BAB I PENDAHULUAN. Menurut laporan World Health Organitation tahun 2014, kasus penularan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Asam) positif yang sangat berpotensi menularkan penyakit ini (Depkes RI, Laporan tahunan WHO (World Health Organitation) tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. Tuberkulosis atau sering disebut dengan istilah TBC merupakan penyakit

SKRIPSI ANALISIS FAKTOR RISIKO KEJADIAN PENYAKIT TUBERKULOSIS PADA ANAK DI BALAI BESAR KESEHATAN PARU MASYARAKAT SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat di dunia walaupun upaya pengendalian dengan strategi Directly

BAB I PENDAHULUAN. penyakit infeksi yang disebabkan oleh Mycobacterium Tuberculosis. Penyakit ini

PRATIWI ARI HENDRAWATI J

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tuberkulosis (TB) adalah penyakit infeksi menular langsung yang

BAB I PENDAHULUAN. di kenal oleh masyarakat. Tuberkulosis disebabkan oleh Mycobacterium

BAB I PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN. masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di dunia maupun di Indonesia.

BAB 1 PENDAHULUAN. Tuberkulosis paru merupakan penyakit menular yang menjadi masalah

BAB I PENDAHULUAN. menyerang paru dan dapat juga menyerang organ tubuh lain (Laban, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. karena adanya interaksi antara manusia dengan lingkungan. Terutama

BAB I PENDAHULUAN. (laki-laki, perempuan, tua, muda, miskin, kaya, dan sebagainya) (Misnadiarly,

SKRIPSI. Penelitian Keperawatan Komunitas

BAB I PENDAHULUAN. mencanangkan TB sebagai kegawatan dunia (Global Emergency), terutama

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. penyakit di seluruh dunia, setelah Human Immunodeficiency Virus (HIV). negatif dan 0,3 juta TB-HIV Positif) (WHO, 2013)

BAB 1 PENDAHULUAN. karena penularannya mudah dan cepat, juga membutuhkan waktu yang lama

BAB 1 PENDAHULUAN. Faktor risiko..., Helda Suarni, FKM UI, 2009 Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. secara global masih menjadi isu kesehatan global di semua Negara (Dave et al, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. prevalensinya paling tinggi di dunia. Berdasarkan laporan World Health

jenis penelitian deskriptif analitik dengan rancangan penelitian cross sectional yang bertujuan untuk mengetahui gambaran profil penderita

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit ini menular dan menyebar melalui udara, apabila tidak diobati

BAB I PENDAHULUAN. menjangkit jutaan orang tiap tahun dan menjadi salah satu penyebab utama

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat di dunia termasuk Indonesia. World. Health Organization (WHO) dalam Annual report on global TB

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. di negara berkembang. Badan kesehatan dunia, World Health Organitation

BAB I PENDAHULUAN. Tuberkulosis (TB) merupakan salah satu penyakit menular yang disebabkan

BAB I PENDAHULUAN. infeksi yang masih menjadi masalah kesehatan masyarakat dunia. Tuberculosis menyebabkan 5000 kematian perhari atau hampir 2 juta

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. menular yang muncul dilingkungan masyarakat. Menanggapi hal itu, maka perawat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan yang baik dan berkeadilan, sebagaimana diatur dalam Undang-undang

BAB 1 : PENDAHULUAN. tertinggi di antara negara-negara di Asia. HIV dinyatakan sebagai epidemik

BAB 1 PENDAHULUAN. dunia, menurut WHO 9 (sembilan) juta orang penduduk dunia setiap tahunnya

BAB I PENDAHULUAN. Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh

BAB I PENDAHULUAN. Tuberkulosis (TBC) adalah penyakit menular langsung yang. disebabkan oleh kuman TB yaitu Mycobacterium Tuberculosis yang pada

BAB I PENDAHULUAN 1.1 latar Belakang

Sri Marisya Setiarni, Adi Heru Sutomo, Widodo Hariyono Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Ahmad Dahlan, Yogyakarta

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan laporan WHO (World Health Organisation) pada tahun 2014,

BAB 1 PENDAHULUAN. bertambah, sedangkan insiden penyakit menular masih tinggi. Salah satu penyakit

BAB 1 : PENDAHULUAN. tahun 2013 terjadi kenaikan jumlah kasus terinfeksi kuman TB sebesar 0,6 % pada tahun

1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. kematian terbesar kedua di dunia setelah Human Immunodeviciency Virus

