BAB I PENDAHULUAN. Bisnis eceran (ritel) di Indonesia terus berkembang dengan pesat di

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Seiring perkembangan zaman, banyak perusahaan baik berskala domestik

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Dewasa ini, jenis usaha penyaluran produk relatif lebih diminati

BAB I PENDAHULUAN. Setiap bentuk perusahaan mempunyai tujuan yang harus dicapai oleh

METODE PENELITIAN. Di dalam penyusunan skripsi ini yang menjadi objek penelitian adalah

BAB I PENDAHULUAN. bagian yang paling besar dalam harta perusahaan. Persediaan juga memberikan

BAB I PENDAHULUAN. atau berwirausaha. Kepuasan konsumen merupakan salah satu fokus utama dalam

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan konsumen. Untuk mewujudkan hal tersebut diperlukan koordinasi dan

1.1 Latar Belakang Masalah

ANALISIS MANAJEMEN PERSEDIAAN PADA PT. KALIMANTAN MANDIRI SAMARINDA. Oleh :

BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Seperti yang kita lihat dan rasakan sekarang ini persaingan di dunia bisnis

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan yang semakin ketat. Persaingan yang semakin ketat membuat keberadaan

BAB 1 PENDAHULUAN. maupun menciptakan sektor sektor baru dengan inovasi inovasi yang baru. perusahaan salah satunya adalah proses produksi.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Globalisasi menyebabkan terjadinya perdagangan bebas yang

Pertemuan 7 MANAJEMEN PERSEDIAAN (INVENTORY MANAGEMENT)

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan persaingan dalam dunia bisnis semakin berkembang, karena

BAB 2 LANDASAN TEORI. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Analisis Persediaan Bahan Baku PT. BS dengan Metode Economic Order Quantity (EOQ)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Having inventory is cost company money and not having inventory is cost company money (

BAB I PENDAHULUAN. dapat dianggap sebagai perusahaan yang berkembang maju. Suatu perusahaan agar dapat memenuhi kebutuhan masyarakat dan juga mampu

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan bisnis eceran (retailer business) yang ada di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan dalam dunia bisnis dengan memanfaatkan globalisasi serta

APLIKASI METODE MRP DAN EOQ DALAM PERENCANAAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU YANG LEBIH EFISIEN DI UD BAROKAH ALUMUNIUM SURAKARTA

BAB IV ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN. oleh PT. Coca Cola Indonesia terdiri dari gula murni, air bersih, dan gas CO2.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan usaha pada sektor manufaktur saat ini telah

BAB IV PEMBAHASAN MASALAH. 4.1 Sistem Pengadaan Perlengkapan Produksi pada PT. Indomo Mulia

ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN DI DIVISI GROCERY PT. HERO SUPERMARKET Tbk. CABANG HERO SOLO SQUARE

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menempatkan mereknya menjadi merek yang selalu dipilih konsumen. Merek

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Industri makanan dengan jasa Delivery belakangan ini banyak diminati oleh

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Persaingan antar perusahaan tidak terbatas hanya secara lokal,

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

PENERAPAN SISTEM INFORMASI AKUNTANSI PERSEDIAAN DALAM PENGELOLAAN, PERSEDIAAN YANG OPTIMAL PADA PT. COCA COLA AMATIL INDONESIA DISTRIBUTION MEDAN

Pengelolaan Persediaan

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan perusahaan adalah untuk mendapat keuntungan dengan biaya

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II LANDASAN TEORI. berhubungan dengan suatu sistem. Menurut Jogiyanto (1991:1), Sistem adalah

SURVEI PENJUALAN ECERAN

BAB I PENDAHULUAN. jumlahnya cukup besar dalam suatu perusahaan. Jenis sediaan yang ada dalam

1.1 Latar Belakang Masalah

ANALISIS PERBANDINGAN PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU DENGAN PENDEKATAN METODE ECONOMIC ORDER QUANTITY

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dengan pesat di indonesia, pengusaha dituntut untuk bekerja dengan lebih efisien

BAB I PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. akibat perkembangan yang pesat dalam dunia bisnis. Sejalan dengan hal tersebut

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Pengendalian Persediaan Bahan Baku untuk Waste Water Treatment Plant (WWTP) dengan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan era globalisasi dunia bisnis berkembang cukup signifikan

