BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Resin akrilik polimerisasi panas adalah salah satu bahan basis gigitiruan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. lunak dan merupakan tempat melekatnya anasir gigitiruan. 1 Berbagai macam bahan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. lunak dan sebagai tempat melekatnya anasir gigitiruan. 1 Daya tahan, penampilan dan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. polimerisasinya dengan pemanasan. Energi termal yang diperlukan untuk

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. jaringan lunak dan juga sebagai tempat melekatnya anasir gigitiruan. 1 Pada dasarnya,

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. lunak dan merupakan tempat melekatnya anasir gigitiruan. 1 Berbagai macam bahan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

LAPORAN PRAKTIKUM ILMU MATERIAL 1. Penyusun:

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yang hilang serta jaringan sekitarnya (Zweemer, 1993). Penggunaan gigi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

MAKALAH DISKUSIINTEGRASI MODUL 3.11 SEMINAR BAHAN KEDOKTERAN GIGI

BAB 1 PENDAHULUAN. di atas. 3 Bahan yang paling umum digunakan untuk pembuatan basis gigitiruan adalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. menggantikan struktur rongga mulut atau sebagian wajah yang hilang. 2, 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. atas 65 tahun. Gigi tiruan yang paling banyak digunakan adalah jenis gigi tiruan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. dengan partikel bahan pengisi. Kelemahan sistem resin epoksi, seperti lamanya

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Universitas Sumatera Utara

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. keadaan ini dapat meningkatkan resiko kehilangan gigi. Kehilangan gigi dapat

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bahan tumpatan warna gigi yang lain (Winanto,1997). Istilah resin komposit dapat

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. dan bersih menjadi tujuan utamanya. Bleaching merupakan salah satu perawatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan negara dengan penduduk yang memiliki kasus

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Resin komposit merupakan salah satu restorasi estetik yang paling populer

BAB I. PENDAHULUAN. Gigi tiruan merupakan suatu alat yang berfungsi untuk menggantikan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. merupakan protesa yang menggantikan gigi yang hilang. Pembuatan gigi tiruan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. 3.1 Rancangan Penelitian : Eksperimental Laboratoris

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bahan basis gigi tiruan yang ideal memiliki karakteristik tidak iritan, toksik,

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Resin akrilik polimerisasi panas berbahan polimetil metakrilat masih

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dari gigi dan mencegah kerusakan selanjutnya (Tylman, 1970).

I. PENDAHULUAN. Menurut Powers dan Sakaguchi (2006) resin komposit adalah salah satu

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

Bahan basis gigitiruan resin. Resin akrilik. Swapolimerisasi. Konduktivitas termal. Minuman soda Obat Kumur Kopi Teh Nikotin

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Gigi yang telah dilakukan perawatan saluran akar lebih mudah mengalami

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. stabil dan mudah dipoles (Nirwana, 2005). Sebagai bahan basis gigi tiruan, resin

BAB 5 HASIL PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. masalah estetik namun juga melibatkan fungsi dari gigi yang akan direstorasi

BAB 2 RESIN KOMPOSIT SEBAGAI BAHAN TAMBALAN. seperti bubuk quartz untuk membentuk struktur komposit.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Gigi tiruan lepasan adalah protesis yang menggantikan sebagian ataupun

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. bahan restorasi yang cepat dan mudah untuk diaplikasikan, dapat melekat dengan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kuat. Resin komposit terdiri atas dua komponen utama, yaitu matriks resin dan filler

III.METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan selama tiga bulan terhitung pada bulan Februari Mei

BAB 2 RESIN KOMPOSIT. yang dihasilkan dari restorasi resin komposit, sebuah restorasi yang paling digemari

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

Klasifikasi. Polimerisasi panas. Polimerisasi kimia. Waterbath Manipulasi microwave. Metil metakrilat. Cross lingking agent. Inhibitor hydroquinon

RESIN AKRILIK. Cross-Linking Ethylenglycoldimethacrylate LIQUID Agent Kira-kira 10% Activator* N-dimethyl-P-toluidinol

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Laboratorium Material Teknik Mesin Jurusan Teknik

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. model gigitiruan dilakukan dengan cara menuangkan gips ke dalam cetakan rongga

