu yang tahu betul siapa dirinya sehingga dirinya menerima segala kelebihan dan kekurangan, evaluasi terhadap dirinya menjadi lebih positif serta mampu merancang tujuan-tujuan yang sesuai dengan realitas. Burns, 1993 (dalam Amaliah,2012) membagi konsep diri menjadi dua berdasarkan cirinya. Berikut adalah ciri-ciri konsep diri positif yaitu: a. Perasaan bahwa dirinya berharga, berkompetensi dan percaya diri b. Memiliki kemampuan untuk memodifikasi nilai-nilai dan prinsipprinsip hidup sesuai dengan pengalaman baru yang didapatkannya c. Tidak mengalami kekhawatiran terhadap masa lalu dan masa yang akan datang d. Memiliki kepercayaan diri untuk menyelesaikan masalah-masalah hidup, meskipun dihadapkan pada kegagalan e. Dapat menerima diri dan merasa dirinya berharga seperti orang lain f. Sensitif terhadap kebutuhan orang lain

16 b. Konsep Diri Negatif Individu yang memiliki konsep diri yang negatif terdiri dari dua tipe, tipe pertama yaitu individu yang tidak tahu siapa dirinya dan tidak mengetahui kekurangan dan kelebihannya, sedangkan tipe kedua adalah individu yang memandang dirinya dengan sangat teratur dan stabil. Burns, 1993 (dalam Amaliah,2012) membagi konsep diri menjadi dua berdasarkan cirinya. Berikut adalah ciri-ciri konsep diri negatif yaitu: a. Merasa dirinya inferior, tidak berharga, tidak memiliki kemampuan dan perasaan tidak aman b. Sangat peka terhadap kritik, karena kritik dipandang sebagai bukti lebih lanjut mengenai inferioritasnya c. Sikap yang hiperkritis digunakan untuk mempertahankan citra diri yang kurang mantap dan mengalihkannya pada kekurangankekurangan yang dimiliki oleh orang lain d. Sering menunjukkan respon yang berlebihan terhadap pujian dari orang lain e. Menunjukkan sikap mengasingkan diri, malu-malu dan tidak berminat terhadap persaingan. 2.1.5 Dimensi Konsep Diri Menurut Calhoun dan Acocella (dalam Dinata, 2015), konsep diri memiliki tiga dimensi yaitu: 1. Pengetahuan (knowledge) Dimensi pertama dari konsep diri adalah mengenai apa yang kita ketahui mengenai diri kita, termasuk dalam hal ini jenis kelamin, suku bangsa, pekerjaan, usia, dsb. 2. Pengharapan (expectation) Pandangan tentang diri kita tidak terlepas dari kemungkinan kita menjadi apa di masa mendatang. Pengharapan dapat dikatakan diri ideal. Setiap harapan dapat membangkitkan kekuatan yang mendorong untuk mencapai harapan tersebut di masa depan. 3. Penilaian (estimation) Penilaian menyangkut unsur evaluasi, seberapa besar kita menyukai diri kita sendiri. Semakin besar ketidak-sesuaian antara gambaran kita tentang diri kita yang ideal dan yang aktual maka akan semakin rendah harga diri kita. Sebaliknya orang yang punya harga diri tinggi akan menyukai siapa dirinya, apa yang dikerjakannya dan sebagainya. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa dimensi penilaian merupakan komponen pembentukan konsep diri yang cukup signifikan.