BAB I PENDAHULUAN. suatu resiko mengalami kendala beroperasi sehingga tidak bisa memenuhi

I. PENDAHULUAN. apa yang dibutuhkan oleh konsumen dan tidak mengetahui bagaimana cara

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. begitu pesat. Akibatnya banyak usaha-usaha baru yang muncul dan menjadi kompetitorkompetitor

BPS PROVINSI KALIMANTAN TENGAH

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dikarenakan efek globalisasi yang begitu luas, salah satunya berdampak pada

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 2016 menjadi awal mula pemberlakuan MEA (Masyarakat Ekonomi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sebelum penggunaan MRP biaya yang dikeluarkan Rp ,55,- dan. MRP biaya menjadi Rp ,-.

BAB I PENDAHULUAN. setiap perusahaan adalah memperoleh keuntungan maksimum. memberikan pelayanan yang baik serta kepuasan kepada pelanggan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

SURVEI PENJUALAN ECERAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. perkembangannya, namun perekonomian Indonesia mampu tumbuh dalam tingkat

DISAMPAIKAN DI DINAS PUPESDM PROP DIY

I. PENDAHULUAN. perusahaan jasa boga dan perusahaan pertanian maupun peternakan.

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan-perusahaan manufaktur baik perusahaan dalam skala kecil. mempertahankan atau menjaga kelangsungan proses produksi agar

BAB I PENDAHULUAN. kekayaan alam. Kekayaan alam yang dimiliki meliputi hasil laut, darat dan

BAB I PENDAHULUAN. Arus globalisasi yang semakin mewabah menyebabkan tingkat kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pada perusahaan dagang dan industri, persediaan merupakan aktiva lancar

BAB I PENDAHULUAN. untuk item yang diproduksi. Peramalan ini berguna sebagai dasar untuk

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Situasi pasar saat ini semakin kompetitif dengan persaingan yaang

Jurnal Flywheel, Volume 2, Nomor 2, Desember 2009 ISSN :

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Bahan baku di dalam banyak industri perlu disediakan pada waktu, tempat, dimungkinkan dengan pemeliharaan inventori yang baik.

BAB 6 MANAJEMEN PERSEDIAAN

I. PENDAHULUAN. apa yang dibutuhkan oleh konsumen dan tidak mengetahui bagaimana cara

BAB II TINJAUAN PUSATAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. Pemasaran adalah sesuatu yang meliputi seluruh sistem yang berhubungan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kondisi persaingan yang semakin ketat, setiap perusahaan harus

PERENCANAAN KEBUTUHAN BAHAN BAKU KEMASAN MINUMAN RINGAN UNTUK MEMINIMUMKAN BIAYA PERSEDIAAN. Mila Faila Sufa 1*, Rizky Novitasari 2

BAB I. Pendahuluan. era globalisasi yang semakin membaik dan meluas diantara banyak Negara di dunia,

BAB 1 PENDAHULUAN. Perekonomian di dunia saat ini telah berkembang dengan sangat pesat, dimana

BAB I PENDAHULUAN. Periklanan di Indonesia mengalami perkembangan semakin pesat seiring

BAB I PENDAHULUAN. Persediaan merupakan salah satu hal yang utama dalam sebuah perusahaan karena

SURVEI PENJUALAN ECERAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 LANDASAN TEORI

MANAJEMEN PERSEDIAAN Modul ini akan membahas tentang gambaran umum manajemen persediaan dan strategi persdiaan barang dalam manajemen persediaan