BAB III METODE PENELITIAN. 3 bulan. Tempat pelaksanaan penelitian ini dilakukan di Program Teknik Mesin,

2.2 Indikasi dan Kontra Indikasi Mahkota Jaket a. Indikasi Mahkota jaket dapat dipakai untuk memugar gigi gigi anterior yang :

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

PEMBUATAN KOMPOSIT DARI SERAT SABUT KELAPA DAN POLIPROPILENA. Adriana *) ABSTRAK

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dalam bidang kedokteran gigi semakin beragam dan pesat. Terdapat berbagai jenis

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang B. Tinjauan Pustaka

Manipulasi Bahan Cetak Alginat

BAB 1 PENDAHULUAN. mekanis dari bahan restorasi, kekuatan mekanis dari gigi, estetik, dan bentuk jaringan

PENGARUH PEMANASAN BERULANG TERHADAP KEKERASAN BASIS GIGITIRUAN AKRILIK SKRIPSI

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

3 Metodologi penelitian

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Berbagai bahan yang digunakan diawal pembuatan basis gigitiruan di

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. praktek kedokteran giginya adalah keterampilan. Keterampilan menghasilkan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. gigi tiruan cekat, gigi tiruan lepasan dibagi menjadi dua yaitu gigi tiruan sebagian

COMPRESSIVE STRENGTH RESIN AKRILIK POLIMERISASI PANAS SETELAH PENAMBAHAN SERAT KACA 1 % DENGAN METODE BERBEDA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. silikat dan semen polikarboksilat pertama kali diperkenalkan oleh Wilson dan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan. Karies gigi, trauma dan kegagalan restorasi menyebabkan kerusakan dan

BAB IV PENGEMBANGAN MATERIAL PENYUSUN BLOK REM KOMPOSIT

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN. Alat yang digunakan untuk penelitian material komposit ini adalah:

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pasien untuk mencari perawatan (Walton dan Torabinejad, 2008).

PEMERIKSAAN TITIK LEMBEK ASPAL (RING AND BALL TEST) (PA ) (AASHTO-T53-74) (ASTM-D36-69)

MATERIAL PLASTIK DAN PROSESNYA

BAB IV HASIL DAN ANALISA. Tabel 4. 1 Rata-rata cuaca bulanan Stasiun PUSLITBANG FP UNS. Suhu Udara

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

TEKNIK PENGEMASAN DAN PENYIMPANAN KEMASAN KERTAS DAN PLASTIK

BAB I PENDAHULUAN. keberadaannya dalam fungsi pengunyahan, berbicara, maupun segi estetik.

BAB 2 POLIMER, CIRI-CIRI DAN FAKTOR YANG MEMPENGARUHI. (mer). Akhiran mer mewakili unit struktural kimiawi berulang yang paling sederhana dari

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. di beberapa variasi dan bentuk yang terbagi atas 3 yaitu 2 : 1. Powder-Liquid.

Transkripsi:

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Resin Akrilik Polimerisasi Panas Resin akrilik polimerisasi panas adalah salah satu bahan basis gigitiruan polimer yang proses polimerisasinya dengan pengaplikasian panas. Energi termal yang diperlukan untuk polimerisasi bahan-bahan tersebut menggunakan pemanasan air di dalam water bath, jenis resin akrilik polimerisasi panas yang lain menggunakan proses polimerisasi dengan pemanasan oven gelombang mikro. 1 2.1.1 Komposisi Sebagian besar resin akrilik polimerisasi panas tersedia dalam bentuk bubuk dan cairan. 1,2 Bubuknya dapat transparan, sewarna gigi, atau berwarna pink untuk menyerupai warna gingiva. Beberapa sediaan bahkan mengandung serat-serat merah agar dapat menyerupai pembuluh darah. Cairannya tersedia dalam botol kecoklatan untuk mencegah premature polymerization yang disebabkan cahaya atau radiasi ultraviolet pada saat penyimpanan. 20 Bubuknya mengandung beberapa komposisi, yaitu polimetil metakrilat sebagai polimer, benzoil peroksida (0,2-0,5 %) sebagai inisiator, 1,3,4 merkuri sulfit atau cadmium sulfit sebagai zat pigmen yang tercampur di dalam partikel polimer, 3,4 dan dibutil pthalat sebagai plasticizer. 3 Cairannya mengandung monomer (metil metakrilat), hydroquinone (0,006 %) sebagai inhibitor atau stabilizer untuk mencegah polimerisasi selama penyimpanan 1-4,

