Jajang Gumilar, Obin Rachmawan, dan Winda Nurdyanti Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran

dokumen-dokumen yang mirip
KUALITAS FISIKOKIMIA NAGET AYAM YANG MENGGUNAKAN FILER TEPUNG SUWEG (Amorphophallus campanulatus B1). Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran

PENGARUH PENGGUNAAN TEPUNG AREN ( Arenga pinnata) TERHADAP SIFAT FISIKOKIMIA DAN AKSEPTABILITAS KORNET IRIS ITIK PETELUR AFKIR

PENGGUNAAN TEPUNG TALAS BOGOR (Colocasia esculenta L. Schott) TERHADAP SIFAT FISIK DAN AKSEPTABILITAS NAGGET AYAM PETELUR AFKIR

PENDAHULUAN. dikonsumsi oleh manusia dan termasuk salah satu bahan pangan yang sangat

I PENDAHULUAN. Dewasa ini kesadaran masyarakat akan pentingnya nilai gizi suatu produk

) FLOUR AS A SUBSTITUTION OF TAPIOCA FLOUR ON WATER CONTENT, WATER HOLDING CAPACITY, ELASTICITY, AND SHEAR FORCE OF BEEF MEATBALL

I. PENDAHULUAN. Jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus) merupakan salah satu jenis sayuran sehat

Magdalena Kristiana, Wendry S. Putranto, dan Lilis Suryaningsih Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran, Bandung

PENGARUH BERBAGAI FILLER (BAHAN PENGISI) TERHADAP SIFAT ORGANOLEPTIK BEEF NUGGET

HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh Perlakuan terhadap Daya Ikat Air Bakso Ayam

Animal Agriculture Journal, Vol. 2. No. 1, 2013, p Online at :

SKRIPSI. SUBSTITUSI TEPUNG TAPIOKA DENGAN TEPUNGBIJI NANGKA (Artocarpus heterophyllus)terhadap KUALITAS KIMIA NUGGET DAGING AYAM

POTENSI PENGGUNAAN TEPUNG BUAH SUKUN TERHADAP KUALITAS KIMIA DAN FISIK SOSIS KUDA

EVALUASI MUTU MI INSTAN YANG DIBUAT DARI PATI SAGU LOKAL RIAU. Evaluation on the Quality of Instant Noodles Made From Riau Sago Starch

SIFAT FISIK DAN ORGANOLEPTIK BEEF NUGGET MENGGUNAKAN TEPUNG YANG BERBEDA (Physic and organoleptic characteristic of beef nugget using different flour)

PROSIDIi\G ..ROAD TO GREEN FARMING " Editor : SEMINAR NASIONAL PETERNAKAN BBRKELANJUTAN III. ;'ff'#xla To R, ri*, -teb,&ffi:tri FirXULllS

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain:

Animal Agriculture Journal, Vol. 2. No. 1, 2013, p Online at :

Sifat Kimia dan Palatabilitas Nugget Ayam Menggunakan Jenis dan Konsentrasi Bahan Pengisi yang Berbeda

PENGARUH BERBAGAI FILLER (BAHAN PENGISI) TERHADAP KARAKTERISTIK DAN DAYA TERIMA CHICKEN NUGGET SKRIPSI. Oleh MARGI KUSUMANINGRUM

I PENDAHULUAN. Pada pendahuluan menjelaskan mengenai (1) Latar Belakang, (2)

Key words: chicken nuggets, broiler chicken livers, the fat content, elasticity, flavour

JURNAL ILMU TERNAK, DESEMBER 2016, VOL.16, NO.2

Jurnal Ilmu dan Teknologi Hasil Ternak, April 2017, Hal Vol. 12 No. 1 ISSN :

PENDAHULUAN. Kesadaran masyarakat akan pentingnya nilai gizi dari suatu makanan yang

PENGARUH PEMBERIAN TELUR ITIK DENGAN KONSENTRASI BERBEDA TERHADAP MUTU BAKSO BELUT (Monopterus albus) ELITA

SKRIPSI SUBSTITUSI TEPUNG TAPIOKA DENGAN TEPUNG BIJI NANGKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

KADAR PROTEIN DAN BETAKAROTEN BAKSO IKAN TUNA YANG DIPERKAYA JAMUR MERANG (Volvariella volvaceae) DAN UMBI WORTEL NASKAH PUBLIKASI

PROSIDING SEMINAR NASIONAL PETERNAKAN BERKELANJUTAN III. Jatinangor, 2 November 2011 " ROAD TO GREEN FARMING " Editor :

SIFAT FISIKOKIMIA DAN ORGANOLEPTIK NUGGET GURAMI DENGAN MENGGUNAKAN PATI GARUT, MAIZENA, DAN TAPIOKA SEBAGAI FILLER PROPOSAL SKRIPSI

