BAB I PENDAHULUAN. dewasa normal bervariasi antara 4-10 jam sehari dan rata-rata berkisar antara

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Kebiasaan merokok di masyarakat kini seolah telah menjadi budaya. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. penyakit tidak menular (PTM), yang merupakan penyakit akibat gaya hidup serta

BAB I PENDAHULUAN. semua orang tahu akan bahaya yang ditimbulkan akibat merokok. Rokok mengandung

BAB I PENDAHULUAN. terjadi di negara-negara berkembang. Direktorat Pengawasan Narkotika,

BAB 1 PENDAHULUAN. memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi (UU

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Faktor-faktor yang Menyebabkan Merokok dan Kondisi Adiksi Perokok

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Bahaya merokok terhadap remaja yang utama adalah terhadap fisiknya.

BAB I PENDAHULUAN. inaktivitas fisik, dan stress psikososial. Hampir di setiap negara, hipertensi

BAB I PENDAHULUAN. nikotin akan mencapai otak (Soetjiningsih, 2010). tahun adalah populasi laki-laki, sedangkan 12% adalah populasi wanita

BAB 1: PENDAHULUAN. ketergantungan) dan tar yang bersifat karsinogenik. (1)

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Peningkatan jumlah perokok di negara berkembang termasuk Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. Indian di Amerika untuk keperluan ritual seperti memuja dewa atau roh. Pada abad

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mengandung CO (Carbon monoksida) yang mengurai kadar oksigen dalam

BAB I PENDAHULUAN. terhadap kesehatan dan mempunyai faktor risiko terjadinya beberapa jenis

BAB I PENDAHULUAN. hingga berada dalam kondisi yang optimal (Guyton & Hall, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. dua pertiganya berada di negara berkembang.paling sedikit satu dari empat orang

I. PENDAHULUAN. Resiko terjadinya penyakit jantung koroner meningkat 2-4 kali pada perokok

BAB 1 PENDAHULUAN. walaupun sering ditulis di surat-surat kabar, majalah dan media masa lain yang

BAB I PENDAHULUAN. menghisap dan menghembuskannya yang menimbulkan asap dan dapat terhisap oleh

Artikel Penelitian Hubungan Antara Kebiasaan Merokok Dengan Kejadian Insomnia Pada Mahasiswa STIKES Ngudi Waluyo Kabupaten Semarang

BAB 1 PENDAHULUAN. Tembakau pertama kali diperkenalkan di Indonesia oleh bangsa Belanda

BAB I PENDAHULUAN. Merokok sudah menjadi masalah kompleks yang menyangkut aspek

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.I LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Rokok sudah menjadi suatu barang konsumsi yang sudah familiar kita

I. PENDAHULUAN. diantaranya penyakit pada sistem kardiovaskular, penyakit pada sistem

Pengertian Rokok dan Bahaya Merokok bagi Kesehatan Manusia

BAB I PENDAHULUAN. merupakan akibat buruk merokok, baik secara langsung maupun tidak langsung.

BAB 1 PENDAHULUAN. Volume maksimum oksigen (VO 2

BAB 1 : PENDAHULUAN. kehidupan anak sekolah mulai dari SMA, SMP dan bahkan sebagian anak SD sudah

I. PENDAHULUAN. adalah perokok pasif. Bila tidak ditindaklanjuti, angka mortalitas dan morbiditas

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. oleh bagaimana orang menghabiskan waktu mereka, apa yang mereka pikirkan tentang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan dari setiap negara. Salah satu indikatornya adalah meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan untuk menjaga homeostatis dan kehidupan itu sendiri. Kebutuhan

BAB 1 PENDAHULUAN. mengurangi kualitas dan angka harapan hidup. Menurut laporan status global

BAB 1 PENDAHULUAN. menimbulkan berbagai penyakit atau gangguan kesehatan salah satunya

BAB 1 : PENDAHULUAN. tahun itu terus meningkat, baik itu pada laki-laki maupun perempuan. Menurut The

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, Indonesia menghadapi tantangan dalam meyelesaikan UKDW

BAB I PENDAHULUAN. Merokok dapat mengganggu kesehatan bagi tubuh, karena banyak. sudah tercantum dalam bungkus rokok. Merokok juga yang menyebabkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENGARUH KEBIASAAN MEROKOK TERHADAP DAYA TAHAN JANTUNG PARU

BAB I PENDAHULUAN dan pada abad 21 ini, akan ada 1 miliar orang meninggal akibat. penyakit disebabkan rokok (Evy, 2008).

