BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Anak usia sekolah adalah anak pada usia 6-12 tahun, yang artinya pada

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. aspek fisik, psikis, dan psikososial (Dariyo, 2004). Jika dilihat dari

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Mengenang kembali peristiwa erupsi Gunung Merapi hampir dua tahun lalu

BAB 1 PENDAHULUAN. atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan

BAB I PENDAHULUAN. Permukaan Bumi mempunyai beberapa bentuk yaitu datar, berbukit. atau bergelombang sampai bergunung. Proses pembentukan bumi melalui

BAB I PENDAHULUAN. api pasifik (the Pasific Ring Of Fire). Berada di kawasan cincin api ini

BAB I PENDAHULUAN. bidang sosial, kematian, luka-luka, sakit, hilangnya tempat tinggal, dan kekacauan

BAB 1 PENDAHULUAN. peristiwa atau serangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kepulauan yang secara geografis, geologis,

BAB I PENDAHULUAN. memberikan pengaruh besar pada perkembangan personal sosial anak.masuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sakit merupakan keadaan dimana terjadi suatu proses penyakit dan

Kebijakan Kesehatan Jiwa Paska Bencana: Terapi Pemberdayaan Diri Secara Kelompok Sebagai Sebuah Alternatif

Laporan Hasil Assessmen Psikologis Penyintas Bencana Tanah Longsor Banjarnegara Tim Psikologi UNS 1. Minggu ke-1 (18 Desember 2014)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pembangunan (UU Kesehatan No36 Tahun 2009 Pasal 138)

BAB I PENDAHULUAN. mulai bergabung dengan teman seusianya, mempelajari budaya masa kanakkanak,

BAB 1 PENDAHULUAN. individu membutuhkannya. Dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang SISDIKNAS,

OLEH : Letkol Laut ( K/W) Drg. R Bonasari L Tobing, M.Si INTERVENSI PSIKOSOSIAL PADA BENCANA

BAB 1 PENDAHULUAN. Beberapa dekade terakhir, skala bencana semakin meningkat seiring dengan

BAB I PENDAHULUAN. dan kapan saja, yang dapat menimbulkan kerugian materiel dan imateriel bagi

BAB I PENDAHULUAN. penduduk yang besar. Bencana yang datang dapat disebabkan oleh faktor alam

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan hal yang terpenting dalam kehidupan kita, Hal ini berarti

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. antara keduanya yang terjadi secara tiba-tiba sehingga menimbulkan dampak

BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG EKSISTENSI PROYEK

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Dari uraian yang telah disampaikan dari Bab I sampai Bab IV, maka dapat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Lanjut usia merupakan suatu proses perubahan yang bertahap dalam jangka

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1

2.1 Perkembangan anak sekolah dasar. Perkembangan anak usia sekolah disebut juga perkembangan masa

BAB I PENDAHULUAN. Struktur penduduk dunia saat ini menuju proses penuaan yang ditandai dengan

BAB I PENDAHULUAN. aspek psikologis, biologis, fisiologis, kognitif, sosial, dan spiritual yang akan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penuaan merupakan proses normal perubahan yang berhubungan dengan waktu,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Manusia dalam hidupnya mengalami perkembangan dalam serangkaian

BAB I PENDAHULUAN. Menurut laporan Perserikatan Bangsa-Bangsa (2011), pada tahun

TIM CMHN BENCANA DAN INTERVENSI KRISIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. Tsunami berasal dari bahasa Jepang, terbentuk dari kata tsu yang berarti. longsoran yang terjadi di dasar laut (BMKG, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Berdasarkan laporan Perserikatan Bangsa-Bangsa 2011, pada tahun 2000-

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan periode kehidupan penuh dengan dinamika, dimana

BAB I PENDAHULUAN. Mekanisme koping adalah suatu cara yang digunakan individu dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. umur harapan hidup tahun (Nugroho, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. dalam lingkaran gunung api (ring of fire). Posisi tersebut menyebabkan Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. lansia di Indonesia yang berusia 60 tahun ke atas sekitar 7,56%. Gorontalo

