BAB I PENDAHULUAN. 2011, hlm Lantip Diat Prasojo dan Sudiyono, Supervisi pendidikan, Gava Media, Yogyakarta,

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Sekolah sebagai suatu lembaga pendidikan yang merupakan organisasi

BAB I PENDAHULUAN. nilai-nilai yang ada berlangsung suatu proses pendidikan sesuai dengan tujuan

BAB I PENDAHULUAN. melalui pendidikan, baik secara pendidikan formal, non formal maupun

BAB I PENDAHULUAN. Teras, 2009), hlm Sulistyorini, Manajemen Pendidikan Islam: Konsep, Strategi dan Aplikasi, (Yogyakarta:

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: variabel dapat dikatakan memiliki korelasi sedang.

BAB I PENDAHULUAN. tugasnya melalui manajemen pendidikan yang diterapkan. Sebagai pelaksana

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. 1 Mengajar merupakan suatu

BAB I PENDAHULUAN. Bandung, Hlm E. Mulyasa, Pengembangan Dan Implementasi Kurikulum 2013, Remaja Rosdakarya,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. Sudarwan Danim, Pengembangan Profesi Guru,Kencana Prenada Media Group, Jakarta, 2012, hlm. 2.

BAB I PENDAHULUAN. Jakarta, 1997, hlm Engkoswara & Aan komariah, Administrasi Pendidikan, Alfabeta: Bandung, 2012, hlm. 92.

BAB I PENDAHULUAN. Pengawas PAI sebagai seorang supervisor harus memiliki keterampilan. meningkatkan kinerja guru PAI.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Guru merupakan salah satu tenaga kependidikan yang dituntut

BAB I PENDAHULUAN. Masalah pendidikan adalah masalah yang sangat penting dalam. kehidupan, baik kehidupan keluarga atau berbangsa dan bernegara.

Kinerja guru di Kota Solo masih rendah, seperti yang dikemukakan oleh Kepala Badan Kepegawaian Daerah (BKD) Kota Solo, Etty Retnowati,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Kepala sekolah selaku pemimpin secara langsung merupakan contoh nyata

BAB VI KESIMPULAN. tiga sub bab pokok bahasa, yaitu kesimpulan, Implikasi dan saran.

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu unsur penting dalam kegiatan pendidikan di madrasah adalah guru.

BAB I PENDAHULUAN. profesional, pemegangnya harus memenuhi kualifikasi tertentu. Kriteria jabatan

BAB I PENDAHULUAN. pelanggannya. Sebagai pemimpin pendidikan, Kepala sekolah mempunyai peran

BAB I PENDAHULUAN. Profesi Guru telah hadir cukup lama di negara Indonesia ini, meskipun

LEMBAR PENGESAHAN ARTIKEL

BAB I PENDAHULUAN. seutuhnya dengan mengembangkan kemampuan intelektual, potensi, spiritual,

KONTRIBUSI SUPERVISI KEPALA SEKOLAH, KOMPETENSI GURU, DAN KONDISI LINGKUNGAN KERJA TERHADAP KINERJA GURU MADRASAH ALIYAH NEGERI (MAN) DI KARANGANYAR

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Agar dapat menemukan pendidikan yang bermutu dan dapat meningkatkan. dalam seluruh aktifitas bidang-bidang tersebut.

BAB 1 PENDAHULUAN. saling bekerja sama dalam meningkatkan kualitas kerja agar menghasilkan output yang

BAB V PENUTUP. Berdasarkan seluruh uraian pembahasan skripsi di atas. Kiranya penulis

PERAN KEPALA MADRASAH DALAM UPAYA MENINGKATKAN MUTU PENDIDIKAN DI MAN PURWODADI TAHUN AJARAN NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Muhammad Khoerudin, 2016

BAB I PENDAHULUAN. pengamatan penulis di salah satu madrasah di Purbalingga, di mana kepala

BAB I PENDAHULUAN. dalam memahami Psikologi anak Usia SD, SMP, dan SMA, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 2009, hlm. 219.