17 2.2 Pengertian Dunia Kerja Dunia kerja secara umum adalah tempat dimana terdapat semua tantangan bagi manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Dengan demikian dapat dikatakan, bahwa pada diri seseorang terdapat kebutuhan-kebutuhan yang hendak dipenuhi dengan cara melakukan suatu aktivitas yang disebut kerja. Menurut Anoraga (2014:11), kerja merupakan sesuatu yang dibutuhkan oleh manusia. Seseorang bekerja karena ada sesuatu yang hendak dicapainya, dan orang berharap bahwa aktivitas kerja yang dilakukannya akan membawanya kepada suatu keadaan yang lebih memuaskan daripada keadaan sebelumnya. Berdasarkan kesimpulan dari pengertian kerja diatas, didapatkan kesimpulan bahwa dunia kerja adalah suatu tempat dimana terdapat banyaknya tantangan, tugas-tugas yang harus dikerjakan, serta tanggung jawab untuk manusia dapat memenuhi kebutuhan hidupnya antara mencari pekerjaan atau menciptakan lapangan pekerjaan sendiri. Menurut anoraga (2014:21), bahwa pekerjaan adalah usaha yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan diri sendiri atau kebutuhan umum, maka dapat dikatakan bahwa, orang bekerja itu untuk mempertahankan eksistensi diri sendiri dan keluarganya. 2.2.1 Pengertian Kesiapan Kerja Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kesiapan berasal dari kata siap yang artinya sudah disediakan (tinggal memakai atau menggunakan saja) dan persiapan yang merupakan perbuatan (hal dan sebagainya) bersiap-bersiap atau mempersiapkan, tindakan (rancangan dan sebagainya) untuk sesuatu. Secara umum kesiapan dapat diartikan sebagai keseluruhan kondisi seseorang atau individu untuk menanggapi dan mempraktekkan suatu kegiatan yang mana sikap tersebut memuat mental, keterampilan, dan sikap yang harus dimiliki dan dipersiapkan selama melakukan kegiatan tertentu (Wikipedia,2016). Berdasarkan dari definisi kesiapan diatas didapatkan kesimpulan bahwa kesiapan kerja adalah suatu kondisi awal dari seseorang yang akan menghadapi dunia kerja yang membuatnya siap untuk memberikan respon yang ada pada dirinya dalam mencapai tujuan tertentu.

18 2.2.2 Faktor-faktor Kesiapan Kerja Menurut Winkel dan Sri Hastuti (2007) dalam (Agusta, 2015), faktorfaktor yang mempengaruhi kesiapan kerja yaitu: a. Taraf intelegensi, kemampuan untuk mencapai prestasi yang di dalamnya berfikir memegang peranan. b. Bakat, kemampuan yang menonjol disuatu bidang kognitif, bidang keterampilan, atau bidang kesenian. c. Minat, mengandung makna kecenderungan yang agak menetap pada seseorang yang merasa tertarik pada suatu bidang tertentu dan merasa senang mengikuti berbagai kegiatan. d. Pengetahuan, informasi yang dimiliki pada bidang-bidang pekerjaan dan tentang diri sendiri. e. Keadaan jasmani, cirri-ciri yang dimiliki seseorang seperti tinggi badan, tampan, dan tidak tampan, ketajaman pengelihatan, dan pendengaran baik dan kurang baik, mempunyai kekuatan otot tinggi atau rendah dan jenis kelamin. f. Sifat-sifat, ciri-ciri kepribadian yang sama-sama memberikan corak khas pada seseorang, seperti ramah, tulus, teliti, terbuka, tertutup, dan ceroboh. g. Nilai-nilai kehidupan, individu berpengaruh terhadap pekerjaan yang dipilihnya, serta berpengaruh terhadap prestasi pekerjaan. 2.2.3 Dimensi Pembentukan Kesiapan Kerja Menurut Ndraha dalam (Dinata, 2015), dimensi dan indikator dari kesiapan kerja adalah: a. Mempunyai pertimbangan yang logis Menyangkut bagaimana cara individu menyesuaikan diri dengan lingkungan, mempunyai pertimbangan yang baik dalam kegiatan pembelajaran, mampu mengambil keputusan dengan baik dan mampu memahami prosedur terhadap tugas yang diberikan. b. Mempunyai kemampuan bekerjasama Menyangkut bagaimana individu tersebut bekerjasama dengan rekan satu tim, bekerja sama dengan pihak lembaga pendidikan dan pihak industri. c. Mempunyai sikap kritis Menyangkut bagaimana cara ia berkomunikasi dengan baik, memiliki kepercayaan diri yang tinggi, bagaimana ia berkontribusi terhadap kegiatan pembelajaran. d. Bertanggung jawab Menyangkut bagaimana ia mampu menyelesaikan tugas yang diberikan, memiliki inisiatif dalam pengambilan keputusan, memiliki ketenangan berfikir dalam mengambil resiko, memiliki komitmen yang tinggi terhadap pihak lembaga pendidikan, memiliki komitmen yang tinggi terhadap pihak perusahaan dan mampu berkomitmen dengan sehat di lingkungan belajar.

