BARESKRIM POLRI STANDARD OPERASIONAL PROSEDURE PENANGANAN TKP MARKAS BESAR KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA BADAN RESERSE KRIMINAL

dokumen-dokumen yang mirip
PERATURAN KEPALA BADAN PEMELIHARA KEAMANAN KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG

BARESKRIM POLRI STANDARD OPERASIONAL PROSEDUR PENYITAAN MARKAS BESAR KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA BADAN RESERSE KRIMINAL

- 1 - GUBERNUR JAWA TIMUR

Bagian Kedua Penyidikan

PROSEDUR KERJA. Kencana Loka BLOK F JABATAN : KOORDINATOR SECURITY TGL TERBIT : SATUAN PENGAMAN / SECURITY NO REVISI : 0

STANDAR OPRASIONAL PROSEDUR (SOP) TPTKP

BARESKRIM POLRI STANDARD OPERASIONAL PROSEDUR PENANGKAPAN MARKAS BESAR KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA BADAN RESERSE KRIMINAL

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG MANAJEMEN PENYIDIKAN OLEH PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG MANAJEMEN PENYIDIKAN OLEH PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL

BAB II PERANAN POLISI SEBAGAI PENYIDIK DALAM MELAKUKAN PENANGANAN TEMPAT KEJADIAN PERKARA

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG HUKUM ACARA PIDANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BARESKRIM POLRI STANDARD OPERASIONAL PROSEDUR PENGGELEDAHAN MARKAS BESAR KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA BADAN RESERSE KRIMINAL. 1.

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA,

BUPATI BUTON PROVINSI SULAWESI TENGGARA

A. FORMAT LAPORAN DAN TANDA BUKTI TERJADINYA KECELAKAAN LALU LINTAS TANDA BUKTI LAPOR. Berdasarkan Laporan Polisi Nomor: LP /.. / /. /. 1. Nama :...

( SOP BALIKPAPAN, PEBRUAR

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1981 Nomor 76, Ta

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan teknologi, mengakibatkan kejahatan pada saat ini cenderung

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : KP 662 TAHUN 2015 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL BIDANG PENERBANGAN SIPIL

TINDAKAN PENYIDIK DALAM MENGAMANKAN (TKP) DAN KEBERHASILAN PENYIDIKAN (STUDY KASUS DI POLSEK COLOMADU)

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG HUKUM ACARA PIDANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NO. POL. : 5 TAHUN 2005 TENTANG

GUBERNUR BANTEN PERATURAN GUBERNUR BANTEN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL (Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul) Nomor : 3 Tahun : 2003 Seri : E

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)

BAB I PENDAHULUAN. Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) merupakan Negara. yang berdasarkan atas hukum sebagaimana diatur dalam Pasal 1 Ayat 3

BARESKRIM POLRI STANDARD OPERASIONAL PROSEDURE PEMERIKSAAN MARKAS BESAR KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA BADAN RESERSE KRIMINAL

Pengertian Maksud dan Tujuan Pembuatan Visum et Repertum Pembagian Visum et Repertum

BARESKRIM POLRI STANDARD OPERASIONAL PROSEDUR PENAHANAN MARKAS BESAR KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA BADAN RESERSE KRIMINAL

1. BUDI HERMAWAN 2. AZWAR SYARIF 3. DENIE HERMAWAN 4. ARIP SUSANTO 5. FAHRUL ROJI

PEMERINTAH KABUPATEN POLEWALI MANDAR

PEMERINTAH KABUPATEN SUKOHARJO

BARESKRIM POLRI STANDARD OPERASIONAL PROSEDUR PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN KEGIATAN PENYIDIKAN

TATA KERJA ORGANISASI

BAB I PENDAHULUAN. I. 1. Latar Belakang. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi ternyata. membawa dampak sampingan terhadap jenis, kualitas dan

KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH NUSA TENGGARA BARAT RESOR DOMPU STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR SAT RES NARKOBA

KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH NUSA TENGGARA BARAT DIREKTORAT KEPOLISIAN PERAIRAN

1. Merencanakan penyelidikan Pelanggaran Hukum Lalu Lintas

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TAPIN NOMOR 04 TAHUN 2006 TENTANG PENGATURAN DAN PEMBINAAN PEDAGANG KAKI LIMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTA KUPANG NOMOR 3 TAHUN 2001 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA KUPANG,

PERATURAN DIREKTUR RESERSE KRIMINALKHUSUS POLDA KALTIM NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PENERIMAAN LAPORAN POLISI

PROSEDUR KESIAPAN TANGGAP DARURAT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAROS NOMOR 02 TAHUN 2006 TENTANG PENATAAN PEDAGANG KAKI LIMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KABUPATEN MAROS

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 1 TAHUN 2005 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL PEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN

BAB II PENGERTIAN, KEWENANGAN DAN TUGAS PENYIDIKAN, JENIS, MENURUT HUKUM ACARA PIDANA ISLAM tentang Hukum Acara Pidana.

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan 5 besar negara dengan populasi. penduduk terbanyak di dunia. Jumlah penduduk yang

PEMERINTAH KABUPATEN MURUNG RAYA

KONSEP MATI MENURUT HUKUM

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA,

Hukum Acara Pidana Untuk Kasus Kekerasan Seksual

BUPATI BENGKULU UTARA PROVINSI BENGKULU

Pelaksanaan pengelolaan benda sitaan negara dalam perkara pidana di wilayah hukum Pengadilan Negeri Surakarta. Yossie Ariestiana E.

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA,

K E P E N D U D U K A N

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG

MEKANISME PENYELESAIAN KASUS KEJAHATAN KEHUTANAN

KEAMANAN PANGAN (UNDANG-UNDANG NO 12 TENTANG PANGAN TAHUN 2012

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN MAGELANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 7 TAHUN 2009 TENTANG PENATAAN DAN PEMBERDAYAAN PEDAGANG KAKI LIMA

RAMBU LALU LINTAS JALAN

PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 53 TAHUN 2014 TENTANG MANAJEMEN PELAKSANAAN TUGAS PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 40 TAHUN 2005

PEMERINTAH KABUPATEN SINTANG

PERATURAN DAERAH KOTA PALOPO Nomor 7 Tahun 2008

PENYELESAIAN PERKARA PIDANA DI LUAR PENGADILAN TERHADAP DUGAAN KEJAHATAN PASAL 359 KUHP DALAM PERKARA LALU LINTAS

PENYELESAIAN PERKARA PIDANA DI LUAR PENGADILAN TERHADAP DUGAAN KEJAHATAN PASAL 359 KUHP DALAM PERKARA LALU LINTAS

MENTER! HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL (Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul) Nomor : 3 Tahun : 2003 Seri : C

Menimbang : a. bahwa Pedagang Kaki Lima (PKL) adalah. yang merupakan perwujudan hak. guna memenuhi kebutuhan hidupnya;

C. Penggeledahan Definisi Penggeledahan rumah penggeledahan badan Tujuan Pejabat yang berwenang melakukan penggeledahan Tata cara penggeledahan

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 3 Tahun : 2013

PEMERINTAH PROVINSI JAMBI PERATURAN DAERAH PROVINSI JAMBI NOMOR 8 TAHUN 2009 TENTANG

PERATURAN KEPALA BADAN PEMELIHARA KEAMANAN KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG PENGAWALAN

PEMERINTAH KABUPATEN TANAH BUMBU

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA PENANGANAN KECELAKAAN LALU LINTAS

PEDOMAN PENYIDIKAN TINDAK PIDANA DI BIDANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP

PEMERINTAH KABUPATEN KULON PROGO

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam Penjelasan Undang Undang Dasar 1945, telah dijelaskan

PEMERINTAH KABUPATEN LUMAJANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR : 16 TAHUN 2003 TENTANG PENGAMANAN PASIR, KERIKIL, DAN BATU DI LINGKUNGAN SUNGAI DAN PESISIR