BAB I PENDAHULUAN. dirinya yang memungkinkannya untuk berfungsi secara baik dalam kehidupan

PERAN KELOMPOK KERJA GURU (KKG) DALAM MENINGKATKAN KOMPETENSI GURU SEKOLAH DASAR DI GUGUS 1 BARUGA KOTA KENDARI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. yang diperoleh adalah tingkat Kompetensi Pedagogik guru-guru SD Negeri di

Oleh: ROHAYATI

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat ditarik kesimpulan

BAB I PENDAHULUAN. keberhasilan dan kelangsungan hidup Bangsa dan Negara di segala bidang. dan mengembangkan kualitas sumber daya manusia.

BAB I PENDAHULUAN. E. Mulyasa, Manajemen PAUD, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 2014, hlm

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan tidak terlepas dari kualitas pendidikan itu sendiri. Banyak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pelaksanaan pembelajaran di sekolah tidak lepas dari permasalahan, di

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan pendidikan sebagai suatu gejala budaya dalam masyarakat telah berlangsung baik

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. Bab pendahuluan ini secara berturut-turut di bahas mengenai latar belakang, fokus

BAB I PENDAHULUAN. harus memiliki dasar kepemimpinan yang kuat. 1 oleh karena itu, kepala sekolah

1. PENDAHULUAN. Madrasah, dalam konteks ini Institusi Pendidikan formal yang berbasis Agama

PENINGKATAN PROFESIONALISME GURU DI LEMBAGA PENDIDIKAN ISLAM (Studi Kasus di MTs Daruttauhid Malang) Oleh: Aldi Al Bani, M. Pd.I

BAB I PENDAHULUAN. Salis Edward, Total quality Manajement in Educational, Terj. Ali Riyadi dan Fahrurrazi, IRCiSoD, Yogyakarta, 2012, hlm.

SUPERVISI KEPALA SEKOLAH TERHADAP KOMPETENSI PROFESIONAL GURU

BAB I PENDAHULUAN. masa sentralisasi segala sesuatu seperti: bangunan sekolah, kurikulum,

BAB I PENDAHULUAN. masalah pendidikan bangsa. Menurut Mulyasa Setidaknya terdapat tiga syarat

BAB I PENDAHULUAN. tantangan yang lebih terbuka, sehingga sangat dibutuhkan kehadiran setiap

BAB IV ANALISIS KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DALAM MENINGKATKAN KINERJA GURU DI SMP ISLAM SULTAN AGUNG 1 SEMARANG

Kepala Sekolah, Meningkatkan Kualitas Pembelajaran PKn

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu (S.1) Dalam Ilmu Tarbiyah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

UPAYA KEPALA SEKOLAH MENINGKATKAN PELAKSANAAN TUGAS GURU DALAM PEMBELAJARAN DI SMP PEMBANGUNAN LABORATORIUM UNP

BAB I PENDAHULUAN. hlm Wahjosumidjo, Kepemimpinan Kepala Sekolah, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2003,

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu komponen yang menentukan proses belajar mengajar

BAB III METODE PENELITIAN

BAB V PENUTUP. 1. Kepemimpinan Kepala Sekolah Dalam meningkatkan kualitas. dengan kebutuhan, telah menerapkan kurikulum KTSP.

BAB I PENDAHULUAN. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2006, hlm Endang Poerwanti, dkk, Perkembangan Peserta didik, Malang: UMM Press, 2002, hlm.

A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. hlm Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, ( Jakarta: PT Bumi Aksara, 2008), Cet. 7,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan kegiatan yang sangat utama dalam

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nonformal merupakan jalur pendidikan di luar pendidikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pengajaran ilmu pengetahuan terjadi dalam lembaga pendidikan tersebut.tanpa

BAB I PENDAHULUAN. Keberadaan sekolah benar-benar sangat diperlukan, karena sekolah

BAB I PENDAHULUAN. pendidikannya, apalagi di era globalisasi saat ini. faktanya dilapangan mutu pendidikan kita masih sangat jauh dari harapan.

BAB I PENDAHULUAN. Bandung, 2000, hlm 38 2 Sudarwan Danim, Inovasi Pendidikan Dalam Upaya Peningkatan Profesioanalisme

Jamal Ma mur Asmani, Tips menjadi guru inspiratif kreatif dan inovatif, Diva Press, Jogjakarta, hlm.161

BAB I PENDAHULUAN. sedemikian rupa sehingga mengoptimalkan pemanfaatan dari segala sarana dan

BAB I PENDAHULUAN. tertuju pada pencapaian mutu dan kinerja pendidikan. Melalui kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. Kinerja seorang guru merupakan komponen yang sangat menentukan

PROGRAM MAGISTER MANAJEMEN PENDIDIKAN PASCA SARJANA UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Nuansa Aulia. 2010), hlm Dadi Permadi, Daeng Arifin, The Smiling Teacher, (Bandung:

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan lembaga pendidikan madrasah khususnya di Kabupaten Lampung

BAB V PEMBAHASAN PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Konteks Penelitian. Bangsa Indonesia sebagai bagian dari dunia, apabila

BAB I PENDAHULUAN. Press,Yogayakarta, 2003, hlm. 9. Grafindo Persada, Jakarta, 2011, hlm.8-9.