BAB 1 PENDAHULUAN. infeksi di seluruh dunia setelah HIV. Pada tahun 2014, WHO melaporkan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Mycobacterium tuberculosis. Penyakit menular Tuberkulosis masih menjadi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan di seluruh dunia. Sampai tahun 2011 tercatat 9 juta kasus baru

BAB 1 PENDAHULUAN. Tuberkulosis atau TB (singkatan yang sekarang ditinggalkan adalah TBC)

BAB I PENDAHULUAN. paru yang disebabkan oleh basil TBC. Penyakit paru paru ini sangat

BAB I PENDAHULUAN UKDW. kesehatan masyarakat yang penting di dunia ini. Pada tahun 1992 World Health

BAB I PENDAHULUAN. perhatian khusus di kalangan masyarakat. Menurut World Health Organization

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan terutama di Negara berkembang seperti di Indonesia. Penyebaran

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Mycobacterium Tuberculosis dan paling sering menginfeksi bagian paru-paru.

Kegiatan Pemberantasan Tuberkulosis Paru di Puskesmas Sakti Kabupaten Pidie Tahun 2010)

BAB I PENDAHULUAN. oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis (Alsagaff,H, 2006). Penyakit ini juga

BAB I PENDAHULUAN. paru yang disebabkan oleh kuman dari kelompok Mycobacterium

BAB I PENDAHULUAN. oleh infeksi Mycobacterium tuberculosis dan dapat disembuhkan. Tuberkulosis

BAB I PENDAHULUAN. kecacatan dalam masyarakat (Depkes RI, 2009). pembangunan berkelanjutan yang diberi nama Sustainable Development Goals

BAB I PENDAHULUAN. Mycobacterium tuberculosis, dengan gejala klinis seperti batuk 2

BAB 1 PENDAHULUAN. dunia. Menurut data World Health Organization (WHO) bahwa kurang lebih 3

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. komplek dan heterogen yang disebabkan oleh berbagai etiologi dan dapat. berlangsung tidak lebih dari 14 hari (Depkes, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. Perkembagan laju penyakit di Indonesia dewasa ini sangat

BAB 1 PENDAHULUAN. nasional dilaksanakan secara bertahap dan berkesinambungan serta ditujukan

BAB I PENDAHULUAN. Tuberkulosis merupakan salah satu penyakit infeksi yang disebabkan oleh

melebihi 40-70%, pencahayaan rumah secara alami atau buatan tidak dapat menerangi seluruh ruangan dan menyebabkan bakteri muncul dengan intensitas

I. PENDAHULUAN. Mycobacterium tuberculosis. Menurut World Health Organization (WHO)

BAB 1 PENDAHULUAN. yang disebabkan oleh kuman TB (Mycobacterium tuberculosis). Sebagian

BAB I PENDAHULUAN. karena menjadi penyebab kematian terbanyak dibanding dengan penyakit

BAB I PENDAHULUAN. (Mycobacterium Tuberculosis). Sebagian besar kuman TB menyerang paru, tetapi

SAFII, 2015 GAMBARAN KEPATUHAN PASIEN TUBERKULOSIS PARU TERHADAP REGIMEN TERAPEUTIK DI PUSKESMAS PADASUKA KECAMATAN CIBEUNYING KIDUL KOTA BANDUNG

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pneumonia adalah penyakit batuk pilek disertai nafas sesak atau nafas cepat,

ANALISA FAKTOR RISIKO LINGKUNGAN TERHADAP KEJADIAN TUBERKULOSIS PARU Dhilah Harfadhilah* Nur Nasry Noor** I Nyoman Sunarka***

ANALISA DETERMINAN YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENYAKIT TUBERKULOSIS (TBC) DI RSUD PROF. DR. MARGONO SOEKARJO

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. telah berjangkit dalam periode waktu lama di tengah-tengah masyarakat Indonesia,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dari golongan penyakit infeksi. Pemutusan rantai penularan dilakukan. masa pengobatan dalam rangka mengurangi bahkan kalau dapat

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh infeksi bakteri Mycobacterium tuberculosis. Indonesia saat ini berada pada ranking kelima negara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. mencakup 74% (115,3 juta) dari 156 juta kasus di seluruh dunia. Lebih dari. dan Indonesia (Rudan, 2008). World Health Organization

BAB I PENDAHULUAN. merupakan bentuk yang paling banyak dan paling penting (Widoyono, 2011).