BAB 1 PENDAHULUAN. dunia. Menurut data World Health Organization (WHO) bahwa kurang lebih 3

BAB 1 PENDAHULUAN. saluran pernapasan sehingga menimbulkan tanda-tanda infeksi dalam. diklasifikasikan menjadi dua yaitu pneumonia dan non pneumonia.

BAB I PENDAHULUAN. berskala menengah dan kecil (home industry) dan memproduksi rokok kretek.

BAB I PENDAHULUAN. berkembang di negara-negara besar di dunia walaupun hal tersebut sudah

BAB I PENDAHULUAN. dihirup asapnya yang dihasilkan dari tanaman Nicotiana tabacum, Nicotiana rustica

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pungkiri. Banyak penyakit telah terbukti menjadi akibat buruk dari merokok,

BAB 1 PENDAHULUAN. sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan

BAB I PENDAHULUAN. sampai saat ini telah dikenal lebih dari 25 penyakit berbahaya disebabkan oleh rokok.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. kematian yang terjadi pada tahun 2012 (WHO, 2014). Salah satu PTM

BAB I PENDAHULUAN. dari para penjelajah Eropa itu ikut mencoba-coba menghisap rokok dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Rokok merupakan benda kecil yang paling banyak digemari dan tingkat

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat di dunia termasuk Indonesia. World. Health Organization (WHO) dalam Annual report on global TB

BAB I PENDAHULUAN. menular juga membunuh penduduk dengan usia yang lebih muda. Hal ini

BAB 1 PENDAHULUAN. 600 ribu kematian dikarenakaan terpapar asap yang ditimbulkan. Hampir 80%

BAB 1 PENDAHULUAN. dampak buruk bagi perokok itu sendiri maupun orang-orang sekitarnya.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAHAYA MEROKOK BAGI KESEHATAN

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perilaku merokok dapat dilihat dari berbagai sudut pandang, sangat

BAB I PENDAHULUAN. disekelilingnya khususnya bagi mereka yang termasuk ke dalam kelompok rentan

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. penduduk. Menurut Kemenkes RI (2012), pada tahun 2008 di Indonesia terdapat

HUBUNGAN ANTARA GAYA HIDUP SEHAT DENGAN PERILAKU MEROKOK PADA KARYAWAN DI YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. 2,7% pada wanita atau 34,8% penduduk (sekitar 59,9 juta orang). 2 Hasil Riset

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Menurut WHO, jumlah perokok di dunia pada tahun 2009 mencapai 1,1

PERBEDAAN TINGKAT DEPRESI PADA MURID YANG AKTIF DAN TIDAK AKTIF BEROLAHRAGA DI KELAS II SMA AL-ISLAM I SURAKARTA TAHUN SKRIPSI

BAB 1 : PENDAHULUAN. tempat seperti di lingkungan keluarga, kantor, fasilitas kesehatan, cafe, kendaraan

BAB I PENDAHULUAN. menurun sedikit pada kelompok umur 75 tahun (Riskesdas, 2013). Menurut

BAB I PENDAHULUAN. penyakit yang di akibatkan karena merokok berakhir dengan kematian. World

BAB 1 PENDAHULUAN. Saat ini jumlah perokok di dunia mengalami peningkatan termasuk di

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dikonsumsi mulai dari usia remaja hingga orang tua baik laki-laki maupun

BAB 1 PENDAHULUAN. diperkirakan 45% wanita yang merokok, dan 27% wanita hamil yang merokok,

BAB I PENDAHULUAN. asma di dunia membuat berbagai badan kesehatan internasional. baik, maka akan terjadi peningkatan kasus asma dimasa akan datang.

BAB 1 : PENDAHULUAN. Perilaku merokok merupakan suatu hal yang fenomenal. Hal ini ditandai dengan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Merokok merupakan suatu masalah kesehatan pada masyarakat dan merupakan

PROPOSAL PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA

BAB I PENDAHULUAN. tetapi merasa badan tidak segar meskipun sudah tidur (Puspitosari, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. secara langsung ( perokok aktif ), sedangkan 600 ribu orang lebih meninggal

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BEBERAPA FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU MEROKOK PADA SISWA SLTP DI KECAMATAN BENDOSARI KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN 2008

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

HUBUNGAN ANTARA PEROKOK AKTIF DENGAN GANGGUAN POLA TIDUR (INSOMNIA) PADA MAHASISWA ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kesehatan. Kandungan rokok adalah zat-zat kimiawi beracun seperti mikrobiologikal