BAB I PENDAHULUAN. 1 SamsulNizar, Filsafat PendidikanIslam(Jakarta: Ciputat Press, 2002), h. 41.

BAB I PENDAHULUAN. secara langsung berupaya mempengaruhi mengarahkan dan mengembangkan

Moch. Idochi Anwar Administrasi Pendidikan dan Manajenem Biaya Pendidikan, Bandung, Alfabeta, 2003, hal. 70

KOMPETENSI PROFESIONAL GURU DALAM MENINGKATKAN EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN IPS KELAS VIII DI MTs AS-SUNNAH KOTA CIREBON SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. Kebijakan pemerintah yang tertuang dalam Undang-Undang No 32 tahun

BAB I PENDAHULUAN. melalui langkah-langkah perencanaan, penampilan mengajar yang nyata serta. Swasta yang berada di kabupaten Lampung Tengah.

BAB I PENDAHULUAN. Kepala Madrasah memerlukan orang-orang yang mampu memimpin. pekerjaan profesi menuntut keterampilan tertentu yang diperoleh melalui

I. PENDAHULUAN. kehidupan lainnya seperti keluarga, sosial kemasyarakatan, pemerintahan,

BAB I PENDAHULUAN. beragam mengatur pada standar nasional pendidkan untuk menjamin. prasarana, pengelolaan, pembiayaan dan penilaian pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada hakikatnya merupakan sebuah upaya untuk. meningkatkan kualitas manusia. Sekolah merupakan salah satu organisasi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia bukan merupakan tugas yang

BAB I PENDAHULUAN. dengan eksistensi pendidikan. Jika pendidikan memiliki kualitas tinggi, maka

BAB I PENDAHULUAN. kemakmuran atau kemajuan suatu bangsa. Pendidikan yang ada di sekitar kita. tentang Sistem Pendidikan Nasional disebutkan bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Matematika adalah salah satu ilmu yang harus dipelajari disetiap jenjang

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah kebutuhan dan kegiatan alamiah dari keberlangsungan manusia yang membutuhkan penanganan dan pengelolaan yang tepat dan profesional, terencana, terprogram dan memiliki tujuan yang jelas sesuai dengan tuntutan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta pendidikan harus dilaksanakan sesuai dengan basis budaya di mana peserta didik berada. Di samping itu pendidikan harus dikembangkan berdasarkan citra manusia yang religius dan harus sesuai konsep nilai dan pandangan hidup manusia. Mewujudkan pendidikan yang sesuai dengan yang diharapkan di atas, dibutuhkan berbagai komponen, baik input, proses, dan output pendidikan yang saling bekerja sama dan satu sama lain saling berhubungan. Komponen yang utama dalam pendidikan adalah guru dan siswa. Guru memegang peranan penting dalam memainkan perannya dalam proses pembelajaran. Agar pembelajaran menjadi efektif serta guru menjadi yakin akan pekerjaannya serta diberi kesempatan untuk berprestasi dan berkarir maka dibutuhkan layanan supervisi yang baik dan tepat. Dalam hal ini kepala sekolah sebagai leader memiliki peran yang sangat strategis dalam membimbing guru. Dunia pendidikan, khususnya dalam masalah pembelajaran, supervisi dengan berbagai konsepnya memiliki peranan yang sangat penting. Supervisi berusaha untuk membantu meningkatkan proses pembelajaran dengan mengatasi permasalahan-permasalahan yang terjadi di dalamnya, baik itu masalah yang dihadapi guru dalam mengajar, kondisi belajar siswa, bahkan media dan fasilitas yang tersedia. 1 2011, hlm. 101. 1 Lantip Diat Prasojo dan Sudiyono, Supervisi pendidikan, Gava Media, Yogyakarta, 1