KAJIAN SIFAT FISIK DAN ORGANOLEPTIK PENGGUNAAN BEBERAPA JENIS FILLER TERHADAP SOSIS DAGING BABI

PENGOLAHAN DAGING BAKSO. Materi 3b TATAP MUKA ke 3 Semester Genap BAHAN KULIAH TEKNOLOGI HASIL TERNAK

I PENDAHULUAN. diantaranya adalah umbi-umbian. Pemanfaatan umbi-umbian di Indonesia belum

I PENDAHULUAN. Hipotesis Penelitian dan Tempat dan Waktu Penelitian. Kg/Kap/Thn, sampai tahun 2013 mencapai angka 35 kg/kap/thn.

METODE. Waktu dan Tempat

PENDAHULUAN. Bidang teknologi pangan terus mengalami perkembangan dari tahun ke

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jagung merupakan palawija sumber karbohidrat yang memegang peranan penting kedua setelah beras.

EFFECT OF JACKFRUIT S SEED STARCH (Arthocarpus heterophyllus Lamk) ON PHYSICAL QUALITY OF CHICKEN NUGGET ABSTRACT

PENDAHULUAN. Daging ayam merupakan daging yang paling banyak dikonsumsi masyarakat

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Kebutuhan masyarakat Indonesia terhadap pemenuhan nilai gizi

TINJAUAN PUSTAKA. Daging ayam juga merupakan bahan pangan kaya akan gizi yang sangat. diperlukan manusia. Daging ayam dalam bentuk segar relatif

PENGOLAHAN DAGING NUGGET. Materi 6b TATAP MUKA KE-6 Semester Genap

Pengaruh Beberapa Level Daging Itik Manila dan Tepung Sagu terhadap Komposisi Kimia dan Sifat Organoleptik Bakso

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Pengembangan Formulasi Mi Jagung Berbahan Baku Tepung Jagung Modifikasi. Development of Formulation Noodles Made from Raw Corn Starch Modified Corn

Animal Agriculture Journal, Vol. 2. No. 1, 2013, p Online at :

PENGARUH CAMPURAN TEPUNG TERIGU DENGAN BEBERAPA JENIS TEPUNG DAN JUMLAH DAGING BELUT TERHADAP MUTU NAGET BELUT

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kacang koro pedang mempunyai kandungan karbohidrat (66,1%) dan

PENGEMBANGAN PENGOLAHAN SEREAL UNTUK PRODUK DODOL DAN BAKSO SEHAT. H. Jalil Genisa

I. PENDAHULUAN. Bab ini akan menguraikan mengenai: (1.1) Latar belakang, (1.2) Identifikasi

II. TINJAUAN PUSTAKA. tapioka menjadi adonan yang kemudian dibentuk menjadi bola-bola seukuran bola

Lilis Suryaningsih, Jajang Gumilar, Andry Pratama Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran

SUBSTITUTION OF CASSAVA STARCH WITH JACKFRUIT SEED STARCH (Artocarpus heterophyllus Lamk) ON THE PHYSICAL OF CHICKEN MEATBALLS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Bakso adalah produk pangan yang terbuat dari bahan utama daging yang

KARAKTERISTIK BAKSO IKAN PATIN (Pangasius hypophthalmus) DENGAN PENAMBAHAN JANTUNG PISANG KEPOK (Musa paradisiaca) TERHADAP PENERIMAAN KONSUMEN

PENGARUH BERBAGAI KONSENTRASI SARI BUAH MARKISA KUNING

KARAKTERISASI DAGING SINTETIS DARI PERLAKUAN KONSENTRAT KEDELAI, TEPUNG TERIGU DAN METODE PEMASAKAN

I. PENDAHULUAN. dan dikenal dengan nama latin Cucurbita moschata (Prasbini et al., 2013). Labu

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Sifat Fisik Meatloaf. Hasil penelitian mengenai pengaruh berbagai konsentrasi tepung tulang

BAB V PEMBAHASAN 5.1 Kadar Air

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI PENGOLAHAN PANGAN TEKNOLOGI PENGOLAHAN DAGING PEMPEK

I. PENDAHULUAN. kayu yang memiliki nilai gizi tinggi dan dapat dimanfaaatkan untuk berbagai jenis

Pengaruh Perendam Sari Buah Stroberi (Fragaria vesca)... Gina Hermawati

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. bahan tambahan. Bahan utama adalah daging segar puyuh petelur jenis lokal, hasil

II. TINJAUAN PUSTAKA Nugget Ayam Menurut SNI (2002) nugget merupakan salah satu produk olahan daging

TEKNOLOGI PENGOLAHAN NUGGET

I. PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENGARUH JENIS DAGING DAN TINGKAT PENAMBAHAN TEPUNG TAPIOKA YANG BERBEDA TERHADAP KUALITAS BAKSO

4. PEMBAHASAN Analisa Sensori

I PENDAHULUAN. Pemikiran, 1.6 Hipotesis Penelitian, dan 1.7 Tempat dan Waktu Penelitian.