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. manusia, ditandai dengan perubahan-perubahan biologis, kognitif dan sosial-emosional

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang jiwa. Banyaknya jumlah bencana alam di Indonesia menjadikan Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. dalam Friz Oktaliza, 2015). Menurut WHO (World Health Organization), remaja adalah penduduk dalam rentang usia tahun, menurut

BAB I PENDAHULUAN. faktor alam dan non alam yang mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia,

BAB I PENDAHULUAN. fisik seperti sakit perut, jantung berdebar, otot tegang dan muka merah. Lalu

BAB 1 PENDAHULUAN. periode ini anak sangat aktif sehingga sering merasa kelelahan. Ketika anak

Adhyatman Prabowo, M.Psi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dasar perilaku perkembangan sikap dan nilai kehidupan dari keluarga. Salah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Implementasi PFA pada Anak dan Remaja di Satuan Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. hidrologis serta demografis. Dampak dari terjadinya suatu bencana akan

BAB I PENDAHULUAN. perilaku, komunikasi dan interaksi sosial (Mardiyono, 2010). Autisme adalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang Masalah. Ada banyak definisi mengenai lanjut usia (lansia), namun selama ini

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan negara kepulauan terletak pada pertemuan empat lempeng tektonik dan

BAB I PENDAHULUAN. membangun bangsa ke arah yang lebih baik. Mahasiswa, adalah seseorang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Masa sekolah bagi anak adalah masa yang paling dinantikan. Anak bisa

BAB II Enuresis Stres Susah buang air besar Alergi TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. sebagai gangguan postpartum depression. Depresi postpartum keadaan emosi

Letusan Gunung Sinabung Tingkatkan Kesuburan Tanah

BAB I PENDAHULUAN. Sejak tahun 2004, bencana demi bencana menimpa bangsa Indonesia. Mulai

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Tahap dewasa merupakan tahap tubuh mencapai titik perkembangan yang

BAB I PENDAHULUAN. Hampir setiap hari kasus perilaku agresi remaja selalu ditemukan di media

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. masyarakat lereng Gunung Merapi. Banyaknya korban jiwa, harta benda dan

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan tubuhnya secara efektif. Lebih lanjut Havighurst menjelaskan

MANAJEMEN STRES PADA INDIVIDU YANG SELAMAT (SURVIVOR) DARI BENCANA ALAM. Kartika Adhyati Ningdiah

BAB I PENDAHULUAN. terbanyak di dunia dengan 400 gunung berapi, terdapat sekitar 192 buah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. terjadi dibeberapa daerah, seperti banjir dan tanah longsor.

BAB II TINJAUAN TEORITIS. atau ancaman atau fenomena yang sangat tidak menyenangkan serta ada

BAB I PENDAHULUAN. dari 30 gunung api aktif terdapat di Indonesia dengan lereng-lerengnya dipadati

BAB 1 PENDAHULUAN. terkait fisik tetapi juga masalah kesehatan jiwa masyarakat. Sesuai dengan

Mengenal Gangguan Stress Pasca Trauma

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kematian ibu menjadi 102 per kelahiran hidup. Pembangunan kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. ditandai dengan adanya perkembangan yang pesat pada individu dari segi fisik, psikis

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan kerusakan. Gempa bumi adalah getaran atau guncangan bumi yang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Penelitian ini berangkat dari kejadian bencana alam yang terjadi di Kabupaten Karo

BAB I PENDAHULUAN. sebagai contoh kasus tawuran (metro.sindonews.com, 25/11/2016) yang terjadi. dengan pedang panjang dan juga melempar batu.