LAPORAN - POLISI. a. Tabrakan antara Sepeda Motor dengan Pejalan kaki b. Kendaraan slip / lepas kendali, dsb. -

BAB I BERKAS PENYIDIKAN

PEMERINTAH PROVINSI JAMBI

PERATURAN DAERAH KOTA BIMA NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG PENGENDALIAN MINUMAN BERALKOHOL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BIMA,

BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 12 TAHUN 2005 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN OPERASIONAL PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DAERAH KABUPATEN KUDUS

LEMBARAN DAERAH KOTA JAMBI

PROVINSI JAWA TENGAH

BUPATI BANYUWANGI PROVINSI JAWA TIMUR

SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA PEDAGANG KAKI LIMA

MANAGEMEN OF DECEASED IN DISASTER (PENATALAKSANAAN KORBAN MATI KARENA BENCANA) D R. I. B. G D S U R Y A P U T R A P, S P F

BUPATI PACITAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 14 TAHUN 2011 TENTANG PENGATURAN DAN PEMBERDAYAAN PEDAGANG KAKI LIMA

SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA SURABAYA NOMOR 22 TAHUN 2012 TENTANG IZIN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN MENGEMUDI KENDARAAN BERMOTOR

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KUDUS

BAB I PENDAHULUAN. Di masa sekarang ini pemerintah Indonesia sedang giat-giatnya

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANGKA SELATAN TAHUN 2008 NOMOR 10

STANDART OPERATION PROCEDURE (SOP)

PERATURAN DAERAH KOTA PONTIANAK NOMOR 12 TAHUN 2002 TENTANG PERIZINAN USAHA JASA KONVENSI, PERJALANAN INSENTIF DAN PAMERAN

BAGI PENYANDANG DIFABEL DI GUNUNGKIDUL

Transkripsi:

MARKAS BESAR KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA BADAN RESERSE KRIMINAL BARESKRIM POLRI STANDARD OPERASIONAL PROSEDURE PENANGANAN TKP 1. Persiapan Penanganan TKP Sebelum menandatangani TKP perlu dipersiapkan personil dan sarana/peralatan yang memadai/sesuai dengan situasi dan kondisi kasus yang akan dihadapi meliputi : a. Persiapan personil, terdiri dari unsur-unsur SAMAPTA fungsi-fungsi Operasional Polri, dan Reskrim bila diperlukan berikut unsur Dukungan teknis (Labkrim, Identifikasi dan Dokter) bila ada. b. Penyiapan sarana angkutan dan alat komunikasi untuk keepatan bertindak dan memelihara kendali dan hubungan petugas dengan induk kesatuan. c. Peralatan yang diperlukan dalam penanganan TKP, terdiri dari antara lain : 1. Police line (garis/batas tkp(polisi)) 2. Test kit 3. Kompas 4. Sarung tangan 5. Alat Pemotret. 6. Alat Pengukur jarak. 7. Senjata Api, borgol, pisau/gunting.

2 8. Tali, kapur tulis, label dan lak 9. Alat pembungkus barang bukti seperti : a. Kertas sampul coklat. b. Kantong plastik berbagai ukuran c. Tabung plastik berbagai ukuran d. Amplop 10. Perlengkapan PPPK 11. Buku catatan, kertas dan alat tulis untukmembuat sketsa. 12. Dan lain-lain yang dianggap perlu dan disesuaikandengan situasi TKP dan jenis kasus untuk tindak pidana yang terjadi. 2. Tindakan pertama di TKP. Tindakan Pertama di TKP dapat dilakukan oleh : a. Anggota/Petugas Polri yang datang pertama di TKP. Setelah diketahui tentang adanya suatu tindak pidana maka setiap anggota/petugas Polri segera melakukan tindakan sebagai berikut : 1. Memberikan perlindungan dan pertolongan kepada korban : a). Dalam hal situasi TKP membahayakan keamanan baik terhadap korban maupun masyarakat disekitarnya, maka petugas Polri wajib mengambil tindakan memberikan perlindungan dan pertolongan. b). Dalam hal terdapat korban luka berat/ringan/pingsan, diberikan pertolongan seperti ketentuan PPPK atau kirim ke Rumah Sakit terdekat, setelah terlebih dahulu mencatat identitas korban dan menandai letak korban.