sendiri. 3 Supervisi saintifik adalah supervisi yang memberikan panduan 2 Menurut Ary H. Gunawan, supervisi dari bahasa Inggris supervision, yang berarti pengawasan atau kepengawasan. Sedangkan definisinya adalah bantuan dalam pengembangan situasi belajar-mengajar yang lebih baik. Menurut P. Adams dan Frank G. Dickey, supervisi adalah usaha sistematis dan terus-menerus untuk mendorong dan mengarahkan pertumbuhan diri guru yang berkembang secara lebih efektif dalam membantu tercapainya tujuan pendidikan. 2 Boardman menyebutkan bahwa supervisi adalah salah satu usaha memberikan stimulus, melakukan koordinasi, dan membimbing secara kontinu terhadap pertumbuhan guru-guru di sekolah, baik secara individual maupun kolektif, agar lebih mengerti dan efektif dalam mewujudkan seluruh fungsi pengajaran. Dengan demikian supervisor menampilkan diri sebagai sosok yang mengarahkan, membimbing, dan memberdayakan, supaya guru bisa melesat dengan potensi dan gayanya bagi guru dalam menentukan metode pengajaran serta metode untuk memperbaiki atau meningkatkan kemampuan para guru. Supervisi ini sangat berhubungan erat dengan upaya menciptakan efektivitas pembelajaran. Supervisi saintifik digunakan oleh supervisor untuk mengidentifikasi hal-hal yang seharusnya terjadi berdasarkan temuan empiris. Supervisi klinis adalah supervisi yang digunakan untuk memperbaiki atau menyelesaikan permasalahan pembelajaran. Supervisi klinis ini dijalin interaksi langsung guru dengan supervisor dalam upaya memahami secara akurat aspek yang memerlukan perbaikan serta melakukan praktik untuk mengatasi permasalahan tersebut. Supervisi klinis membantu guru dengan adanya rencana aksi (action plan) yang 2 Ary H. Gunawan, Administrasi Sekolah, Rineka Cipta, Jakarta, 2002, hlm. 193-194. 3 Jamal Ma mur Asmani, Tips Efektif Supervisi Pendidikan Sekolah, Diva Press, Jogjakarta, 2012, hlm. 21-23.

3 sesuai dengan tujuan perbaikan pembelajaran setelah konferensi pasca kegiatan observasi. Supervisi artistik adalah supervisi yang dalam pelaksanaan kegiatan supervisinya menggunakan instrumen berupa sensitivitas, persepsi dan pemahaman supervisor dalam mengapresiasi semua aspek yang terjadi di dalam kelas. Supervisi gabungan saintifik, klinis dan artistik bertujuan untuk mengupas tuntas apa yang terjadi di dalam kelas, menerapkan apa yang seharusnya terjadi, serta mampu mengungkap hal-hal implisit dari pembelajaran yang dilakukan guru. Setelah itu, supervisor menetapkan makna dari situasi, kejadian dan aspirasi yang terjadi di dalam kelas. 4 Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama, mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. 5 Mendidik dan melatih adalah tugas guru sebagai suatu profesi. Guru harus bisa menempatkan diri sebagai orang tua yang kedua, dengan mengemban tugas yang dipercayakan orang tua kandung atau wali anak didik dalam jangka waktu tertentu. 6 Guru dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab tersebut, seorang guru dituntut memiliki beberapa kemampuan dan keterampilan tertentu yang disebut standar kompetensi. Standar kompetensi guru dapat diartikan sebagai suatu ukuran yang ditetapkan atau dipersyaratkan. Lebih lanjut bahwa standar kompetensi guru adalah suatu ukuran yang ditetapkan atau dipersyaratkan dalam bentuk penguasaan pengetahuan dan perilaku perbuatan bagi seorang guru agar berkelayakan untuk menduduki jabatan fungsional sesuai dengan bidang tugas, kualifikasi, dan bidang pendidikan. 7 4 Nur Aedi, Pengawas Pendidikan: Tinjauan Teori dan Praktik, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2014, hlm. 55-63. 5 Undang-Undang Republik Indonesian nomor 14 tahun 2015 tentang Guru dan Dosen, Kesindo Utama, Surabaya, 2006, hlm. 3. 6 Mukhlison, Ilmu Pendidikan, Nadi Offset, Yogyakarta, 2008, hlm. 93. 7 Suparlan, Menjadi Guru Efektif, Hikayat, Yogyakarta, 2008, hlm. 93.