dibutil pthalat sebagai platicizer, 3 dan glikol dimetakrilat (1-2 %) sebagai bahan untuk memacu ikatan silang (cross-linking agent). 1,3,4 2.1.2 Manipulasi Manipulasi bahan basis gigitiruan resin akrilik meliputi pencampuran bubuk dan cairan sampai menjadi bentuk dough yang akan dimasukkan ke dalam mold selama proses kuring. 6 Perbandingan antara bubuk dan cairan biasanya 3 sampai 3,5 : 1 satuan volume atau 2,5 : 1 satuan berat. 4 Jika terlalu banyak cairan yang digunakan (perbandingan bubuk/cairan rendah) maka pengerutan selama polimerisasi akan lebih besar ( dari 7% menjadi 21 % satuan volume), membutuhkan waktu yang lebih lama untuk mencapai konsistensi dough dan dapat menimbulkan porositas pada basis gigitiruan. 3,4 Sebaliknya jika cairan yang digunakan terlalu sedikit dapat mengakibatkan resin akrilik bergranul karena tidak semua partikel polimer dapat dibasahi oleh monomer dan adonan akrilik tidak akan mengalir saat dipress ke dalam mold. 3,6 Setelah bubuk dan cairan dicampur dengan perbandingan yang tepat, adonan atau campuran akrilik ini akan mengalami 4 fase yaitu : 1. Sandy Mula-mula terbentuk campuran yang menyerupai pasir basah 2. Sticky Bahan menjadi merekat ketika polimer mulai larut dalam monomer 3,4

3. Dough Terbentuknya adonan yang halus, homogen dan liat (dough) konsistensinya sehingga adonan tidah melekat lagi. Fase ini merupakan saat yang tepat untuk memasukkan adonan ke dalam mold. 4. Rubbery-hard Bila adonan dibiarkan terlalu lama, maka akan terbentuk adonan menyerupai karet dan menjadi kaku (rubbery-hard) sehingga tidak dapat dimasukkan ke dalam mold. 2.1.3 Kuring Salah satu teknik kuring mencakup proses pembuatan basis gigitiruan dalam water bath bertemperatur konstan yaitu 70 C selama 8 jam. Teknik kedua mencakup pemrosesan resin pada 70 C selama 2 jam dan kemudian meningkatkan temperatur air sampai 100 C dan diproses selama 1 jam. Kuvet yang didalamnya terdapat mold yang telah diisi resin akrilik kemudian dipanaskan di dalam water bath. Suhu dan lamanya pemanasan harus dikontrol. Beberapa hal yang perlu diperhatikan selama proses kuring, yaitu : 1. Bila bahan mengalami kuring yang tidak sempurna, gigitiruan kemungkinan mengandung monomer sisa yang tinggi. 2. Kecepatan peningkatan suhu tidak boleh terlalu besar. Monomer mendidih pada suhu 100,3 o C. Resin hendaknya jangan mencapai suhu ini sewaktu masih terdapat sejumlah bagian monomer yang belum bereaksi. Reaksi polimerisasi adalah bersifat eksotermis. Maka apabila sejumlah besar massa akrilik yang belum dikuring 1 4