3 c). Apabila terdapat korban dalm keadaan kritis (gawat), selain dicatat identitasnya usahakan untuk mendapatkan keterangan, petunjuk serta identitas pelaku dan lain-lain. d). Dalam hal terdapat korban mati, dijaga agar tetap pada posisi semula dan jangan sekali-kali menyentuh korban, kecuali untuk mngetahui apakah korban sudah benar-benar meninggal, dan menunggu sampai datangnya PAMAPTA/Petugas Polri dari kesatuan terdekat. e). Dalam hal korban mati yang dapat mengganggu lalu lintas umum, korban (mayat) dapat dipindahkan dengan memberi tanda pada letak/posisi mayat terlebih dahulu. 2. Menutup dan mengamankan TKP (mempertahankan status quo) dengan : a). Membuat batas/tanda garis polisi (police line) di TKP dengan tali khusus atau tali lain dimulai dari jalur yang diperkirakanmerupakan arah masuknya pelaku, melingkar kesekitar letak korban atau tempat yang dapat diperkirakn merupakan arah keluarnya pelaku meninggalkan TKP dan memberikan tanda arah keluar masuknya pelaku. b). Memrintahkan orang yang berada di TKP pada waktu terjadinya tindak pidana untuk tidak (dilarang) meninggalkan TKP dan menumpilkannya diluar batas yang telah dibuat. c). Melarang menangkap pelaku yang diperkirakan masih berada di sekitar TKP. d). Minta bantuan masyarakat setempat antara lain (RT,RW dan Pamong Desa) dalam melalukan pengamanan TKP dan membubarkan massa yang berkerumunun. e). Berupaya mengamnkan barang bukti dan jangan sekali-kali menambah/mengurangi barang bukti yang ada di TKP.

4 f). Berusaha untuk mencari barang bukti, saksi dn keterangan lain tentang peristiwa yang terjadi. 3. Segera menghubungi/memberitahukan kepada kesatuan POLRI terdekat/pamapta dengan mempergunakan alat komunikasi yang ada antara lain telepon dan caraka, tanpa mengabaikan keamanan TKP dan apabila petugas kesatuan POLRI tiba di TKP harus melaporkan segala sesuatu yang telah dikerjakannya. 3. Bamapta/Pamapta/Pa Siaga Setelah menerima pemberitahuan/laporan tentang terjadinya tindak pidana. Bamapta/Pamapta beserta anggotanya segera datang ke TKP untuk memimpin dan mengendalikan TP, TKP yang dilakukan, sebagai berikut : a. Apabila sudah dilakukan TP,TKP, maka tindakan selanjutnya adalah sebagai berikut : 1. Menyempurnakan penutupan dan pengamanan TKP (mempertahankan status quo)dengan meminta bantuan unsur-unsur SAMAPTA lainnya. 2. Membuat tanda-tanda yang ditemukan di TKP (tanda bekas sidik jari atau kaki) 3. melakukan penggeledahan dan menyita barang barang yang terdapat pada tersangka. 4. Mengamankan terasangka/pelaku, saksi, korban dan menjaga agar barang bukti tetap pada tempatnya. 5. Memisahkan terasngka dan saksi yang berada di TKP, dengan maksud agar tidak saling mempengaruhi, sehingga menyulitkan dalam mendapatkan keterangan yang sebenarnya (obyektif). 6. Mencari, mengumpulkan saksi-saksi dan mencatat identitasnya serta diperintahkan untuk tetap tingal ditempat yang ditentukan guna diminta keterangannya.