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Bisnis eceran (ritel) di Indonesia terus berkembang dengan pesat di berbagai daerah. Bisnis eceran tidak lagi hanya dikelola secara tradisional tetapi juga menggunakan pendekatan modern. Saat ini semakin banyak gerai-gerai dibuka baik ritel lokal maupun asing yang kemudian menimbulkan persaingan yang ketat. Namun, peritel lokal kini lebih memfokuskan penempatan geraigerainya ke kota-kota kabupaten atau kotamadya dengan tipe bisnis ritel minimarket. Seperti yang diungkapkan Sujana dalam bukunya, Mereka berusaha menangkap pangsa pasar residential (pemukiman). (Sujana, 2005:4) Setiap perusahaan atau pebisnis pasti mengharapkan keuntungan atau laba yang maksimum dari bisnis yang dijalaninya dengan memberikan kepuasan maksimum terhadap konsumen tidak terkecuali bisnis ritel. Tetapi dalam mencapai kepuasan maksimum terhadap konsumen yang kemudian bisa memaksimumkan keuntungan tersebut banyak hal yang harus dilakukan para pebisnis (peritel). Diantaranya adalah dengan menyediakan berbagai kebutuhan konsumen dengan kelengkapan, kualitas, dan harga barang yang tepat serta pelayanan dan aspek-aspek lain yang mampu memberikan kenyamanan dan kepuasan prima bagi konsumen. Faktor persediaan barang dagangan, merupakan salah satu faktor penting dalam bisnis ritel, karena hal tersebut merupakan salah satu alasan konsumen

2 melakukan transaksi pembelian yang kemudian dapat menguntungkan peritel. Ketika suatu ritel selalu menjaga persediaan barang dagangannya, maka konsumen tidak akan ragu untuk melakukan transaksi pembelian ke ritel tersebut karena sudah pasti akan memperoleh barang yang dibutuhkan. Tetapi, seringkali di beberapa ritel, kekosongan akan barang dagangan (out of stock) ini kerap terjadi. Seperti yang terjadi di Yomart Isola Bandung salah satu gerai ritel lokal Indonesia yang terlihat pada Tabel 1.1 dibawah ini.

3 Tabel 1.1 Persediaan Barang Berupa Produk Minuman Bersoda di Yomart Isola pada Bulan Juli 2009 - Juni 2010 No Description (Nama Minuman Bersoda) Ending Stock 2009 Jul Ags Sep Okt Nov Des 1. Bintang, Zero btl 330 ml 2 2 0 2 1 3 2. Bintang, Zero can 330 ml 42 3 9 2 19 29 3. Calpico, Soda Anggur can 320 ml 4 2 6 10 8 0 4. Calpico, Soda Strw 320 ml 5 1 6 3 1 2 5. Calpico, Soda Wht 320 ml 4 1 5 3 1 0 6. Coca Cola, 500 ml 20 27 19 20 76 27 7. Coca Cola, 1500 ml 7 266 139 120 60 18 8. Coca Cola, 330 ml 8 33 36 23 3 1 9. Coca Cola, Coke Zero 250 ml 10 5 17 10 12 0 10. Coca Cola, Coke Zero 330 ml 6 7 1 24 7 5 11. Coca Cola, slim can 250 ml 24 3 6 1 11 3 12. Fanta, Straw 500 ml 2 15 12 14 8 3 13. Fanta, Jeruk Lemon vit c 1500 ml 0 0 0 0 9 0 14. Fanta, Jeruk Lemon vit c 250 ml 0 1 0 0 2 8 15. Fanta, Jeruk Lemon vit c 500 ml 0 14 0 6 1 1 16. Fanta, Straw can 330 ml 2 6 40 23 15 18 17. Fanta, Straw 1500 ml 52 125 13 35 17 9 18. Fanta, Straw slim can 250 ml 33 38 47 32 47 22 19. Green Sands, can 330 ml 10 3 1 3 25 0 20. Green Sands, recharge 250 ml 24 33 12 32 45 8 21. Pepsi, Blue 1000 ml 0 0 1 1 1 0 22. Pepsi, Blue 1500 ml 14 7 0 24 13 0 23. Pepsi, Blue 500 ml 6 11 4 4 14 0 24. Pepsi, Cola 1000 ml 0 0 1 1 1 0 27. Sprite, 1500 ml 10 73 10 40 15 17 28. Sprite, 330 ml can 8 7 16 3 10 2 29. Sprite, slim can 250 ml 28 18 26 15 34 0 30 Sprite, Zero 330 ml 4 1 1 1 1 0