19 e. Berambisi untuk maju Menyangkut kemampuan keras untuk menyelesaikan tugas dan pekerjaan, tidak cepat merasa puas dalam menyelesaikan tugas yang diberikan, dan berorientasi pada tujuan pembelajaran. 2.2.4 Skala Pengkuran Kesiapan Kerja Menurut Pool dan Sewell (2007) dalam (Agusta, 2015) menyatakan bahwa secara keseluruhan kesiapan kerja terdiri dari empat aspek utama. Penulis menjadikan keempat aspek utama tersebut menjadi skala pengukuran kesiapan kerja dari mahasiswa tingkat akhir jurusan Administrasi Bisnis. Berikut adalah empat aspek dalam kesiapan kerja, yaitu: 1. Keterampilan, yaitu kemampuan yang dibutuhkan untuk melaksanakan beberapa tugas yang berkembang dari hasil pelatihan dan pengalaman yang didapat. Keterampilan bersifat praktis, keterampilan interpersonal dan intrapersonal, kreatif dan inovatif, berpikir kritis dan mampu memecahkan masalah, bekerja sama, dapat menyesuaikan diri, dan keterampilan berkomunikasi. 2. Ilmu pengetahuan, yang menjadikan pendidikan sebagai dasar secara teoritis sehingga memiliki kemampuan untuk menjadi ahli sesuai dengan bidangnya. Sebagai calon Diploma III harus memiliki wawasan dan pengetahuan yang luas. 3. Pemahaman, kemampuan seseorang untuk mengerti atau memahami sesuatu yang telah diketahui dan diingat, sehingga pekerjaannya bisa dilakukan dan diperoleh kepuasan sekaligus mengetahui apa saja yang menjadi keinginannya. Memahami pengetahuan yang telah dipelajari, menentukan, memperkirakan, dan mempersiapkan yang akan terjadi, dan mampu mengambil keputusan. 4. Atribut kepribadian, mendorong seseorang dalam memunculkan potensi yang ada dalam diri. Kepribadian dalam lingkup Diploma adalah etika kerja, bertanggung jawab, semangat berusaha, manajemen waktu, memiliki kemampuan berpikir kritis, berkomunikasi, dan mampu bekerja sama. 2.3 Pengertian Mahasiswa Tingkat Akhir Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, mahasiswa adalah orang yang sedang belajar di perguruan tinggi. Mahasiswa tingkat akhir adalah mahasiswa yang sedang dalam proses mengerjakan tugas akhir atau skripsi, dimana mereka yang mulai untuk memikirkan masa depannya dengan bersungguh-sungguh, sudah dapat menentukan serta mengarahkan minat dan cita-cita pendidikan atau jabatan pekerjaannya. Menurut versi Hurlock dalam (Al-Mighwar, 2006:61), bahwa rentangan usia remaja antara 13-21 tahun, yang juga dibagi dalam masa remaja awal, antara usia 13/14 tahun sampai 17 tahun, dan remaja akhir 17 sampai 21 tahun.

20 Minat pada karier sering menjadi sumber pikiran pada akhir masa remaja. Hal ini diperkuat oleh pendapat Thomas (Al-Mighwar, 2006:106), bahwa pada saat tersebut, remaja belajar membedakan antara pilihan pekerjaan yang lebih disukai dan pekerjaan yang dicita-citakan. Seiring perkembangan remaja awal, pengembangan minat atau cita-cita jabatan seseorang berproses dan berubah. Perubahan itu terjadi terutama pada paruh pertama masa remaja awal. Mendekati masa remaja akhir, minat atau cita-cita tersebut tampak lebih jelas, sehingga sejumlah remaja sudah mampu menentukan dan mengarahkan minat dan cita-cita pendidikan atau jabatan pekerjaannya. Pembagian perkembangan pemilihan jabatan menjadi tiga periode menurut Eli Ginzberg (dalam Al-Mighwar, 2006:116) yaitu: a. Periode pemilihan fantasi: sebelum usia 11 tahun b. Periode pemilihan sementara: antara 11-17 tahun c. Periode pemilihan realistis: antara 17- masa dewasa awal