tiba-tiba dimasukkan ke dalam air mendidih, suhu resin bisa naik sampai di atas 100,3 C sehingga menyebabkan monomer menguap. Hal ini menyebabkan gaseous porosity. Setelah proses kuring, kuvet dibiarkan dingin secara perlahan. 4 Pendinginan dilakukan hingga suhu mencapai suhu kamar. 21 Selama proses ini, harus dihindari pendinginan secara tiba-tiba karena selama pendinginan terdapat perbedaan kontraksi antara gips dan akrilik yang menyebabkan timbulnya stress di dalam polimer. Bila pendinginan dilakukan secara perlahan, maka stress diberi kesempatan keluar dari akrilik oleh karena plastic deformation. Selanjutnya resin dikeluarkan dari cetakan dengan hati-hati untuk mencegah patahnya basis gigitiruan, kemudian dilakukan pemolesan resin akrilik. 4 2.1.4 Sifat-sifat Beberapa sifat resin akrilik polimerisasi panas antara lain: a) Monomer sisa Meskipun proses kuring akrilik sudah dilakukan secara benar, masih terdapat monomer sisa sebesar 0,2 sampai 0,5 %. Hal ini mempengaruhi berat molekul ratarata resin akrilik. Kuring pada suhu yang terlalu rendah dan dalam waktu singkat akan menghasilkan monomer sisa yang lebih besar. Monomer sisa dapat menyebabkan iritasi jaringan mulut serta menyebabkan menurunnya sifat-sifat resin akrilik seperti lebih fleksibel dan kekuatannya menurun. 1,6,7

b) Porositas Porositas terjadi akibat penguapan monomer yang tidak bereaksi serta polimer berberat molekul rendah bila temperatur resin mencapai atau melebihi titik didih bahan tersebut. Hal ini mengakibatkan timbulnya gelembung permukaan dan di bawah permukaan yang dapat mempengaruhi sifat fisik, estetis dan kebersihan basis gigitiruan. Porositas juga dapat berasal dari pengadukan yang tidak tepat antara komponen bubuk dan cairan dan karena tekanan yang tidak cukup saat polimerisasi. c) Ketepatan dan kestabilan dimensi Ketepatan dimensi adalah suatu hal yang memegang peranan penting dalam memperoleh adaptasi yang baik antara gigitiruan dengan jaringan pendukung rongga mulut. 16,17 Ketepatan dimensi resin akrilik polimerisasi panas dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya ekspansi mold sewaktu pengisian resin akrilik, ekspansi termal dari adonan akrilik, pengerutan yang terjadi sewaktu polimerisasi, pengerutan termal yang terjadi sewaktu pendinginan dan hilangnya stress yang terjadi saat pemolesan basis resin akrilik. 1,6,7,17 Terjadinya perubahan dimensi dapat mempengaruhi retensi dan stabilisasi gigitiruan di rongga mulut. Metode flasking yang digunakan, suhu, perbandingan polimer dan monomer, tipe resin akrilik, proses kuring dan penyimpanan juga mempengaruhi terjadinya perubahan dimensi selama processing. 5,19 Kestabilan dimensi resin akrilik polimerisasi panas berhubungan dengan absorpsi air yang dapat menyebabkan ekspansi resin akrilik. Hal ini berpengaruh terhadap dimensi dan stabilitas gigitiruan, oleh karena itu absorpsi air sebaiknya sekecil mungkin. 1,6,22

d) Absorpsi air Polimetil metakrilat menyerap air relatif kecil ketika ditempatkan pada lingkungan basah, namun air yang terserap ini menimbulkan efek yang nyata pada sifat mekanis dan dimensi polimer. Mekanisme penyerapan ini umumnya disebabkan oleh proses difusi yang terjadi pada massa polimetil metakrilat yang ditembus oleh molekul air dan menempati posisi di antara rantai polimer sehingga memperlemah ikatan rantai polimer. Terjadinya absorpsi air ini memberikan dua efek penting dalam massa yang terpolimerisasi, yakni menyebabkan massa terpolimerisasi mengalami ekspansi dan mempengaruhi kekuatan rantai polimer karena bertindak sebagai plasticizer. Nilai penyerapan air resin akrilik sebesar 0,69 mg/cm. Setiap kenaikan berat akrilik sebesar 1 % disebabkan oleh absorpsi air menyebabkan terjadinya ekspansi linear sebesar 0,23 %. Penelitian menunjukkan bahwa ekspansi linear yang disebabkan oleh absorpsi air adalah hampir sama dengan pengerutan yang diakibatkan oleh proses polimerisasi sehingga kedua proses tersebut saling mempengaruhi. e) Retak Secara klinis, retak terlihat sebagai garis kecil yang timbul pada permukaan basis resin akrilik. Retakan permukaan merupakan predisposisi terjadinya fraktur basis gigitiruan. Retak umumnya disebabkan oleh tekanan tarik yang menyebabkan terpisahnya molekul-molekul polimer, namun stress mekanis, perbedaan koefisien ekspansi termis dan kerja bahan pelarut juga dapat mempengaruhi terjadinya retak pada basis resin akrilik. 2