BAB 1 PENDAHULUAN. yang dikategorikan high burden countries. Kasus baru Tuberkulosis di dunia

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh kuman TB (Mycobacterium tuberculosis). Gejala utama

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat. Tuberkulosis Paru (TB Paru) adalah penyakit infeksi

BAB I PENDAHULUAN. sering ditemukan pada usia muda atau usia produktif yaitu tahun,

BAB I PENDAHULUAN. jumlah kasus yang terus meningkat, terutama negara-negara yang

meningkat sampai sekurang-kurangnya mencapai usia 60 tahun. Begitu pula menurut Smith (1994) yang menyatakan bahwa di Nepal dan secara umum di

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. ditemukannya kuman penyebab tuberkulosis oleh Robert Koch tahun 1882

BAB 1 PENDAHULUAN. kadang-kadang juga berhenti minum obat sebelum masa pengobatan selesai,

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Penyakit Tuberkulosis merupakan penyakit infeksi menular yang menjadi masalah kesehatan masyarakat di dunia termasuk Indonesia. Menurut laporan World Health Organitation tahun 2014, kasus penularan penyakit tuberkulosis masih tinggi, jumlah kasus baru di seluruh dunia mencapai 9,2 juta jiwa. Sementara angka kasus kematian karena TB sebanyak 1,7 juta orang. Di Indonesia TBC merupakan penyebab kematian utama dan angka kesakitan dengan urutan teratas setelah infeksi saluran pernafasan atas. World Health Organization (WHO) dalam Annual Report on Global TB Control 2014 menyatakan terdapat 22 negara dikategorikan sebagai highburden countries terhadap TB. Indonesia termasuk peringkat ketiga setelah India dan China dalam prevalensi Penyakit tuberkulosis di dunia (Departemen Kesehatan RI, 2015). Berdasarkan Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) 2015 estimasi prevalensi angka kesakitan tuberculosis di Indonesia sebesar 7 per 1000 penduduk. Tuberkulosis paru menduduki ranking ketiga penyebab kematian (9,4% dari total kematian) setelah penyakit sistem sirkulasi dan sistem pernafasan. Risiko penularan tuberkulosis setiap tahun di Indonesia cukup tinggi dan bervariasi antara 1-2%. Pada daerah dengan ARTI sebesar 1% 1

2 berarti setiap tahun diantara 1000 penduduk, 10 orang akan terinfeksi dan hanya 10% dari yang terinfeksi yang akan menjadi penderita tuberkulosis. Perkembangan kasus tuberkulosis dengan BTA positif di Indonesia terus meningkat. Pada tahun 2013 terdapat 231.645 kasus, meningkat pada tahun 2014 sebanyak 232.358 kasus dan pada tahun 2015 sebanyak 228.485 kasus (Departemen Kesehatan RI, 2015). Sedangkan angka penemuan penderita tuberkulosis dengan BTA positif baru di Jawa Tengah tahun 2013 sebanyak 17.318 penderita dengan Case Detection Rate (CDR) 49,82%, menurun pada tahun 2014 dengan CDR 47,75% dan mengalami peningkatan pada tahun 2015 sebanyak 16.748 penderita atau 47,97% (Dinas Kesehatan Jateng, 2015). Angka notifikasi kasus atau case notification rate (CNR), angka notifikasi kasus BTA (+) pada tahun di Indonesia 2013 di Indonesia sebesar 81,0 per 100.000 penduduk. Provinsi dengan CNR BTA(+) terendah yaitu DI Yogyakarta (35,2), Bali (40,1), dan Jawa Tengah (60,6) (Najmah, 2016). Data survei tahun 2016 di RSUP dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten menunjukkan bahwa angka penemuan kasus Tuberkulosis meningkat dari tahun pertahun. Penemuan kasus TB paru BTA (+) dari Trimester 1 tahun 2015 sebanyak 13 orang meningkat sampai pada trimester pertama tahun 2016 sebanyak 19. Penemuan kasus baru pasien TB RO (+) dengan BTA (-) juga mengalami peningkatan dari trimester 1 tahun 2015 sampai pada Trimester 2 tahun 2016. Dengan penemuan kasus ini merupakan perhatian khusus kepada petugas kesehatan untuk lebih intensive dalam mengobati pasien dengan strategi DOTS.