KAJIAN INDEKS GLIKEMIK DAN KAPASITAS IN VITRO PENGIKATAN KOLESTEROL DARI UMBI SUWEG

KOMBINASI TEPUNG TAPIOKA DENGAN PATI SAGU TERHADAP MUTU BAKSO JANTUNG PISANG DAN IKAN PATIN

SUBSTITUSI TEPUNG KACANG HIJAU (Phaseolus radiathus L) DALAM PEMBUATAN BISKUIT KIMPUL (Xanthosoma sagittifolium (L) schott)

PENGARUH METODE PERLAKUAN AWAL (PRE-TREATMENT) DAN SUHU PENGERINGAN TERHADAP MUTU FISIK, KIMIA, DAN FUNGSIONAL TEPUNG UBI JALAR UNGU

PENGARUH PROPORSI BANDENG (Chanos chanos)-menjes TERHADAP SIFAT FISIKOKIMIA DAN ORGANOLEPTIK NUGGET BANDENG PROPOSAL SKRIPSI

KAJIAN KEPUSTAKAAN. Tanaman kentang (Solanum tuberosum L.) adalah tanaman penghasil umbi

BAB I PENDAHULUAN. diantaranya adalah umbi-umbian. Umbi-umbian dapat tumbuh dengan baik

I PEDAHULUAN. Pemikiran,(6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

EVALUASI KARAKTERISTIK FISIK, KIMIA DAN SENSORI ROTI DARI TEPUNG KOMPOSIT BERAS, UBI KAYU, KENTANG DAN KEDELAI DENGAN PENAMBAHAN XANTHAN GUM

PENGARUH PENGGANTIAN SEBAGIAN TEPUNG TERIGU DENGAN TEPUNG JAGUNG TERHADAP PRODUKSI NUGGET DAGING AYAM

PENGARUH PENAMBAHAN TAPIOKA TERHADAP MUTU BRONDONG JAGUNG DENGAN MENGGUNAKAN EKSTRUDER

LAPORAN PRAKTEK TEKNOLOGI MAKANAN PEMBUATAN SOSIS AYAM

KAJIAN MUTU MI INSTAN YANG TERBUAT DARI TEPUNG JAGUNG LOKAL RIAU DAN PATI SAGU. Riau. Riau

PENGARUH PEMAKAIAN BEBERAPA JENIS TEPUNG PADA LEVEL BERBEDA TERHADAP NILAI GIZI DAN ORGANOLEPTIK BAKSO ITIK AFKIR SKRIPSI DETIK RENA KNS

Rivaldo Partogi, Obin Rachmawan dan Nani Djuarnani Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran, Bandung

PENGARUH PERBANDINGAN TEPUNG BIJI NANGKA DENGAN TAPIOKA DAN JUMLAH SODIUM BIKARBONAT TERHADAP MUTU KERUPUK SKRIPSI

Penambahan Bahan Pengikat pada Nugget Itik Serati (The Addition of Binder Matter on Waterfowls Nugget)

II. TINJAUAN PUSTAKA. dan banyak tumbuh di Indonesia, diantaranya di Pulau Jawa, Madura, Sulawesi,

PENGARUH JUMLAH WORTEL DAN LAMA PENGUKUSAN TERHADAP MUTU NUGGET

Pengaruh Tingkat Penambahan Tepung Daun Singkong dalam Ransum Komersial terhadap Performa Broiler Strain CP 707

Pengaruh Jenis Otot dan Lama Penyimpanan terhadap Kualitas Daging Sapi

Deskripsi PROSES PRODUKSI DAN FORMULASI MI JAGUNG KERING YANG DISUBSTITUSI DENGAN TEPUNG JAGUNG TERMODIFIKASI

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Ariansah (2008), itik masih sangat populer dan banyak di manfaatkan


I PENDAHULUAN. (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu

PHYSICAL, SENSORY QUALITIES, AND CHOLESTEROL CONTENT OF GIZZARD NUGGET WITH MOCAF FLOUR IN DIFFERENT RATIO

Transkripsi:

