BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. hak bagi setiap orang. Karena setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin,

BAB I PENDAHULUAN. Tinggi terletak pada LU dan BT. Kota Tebing Tinggi

BAB I PENDAHULUAN. jumlah penduduk yang hidup dan tinggal di daerah kota tersebut. Penduduk yang

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan penduduk yang berlangsung dengan pesat telah. menimbulkan dampak terhadap berbagai aspek kehidupan bangsa terutama di

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan penduduk kota Yogyakarta berdasarkan BPS Propinsi UKDW

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kota-kota besar di negara-negara berkembang umumnya mengalami laju

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Kawasan(PLP2K-BK) 1 Buku Panduan Penanganan Lingkungan Perumahan dan Permukiman Kumuh Berbasis

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan derap laju pembangunan. Berbagai permasalahan tersebut antara lain

ADITYA PERDANA Tugas Akhir Fakultas Teknik Perencanaan Wilayah Dan Kota Universitas Esa Unggul BAB I PENDAHULUAN

BAB I P E N D A H U L U A N

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan internasional yang lazim disebut dengan Global Governance. Peranan

RANCANGAN PERDA KUMUH KOTA YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kemiskinan dan pengangguran menjadi masalah yang penting saat ini di

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tinggal. Dimana tempat tinggal atau rumah merupakan kebutuhan dasar yang akan

WALIKOTA SOLOK PROVINSI SUMATERA BARAT

BAB 1 PENDAHULUAN. mengakibatkan kebutuhan akan tempat tinggal semakin tinggi. Menurut Susanti

BAB I PENDAHULUAN. merupakan bagian dari wilayah Propinsi Sumatera Utara yang terletak di

PEREMAJAAN PEMUKIMAN RW 05 KELURAHAN KARET TENGSIN JAKARTA PUSAT MENJADI RUMAH SUSUN

BUPATI LOMBOK TIMUR PERATURAN BUPATI LOMBOK TIMUR NOMOR 7 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PENATAAN DAN RELOKASI PERUMAHAN MASYARAKAT

BUPATI SLEMAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI SLEMAN NOMOR 1 TAHUN 2018 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK

BAB 1 PENDAHULUAN. perkembangan kawasan kawasan permukiman kumuh. Pada kota kota yang

2018, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 201

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. dalam pemenuhannya masih sulit dijangkau terutama bagi penduduk berpendapatan

BAB I PENDAHULUAN. Beberapa faktor penyebab pertumbuhannya adalah memiliki fasilitas kota

BAB I PENDAHULUAN. dengan dimensi sosial, ekonomi, budaya, dan politik.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Peran adalah serangkaian perilaku yang diharapkan pada seseorang sesuai dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan adalah upaya memajukan, memperbaiki tatanan, meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Permukiman adalah kawasan lingkungan hidup baik di perkotaan maupun di

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

`BAB I PENDAHULUAN. tertentu. Pada dasarnya pembangunan dalam sektor permukiman adalah

PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. besar, dimana kondisi pusat kota yang demikian padat menyebabkan terjadinya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PROGRAM KOTA TANPA KUMUH (KOTAKU)

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan kota-kota besar di Indonesia saat ini berada dalam tahap yang

BAB I PENDAHULUAN I - 1. Sumber data statistic BPS DKI Jakarta. Dinas Pemadam Kebakaran DKI Jakarta

AR 40Z0 Laporan Tugas Akhir Rusunami Kelurahan Lebak Siliwangi Bandung BAB 1 PENDAHULUAN

WALIKOTA PEKANBARU PROVINSI RIAU

Permasalahan Perumahan dan Permukiman di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. dibahas karena tidak hanya menyangkut kehidupan seseorang, tetapi akan

dan Kawasan Permukiman

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

RUMAH SUSUN SEDERHANA DI SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. tinggal yang terdiri dari beberapa tempat hunian. Rumah adalah bagian yang utuh

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN. prasarana lingkungan di kawasan Kelurahan Tegalpanggung Kota Yogyakarta ini

I. PENDAHULUAN. perumahan yang telah disediakan oleh pemerintah. Sehingga masyarakat dari

WALIKOTA PANGKALPINANG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH KOTA PANGKALPINANG NOMOR 17 TAHUN 2016

WALIKOTA PROBOLINGGO

I. PENDAHULUAN. Perumahan dan pemukiman merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. negara untuk menciptakan kesejahteraan bagi rakyatnya sebagaimana. diamanatkan dalam Undang-Undang Dasar 1945 (UUD 1945).

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pasal 33 ayat (4) Undang-undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945

Arahan Penataan Lingkungan Kawasan Perumahan Swadaya di Kelurahan Tambak Wedi Kota Surabaya

PENGARUH PEMBANGUNAN KAMPUNG PERKOTAAN TERHADAP KONDISI FISIK LINGKUNGAN PERMUKIMAN DAN KONDISI SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT

TINJAUAN YURIDIS PERJANJIAN SEWA MENYEWA RUMAH DINAS ANTARA KARYAWAN PT

- 1 - WALIKOTA MADIUN PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 15 TAHUN 2017 TENTANG PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN

APARTEMEN MAHASISWA DI KOTA DEPOK

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang setinggi-tingginya, sebagai investasi bagi pembangunan sumber