3 Peningkatan angka kejadian Tuberkulosis di disebabkan oleh beberapa faktor, baik faktor dari dalam maupun faktor dari luar. Faktor resiko penyakit tuberkulosis salah satunya adalah status gizi. Pasien yang mempunyai status gizi kurang, kadar albumin rendah beresiko lebih tinggi tertular Tuberkulosis (Cegielski et all, 2012). Menurut Supriyantoro (2012), Faktor risiko terjadinya peningkatan kejadian Tuberkulosis adalah Umur, Jenis kelamin, penyakit imunocomprimise, sosial ekonomi, kepadatan hunian, ventilasi dan kebiasaan merokok. Faktor risiko adalah suatu determinan yang diperlukan sehingga dapat mengurangi kemungkinan timbulnya masalah kesehatan atau penyakit. Karakteristik tertentu dari golongan penduduk yang mempunyai risiko untuk terjangkitnya penyakit TB lebih besar bila dibandingkan dengan golongan lain. Tuberkulosis merupakan infeksi yang hampir secara eksklusif menular melalui udara dari pasien yang terjangkit penyakit paru. Resiko penularan adalah kontak dengan penderita tuberkulosis BTA (+), kepadatan penduduk yang sangat rentan untuk mudah terinfeksi tuberculosis. Mereka yang mengalami kontak dalam satu rumah mempunyai resiko tinggi terinfeksi, usia muda dan juga imunitas tubuh yang rendah sangat rentan mempunyai resiko terinfeksi tuberkulosis (Singh et all,2013). Peningkatan prevalensi pasien Tuberkulosis di RSUP dr Soeradji Tirtonegoro perlu dilakukan analisis penyebab dan pencegahan agar angka peningkatan ini dapat menurun. WHO menyatakan, keberhasilan program

4 penanggulangan Tuberkulosis sangat tergantung pada tingkat kesadaran dan partisipasi masyarakat yang dipengaruhi oleh pengetahuan masyarakat. Halhal yang dapat mempengaruhi pengetahuan masyarakat tentang Tuberkulosis antara lain melalui media masa (surat kabar, radio dan tv), media cetak (leaflet, poster, billboard) serta penyuluhan langsung oleh petugas kesehatan baik individu maupun maupun kelompok. Pengetahuan tentang Tuberkulosis yang masih kurang dapat menyebabkan individu tidak dapat menerima suatu kebenaran bahwa dirinya terkena Tuberkulosis atau menolak dikatakan menderita Tuberkulosis, enggan untuk menanyakan karena sama sekali tidak mengetahui gambaran tentang Tuberkulosis, adanya stigma sosial yang terbentuk tentang Tuberkulosis (Departemen Kesehatan RI, 2015). Berdasarkan data- data tersebut diatas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Gambaran Profil Penderita Tuberkulosis Paru di RSUP dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten. B. RUMUSAN MASALAH Berdasarkan identifikasi masalah pada latar belakang di atas, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Bagaimanakah Gambaran Profil Penderita Tuberkulosis Paru di RSUP dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten?. C. TUJUAN PENELITIAN 1. Tujuan Umum Penelitian ini secara umum bertujuan untuk mengetahui Gambaran Profil Penderita Tuberkulosis Paru di RSUP dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten.

5 2. Tujuan Khusus a. Untuk mengetahui karakteristik (umur, jenis kelamin, pendidikan, status ekonomi) pasien Tuberkulosis paru di RSUP dr Soeradji Tirtonegoro Klaten. b. Untuk mengetahui status gizi pada pasien Tuberkulosis paru di RSUP dr Soeradji Tirtonegoro Klaten. c. Untuk mengetahui riwayat kontak dengan penderita Tuberkulosis paru di RSUP dr Soeradji Tirtonegoro Klaten.. d. Untuk mengetahui kebiasaan merokok penderita Tuberkulosis. e. Untuk mengetahui riwayat penyakit TB sebelumnya penderita Tuberkulosis. f. Untuk mengetahui lingkungan penderita ( ventilasi, pencahayaan, lantai rumah, kepadatan hunian, kelembaban). D. MANFAAT PENELITIAN Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk berbagai pihak, antara lain: 1. Pendidikan Keperawatan Penelitian ini diharapkan dapat menambah khazanah ilmu pengetahuan dan sebagai informasi tambahan bagi peserta didik dalam materi pembelajaran asuhan keperawatan medikal bedah terutama tentang Tuberkulosis.