4 Sebagai seorang pendidik, guru dituntut untuk memiliki legalitas, kemampuan dan penguasaan materi dengan baik. Selain itu, adanya kemampuan guru dalam menyampaikan materi pelajaran serta adanya interaksi yang baik dengan siswa dapat menunjang keberhasilan proses pembelajaran. Adanya inovasi pembelajaran akan memberikan nuansa baru bagi siswa dan akan dapat menimbulkan motivasi dalam belajar serta akan menghilangkan kejemuan dalam belajar. Proses belajar dan hasil belajar siswa bukan saja ditentukan oleh sekolah, pola, struktur dan isi kurikulumnya, akan tetapi sebagian besar ditentukan oleh kompetensi guru yang mengajar dan membimbing mereka. Guru yang kompeten akan mampu menciptakan lingkungan yang efektif, menyenangkan, dan akan lebih mampu mengelola kelasnya, sehingga belajar para siswa berada pada tingkat optimal. 8 Meningkatkan kompetensi guru, kepemimpinan kepala sekolah sangatlah penting dalam mengatur aktivitas proses belajar mengajar. Di samping itu kepala sekolah juga bertanggung jawab langsung terhadap pelaksanaan segala jenis dan bentuk peraturan atau tata tertib yang harus diaksanakan baik oleh guru maupun oleh kepala sekolah juga memegang peranan penting dan strategis dalam menjalankan roda pendidikan. Dinas pendidikan telah menetapkan bahwa kepala sekolah harus mampu melaksanakan pekerjaanya sebagai edukator, manajer, administrator dan supervisor. 9 Tugas dan tanggung jawab guru di atas sebenarnya terlihat bahwa tuntutan kepada guru sangat berat. Tugas dan tanggung jawab seberat ini hanya dapat dilaksanakan oleh guru-guru yang memiliki loyalitas dan tentunya kompetensi yang baik pula. Bila tidak, maka pendidikan akan terus berjalan di tempat atau bahkan mundur selangkah demi selangkah menuju kehancuran. 8 Oemar Hamalik, Pendidikan Guru Berdasarkan Pendekatan Kompetensi, PT. Bumi Aksara, Jakarta, 2006, hlm. 36. 9 E. Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah Profesional, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung, 2007, hlm. 97-98.

5 Menurut peneliti, penerapan supervisi gabungan saintifik, artistik, dan klinis oleh kepala madrasah harus dapat dipahami secara komprehensif oleh guru agar pengaplikasiannya dapat berjalan dengan baik dan tepat. Melalui supervisi gabungan ini diharapkan agar guru dapat mengembangkan kompetensi pedagogiknya. Supervisi gabungan saintifik, artistik, dan klinis bertujuan untuk membangkitkan dan mendorong semangat guru agar berusaha mengembangkan potensi yang dimilikinya. Peneliti melakukan wawancara kepada Kepala Sekolah di MA Raudlatut Tholibin Sidomulyo Jekulo Kudus menyatakan bahwa supervisi gabungan saintifik, artistik, dan klinis sangat tepat digunakan dalam meningkatkan kompetensi pedagogik guru agama. Guru sangat berperan penting dalam meningkatkan kemampuan mengelola pembelajaran. Oleh karena itu, supervisi gabungan ini dilakukan secara intensif kepada guru. Supervisi gabungan saintifik, artistik, dan klinis berfungsi untuk membimbing, membina dan memperbaiki permasalahan pembelajaran. 10 Ditetapkannya MA Raudlatut Tholibin Sidomulyo Jekulo Kudus sebagai lokasi penelitian, karena MA Raudlatut Tholibin adalah salah satu bagian dari lembaga formal yang dituntut untuk sama-sama berupaya terus-menerus dalam meningkatkan mutu pendidikannya. Pada realitanya di MA Raudlatut Tholibin seorang kepala madrasah menerapkan supervisi gabungan saintifik, artistik, dan klinis dalam meningkatkan kompetensi pedagogik guru agama. Berdasarkan uraian di atas, maka penulis merasa tertarik untuk mengangkat permasalahan yang berjudul IMPLEMENTASI SUPERVISI GABUNGAN SAINTIFIK, ARTISTIK, DAN KLINIS KEPALA MADRASAH DALAM MENINGKATKAN KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU AGAMA DI MA RAUDLATUT THOLIBIN DESA SIDOMULYO KECAMATAN JEKULO KABUPATEN KUDUS TAHUN PELAJARAN 2015/2016. 10 Wawancara dengan Bapak H. Moh Yazid selaku Kepala Madrasah MA Raudlatut Tholibin pada tanggal 26 Mei 2016.