f) Fraktur Fraktur yang terjadi pada gigitiruan dapat diakibatkan oleh benturan (impact) misalnya terjatuh pada permukaan yang keras, atau oleh karena flexural fatigue. Flexural fatigue terjadi setelah melenturkan bahan secara berulang-ulang. Beban yang diberikan tidak merusak bila diberikan satu kali, namun bila diberikan berulang kali maka dapat menyebabkan fraktur karena terjadi konsentrasi stress pada satu area. Fraktur midline pada gigitiruan sering disebabkan oleh flexural fatigue. Kerusakan akibat impact biasanya terjadi di luar mulut sebagai hasil dari benturan mendadak pada gigitiruan atau karena jatuhnya gigitiruan pada saat dibersihkan, batuk atau bersin. Menurut penelitian El-Sheikh dan Al-Zahrani, 80,4 % penyebab kerusakan gigitiruan adalah karena benturan (impact) dan 71,4 % kerusakan gigitiruan adalah karena patahnya basis gigitiruan resin akrilik. 23 2.2 Perubahan dimensi Dimensi adalah parameter atau pengukuran yang dibutuhkan untuk mendefinisikan sifat-sifat suatu objek, yaitu ukuran seperti panjang, lebar dan tinggi serta bentuk. Menurut definisi matematika, dimensi adalah parameter yang dibutuhkan untuk menggambarkan posisi dan sifat-sifat objek dalam suatu ruang. Dalam konteks khusus, satuan ukur dapat pula disebut dimensi. Perubahan dimensi dapat diukur secara volumetrik dan linear. Perubahan dimensi biasanya dinyatakan dalam persentase panjang atau volume akhir dibandingkan dengan panjang atau volume mula-mula dari suatu objek Perubahan dimensi linear lebih mudah dan sederhana untuk diukur. 7 Perubahan dimensi linear 24

juga lebih memberikan efek nyata terhadap adaptasi basis gigitiruan di rongga mulut. 1 Biasanya perubahan dimensi volumetrik diukur dengan pengukuran tiga kali perubahan dimensi linear. Perubahan dimensi juga dapat diukur dengan metode vektor untuk mendapatkan nilai perubahan dimensi secara keseluruhan dari suatu sampel. Penggunaan metode ini biasanya digunakan untuk mengukur perubahan dimensi secara linear. Pengukuran perubahan dimensi dilakukan dengan terlebih dahulu menentukan titik acuan pada sampel dan model induk. Nilai vektor diperoleh dengan menghitung akar dari jumlah jarak titik-titik acuan yang dikuadratkan pada masingmasing sampel dan model induk. Perubahan dimensi diperoleh dari selisih antara vektor model induk dan vektor sampel. 7 19,25-27 Perubahan dimensi = v 1 - v 0 Keterangan : V 1 = vektor sampel V0 = vektor model induk Zissis, dkk (1991) melaporkan 60 % artikel yang dipublikasikan tentang alat ukur perubahan dimensi menggunakan metode secara mikroskopis. Alat ukurnya berupa travelling microscope atau disebut juga optical comparator. 26,28,29 Perubahan dimensi selalu dikaitkan dengan 2 hal yaitu pengerutan dan ekspansi. 26 Perubahan dimensi pada resin akrilik polimerisasi panas terutama dipengaruhi oleh pengerutan polimerisasi dan absorpsi air. 30 Pengerutan linear pada resin akrilik dilaporkan kurang dari 1 %, namun dari beberapa penelitian nilai ini