JURNAL ILMU TERNAK JUNI 2011, VOL. 11, NO. 1, 1 5 Kualitas Fisikokimia Naget Ayam yang Menggunakan Filer Tepung Suweg (Amorphophallus campanulatus B1) (Physicochemical Quality of Chicken Nugget Using Suweg (Amorphophallus campanulatus B1) Flour as Filler) Jajang Gumilar, Obin Rachmawan, dan Winda Nurdyanti Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan kualitas fisikokimia naget ayam yang menggunakan tepung tapioka dengan naget ayam yang menggunakan tepung suweg. Kualitas fisik didasarkan pada daya ikat air, susut masak, dan keempukan, sedangkan untuk kualitas kimia didasarkan pada kadar air, kadar protein, serta kadar lemak. Penelitian ini dilakukan secara eksperimen dengan Rancangan Acak Lengkap degan empat perlakuan tingkat penggunaan tepung Suweg yaitu P 1 = 10%, P 2 = 15%, P 3 = 20%, P 4 = 25%, dan kontrol P 0 = 10% tepung Tapioka, masing-masing perlakuan diulang sebanyak empat kali. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan tepung Suweg berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap kualitas fisiko kimia naget ayam. Penggunaan tepung Suweg sebanyak 10% memiliki kualitas fisikokimia yang tidak berbeda dengan kontrol yaitu daya ikat air 61,99%; susut masak 1,94%; keempukan 102,92 mm/g/10 detik; kadar air 62,22%; kadar protein 22,86; dan kadar lemak 7,05%. Kata kunci: Kualitas fisikokimia, Naget ayam, tepung Amorphophallus campanulatus Abstract This study aims was to compare the physicochemical quality of chicken nugget that using tapioca flour with chicken nugget that using Suweg flour. The physical qualities were based on water holding capacity, cooking shrinkage, and tenderness, while the chemical qualities were based on moisture content, protein content, and fat levels. The research was conducted in Completely Randomized Design experiment with four treatments of Suweg flour usage levels as P1 = 10%, P2 = 15%, P3 = 20%, P4 = 25%, and as control was P0 = 10% Tapioca flour. Each treatment was repeated four times. The results showed that the use of Suweg flour had significant effect (P <0.05) on chicken nugget physicoc hemical quality. The use of Suweg flour as much as 10% had not had significant effect to controls. The physicochemical qualities content were 61.99% water holding capacity; cooking shrinkage 1.94%; tenderness 102.92 mm/g/10 seconds; water content of 62.22%; protein levels 22.86, and 7.05% fat content. Keywords: physicochemical quality, chicken nugget, Amorphophallus campanulatus flour Pendahuluan Naget merupakan produk olahan ayam yang dicetak, dimasak dan dibekukan, dibuat dari campuran daging ayam giling yang diberi bahan pelapis dengan atau tanpa penambahan bahan makanan lain dan bahan tambahan makanan yang diizinkan (SNI, 2002). Sejalan dengan perkembangan ilmu dan teknologi maka naget juga dapat dibuat dari berbagai jenis daging seperti daging ayam, daging sapi, dan daging ikan. Pembuatan naget memerlukan bahan pengisi (filler) yang mampu mengikat sejumlah air, tetapi mempunyai pengaruh kecil terhadap emulsifikasi. Bahan yang biasa dipakai menjadi filler dapat berupa tepung yang memiliki pati dengan karbohidrat yang tinggi. Tepung tapioka merupakan jenis tepung yang biasa digunakan dalam pembuatan naget ayam. Penggunaan tepung tapioka yang ditambahkan idealnya sebanyak 10% dari berat daging (Wibowo, 2001). Tepung tapioka mengandung karbohidrat sebesar 86,9%, protein 0,5%, lemak 0,3%, dan air 11,54%, sedangkan ukuran granulanya sebesar 17 µm (Helmi, 2001). Tepung suweg mempunyai karakteristik yang hampir sama dengan tepung tapioka dengan kandungan karbohidrat sebesar 87,32%, serat pangan 13,71%, protein 7,56%, air 4,98%, kadar lemak 0,29% (Didah, 2005), dan ukuran granula patinya sebesar 13,44 µm (Didah dkk,2008). Pati berfungsi untuk menaikkan daya ikat air, dengan demikian pati dapat menahan air selama proses pemanasan dan pengolahan 1