BAB I PENDAHULUAN. 1

BAB I PENDAHULUAN. balita di dunia, lebih banyak dibandingkan dengan penyakit lain seperti

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Waktu tidur yang dibutuhkan manusia di setiap tahapan umur berbedabeda. Pada mulanya, bayi yang baru lahir akan menghabiskan waktunya untuk tidur dan hanya akan terbangun bila merasa lapar, ngompol, ataupun kedinginan. Namun, seiring bertambahnya usia kebutuhan waktu untuk tidur akan berkurang (Lanywati, 2001). Lama waktu tidur yang dibutuhkan orang dewasa normal bervariasi antara 4-10 jam sehari dan rata-rata berkisar antara 7-10 jam sehari. Makin muda usia, waktu tidur yang dibutuhkan makin banyak dan makin berkurang pada lanjut usia. Bayi tidur sepanjang 16-18 jam sehari (Bastaman, 2006). Seseorang yang mengalami gangguan sulit tidur (insomnia) akan berkurang kuantitas dan kualitas tidurnya. Gejala insomnia disebabkan oleh adanya gangguan emosi/ketegangan atau gangguan fisik. Insomnia dapat diakibatkan oleh banyak faktor, misalnya seperti stres, ketegangan, depresi, merokok (nikotin), kafein dan penyebab lainnya yang berkaitan dengan kondisi-kondisi yang spesifik seperti usia lanjut. Kurang tidur (insomnia) yang sering terjadi dan berkepanjangan dapat mengganggu kesehatan fisik yang menyebabkan muka pucat dan mata sembab, badan lemas, dan daya tahan tubuh menurun sehingga menjadi mudah terserang penyakit (Lanywati, 2001). 1

Stres merupakan suatu kondisi medis-psikiatris dan bukan sekedar suatu keadaan sedih atau perasaan yang buruk dalam diri individu, beberapa gejala gangguan stres adalah perasaan sedih, rasa lelah yang berlebihan, kehilangan semangat, malas beraktivitas, tidak memiliki motivasi dan mengalami gangguan pola tidur seperti insomnia. Hal ini diungkapkan oleh penelitian yang dilakukan kepada 74 orang dewasa yang mengalami stres, dan ada 34,5% yang mengalami insomnia (Sukadiyanto, 2010). Penyebab gangguan sulit tidur selain stres juga kebiasaan merokok, banyak ditemukan dibelahan dunia yaitu perilaku merokok yang sudah menjadi kebiasaan bagi masyarakat di banyak negara. Merokok menyebabkan masalah tidur, salah satunya karena nikotin dalam rokok yang merupakan stimulan otak (Widya, 2010). Di samping itu, otak yang sudah ketagihan dengan efek nikotin akan menyebabkan gangguan tidur pada malam hari saat mau tidur. Pada penelitian kepada 82 perokok aktif di Universitas Islam Sultan Agung diketahui bahwa rokok dapat menimbulkan gangguan sulit tidur yang bermakna (Riawita, 2009). Secara teori nikotin akan hilang dari otak dalam waktu 30 menit. Tetapi reseptor di otak seorang pecandu seakan menginginkan nikotin lagi, sehingga mengganggu proses tidur. Nikotin digolongkan dalam bentuk zat stimulan yang dapat menstimulus otak, karena stimulan merupakan zat yang memberi efek menyegarkan, sehingga perokok dapat merasa tenang dan santai saat menghirup asap rokok tersebut. Rokok meningkatkan tekanan darah, mempercepat denyut jantung dan meningkatkan aktifitas otak. Pada pecandu 2