berkisar antara 0,2 % - 0,5 %. 16,26,30 Pengerutan yang berkisar antara 0,1% 0,4 % tidak terlalu berpengaruh terhadap adaptasi gigitiruan di rongga mulut sehingga masih bisa ditoleransi oleh daya pegas mukosa, namun daya pegas mukosa ini tidak dapat mengkompensasi bila ketidaksesuaian yang terjadi melebihi 1 mm terutama jika terjadi di daerah posterior palatal. Pengaruh yang besar dari pengerutan linear terdapat pada daerah posterior palatal dari gigitiruan penuh rahang atas yang dapat menimbulkan celah antara basis gigitiruan dan jaringan pendukung di rongga mulut. Hal ini dapat mengurangi stabilisasi gigitiruan karena kestabilan gigitiruan salah satunya dipengaruhi oleh adaptasi yang rapat antara basis gigitiruan dan jaringan pendukung rongga mulut. Adaptasi yang rapat juga mempengaruhi retensi gigitiruan yang berhubungan dengan lapisan saliva yang mempengaruhi adhesi antara gigitiruan dan jaringan lunak rongga mulut. 17,31 Selain mengalami pengerutan, resin akrilik juga memiliki sifat mengabsorpsi air yang menyebabkan ekspansi yang nilainya berkisar antara 0 % - 0,32 %. 30 2.3 Penguat Sebagian besar resin akrilik yang digunakan adalah dalam bentuk yang tidak dimodifikasi. Namun, beberapa tahun belakangan ini produk resin akrilik telah dikembangkan untuk memperbaiki kekuatan impak, fatigue resistance dan radiopacity. Beberapa pendekatan untuk memperkuat resin akrilik diantaranya dengan modifikasi secara kimia, penambahan penguat logam dan penambahan serat ke dalam polimetil metakrilat. 6,8,21

2.3.1 Kimia Gigitiruan berbasis resin akrilik dapat dimodifikasi dengan penggabungan butadiene-styrene rubber dengan metil metakrilat. Modifikasi ini meningkatkan kekuatan impak sehingga sering disebut resin akrilik high impact. Sebagai hasil dari penggabungan dengan rubber, modifikasi ini juga dapat menurunkan absorpsi air walaupun dalam jumlah yang kecil. Kelemahan resin akrilik ini adalah kemungkinan terjadinya peningkatan elastisitas yang berlebihan sehingga menjadi terlalu fleksibel dan harganya yang jauh lebih mahal daripada resin akrilik konvensional. 7 8 2.3.2 Logam Penggunaan logam untuk ditambahkan ke dalam basis gigitiruan telah dilaporkan untuk mempengaruhi daya tahan resin akrilik terhadap fraktur. Beberapa bentuk logam yang dapat ditambahkan antara lain berbentuk kawat, batang, lembaran atau anyaman dan pelat. Sifat penguatan oleh logam dipengaruhi oleh ketebalan dan posisinya pada resin. Penggunaan logam berbentuk batang dan kawat sebagai bahan penguat sering memiliki keterbatasan karena dapat meningkatkan konsentrasi tekanan di sekeliling resin akrilik sehingga dapat mengurangi kekuatan gigitiruan. 8 2.3.3 Penambahan serat Penambahan serat telah diakui dapat meningkatkan sifat mekanis resin akrilik terutama untuk memperkuat basis gigitiruan resin akrilik, namun penggunaannya belum umum di bidang kedokteran gigi. 13 Tujuan utama penambahan serat pada basis gigitiruan resin akrilik adalah untuk mengurangi kemungkinan terjadinya fraktur dan

kerusakan saat terjadi kecelakaan. 3 Penambahan serat pada basis gigitiruan resin akrilik dapat secara menyeluruh atau sebagian. Serat yang ditambahkan harus dapat menyatu dalam basis gigitiruan. Pengaruh penambahan serat pada basis gigitiruan resin akrilik sangat mempengaruhi kekuatan impak, kekuatan transversal, modulus elastisitas dan daya tahan terhadap fraktur basis gigitiruan resin akrilik. 9,13 Beberapa serat yang dapat ditambahkan ke dalam basis gigitiruan antara lain serat karbon, serat aramid, serat polietilen dan serat kaca. 9,13 2.3.3.1 Karbon Salah satu usaha untuk memperbaiki fatigue resistance resin akrilik diperoleh dengan penggunaan serat karbon. 9,21 Jika serat diletakkan secara benar maka kemungkinan akan mempunyai efek yang bermanfaat. Bahan ini mengeraskan gigitiruan, mengurangi derajat kelenturan dan kemungkinan terjadinya fraktur. Resin akrilik dengan serat karbon memiliki beberapa kelemahan diantaranya sulit dipoles dan memiliki estetis yang buruk karena warnanya yang hitam. 21 8,9,21,32-35 Ikatan antara serat dan resin akrilik juga sulit diperoleh, jika ikatan antara resin akrilik dan serat tidak tercapai maka serat tersebut kemungkinan dapat menurunkan kekuatan gigitiruan. 21 Gambar 1. Serat karbon 36