JURNAL ILMU TERNAK JUNI 2011, VOL. 11, NO. 1 berlangsung, sehingga granula pati akan mengembang ketika pati dipanaskan selama proses pengolahan dan daya tarik menarik antar molekul pati dalam granula pati tidak dapat bergerak bebas lagi, peristiwa ini disebut dengan gelatinisasi, yaitu mengembangnya granula pati dan tidak dapat kembali ke keadaan semula (Winarno, 1984). Produk emulsi dengan daya ikat air yang tinggi akan memiliki nilai susut masak yang rendah karena kehilangan air dan nutrisi lebih sedikit sehingga akan menghasilkan nilai kekenyalan yang tinggi (Soeparno, 1998). Pati terdiri dari dua fraksi yang dapat dipisahkan dengan air panas, yaitu fraksi terlarut disebut amilosa dan fraksi tidak terlarut disebut amilopektin. Amilosa mempunyai struktur lurus sedangkan amilopektin mempunyai struktur yang bercabang. Perbandingan kandungan antara amilosa dan amilopektin berperan dalam membentuk produk olahan. Semakin besar kandungan amilopektin atau semakin kecil kandungan amilosa bahan yang digunakan, maka semakin lekat produk olahannya (Winarno, 1984). Tepung tapioka mengandung kadar amilosa sebanyak 17,41% dan kadar amilopektin sebanyak 82,13% (Helmi, 2001) sedangkan tepung suweg mengandung kadar amilosa sebanyak 15,92% dan amilopektin sebanyak 84,08% (Didah dkk, 2008). Ditinjau dari sifat fisikokimia suweg memiliki potensi digunakan untuk bahan pengental maupun bahan pengisi, karena memiliki kandungan amilosa yang rendah dan viskositas puncak tinggi (Richana dkk, 2004). Penambahan pati sebagai filler dapat berpengaruh terhadap sifat fisik maupun sifat kimia naget. Dimana penggunaan komponen non daging pada produk olahan daging dapat meningkatkan kualitas produk dan menyebabkan produk tersebut lebih sehat (Baranow ska, et al., 2004). Standar kualitas kimia naget diantaranya adalah kadar air maksimal 60%, protein minimal 12%, dan lemak maksimal 20% (SNI No. 01-6683-2002). Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan kualitas fisik dan kualitas kimia naget ayam yang menggunakan tepung tapioka dengan naget ayam yang menggunakan tepung suweg. Metode Penelitian ini dilakukan secara eksperimen di Laboratorium Teknologi Pengolahan Produk Peternakan dan Laboratorium Kimia Makanan Ternak, Fapet, Unpad. Rancangan yang digunakan adalah rancangan acak lengkap (RAL) dengan lima perlakuan yaitu tingkat penggunaan tepung tapioka 10% sebagai kontrol, dan penggunaan tepung suweg (10%, 15%, 20%, 25%). Masing-masing perlakuan diulang sebanyak empat kali. Pengaruh antar perlakuan terhadap parameter yang diuji dianalisis menggunakan sidik ragam, sedangkan untuk mengetahui perbedaan antar satuan perlakuan dilakukan Uji Dunnett (Gasperz, 1991). Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah naget ayam dengan bahan utama daging ayam broiler strain Hybro yang diperoleh dari peternak di daerah Jatinangor Kecamatan Jatinangor Kabupaten Sumedang dan Suweg yang diperoleh dari petani Kecamatan Cisitu Kabupaten Sumedang. Bahan tambahannya berupa bumbubumbu yang digunakan yaitu garam, merica bubuk, pala bubuk, bawang putih, penyedap, es batu, tepung panir, dan telur. Pembuatan bahan pengisi ( filler) tepung Suweg dilakukan dengan metode pengeringan (Didah, 2005) yang dimodifikasi, sedangkan proses pembuatan Naget ayam menggunakan tahapan yang dilakukan oleh Amertaningtyas, dkk., 2001. Peubah yang diamati dalam penelitian ini adalah sifat fisikokimia naget. Sifat fisik yang diukur meliputi: daya ikat air ( %), susut masak (%), dan keempukan (mm/g/10 detik), sedangkan sifat kimia yang diukur adalah: kadar air (%), protein (%), dan lemak (%). Pengukuran daya ikat air menggunakan metode Hamm, Pengukuran susut masak dilakukan dengan prosedur kerja mengacu kepada Soeparno, 1998. Uji keempukan dilakukan secara objektif dengan menggunakan alat pengukur penetrometer dengan prosedur kerja mengacu kepada Muchtadi dan Sugiyono, 1992. Uji kualitas fisik dilaksanakan di Laboratorium Teknologi Pengolahan Produk Peternakan, Fapet, Unpad. Pengukuran kadar air, protein dan lemak menggunakan analisis proksimat berdasarkan metode AOAC, 1995. Hasil dan Pembahasan Kualitas Fisik Naget Ayam yang Menggunakan Filer Tepung Suweg (Amorphophallus Campanulatus B1) Berdasarkan hasil pengujian, kualitas fisik naget ayam dengan menggunakan filer tepung Suweg (Amorphophallus Campanulatus B1) dapat dilihat pada Tabel 1. Daya ikat air pada nugget ayam dengan penggunaan tepung suweg 10% (P 1 ) tidak berbeda nyata (P > 0.05) dengan penggunaan tepung tapioka 10% (P 0 ) dikarenakan kandungan karbohidrat yang dimiliki oleh tepung 2