BAB I PENDAHULUAN. hasil penelitian yang memenuhi syarat-syarat ilmiah dan digunakan sebagai

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KECEMASAN PADA LANJUT USIA DI PANTI WREDHA DHARMA BHAKTI KOTA SURAKARTA SKRIPSI

BUKU SISWA ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

UNIVERSITAS INDONESIA

Postraumatik stress bisa timbul akibat luka berat atau pengalaman yang menyebabkan organisme menderita kerusakan fisik maupun psikologis

BAB I PENDAHULUAN. Data demografi menunjukkan bahwa populasi remaja mendominasi jumlah

Implementasi PFA pada Anak dan Remaja di Satuan Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. awal yaitu berkisar antara tahun. Santrock (2005) (dalam

RESILIENSI PADA PENYINTAS PASCA ERUPSI MERAPI. Naskah Publikasi. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam Mencapai Derajat Sarjana-S1

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja adalah masa peralihan dari anak-anak ke dewasa, bukan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia baik secara materi atau secara spiritual. Bencana sering terjadi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada masa sekarang ini pendidikan memegang peran yang sangat penting

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan promotif dan preventif baik sehat maupun sakit.

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anak usia sekolah adalah anak pada usia 6-12 tahun, yang artinya pada usia ini sekolah menjadi pengalaman inti anak. Periode ketika anak-anak dianggap mulai bertanggung jawab atas perilakunya sendiri dalam hubungan dengan orang tua mereka, teman sebaya, dan orang lainnya. Usia sekolah merupakan masa anak memperoleh dasar-dasar pengetahuan untuk keberhasilan penyesuaian diri pada kehidupan dewasa dan memperoleh keterampilan tertentu (Wong, 2009). Anak usia sekolah merupakan generasi penerus bangsa sebagai sumber daya manusia pada masa yang akan datang. Kualitas bangsa di masa depan ditentukan oleh kualitas anak-anak saat ini. Anak usia sekolah sering disebut sebagai periode peralihan antara masa pra sekolah dengan masa remaja. Pada kondisi ini akan terjadi banyak perubahan pada diri anak usia sekolah, baik kondisi fisik, mental, sosial, serta terjadi peningkatan kemampuan dan keterampilan terutama keterampilan motorik. Hal ini akan mempengaruhi tumbuh kembang dan kesehatan anak usia sekolah (Edeldan & Mandle, 1996 dalam Kozier, 2004). Perkembangan anak usia sekolah (6-12 tahun) disebut juga perkembangan masa pertengahan dan akhir anak yang merupakan kelanjutan dari 1

masa awal anak. Permulaan masa pertengahan dan akhir ini ditandai dengan terjadinya perkembangan fisik, kognitif, dan psikososial (Perry & Potter, 2009). Pertumbuhan fisik pada masa ini lambat dan relatif seragam sampai mulai terjadi perubahan-perubahan pubertas. Seiring dengan masuknya anak ke sekolah dasar, maka kemampuan kognitifnya turut mengalami perkembangan yang pesat, karena dengan masuk sekolah, berarti dunia dan minat anak bertambah luas, dan dengan meluasnya minat maka bertumbuh pula pengertian tentang manusia dan objek-objek yang sebelumnya kurang berarti bagi anak-anak (Perry & Potter, 2009). Perkembangan kognitif meliputi hal-hal seperti belajar, daya ingat, perkembangan bahasa, proses berpikir, daya kreatifitas. Sedangkan perkembangan psikososial meliputi perubahan dan stabilitas dalam kepribadian dan hubungan sosial seseorang. Pada tahap ini anak lebih memahami dirinya melalui karakteristik internal daripada karakteristik eksternal dan dapat memilih apa yang baik bagi dirinya, maupun memecahkan masalahnya sendiri dan mulai melakukan identifikasi terhadap tokoh tertentu yang menarik perhatiannya (Perry & Potter, 2009). Erikson (dalam Sumanto M.A, 2014) mengatakan anak usia sekolah (6-12 tahun) berada dimasa Industry vs Inferiority Virtue Competence, dimana perkembangan kemampuan psikososial anak usia sekolah ini adalah kemampuan menghasilkan karya, berinteraksi, dan berprestasi dalam belajar berdasarkan kemampuan diri sendiri. Erikson juga mengatakan karakteristik perilaku anak usia 2