2.3.3.2 Aramid Penambahan serat aramid telah menunjukkan peningkatan kekuatan impak secara signifikan dan meningkatkan daya tahan terhadap fraktur basis gigitiruan resin akrilik. 15 Kekurangan pemakaian serat aramid yaitu tidak praktis karena sulit untuk dipoles dan warnanya yang kuning mengurangi estetisnya di rongga mulut. 8,32-34 Serat ini dapat menyebabkan permukaan yang kasar pada gigitiruan sehingga dapat menyebabkan iritasi mukosa dan ketidaknyamanan pasien serta seringnya terjadi penyebaran serat aramid yang tidak merata di dalam matriks resin. 8,37 2.3.3.3 Polietilen Diantara semua serat yang dapat ditambahkan ke dalam basis gigitiruan resin akrilik, serat polietilen memiliki sifat yang paling baik untuk ditambahkan ke dalam basis gigitiruan resin akrilik karena pemakaian serat polietilen dapat meningkatkan kekuatan impak paling tinggi diantara serat yang lain yaitu 18870,79 N/m, serta terjadinya proses adhesi yang baik antara polimer dan serat. Selain itu, pada saat kontak awal antara poli metil metakrilat dan serat polietilen terjadi penyatuan yang sangat baik sehingga mengurangi terjadinya porositas. Basis gigitiruan yang ditambah dengan serat polietilen juga memiliki estetis yang lebih baik dari serat yang lain karena polietilen termasuk polimer yang memiliki sifat-sifat yang mendekati poli metil metakrilat, salah satunya sifat optik polietilen yang hampir sama dengan poli metil metakrilat sehingga penambahan serat polietilen tidak terlihat pada basis gigitiruan resin akrilik. Serat ini juga mudah untuk dipoles. 9,15

2.3.3.4 Kaca 2.3.3.4.1 Pengertian Salah satu jenis serat yang dapat ditambahkan ke dalam resin akrilik untuk memperbaiki sifat fisik dan mekanik resin akrilik adalah serat kaca atau disebut juga fiberglass. 8 Serat kaca merupakan material yang terbuat dari serabut-serabut yang sangat halus dari kaca atau gelas. 38 Serat kaca dapat beradhesi dengan matriks polimer di dalam resin akrilik sehingga memiliki kekuatan ikatan yang baik dengan resin akrilik, oleh karena itu serat kaca menjadi pilihan untuk ditambahkan ke dalam resin akrilik sebagai bahan penguat. 13,38 2.3.3.4.2 Komposisi Komposisi serat kaca secara kimia antara lain mengandung 55,2 % SiO 2, 14,8% Al 2 O 3, 7,3 % B 2 O 3, 3,3 % MgO, 18,7 % CaO, 0,2 % K 2 O, serta masingmasing 0,3 % Na 2 O 3, Fe 2 O 3 dan F 2. 39 Konsentrasi serat kaca yang ditambahkan pada resin akrilik juga dapat mempengaruhi kekuatan resin tersebut. Kekuatan transversal basis gigitiruan akan lebih baik jika ditambahkan serat kaca sebesar 1 %. Konsentrasi serat kaca yang tinggi akan bertindak sebagai benda asing di dalam polimer dan mengganggu kehomogenan matriks resin sehingga dapat melemahkan resin akrilik. 12 Stipho (1998) menyimpulkan kekuatan transversal resin akrilik yang ditambah 1 % serat kaca berbentuk potongan kecil akan meningkat dari 76409 Kpa menjadi 90681 Kpa. Kekuatannya lebih besar daripada resin akrilik yang ditambah serat kaca berkonsentrasi 2 % dan 5 % yang memiliki kekuatan transversal sebesar 83913 Kpa