Gumilar, dkk., Kualitas fisikokimia nugget asam filler suweg tapioka dan tepung suweg hampir sama yaitu 86,9% dan 87,32%. Selain itu, ukuran granula pati dari tepung suweg dan tepung tapioka tidak berbeda jauh yaitu sebesar 13,44 μm dan granula tepung tapioka sebesar 17 μm sehingga kemampuan untuk menyerap airnya pun sama. Semakin besar volume granula pati yang terkandung dalam tepung maka ikatan hidrogennya pun meningkat. Pada proses gelatinisasi terjadi perusakan ikatan hidrogen. Ikatan hidrogen ini berfungsi untuk mempertahankan struktur integritas granula. Terdapatnya gugus hidroksil yang bebas akan menyerap molekul air sehingga selanjutnya terjadi pembengkakan granula pati (Didah dkk, 2008). Hal ini sesuai dengan pendapat Winarno (1984) bahwa jumlah gugus hidroksil dari molekul pati yang sangat besar menyebabkan kemampuan menyerap air juga besar. Penggunaan tepung suweg 15% (P 2 ), 20% (P 3 ) dan 25% (P 4 ) berbeda nyata ( P< 0.05) lebih rendah jika dibandingkan dengan dengan penggunaan tepung tapioka 10% (P 0 ) dikarenakan seiring dengan meningkatnya penggunaan tingkat konsentrasi tepung suweg, maka proporsi protein dalam nugget ayam semakin rendah sehingga dengan menurunnya kadar protein akan menurunkan daya ikat air. Protein berfungsi sebagai bahan pengikat dalam proses emulsi dan sebagai pengikat atau penahan air. Hal ini sesuai dengan Lukman (1995) bahwa semakin banyak tepung yang ditambahkan ke dalam adonan maka kadar protein akan semakin sedikit sehingga daya ikat airnya pun menurun. Susut masak pada nugget ayam dengan penggunaan tepung suweg 10% (P 1 ), 15% (P 2 ), dan 20% (P 3 ) tidak berbeda nyata (P > 0.05) dengan penggunaan tepung tapioka 10% (P 0 ) dikarenakan kandungan karbohidrat tepung tapioka dan tepung suweg tidak berbeda jauh, yaitu 86,9% dan 87,32%. Selain itu, kandungan protein yang terdapat dalam tepung suweg lebih tinggi dari tepung tapioka, yaitu sebesar 7,56% sedangkan tapioka sebesar 0,5%. Semakin besar kandungan protein dalam suatu adonan, maka kemampuan untuk mengikat air akan meningkat sehingga sampai dengan penggunaan tepung suweg 20% tidak berbeda nyata dengan penggunaan tepung tapioka 10%.. Penggunaan tepung suweg 25% (P 4 ) berbeda nyata ( P < 0.05) lebih rendah jika dibandingkan dengan penggunaan tepung tapioka 10% (P 0 ) dikarenakan semakin banyak konsentrasi tepung yang digunakan dalam adonan maka akan menurunkan proporsi protein dalam adonan sehingga daya ikat air oleh protein daging akan menurun dengan menurunnya daya ikat air maka akan menyebabkan susut masak meningkat. Susut masak yang tinggi akan menyebabkan kandungan nutrisi yang terdapat didalam nugget akan berkurang sehingga dengan susut masak yang semakin tinggi akan menghasilkan nugget yang memiliki kualitas yang menurun. Hal ini sejalan dengan pendapat Soeparno (1998) bahwa daging dengan susut masak yang lebih rendah mempunyai kualitas yang relatif lebih baik daripada daging dengan susut masak lebih besar, karena kehilangan nutrisi selama pemasakan akan lebih sedikit. Keempukan pada nugget ayam dengan penggunaan tingkat konsentrasi tepung tapioka 10% yang digunakan sebagai kontrol tidak berbeda nyata (P > 0.05) dengan penggunaan tingkat konsentrasi tepung suweg 10% (P 1 ). Hal tersebut dikarenakan kandungan amilopektin tepung suweg tidak berbeda jauh dengan tepung tapioka. Tepung suweg mengandung amilopektin sebanyak 84,08%. Sedangkan tepung tapioka mengandung amilopektin sebesar 82,13%. Kandungan amilopektin mempengaruhi proses gelatinisasi yang akhirnya akan mempengaruhi keempukan, tidak berbeda jauhnya kandungan amilopektin menyebabkan proses gelatinisasi dalam meningkatkan keempukan juga sama. Gelatinisasi adalah peristiwa hilangnya sifat birefringent granula pati akibat penambahan air secara berlebihan dan pemanasan pada waktu dan suhu tertentu sehingga granula membengkak dan tidak dapat kembali pada kondisi semula (irreversible) (Didah dkk, 2008). Pada penggunaan tingkat konsentrasi tepung suweg 15% (P 2 ), 20% (P 3 ) dan 25% (P 4 ) berbeda nyata ( P < 0.05) lebih rendah jika dibandingkan dengan penggunaan tingkat konsentrasi tepung tapioka 10% (P 0 ). Hal ini dikarenakan penambahan tepung pada adonan nugget akan menyebabkan penurunan proporsi protein dalam adonan nugget. Kandungan protein dalam adonan berpengaruh terhadap kemampuan menyerap air sehingga nugget yang dihasilkan tidak keras. Hal ini sesuai dengan Lukman (1995), semakin banyak tepung yang ditambahkan ke dalam adonan maka proporsi protein akan semakin sedikit sehingga keempukan akan menurun. 3