6 B. Fokus Penelitian Adapun fokus penelitian ini, peneliti akan memfokuskan obyek penelitiannya pada supervisi kepala madrasah yang terkait dengan kompetensi pedagogik guru agama yang terjadi di MA Raudlatut Tholibin Desa Sidomulyo Kecamata Jekulo Kabupaten Kudus. Di mana obyek yang diteliti meliputi semua aspek yang mempunyai kaitan dengan madrasah tersebut, dari para dewan guru sampai siswa yang notaben nya merasakan secara langsung dampak dari sistem pembelajaran yang diterapkan oleh para dewan guru. Tetapi, fokus penelitian ini hampir terpusat pada kepala madrasah yang menjadi pimpinan tertinggi, dan sebagai supervisor bagi para dewan guru terutama guru agama untuk mengembangkan potensi profesionalitas yang mereka punya, dalam kaitan meningkatkan kompetensi pedagogik guru agama. C. Rumusan Masalah Dari pemaparan latar belakang di atas, maka peneliti mengambil beberapa permasalahan sebagai berikut : 1. Bagaimana supervisi gabungun saintifik, artistik dan klinis kepala madrasah di MA Raudlatut Tholibin Desa Sidomulyo Kecamatan Jekulo Kabupaten Kudus Tahun Pelajaran 2015/2016? 2. Bagaimana peningkatan kompetensi pedagogik guru agama di MA Raudlatut Tholibin Desa Sidomulyo Kecamatan Jekulo Kabupaten Kudus Tahun Pelajaran 2015/2016? 3. Bagaimana implementasi supervisi gabungan saintifik, artistik dan klinis kepala madrasah dalam meningkatkan kompetensi pedagogik guru agama di MA Raudlatut Tholibin Desa Sidomulyo Kecamatan Jekulo Kabupaten Kudus Tahun Pelajaran 2015/2016?

7 D. Tujuan Penelitian Adapun permasalahan di atas, maka tujuan penelitian yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui supervisi gabungun saintifik, artistik dan klinis kepala madrasah di MA Raudlatut Tholibin Desa Sidomulyo Kecamatan Jekulo Kabupaten Kudus Tahun Pelajaran 2015/2016. 2. Untuk mengetahui peningkatan kompetensi pedagogik guru agama di MA Raudlatut Tholibin Desa Sidomulyo Kecamatan Jekulo Kabupaten Kudus Tahun Pelajaran 2015/2016. 3. Untuk mengetahui implementasi supervisi gabungan saintifik, artistik dan klinis kepala madrasah dalam meningkatkan kompetensi pedagogik guru agama di MA Raudlatut Tholibin Desa Sidomulyo Kecamatan Jekulo Kabupaten Kudus Tahun Pelajaran 2015/2016. E. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara teoritis maupun praktis. 1. Teoretis a. Memberikan sumbangsih pemikiran terhadap khasanah ilmu pengetahuan tentang pembinaan dan peningkatan kompetensi pedagogik guru agama. b. Memberikan masukan kepada kepala madrasah di MA Raudlatut Tholibin Sidomulyo Jekulo Kudus dalam meningkatkan profesionalitas tenaga pendidik. c. Hasil penelitian ini dapat dijadikan acuan bagi peneliti berikutnya yang ingin mengkaji lebih mendalam dengan topik dan fokus serta setting yang lain untuk memperoleh perbandingan sehingga memperkaya temuan-temuan penelitian.

8 2. Praktis a. Bagi Penulis Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan bagi penulis mengenai supervisi dan kompetensi guru, khususnya kepala madrasah dan guru agama di MA Raudlatut Tholibin. b. Bagi Kepala Madrasah Penelitian ini diharapkan sebagai bahan masukan sebagai kepala Madrasah dalam upaya meningkatkan kompetensi guru. c. Bagi Guru Penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu bahan pertimbangan dalam perbaikan serta peningkatan kompetensi.