sekolah yang normal atau produktif adalah menyelesaikan tugas yang diberikan, mempunyai rasa bersaing, senang berkelompok dengan teman sebaya dan mempunyai sahabat karib, berperan dalam kegiatan kelompok. Anak adalah kelompok yang paling berisiko tinggi mengalami masalahmasalah psikososial. Reaksi-reaksi yang muncul pada anak saat menghadapi sebuah masalah adalah menarik diri, suka mengganggu atau sulit berkonsentrasi, tingkah laku yang mundur dari tahapan usianya, misalnya menghisap ibu jari, mengompol, mimpi buruk, sulit tidur, ketakutan yang tidak masuk akal (seperti: takut gelap, takut akan segala sesuatu yang sebenarnya tidak ada), mudah tersinggung, menolak masuk sekolah, marah yang meledak-meledak, dan suka berkelahi. Terkadang ada keluhan sakit perut atau mengenai sakit lainnya. Terkadang juga mengalami rasa tertekan (depresi), perasaan bersalah,ataupun mati rasa atau emosi yang datar mengenai apapun (emosional numbness), dan cemas (Sumarno, 2013). Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan, diantaranya faktor genetika yaitu totalitas karakteristik individu yang diwariskan orang tua kepada anaknya (baik fisik maupun psikis) yang mempengaruhi keunikan pribadi. Faktor sosial (keluarga, teman sekolah, teman sebaya, dll) yaitu faktor penentu perkembangan kepribadian anak baik dalam berpikir, bersikap, maupun berprilaku. Faktor media massa yaitu bisa berdampak positif seperti mendapat informasi, memperoleh hiburan dan pendidikan dan dampak negatifnya yaitu menjadi contoh perilaku-perilaku negatif yang dipertontonkan di media massa 3

apabila anak tidak dapat menyaring informasi. Dan faktor lingkungan yaitu keseluruhan fenomena (peristiwa, situasi, atau kondisi) fisik/alam misalnya bencana (Soetjiningsih, 2002). Bencana adalah rangkaian peristiwa yang mengganggu kehidupan masyarakat, bisa disebabkan oleh faktor alam atau faktor non alam sehingga menimbulkan korban jiwa, kerusakan lingkungan, kerugian harta, dan dampak pada psikologis korbannya (UU No. 24 tahun 2007). Bencana alam kembali menghantam sejumlah wilayah di dunia pada tahun 2013. Salah satunya adalah erupsi Sinabung yang ada di Sumatera Utara, Kabupaten Karo. Erupsi Sinabung bisa dikatakan salah satu bencana vulkanologi yang parah tahun ini.salah satu letusan dahsyat Sinabung terjadi pada 25 November 2013. Dalam waktu 2 jam saja, Sinabung bererupsi tiga kali dengan ketinggian embusan asap mencapai 2 kilometer. Sementara, hujan abu terjadi hingga radius 7 km. Status Sinabung terus disesuaikan sejak letusan pada September 2013. Pada 15 September, letusan Sinabung dinaikkan dari waspada ke siaga. Sempat diturunkan kembali menjadi waspada pada 29 September, pada akhir November status Sinabung dinyatakan Awas. Akibat erupsi Sinabung, 14.000 orang terpaksa dievakuasi (BNPB, 2013). Badan Nasional Pengawas Bencana (BNPB) tanggal 14 Februari 2014 mengatakan bencana erupsi gunung Sinabung ini telah menimbulkan 17 orang meninggal dan hampir 20 ribu warga mengungsi. Pengungsi terdiri dari para 4