JURNAL ILMU TERNAK JUNI 2011, VOL. 11, NO. 1 Tabel 1. Kualitas Fisik Naget Ayam dengan Berbagai Perlakuan. Parameter Perlakuan P 0 P 1 P 2 P 3 P 4 Daya Ikat Air (%) 62.94 61.99 NS 61.05 S 59.31 S 57.84 S Susut Masak (%) 1,84 1,94 NS 1,79 NS 2,31 NS 3,08 S Keempukan (%) 107,02 102,92 NS 95,78 S 88,38 S 83,32 S Tabel 2. Kualitas Kimia Naget Ayam dengan Berbagai Perlakuan. Parameter Perlakuan P 0 P 1 P 2 P 3 P 4 Kadar air (%) 63.09 62.22 NS 61.25 S 59.50 S 57.99 S Kadar Protein (%) 23.41 22.86 NS 22.80 NS 19.12 S 18.61 S Kadar Lemak (%) 7.13 7.05 NS 6.22 S 5.78 S 5.36 S Keterangan: P 0 = Nugget dengan penambahan Tepung Tapioka 10 % P 1 = Nugget dengan penambahan Tepung Suweg 10 % P 2 = Nugget dengan penambahan Tepung Suweg 15 % P 3 = Nugget dengan penambahan Tepung Suweg 20 % P 4 = Nugget dengan penambahan Tepung Suweg 25% NS = Tidak berbeda nyata S = Berbeda nyata Meningkatnya jumlah tepung yang ditambahkan maka kadar amilosa juga akan meningkat, kadar amilosa yang tinggi akan menyebabkan keempukan nugget menurun. Amilopektin berpengaruh terhadap keempukan nugget yang dihasilkan. Hal ini sesuai dengan Winarno (1984) bahwa semakin kecil kandungan amilosa, atau semakin tinggi kandungan amilopektin produk yang dihasilkan akan semakin kenyal. Kualitas Kimia Naget Ayam yang Menggunakan Filer Tepung Suweg (Amorphophallus Campanulatus B1) Kualitas kimia berkorelasi langsung dengan kualitas fisik naget. Standar kulaitas naget ditunjukkan didalam SNI No. 01-6683-2002 tentang Naget Ayam. Hasil penelitian menunjukkan bahwa naget yang memenuhi standar kualitas kimia sesuai dengan SNI tersebut adalah P1 dan P2 untuk kadar air, serta semua perlakuan untuk kadar protein dan kadar lemak. Hasil perhitungan sidik ragam menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang nyata (P<0.05) antara perlakuan dengan kontrol. Kadar air naget ayam yang menggunakan tepung suweg 10% tidak berbeda nyata (P > 0.05) dibandingkan dengan kontrol, sedangkan naget yang menggunakan tepung suweg lebih dari 15% menunjukkan berbeda nyata (P < 0.05) lebih rendah dibandingkan dengan kontrol. Hal ini sejalan dengan pendapat Whistler dan Daniel, 1985 yang menyatakan bahwa konsentrasi tepung dan jenis tepung yang digunakan ternyata berpengaruh terhadap kadar air chicken nugget. Perbedaan kadar air dapat disebabkan karena perbedaan komposisi kadar air tepung suweg sebesar 4,98% dan kadar air tepung tapioka sebesar 14,81% (Marsudi, 2009). Semakin tinggi penggunaan tepung suweg pada naget ayam maka kadar air naget tersebut akan semakin rendah. Penggunaan tepung suweg sampai dengan 15% memiliki kadar protein yang tidak berbeda nyata (P > 0.05) dibandingkan dengan kontrol, sedangkan penggunaan tepung suweg lebih dari 20% menunjukkan kadar protein yang berbeda nyata (P < 0.05) lebih rendah. Kadar protein dalam naget berkorelasi dengan kadar air nugget. Protein daging berperan dalam pengikatan air daging. Kadar protein daging yang tinggi menyebabkan meningkatnya kemampuan menahan air daging sehingga menurunkan kandungan air bebas, dan sebaliknya (Kartikasari, 2005). Komposisi lemak pada naget hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunanaan tepung suweg sebanyak 10% (P1) tidak berbeda nyata (P >0.05) dibandingkan dengan kontrol, 4