4 Lanjutan Tabel 1.1 No Description (Nama Minuman Bersoda) Ending Stock 2010 Jan Feb Mar Apr Mei Jun 1. Bintang, Zero btl 330 ml 0 7 5 6 2 0 2. Bintang, Zero can 330 ml 13 10 18 14 20 6 3. Calpico, Soda Anggur can 320 ml 1 0 6 3 0 0 4. Calpico, Soda Strw 320 ml 0 3 7 4 3 0 5. Calpico, Soda Wht 320 ml 0 0 0 0 0 5 6. Coca Cola, 500 ml 20 2 10 29 10 30 7. Coca Cola, 1500 ml 35 27 19 13 34 18 8. Coca Cola, 330 ml 5 0 0 0 0 28 9. Coca Cola, Coke Zero 250 ml 6 7 0 5 2 0 10. Coca Cola, Coke Zero 330 ml 2 2 0 5 10 36 11. Coca Cola, slim can 250 ml 8 14 12 10 4 7 12. Fanta, Straw 500 ml 11 0 0 0 0 10 13. Fanta, Jeruk Lemon vit c 1500 ml 3 0 0 0 0 4 14. Fanta, Jeruk Lemon vit c 250 ml 6 3 2 9 3 24 15. Fanta, Jeruk Lemon vit c 500 ml 2 0 5 0 11 9 16. Fanta, Straw can 330 ml 23 12 16 25 21 10 17. Fanta, Straw 1500 ml 24 0 8 11 4 30 18. Fanta, Straw slim can 250 ml 6 0 8 31 21 16 19. Green Sands, can 330 ml 4 13 7 8 0 21 20. Green Sands, recharge 250 ml 4 5 7 2 10 12 21. Pepsi, Blue 1000 ml 0 0 0 0 0 0 22. Pepsi, Blue 1500 ml 0 0 0 0 0 0 23. Pepsi, Blue 500 ml 7 5 8 9 4 12 24. Pepsi, Cola 1000 ml 0 0 0 0 0 0 25. Pepsi, Cola can 330 ml 0 0 0 0 0 0 26. Sprite, 500 ml 27 0 7 0 4 5 27. Sprite, 1500 ml 16 9 13 3 1 12 28. Sprite, 330 ml can 15 11 16 1 15 10 29. Sprite, slim can 250 ml 6 0 2 11 0 11 30 Sprite, Zero 330 ml 0 0 0 0 0 0 Sumber: Yomart Isola, 2010 Berdasarkan Tabel 1.1 di atas, maka dapat diketahui bahwa di Yomart Isola untuk persediaan barang berupa produk minuman bersoda khususnya dari Bulan Juli 2009 sampai Juni 2010 ada beberapa produk yang berada di bawah minimum stock. Bahkan ada yang sampai terjadi kekosongan, terbukti dengan nilai ending stock sama dengan 0 (nol).

5 Selain itu, untuk beberapa produk mengalami stock over atau persediaan melebihi maksimum stock. Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat pada Tabel 1.2 di bawah ini. TABEL 1.2 Perbandingan Stok yang harus ada Berdasarkan Penentuan Kuantitas Minimum-Maksimum dengan Stok Akhir Bulan Juni 2010 No Description STOK Ending (Nama Minuman Bersoda) Maks Min Stock 1. Bintang, Zero btl 330 ml 1 0 0 2. Bintang, Zero can 330 ml 10 5 6 3. Calpico, Soda Anggur can 320 ml 9 5 0 4. Calpico, Soda Strw 320 ml 3 1 0 5. Calpico, Soda Wht 320 ml 2 1 5 6. Coca Cola, 500 ml 4 2 30 7. Coca Cola, 1500 ml 14 7 18 8. Coca Cola, 330 ml 21 10 28 9. Coca Cola, Coke Zero 250 ml 8 4 0 10. Coca Cola, Coke Zero 330 ml 4 2 36 11. Coca Cola, slim can 250 ml 8 4 7 12. Fanta, Straw 500 ml 1 0 10 13. Fanta, Jeruk Lemon vit c 1500 ml 1 0 4 14. Fanta, Jeruk Lemon vit c 250 ml 3 1 24 15. Fanta, Jeruk Lemon vit c 500 ml 1 1 9 16. Fanta, Straw can 330 ml 15 7 10 17. Fanta, Straw 1500 ml 8 4 30 18. Fanta, Straw slim can 250 ml 14 7 16 19. Green Sands, can 330 ml 6 3 21 20. Green Sands, recharge 250 ml 7 4 12 21. Pepsi, Blue 1000 ml 4 2 0 22. Pepsi, Blue 1500 ml 3 1 0 23. Pepsi, Blue 500 ml 6 3 12 24. Pepsi, Cola 1000 ml 2 1 0 25. Pepsi, Cola can 330 ml 4 2 0 26. Sprite, 500 ml 6 3 5 27. Sprite, 1500 ml 7 4 12 28. Sprite, 330 ml can 11 5 10 29. Sprite, slim can 250 ml 9 4 11 30. Sprite, Zero 330 ml 2 1 0 Sumber: Yomart Isola, 2010