dan 83468 Kpa. Resin akrilik yang ditambah dengan serat kaca berkonsentrasi 10 % dan 15 % memiliki kekuatan transversal lebih rendah daripada resin akrilik yang tidak ditambah serat kaca yaitu 72551 Kpa dan 65905 Kpa. 33 2.3.3.4.3 Bentuk Serat kaca mempunyai beberapa bentuk diantaranya adalah bentuk batang, anyaman dan potongan kecil. 15,32 a. Batang Serat kaca berbentuk batang terbuat dari serat kaca continuous unidirectional yang terdiri atas 1000-200000 serabut serat kaca. Diameternya berkisar antara 3-25 µm. 40 Walaupun beberapa penelitian menyatakan bahwa penggabungan serat kaca berbentuk batang dengan basis gigitiruan poli metil metakrilat akan meningkatkan kekuatan basis gigitiruan secara signifikan, tetapi terdapat beberapa kekurangan dari proses ini yaitu penanganan yang lebih sulit dan penyerapan serat dengan resin yang tidak adekuat. 15 Vallitu (1996) menyatakan, serat kaca berbentuk batang yang ditambahkan ke dalam resin akrilik polimerisasi panas dapat menyebabkan perubahan dimensi yang signifikan. 18 b. Anyaman Serat kaca berbentuk anyaman sesuai sebagai bahan penguat karena bentuk ini memiliki ukuran yang bervariasi. Serat kaca berbentuk anyaman juga lebih baik dan mudah untuk dibasahi oleh monomer. 32 Serat kaca bentuk anyaman juga memiliki kekurangan yaitu penempatannya pada mold yang lebih sulit. 15 Ratwita dan Mahalistiyani (2007) menyatakan bahwa resin akrilik yang ditambah serat kaca

bentuk anyaman mengalami perubahan dimensi terbesar bila resin akrilik ditambah tiga lembar serat kaca. 5 Gambar 2. Serat kaca bentuk anyaman c. Potongan kecil Penggunaan serat kaca berbentuk potongan kecil telah banyak dilakukan dalam beberapa penelitian. Serat kaca bentuk ini memiliki banyak kelebihan diantaranya kemudahan penggunaannya di klinik. Hal ini disebabkan proses pencampuran antara serat kaca dan resin yang lebih sederhana serta ukuran serat yang kecil memudahkan untuk dimanipulasi dan dimasukkan ke dalam adonan resin akrilik. 15 Stipho (1998) menyatakan bahwa kekuatan transversal tertinggi diperoleh dari penambahan serat kaca sebanyak 1 % dari total berat polimer dan monomer. 33 Lee, dkk (2001) menyatakan bahwa resin akrilik polimerisasi panas yang ditambah dengan serat kaca berbentuk potongan kecil berukuran 3 mm meningkatkan kekuatan 41 transversal resin akrilik. 15 Penambahan serat kaca pada resin akrilik juga dapat mengurangi absorpsi air resin akrilik. Hal ini disebabkan serat kaca mengurangi kuantitas air yang dapat diserap oleh polimer. 42

Gambar 3. Serat kaca bentuk potongan kecil 43 Penambahan serat kaca ke dalam resin akrilik sering menimbulkan kesulitan dalam hal penyatuan serat ke dalam matriks polimer, tetapi masalah ini dapat diatasi dengan mengubah viskositas campuran antara resin akrilik dan serat kaca dengan cara meningkatkan kandungan monomer ke dalam campuran sehingga serat lebih mudah meresap ke dalam resin akrilik. 19 Salah satu cara penambahan serat kaca bentuk potongan kecil ke dalam resin akrilik polimerisasi panas adalah dengan merendam serat kaca yang akan digunakan ke dalam sejumlah monomer selama beberapa menit untuk meningkatkan penyatuannya ke dalam resin akrilik. Serat kaca kemudian dikeluarkan dari monomer dan ditiriskan. Serat kaca kemudian dimasukkan ke dalam campuran resin akrilik dan diaduk sampai merata, setelah mencapai fase dough campuran dimasukkan ke dalam mold. 43