akut yang baru mulai kecanduan rokok, selain lebih sulit tidur, seseorang juga dapat terbangun oleh keinginan kuat untuk merokok setelah tidur kira-kira dua jam. Setelah merokok, seseorang akan sulit untuk tidur kembali karena efek stimulan dari nikotin (Prasadja, 2006). Menurut badan kesehatan dunia World Health Organization (2005) rokok adalah penyebab kematian tiga juta orang penduduk dunia setiap tahunnya, sebanyak 8.219 kematian perhari dan 57 kematian permenit, di tahun 2006 ditemukan 3,5 juta kematian akibat rokok setahunnya. Pada tahun 2007 tercatat sebanyak 5,4 juta orang meninggal akibat rokok di seluruh dunia dan untuk kawasan Asia Tenggara sebanyak 124 juta orang dewasa yang merokok (Depkes RI, 2008). Merokok merupakan kebiasaan buruk yang menjadi masalah seluruh dunia baik negara maju maupun negara berkembang. Di negara-negara maju kebiasaan merokok telah jauh berkurang, sedangkan di negara yang sedang berkembang seperti Indonesia, upaya untuk membatasi konsumsi rokok masih kurang intensif. Sebanyak 65-85% tembakau telah dikonsumsi di seluruh dunia dalam bentuk rokok dan telah timbul berbagai masalah kesehatan karena kebiasaan merokok. Di Indonesia prevalensi kalangan orang dewasa laki-laki meningkat ke 35,5% pada tahun 2006 dari 28,9% pada tahun 2005. Berbagai organisasi kesehatan termasuk WHO giat berkampanye untuk menangani masalah epidemi merokok, diperkirakan 2,5 juta orang meninggal tiap tahunnya akibat penyakit yang disebabkan oleh rokok (Amu, 2008). 3

Asap rokok mengandung 4000 zat kimia yang berbahaya untuk kesehatan, 40 jenis di antaranya bersifat karsinogenik. Asap rokok yang dihirup mengandung komponen gas dan partikel. Komponen gas yakni CO, CO 2, O 2, hidrogen sianida, amoniak, nitrogen, dan senyawa hidrokarbon. Sebagian besar fase gas adalah CO 2, O 2, dan nitrogen. Sedangkan komponen partikel lain di antaranya adalah tar, nikotin, benzopiren, fenol, dan cadmium. Dari satu batang rokok yang dibakar dihasilkan sekitar 500 mg gas (92%) dan 8% bahan-bahan partikel padat. Dari setiap kepulan asap rokok, perokok menghisap sekitar 50 mg bahan, 18 mg di antaranya berupa bahan partikel padat yang berupa droplet aerosol cair dan partikel tar padat submikroskopik dengan diameter mikron atau lebih kecil, sisanya terdiri dari CO 2 dan sampai 5% CO, tercampur dengan O 2 dan nitrogen dan udara (Istiqomah, 2003). Menurut National Sleep Foundation, di Indonesia prevalensi penderita insomnia mencapai 70% paling sedikit seminggu sekali dan 30 juta orang sulit tidur setiap malamnya (Subandi, 2008). Sedangkan di Universitas Muhammadiyah Surakarta diketahui mahasiswa laki-laki sebagai perokok aktif sebanyak 66,6% dari jumlah 30 mahasiswa laki-laki, 42% dari 30 mahasiswa laki-laki mengalami gangguan sulit tidur (insomnia), bahkan stres pun memicu gangguan sulit tidur pada mahasiswa, hampir 37.5% dari 30 mahasiswa mengalaminya (Pabelan Pos, 2009). Oleh karena itu penulis ingin mengetahui gambaran mengenai kebiasaan merokok, stres, dan pola tidur pada mahasiswa laki-laki di Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta. Alasan di atas 4

menambah motivasi penulis untuk melakukan penelitian yang berjudul Hubungan Perilaku merokok dan stres dengan insomnia pada mahasiswa Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta. B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut : Apakah ada hubungan perilaku merokok dan stres dengan insomnia pada mahasiswa Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta. C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Mengetahui hubungan perilaku merokok dan stres dengan insomnia pada mahasiswa Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta. 2. Tujuan Khusus a. Mengetahui persentase perokok pada mahasiswa Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta. b. Mengetahui persentase kejadian stres pada mahasiswa Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta. c. Mengetahui persentase kejadian insomnia pada mahasiswa Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta. d. Mengetahui hubungan perilaku merokok dengan insomnia pada mahasiswa Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta. 5

e. Mengetahui hubungan stres dengan insomnia pada mahasiswa Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta. f. Mengetahui hubungan perilaku merokok dengan stres pada mahasiswa Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta. D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Universitas Muhammadiyah Surakarta a. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi tambahan referensi khususnya di Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta. b. Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan evaluasi lebih lanjut terkait dengan permasalahan rokok pada mahasiswa Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta. 2. Bagi Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Surakarta a. Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai evaluasi oleh mahasiswa karena begitu banyaknya dampak buruk dari perilaku merokok. b. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan informasi yang lebih lanjut dalam melakukan penelitian mengenai hubungan perilaku merokok, stres, terutama terhadap gangguan insomnia. E. Ruang Lingkup Ruang lingkup pada penelitian ini dibatasi mengenai hubungan perilaku merokok dan stres dengan insomnia pada mahasiswa Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta. 6