TRAUMA KEPALA Doni Aprialdi C11050165 Lusi Sandra H C11050171 Cynthia Dyliza C11050173
PENDAHULUAN Insidensi trauma kepala di USA sekitar 180-220 kasus/100.000 populasi (600.000/tahunnya) 10 % dari kasus-kasus tersebut fatal, dan memerlukan perawatan intensif di rumah sakit. Mekanisme :kecelakaan kendaraan bermotor, jatuh, trauma ketika berolahraga, dan trauma penetrasi. Rasio antara pria dan wanita adalah 2:1, prevalensi terbanyak pada usia < 35 tahun.
Definisi Trauma kepala : gangguan pada otak yang bersifat non degeneratif dan non kongenital yang disebabkan oleh kekuatan mekanik eksternal, yang menyebabkan terjadinya kerusakan kognitif, fisikal, dan fungsi psikososial yang permanen atau sementara, dengan atau tanpa disertai berkurangnya atau perubahan tingkat kesadaran.
Patofisiologi Otak dilapisi tulang tengkorak, yang merupakan kontainer yang kaku dan tidak elastis peningkatan kecil volume kompartemen intrakranial yang masih dapat ditolerir sebelum tekanan akhirnya meningkat secara dramatis. Konsep ini diperkenalkan oleh Monro-Kellie, yang menyatakan bahwa volume intrakranial total adalah tetap karena adanya struktur inelastik dari tulang tengkorak.
Patofisiologi Konsep tekanan perfusi serebral (CPP). CPP diartikan sebagai perbedaan antara tekanan ratarata arterial (MAP) dan tekanan intrakranial (ICP). Prakteknya, CPP adalah tekanan pada pengiriman darah ke otak. Pada individu yang menderita hipertensi jangka panjang dengan otak yang tidak mengalami trauma, aliran darah serebral (CBF) konstan pada kisaran MAP 50-150 mmhg, karena autoregulasi dari arteriol, yang akan berkonstriksi atau berdilatasi.
Jenis Trauma Kepala Trauma kepala primer : trauma awal pada otak sebagai hasil langsung dari trauma. Hal ini merupakan trauma struktural awal yang disebabkan oleh impact pada otak, dan seperti bentuk trauma neural yang lain, pasien sembuh secara perlahan.
Jenis Trauma Kepala Trauma kepala sekunder : trauma subsekuen apapun pada otak setelah terjadi kerusakan awal. Trauma ini dapat berasal hipotensi sistemik, hipoksia, peningkatan ICP, atau sebagai hasil biokimia dari perubahan fisiologi yang diawali oleh original traumanya. Pengobatan dari trauma kepala secara langsung adalah untuk mencegah atau meminimalisasikan trauma kepala sekunder.
Peningkatan ICP mungkin berasal dari trauma otak awal atau dari trauma sekunder terhadap otak. ICP orang dewasa normal : 0-15 mmhg. Anakanak batas atas lebih rendah yaitu 0-10 mmhg. Peningkatan ICP penurunan CPP dan penurunan CBF, jika cukup berat iskemi serebral. ICP yang tidak terkontrol akan menyebabkan herniasi. Herniasi melibatkan pergerakan dari otak melewati struktur dural, yang akan berakibat pada trauma serebral yang fatal dan ireversibel.
Keadaan Klinis Keadaan klinis dari pasien bervariasi. Glasgow Coma Scale (GCS) yang dikembangkan oleh Jennet dan Teasdale digunakan untuk menggambarkan tingkat kesadaran pasien trauma kepala. GCS dibagi menjadi 3 kategori, pembukaan mata (E), respon motorik (M), dan respon Verbal (V). Jika belum dapat dilakukan pada primary survey, GCS dapat dilakukan pada secondary survey.
Glasgow Coma Scale Menilai tingkat keparahan cedera kepala melalui GCS : a.cedera kepala ringan (kelompok risiko rendah) - Skor GCS 15 - (-)kehilangan kesadaran - (-)intoksikasi alkohol/obat terlarang - Dapat mengeluh nyeri kepala/pusing - Pasien menderita abrasi, Iaserasi, atau hematoma kulit kepala - Tidak ada kriteria cedera sedang-berat
Glasgow Coma Scale b. Cedera kepala sedang, (kelompok risiko sedang) - Skor GCS 9-14 (konfusi, letargi, atau stupor) - Konklusi - Amnesia pasca trauma - Muntah -- Tanda kemungkinan fraktur kranium - Kejang
Glasgow Coma Scale c. Cedara kepala berat (kelompok risiko berat) - Skor GCS 3-8 (koma) - Penurunan derajat kesadaran secara progresif - Tanda neurologis fokal - Cedera kepata penetrasi atau teraba fraktur depresi kranium
Anamnesis I. Identifikasi pasien II. Keluhan utama, dapat berupa : - Penurunan kesadaran - Nyeri kepala III.Anamnesis tambahan : - Kapan? ( untuk mengetahui onset) - Bagaimana? (mekanisme kejadian, bagian tubuh apa saja yang terkena, dan tingkat keparahan yang mungkin terjadi)
Berdasarkan mekanismenya, trauma dibagi menjadi : #Cedera tumpul : -kecepatan tinggi (tabrakan) -kecepatan rendah (terjatuh atau terpukul) #Cedera tembus (luka tembus peluru atau tusukan) adanya penetrasi selaput dura menentukan apakah suatu cedera termasuk cedera tembus atau cedera tumpul.
Komplikasi / Penyulit 1. Memakai helm atau tidak (untuk kasus KLL) 2. Pingsan atau tidak (untuk mengetahui apakah terjadi Lucid interval) 3. Ada sesak nafas, batuk-batuk 4. Muntah atau tidak 5. Keluar darah dari telinga, hidung atau mulut
Komplikasi / Penyulit 6.Adanya kejang atau tidak 7.Adanya trauma lain selain trauma kepala (trauma penyerta) 8.Adanya konsumsi alkohol atau obat terlarang lainnya 9.Adanya riwayat penyakit sebelumnya (Hipertensi, DM)
Pemeriksaan Fisik 1. Primary Survey A.Airway, dengan kontrol servikal B.Breathing, dengan ventilasi yang adekuat C.Circulation, dengan kontrol perdarahan D.Disability E.Exposure
Pemeriksaan Fisik 2. Secondary Survey Adalah pemeriksaan dari kepala sampai kaki (head to toe, examination), termasuk reevaluasi tanda vital. Pada bagian ini dilakukan pemeriksaan neurologis lengkap yaitu GCS jika belum dilakukan pada primary survey Dilakukan X-ray foto pada bagian vang terkena trauma dan terlihat ada jejas.
Trauma Kepala Khusus a. Patah Tulang Tengkorak Patah tulang tengkorak merupakan suatu retakan pada tulang tengkorak b. Gegar otak dan robekan otak Gegar otak (kontusio serebri) merupakan memar pada otak, yang biasanya disebabkan oleh pukulan langsung dan kuat ke kepala. Robekan otak adalah robekan pada jaringan otak, yang seringkali disertai oleh luka di kepala yang nyata dan patah tulang tengkorak.
Trauma Kepala Khusus c. Perdarahan Intrakranial Perdarahan intrakranial (hematoma intrakranial) adalah penimbunan darah di dalam otak atau diantara otak dengan tulang tengkorak
TERIMA KASIH ATAS PERHATIANNYA