dewasa, lansia, remaja, dan anak-anak. Banyak Desa yang terkena dampak sinabung, salah satunya adalah Desa Batu Karang. Desa Batukarang terletak 7 Km dari gunung Sinabung. Ada 1706 kepala keluarga disana, anak-anak ± 1250 jiwa, remaja ±1500 jiwa, dewasa ± 3000 jiwa, dan lansia ± 700 jiwa, dan semuanya ikut mengungsi. Belum dapat dipastikan sampai kapan aktivitas gunung Sinabung berhenti. Hal ini tentu saja menimbulkan rasa kekhawatiran atau traumatik bagi masyarakat dalam melakukan aktivitasnya sehari-hari. Rasa khawatir dan trauma tersebut merupakan tanda gangguan psikologis pasca bencana (Videback, 2008 dalam Astuti, 2012). Meskipun tidak semua individu yang mengalami kejadian erupsi gunung merapi akan mengalami gangguan stress pasca trauma, trauma pasca bencana dapat beresiko menghasilkan gangguan stress pasca trauma sebanyak 3,8 % dibandingkan dengan kejadian traumatis lainnya. Gangguan pasca bencana ini dapat terjadi pada semua usia, termasuk anak-anak usia sekolah dan remaja (Astuti, 2012). Hasil penelitian tentang dampak psikologis anak korban gunung Sinabung menunjukkan anak yang mengalami dampak kategori ringan 5%, anak yang mengalami dampak kategori sedang 85%, dan anak yang mengalami dampak kategori berat 10%. Hal ini ditunjukkan dengan gejala-gejala yang dialami oleh anak yaitu mudah menangis, marah, gelisah, tidak bisa tidur dan konsentrasi di sekolah (Nasution, Wahyuni, & Daulay, 2014). 5

Durkin (1993 dalam Nasution, Wahyuni, & Daulay, 2014) mengatakan bahwa akibat peristiwa traumatis bencana alam yang terjadi menyebabkan 10% anak mengalami peningkatan perilaku agresif dan 34% akan mengalamai enuresis. Kar (2009 dalam Nasution, Wahyuni, & Daulay, 2014) menyebutkan bahwa prevalensi terjadinya depresi pada anak korban bencana sebesar 17%, gangguan kecemasan 12%, PTSD sebanyak 5-43%. Wooding & Raphael (2004) menyebutkan anak yang mengalami PTSD sebanyak 51,5%, anak mudah menangis 11,7%. Hasil wawancara dengan beberapa anak sekolah di Desa Batu Karang menyatakan bahwa takut gunungnya meletus lagi, takut dengar suara gunungnya, kasihan orang tua tidak bisa ke ladang, tanam-tanaman rusak semua, takut pergi main-main. Dari latar belakang diatas peneliti ingin mengetahui bagaimana respon psikososial anak usia sekolah (6-12 tahun) pasca erupsi Sinabung. Alasan peneliti memilih judul dan lokasi penelitian adalah karena dengan pertimbangan belum ada yang melakukan penelitian mengenai perkembangan psikososial anak usia sekolah di daerah tersebut. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana perkembangan psikososial anak usia sekolah pasca erupsi gunung Sinabung di Desa Batukarang Kecamatan Payung Kabupaten Karo. 6

1.3 Pertanyaan Penelitian Bagaimana perkembangan psikososial anak usia sekolah pasca erupsi Sinabung? 1.4 Tujuan Penelitian Untuk mengetahui perkembangan psikososial anak usia sekolah pasca erupsi Sinabung di Desa Batukarang Kecamatan Payung Kabupaten Karo 1.5 Manfaat Penelitian 1.5.1 Bagi penelitian selanjutnya, penelitian ini diharapkan menjadi penyediaan data dasar yang dapat digunakan untuk penelitian lebih lanjut khususnya mengenai perkembangan psikososial anak usia sekolah pasca erupsi. 1.5.2 Bagi pendidikan keperawatan, hasil dari penelitian ini adalah evidence based practice yang dapat dijadikan sebagai sumber informasi tentang perkembangan psikososial anak usia sekolah pasca erupsi, dan menambah referensi untuk mata ajar Keperawatan Jiwa dan mata ajar yang relevan lainnya. 1.5.3 Bagi praktik keperawatan, hasil penelitian ini memberikan masukan tentang perkembangan psikososial anak usia sekolah pasca erupsi untuk dapat dijadikan sebagai landasan dalam memberikan praktik keperawatan terhadap anak sehingga perkembangan psikososial anak usia sekolah di Desa Batukarang Kecamatan Payung baik. 7