6 Berdasarkan Tabel 1.2 dapat diketahui bahwa untuk produk coca cola 500 ml, stok minimum yang harus ada adalah 2 botol dan stok maksimumnya 4 botol atau dengan kata lain, persediaan produk tersebut tidak boleh kurang dari 2 botol atau melebihi 4 botol. Tetapi pada kenyataannya, ending stock untuk minuman coca cola 500 ml pada Bulan Juni 2010 adalah sejumlah 30 botol. Dengan demikian, minuman coca cola 500 ml pada Bulan Juni 2010 mengalami kelebihan stok (stock over) sebanyak 26 botol. Lain halnya dengan produk Calpico Soda Anggur can 320 ml. Stok minimal yang seharusnya ada di persediaan adalah sejumlah 5 kaleng, sedangkan stok maksimumnya 9 kaleng, atau stok produk ini tidak boleh kurang dari 5 kaleng dan melebihi 9 kaleng. Tetapi pada kenyataannya, ending stock produk ini untuk Bulan Juni 2010 adalah nol. Dengan demikian, minuman Calpico Soda Anggur can 320 ml pada Bulan Juni 2010, mengalami kekosongan (out of stock). Secara ideal, seharusnya persediaan minimum adalah nol dan persediaan maksimum adalah sebanyak yang secara ekonomis mencapai maksimal. Jadi, persis pada waktu barang habis, pemesanan barang yang sejumlah yang paling ekonomis tadi datang. Tetapi ini penghitungan teori, dalam kenyataannya tidak ada jaminan bahwa perencanaan dapat secara sempurna terpenuhi, karena berbagai kemungkinan yang bisa terjadi pada saat pemesanan tersebut yang dapat mengakibatkan keterlambatan penerimaan barang atau barang persediaan habis sebelum waktu yang diperkirakan. Oleh karena itu, dalam menentukan nilai minimum dan maksimum ini sebaiknya tidak menggunakan angka yang ekstrim secara ideal, tetapi lebih menggunakan faktor pengaman yang dapat dihitung

7 berdasarkan pengalaman. Seperti yang terjadi dengan Yomart Isola pada Bulan Mei 2010 terjadi keterlambatan pengiriman barang yang seharusnya sudah diterima pada tanggal 16 Mei 2010, tetapi mundur selama 3 hari, sehingga barang baru datang tanggal 19 Mei 2010. Padahal persediaan barang yang dipesan sudah kosong sehingga terjadi lost sale. Kekosongan barang dagangan ini dapat menimbulkan banyak masalah baru misalnya dari segi biaya seperti yang diungkapkan Eddy Herjanto (2005:225) berikut ini: Biaya yang timbul sebagai akibat dari tidak tersedianya barang pada waktu diperlukan diantaranya kehilangan penjualan, kehilangan langganan, biaya pemesanan khusus, selisih harga, terganggunya operasi, dan tambahan pengeluaran manajerial. Dilihat dari segi biaya, pada saat ritel mengalami kekosongan barang dagangan, maka pada saat itu transaksi pembelian konsumen batal, dengan kata lain tidak ada proses penjualan. Penjualan tidak terjadi berarti tidak ada laba yang dihasilkan perusahaan. Selain dari segi biaya, kekosongan barang dagangan juga dapat menyebabkan masalah baru yang bisa jadi lebih berbahaya daripada sekedar menderita kerugian secara materi yaitu menurunnya image perusahaan karena dicap tidak mampu memenuhi kebutuhan konsumen dan kehilangan loyalitas konsumen terhadap ritel tersebut. Hal ini sangat mungkin terjadi karena disaat konsumen tidak mendapatkan barang yang dibutuhkan di ritel tersebut, maka dia akan menunda pembelian atau bahkan membatalkan pembelian, dan melakukan