5 7. Atas nama nama Kepala Kesatuan setempat selaku Penyidik, membuat dan menanda tangani permintaan Visum Et Repertum. 8. Memberitahukan Keluaga korban. 9. Membuat sketsa kasar (tanda skala) dan catatan kejadian sebagai bahan untuk pembuatan laporan, serta Berita Acara Pemeriksaan di TKP. b. Apabila belum diadakan tindakan pertama di TKP, maka Bamapta/Pamapta/ Pa Siaga baik selaku fungsi maupun selaku penyidik melakukan tindakan tindakan. 1. Melakukan pertolongan pertama kepada korban. a). Dalam keadaan luka berat/ringan/pingsan, uashakan pertolongan menurut petunjuk PPK atau kirim ke Dokter/Rumah Sakit terdekat, setelah lebih dahulu dicatat identitasnya dan menandai letak korban. b). Dalam keadaan kritis (gawat), selain dicatat identitasnya, usahakan mendapatkan keterangan, petunjuk dan identitas pelaku dari korban tersebut ataupun dari saksi mata. Jika masih ada tanda-tanda kehidupan pada korban usahakan penyelamatan korban. c). Dalam keadaan korban mati, dijaga agar tetap pada posisinya semula dan jangan sekali kali menyentuh terlalu banyak atas diri korban (mayat), kecuali untuk mengetahui apakah korban sudah benar-benar meninggal. d). Dalam hal korban mati yang dapat mengganggu lalu lintas umum, korban (mayat) dapat dipindahkan dengan memberi tanda garis, letak mayat sbeleum dipindahkan terlebih dahulu. e). Bila korban diduag mati. Pamapt/Pa Siaga harus meraba nadi, memeriksa pernapasan dan sushu badan sehingga yakin bahwa korban benar-benar telah meninggal. 2. Menutup dan mengamankan TKP, pertahankan status quo (Posisi semula) dan bilamana dengan banuan unsur-unsur PAMAPTA lainnya, melakukan tindakantindakan :

6 a). Membuat batas di TKP dengan tali atau alat lain dimulai dari jalan yang diperkirakan merupakan arah masuknya pelaku melingkar kesekitar letak korban atau tempat yang adpat diperkirakan akan didapatkan barangbarang bukti, kemudian yang diperkirakan merupakan arah keluarnya Pelaku TKP dan memberi tanda arah keluar masuknya pelaku. b). Membuat tanda di TKP tentang hal-hal yang perlu dilakukannya (tada bekas sisik jari atau kaki, darah, sperma, dll). c). Mengamankan tersangka/pelaku dan saksi serta mengumpulkan pada tempat yang diluar batas yang telah dibuat. d). Memisahkan saksi dan tersangka atau dengan maksud agar tidak saling mempengaruhi, sehingga menyulitkan dalam mendapatkan keterangan yang sebenarnya (obyektif). e). Mencarai dan mengumpulkan saksi-saksi serta mencari identitasnya dan diperintahkan untuk tinggal di tempat diluar batas-batas yang dibuat guna meminta keterangannya. f). Mengamankan semua barang bukti. g). Membuat dan menanda tangani permintaan Visum Et Repertum. h). Memberitahukan keluarga korban. i). Membuat sketsa kasar dan catatn kejadian sebagai bahan laporan. 3. Apabila Bamapta/Pamapta/Pa Siaga ataupun kesatuan tersebut menerima laporan atau mengetahui atau mendapatkan informasi tentang terjadinya kasus penting (menonjol) yang memerlukan tindakan segera, maka Bamapta/Pamapta/Pa Siaga : a). Segera melaporkan kejadiannya kepada kepala Kesatuan. b). Segera menghubingi piket Reskrim dan Tim Olah TKP untuk melakukan tindakan Olah TKP.

7 c). Bersama-sama dengan piket fungsi di bawah pengendaliannya segera melakukan TP TKP. d). Melakukan koordinasi di TKP dalam rangka penanganan TKP.