6 2. Praktik Keperawatan Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan dapat dijadikan salah satu sumber referensi dalam pengembangan pengetahuan tentang hubungan status gizi dan riwayat kontak pasien tuberkulosis paru dengan kejadian Tuberkulosis. Selain itu, diharapkan penelitian ini dapat menjadi evidence base nursing bagi praktik keperawatan di semua pelayanan kesehatan baik Rumah Sakit maupun di masyarakat. 3. Penelitian Keperawatan Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan dan data dasar pada pengembangan penelitian selanjutnya dalam ruang lingkup yang lebih lanjut karena perhatian terhadap Tuberkulosis di negara berkembang masih sangat kurang. 4. Penderita Tuberkulosis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai gambaran profil penderita Tuberkulosis sehingga para penderita dan keluarga Tuberkulosis mampu mengenali dan mencegah penularan Tuberkulosis. E. KEASLIAN PENELITIAN Terdapat beberapa penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya dengan tema yang serupa, antara lain: 1. Fitriani, E (2013), meneliti Faktor Resiko Yang Berhubungan Dengan Kejadian Tuberkulosis Paru, tujuan penelitian ini untuk mengetahui faktor risiko Tuberkulosis Paru di Puskesmas Ketanggungan Kabupaten Brebes.

7 Penelitian ini menggunakan pendekatan kasus kontrol. Populasi kasus adalah penderita Tuberkulosis Paru di wilayah kerja Puskesmas Ketanggungan berjumlah 77 kasus. Populasi kontrol yaitu bukan penderita Tuberkulosis Paru di wilayah kerja Puskesmas Ketanggungan. Sampel adalah 62 kasus dan 62 kontrol. Hasil penelitian didapatkan ada hubungan antara umur, tingkat pendapatan keluarga, kondisi lingkungan rumah, perilaku, riwayat kontak dan tidak ada hubungan antara jenis kelamin tingkat pendidikan, jarak yankes dengan kejadian Tuberkulosis Paru. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti adalah penelitian ini menggunakan pendekatan kasus kontrol. Desain penelitian yang akan dilakukan peneliti adalah diskriptif analitik dan uji analisa data dengan distribusi frekuensi. Persamaannya adalah pada karakteristik responden Umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan dan variabel riwayat kontak dengan penderita tuberkulosis paru. 2. Nurwitasari, A (2015), meneliti Pengaruh Status Gizi Dan Riwayat Kontak Terhadap Kejadian Tuberculosis Anak Di Kabupaten Jember. Penelitian ini menggunakan rancangan kasus kontrol dengan pendekatan observasional analitik. Objek penelitian adalah anak berusia 0 14 tahun yang didiagnosis oleh Rumah Sakit Paru Jember menderita tuberculosis Sampel diambil dengan metode pencuplikan acak sederhana. Besar sampel kasus sebanyak 24 responden dan sampel kontrol sebanyak 48 responden.. kontak, lama kontak, dan kedekatan dengan penderita tuberkulosis Variabel bebas penelitian ini adalah status gizi anak, riwayat kontak, lama

8 kontak, dan kedekatan dengan penderita tuberkulosis. Analisis pengaruh antara variabel bebas dan tergantung dilakukan dengan menggunakan uji Regresi Logistik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel bebas yang memiliki pengaruh dengan kejadian tuberkulosis anak adalah riwayat kontak, lama kontak, dan kedekatan. Pada penelitian ini dapat disimpulkan bahwa riwayat kontak, lama kontak, dan kedekatan berpengaruh terhadap kejadian tuberculosis anak di Kabupaten Jember. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti adalah penelitian ini menggunakan pendekatan kasus kontrol. Desain penelitian yang akan dilakukan peneliti adalah diskriptif analitik dan uji analisa data dengan distribusi frekuensi. Persamaannya adalah pada variabel status gizi dan riwayat kontak dengan penderita tuberkulosis paru. 3. Febrian, MA (2015): Faktor Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian TB Paru Anak Di Wilayah Puskesmas Garuda Kota Bandung. Metode penelitian ini adalah metode deskriptif, yaitu dengan jumlah populasi sebanyak 22 responden anak riwayat TB paru dan orang tuanya. Tehnik pengambilan sampel ini menggunakan total sampling. pengambilan data diperoleh dengan studi dokumentasi, kuesioner, dan observasi dengan pengolahan data univariate menggunakan prosentase. Kesimpulannya bahwa status gizi hampir setengah responden berstatus gizi baik dan gizi buruk. Riwayat kontak sebagian besar responden mempunyai riwayat kontak positif. Perbedaan dari penelitian ini adalah tehnik sampling dan jenis sampel, tehnik penelitian ini adalah cross sectional. Jenis sampel

9 pada penelitian ini adalah responden dewasa. Persamaan penelitian pada desain penelitian yaitu diskriptif analitik dan variabel bebas yaitu status gizi dan riwayat kontak.