8 pembelian di ritel lain (competitor). Adapun alasan yang memudahkan konsumen beralih ke ritel lain pada saat tidak mendapatkan barang yang dia butuhkan adalah faktor lokasi antara ritel satu dengan ritel lainnya yang biasanya berdekatan. Seperti yang terjadi dengan ritel Yomart Isola yang berdampingan dengan 2 gerai Indomaret dan berseberangan dengan ritel asing Circle K. Bahkan hanya berjarak beberapa ratus meter terdapat gerai Alfamart, Yogya Griya, dan Borma. Dengan begitu persaingan nyata terjadi disana. Selain masalah kekosongan barang, kelebihan stok atau persediaan melebihi stok maksimum juga dapat menimbulkan beberapa masalah, diantaranya banyak investasi yang mengendap, menanggung biaya penyimpanan, resiko kerusakan barang dan kadaluarsa sehingga tidak dapat dijual. Hal-hal tersebut akan sangat merugikan perusahaan karena banyak biaya ekstra yang harus dikeluarkan. Oleh karena itu, menjaga persediaan barang merupakan suatu hal yang sangat penting. Salah satu cara yang dapat ditempuh supaya barang selalu tersedia di saat konsumen membutuhkan adalah dengan melakukan pengelolaan dan pengendalian persediaan dengan baik. Hal ini selaras dengan prinsip manajemen persediaan (Indrajit dan Djoko pranoto, 2003:11) yang menyatakan bahwa: Penentuan jumlah dan jenis barang yang disimpan dalam persediaan haruslah sedemikian rupa sehingga produksi dan operasi perusahaan tidak terganggu, tetapi di lain pihak sekaligus harus dijaga agar biaya investasi yang timbul dari penyediaan barang tersebut seminimal mungkin. Dalam usaha pengelolaan dan pengendalian persediaan tersebut, Yomart Isola telah menggunakan jumlah persediaan minimum-maksimum. Yomart Isola

9 menghitung persediaan barangnya setiap hari kemudian melakukan order barang yang berada dalam posisi minimum sebanyak Q, yang diperoleh dari penghitungan (Q = maksimum stock minimum stock). Namun, dalam pelaksanaannya masih belum berjalan sebagaimana mestinya, terlihat dari masalah kekosongan dan kelebihan persediaan masih terjadi. Mengingat demikian pentingnya pengendalian persediaan barang, terutama untuk produk minuman bersoda di Yomart Isola, maka perlu ada suatu sistem yang baik untuk mengelola persediaan produk tersebut mencakup jumlah yang perlu dipesan, waktu pemesanan, dan persediaan minimum dan maksimum yang harus ada dalam persediaan terutama pada saat barang tersebut akan dipesan. Diantara sekian banyak konsep dan metode yang digunakan dalam penghitungan pemesanan kembali barang persediaan, konsep minimum-maksimum merupakan salah satu konsep yang banyak digunakan perusahaan untuk menjaga persediaan barang. Selanjutnya Indrajit dan Djokopranoto (2003:48) mengemukakan, sebaiknya diusahakan suatu jumlah persediaan minimum untuk menjamin kelangsungan operasi perusahaan, namun juga perlu ditetapkan jumlah maksimal untuk menjamin tidak tertumpuknya barang secara tidak terkendali. Berdasarkan pernyataan tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa harus ada persediaan dalam jumlah minimal untuk mencegah out of stock dan kehilangan laba dari hasil penjualan. Namun, persediaan juga tidak boleh terlalu banyak untuk mencegah kelebihan (stock over) agar barang persediaan tidak rusak dan tidak banyak investasi yang mengendap. Dengan demikian, penerapan konsep minimum-