Gumilar, dkk., Kualitas fisikokimia nugget asam filler suweg sedangkan penggunaan tepung suweg diatas 15% sesuai dengan perlakuan menunjukkan nilai yang berbeda nyata (P < 0.05) lebih kecil dibandingkan dengan kontrol. rendahnya kadar air dan tingginya kadar protein dan lemak dipengaruhi oleh daging yang digunakan (Bhattacharyya et al. 2007), selain itu kadar karbohidrat tidak tercerna (serat kasar) nugget memiliki korelasi dengan kadar lemak. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian tersebut maka dapat disimpulkan bahwa, penggunaan tepung Suweg berpengaruh terhadap sifat fisiko kimia nugget ayam. Penggunaan tepung Suweg sebanyak 10% pada pembuatan naget ayam memiliki sifat fisiko kimia yang sama dengan kontrol (daya ikat air 61,99%; susut masak 1,94%; keempukan 102,92 mm/g/10 detik; kadar air 62,22%; kadar protein 22,86; dan kadar lemak 7,05%). Daftar Pustaka Amertaningtyas, D.H. Purnomo, dan Siswanto. 2001. Kualitas Nugget Daging Ayam Broiler dan Ayam Petelur Afkir Dengan Menggunakan Tapioka dan Tapioka Modifikasi Serta Lama Pengukusan yang Berbeda. Biosain Vol. 1 No. 1. Hal 98-99, 101-102. [AOAC] Association of Official Analytical and Chemists. 1995. Official Methods of Analysis the 16 th ed. Virginia: Inc. Arlington. Didah Nur Faridah. 2005. Kajian Sifat Fungsional Umbi Suweg (Amorphophallus campanulatus B1) secara In Vivo Pada Manusia. Laporan Akhir Penelitian Dosen Muda. Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan Fakultas Teknologi Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Hal 10, 17-18. Didah Nur Faridah, D.R. Adawiyah dan E. Pramurti. 2008. Pangan Fungsional dari Umbi Suweg dan Garut : Kajian Daya Hipokolesterolemik dan Indeks Glisemiknya. Laporan Hibah Bersaing. Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Institut Pertanian Bogor. Bogor. Hal 66, 77. Gaspersz, V. 1991. Teknik Analisis dalam Penelitian Percobaan jilid 1. Tarsito Bandung. Hal : 62-68, 136-140. Helmi Harris. 2001. Kemungkinan Penggunaan Edible Film dari Pati Tapioka untuk Pengemas Lempuk. Jurnal Ilmu-ilmu Pertanian Indonesia Volume 3. Fakultas Pertanian Universitas Bengkulu. Bengkulu. Lukman, H. 1995. Perbedaan Karakteristik Daging, Karkas dan Sifat Olahannya Antara Itik Afkir dan Ayam Petelur Afkir. Disertasi. Program Pascasarjana IPB. Bogor. Hal 25. Marsudi. F. 2009. Kajian Sifat Fisiko-Kimia Dan Organoleptik Chicken Nugget Dengan Variasi Tepung Sukun (Artocarpus Communis). Fakultas Fakultas Teknologi Pertanian INTAN Yogyakarta. Muchtadi, T.R. dan Sugiyono. 1992. Petunjuk Laboratorium Bahan Pangan. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Pusat Antar Universitas Pangan Dan Gizi. Institut Pertanian Bogor. Hal : 35, 37 dan 55. Nur Richana dan Titi Chandra Sunarti. 2004. Karakterisasi Sifat Fisikokimiatepung Umbi Dan Tepung Pati Dari Umbi Ganyong, Suweg, Ubikelapa Dan Gembili. J.Pascapanen 1(1) 2004: 29-37. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian. Bogor. Soeparno. 1998. Ilmu dan Teknologi Daging. Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada. University Press. Yogyakarta. Hal 249 255, 289 312. Standar Nasional Indonesia. 2002. SNI No. 01-6683- 2002. Naget Ayam (Chicken Nugget). Badan Satandarisasi Nasional. Jakarta Wibowo, S. 2001. Pembuatan Bakso Ikan dan Bakso Daging. Penebar Swadaya. Jakarta. Winarno. F.G. 1984. Kimia Pangan dan Gizi. Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Hal 27-33. 5