10 maksimum dapat diterapkan sebagai solusi untuk mengatasi masalah-masalah yang terjadi dalam persediaan barang. Oleh karena masalah persediaan barang ini sangat besar pengaruhnya bagi kemajuan perusahaan dan mengancam bila tidak segera diatasi, maka penulis merasa perlu untuk melakukan penelitian dengan judul Penerapan Konsep Minimum-Maksimum dalam Pengendalian Persediaan Barang (Studi Kasus terhadap Persediaan Produk Minuman Bersoda di Yomart Isola Kota Bandung). 1.2 Identifikasi dan Rumusan Masalah 1.2.1 Identifikasi Masalah Penerapan konsep yang tepat merupakan kebutuhan dalam menentukan persediaan yang tepat. Terdapat banyak konsep dan metode yang digunakan dalam menentukan jumlah persediaan yang tepat, yang paling banyak dipergunakan diantaranya konsep minimum-maksimum, EOQ, formula tinjauan periodik, JIT, dan MRP. Begitu pun dengan barang persediaannya sendiri terdiri dari bahan baku, barang setengah jadi, barang jadi, barang umum dan suku cadang, barang untuk proyek dan barang dagangan. Penetapan jumlah persediaan minimum dan maksimum telah digunakan oleh Yomart Isola dalam pengendalian persediaan barangnya, yaitu menjaga persediaan di atas minimum untuk menjamin berlangsungnya transaksi penjualan dan menjaga kualitas barangnya serta meminimumkan investasi yang mengendap dengan menetapkan persediaan barang kurang dari jumlah maksimum.

11 1.2.2 Rumusan Masalah Untuk mengetahui sejauh mana Yomart Isola melakukan pengendalian persediaan barang dengan menggunakan jumlah persediaan minimum dan maksimum, maka perlu untuk diteliti yaitu: 1. Bagaimanakah gambaran pengendalian persediaan barang dengan menggunakan jumlah persediaan minimum dan maksimum yang diterapkan di Yomart Isola Kota Bandung? 2. Bagaimanakah gambaran penerapan konsep minimum-maksimum dalam pengendalian persediaan barang? 3. Bagaimanakah perbandingan antara pengendalian persediaan barang dengan menggunakan jumlah persediaan minimum dan maksimum yang diterapkan di Yomart Isola Kota Bandung dengan penerapan konsep minimum-maksimum dalam pengendalian persediaan barang? 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk : 1. Mengetahui gambaran pengendalian persediaan barang dengan menggunakan jumlah persediaan minimum dan maksimum yang diterapkan di Yomart Isola Kota Bandung. 2. Mengetahui gambaran penerapan konsep minimum-maksimum dalam pengendalian persediaan barang. 3. Mengetahui perbandingan antara pengendalian persediaan barang dengan menggunakan jumlah persediaan minimum dan maksimum yang

12 diterapkan di Yomart Isola Kota Bandung dengan penerapan konsep minimum-maksimum dalam pengendalian persediaan barang. 1.4 Kegunaan Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna baik bagi penulis khususnya maupun bagi pihak perusahaan, dan pihak-pihak lain dilihat dari dua aspek berikut ini: 1. Kegunaan Teoritis Hasil penelitian ini berguna untuk menambah wawasan pengetahuan mengenai penerapan konsep minimum-maksimum yang dilakukan dalam melakukan pengendalian persediaan barang. Secara teoritis, maka penulis akan memperdalam ilmu Manajemen Operasi khususnya manajemen persediaan dan penerapan konsep minimummaksimum dalam pengendalian persediaan barang. Hasil penelitian ini juga dapat digunakan sebagai informasi dasar dan bahan pembanding dalam pengembangan lebih lanjut mengenai pengendalian persediaan barang bagi penelitian selanjutnya. 2. Kegunaan Praktis a) Bagi Yomart Isola, hasil penelitian ini berguna untuk memberikan gambaran yang lebih jelas mengenai aktivitas persediaan barang berupa produk minuman bersoda, dalam rangka menghindari out of stock dan over stock. Selain itu juga bisa dijadikan sebagai bahan pertimbangan untuk memperbaiki kelemahan-kelemahan yang ada dan

13 dalam menentukan keputusan serta langkah-langkah yang perlu diambil oleh Yomart Isola, khususnya dalam menetapkan kebijakan persediaan barang di masa yang akan datang. b) Bagi penulis, penelitian ini berguna untuk menambah pengalaman lapangan dalam menentukan persediaan barang dengan menggunakan konsep minimum-maksimum yang dilakukan oleh Yomart Isola dengan memanfaatkan pengetahuan yang telah diperoleh penulis selama di bangku kuliah, khususnya pada bagian yang diteliti.