PROFIL DINAS PERUMAHAN RAKYAT DAN KAWASAN PERMUKIMAN KOTA PEKANBARU TA.2017 BIDANG PERUMAHAN

Aspek-aspek minimal yang harus tercantum dalam Perda Kumuh

BUPATI BADUNG PROVINSI BALI PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 51 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PEMBERIAN BANTUAN RUMAH LAYAK HUNI

BERITA NEGARA PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

PEMERINTAH KOTA PROBOLINGGO

I. PENDAHULUAN. pertumbuhan sebesar 1,49 % pada tahun Badan Pusat Statistik (BPS,

BAB 1 PENDAHULUAN. berpenghasilan rendah (MBR) dapat juga dikatakan sebagai masyarakat miskin atau

BAB I PENDAHULUAN. lainnya. Oleh karena itu,bukan suatu pandangan yang aneh bila kota kota besar di

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kemiskinan merupakan suatu kondisi bukan hanya hidup dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Perumahan dan pemukiman adalah salah satu masalah yang dihadapi oleh

BAB I PENDAHULUAN. Kabupaten Kepulauan Mentawai telah menetapkan visi. Terwujudnya Masyarakat Kepulauan Mentawai yang maju, sejahtera dan

KEBIJAKAN DAN PENANGANAN PENYELENGGARAAN PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN

GUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR 84 TAHUN 2017

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2017 NOMOR 25

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 1992 TENTANG PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Tuntutan dan kebutuhan masyarakat Indonesia pada umumnya terhadap

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. yang berhubungan dengan warga negaranya. Terlebih pada negara-negara yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

A. LATAR BELAKANG PENELITIAN

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemikiran masyarakat bahwa hidup diperkotaan lebih terjamin dibandingkan dengan hidup dipedesaan telah menjadi salah satu faktor yang mendorong terjadinya urbanisasi terutama ke daerah ibu kota propinsi. Hal ini tidak terkecuali terjadi di Kota Padang yang menjadi Ibu Kota Propinsi Sumatera Barat. Urbanisasi di Kota Padang menyebabkan jumlah penduduk di Kota Padang cenderung meningkat setiap tahun seperti pada tahun 2014 sebesar 889.646 jiwa dan tahun 2015 meningkat menjadi 902.413 jiwa dengan luas area Kota Padang 694,93 km 2 (Sumber: BPS Sumatera Barat, 2016). Urbanisasi dan peningkatan jumlah penduduk setiap tahun akan berdampak pada kemiskinan sehingga menurunnya kemampuan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan hidupnya apalagi kebutuhan terhadap perumahan yang memerlukan biaya yang tidak sedikit, sehingga pemenuhan kebutuhan tersebut sulit untuk dapat dipenuhi sendiri oleh masyarakat berpenghasilan rendah. Hal ini senada dengan pendapat Ardiansyah (2009), yang mangatakan bahwa salah satu hal penyebab kemiskinan di kota-kota besar khususnya di Indonesia adalah urbanisasi dimana para urbanis yang tidak memiliki pendidikan yang cukup mengakibatkan para urbanis jatuh miskin di kota karena tidak mampu bersaing dan menjadi pengangguran Pada Pasal 1 UU RI Nomor 1 tahun 2011 disebutkan rumah adalah bangunan gedung yang berfungsi sebagai tempat tinggal yang layak huni, sarana pembinaan keluarga, cerminan harkat dan martabat penghuninya, serta aset bagi pemiliknya. Blaang (1986), juga mengungkapkan bahwa perumahan merupakan salah satu unsur pokok dari kesejahteraan rakyat dan dipandang sebagai salah satu fasilitas dasar bagi berhasilnya rencana pembangunan, serta mempunyai arti bagi sarana yang dapat memberi jasa-jasa bagi kelancaran kegiatan-kegiatan di bidang sosial, ekonomi dan administrasi pemerintahan. Pesatnya pertumbuhan penduduk dan tingkat pendapatan masyarakat berpenghasilan rendah yang terbatas sebagaimana yang telah disebutkan sebelumnya seringkali tidak diimbangi dengan kemampuan pemenuhan kebutuhan

perumahan yang memadai. Fenomena ini terlihat pada masyarakat di Kota Padang yang tidak mampu untuk merehab rumah mereka akibat perekonomian yang terbatas, sehingga rumah tersebut dibiarkan menjadi lapuk dan tidak terurus. Rumah yang mereka huni jauh dari syarat keselamatan bangunan, dinding dari bambu-bambu dan kayu dengan kualitas rendah, mempunyai MCK yang masih sangat sederhana, lantai rumah yang masih dari tanah dan berbagai halnya yang masih jauh dari syarat sebagai rumah layak huni. Oleh sebab itu, perbaikan perumahan bagi masyarakat miskin sangat diperlukan. Hak pemenuhan atas rumah menjadi salah satu komponen penting yang perlu diperhatikan pemerintah karena kondisi rumah yang dimiliki masyarakat miskin dibangun dengan tidak memperhatikan kriteria fisik rumah yang layak huni. Pentingnya perbaikan perumahan bagi masyarakat berpenghasilan rendah dijelaskan dalam UU RI No 1 tahun 2011 yang menyebutkan pemerintah dan pemerintah daerah perlu memberikan kemudahan perolehan rumah bagi masyarakat berpenghasilan rendah melalui program perencanaan pembangunan perumahan secara bertahap dalam bentuk pemberian kemudahan pembiayaan dan/atau pembangunan prasarana, sarana, dan utilitas umum di lingkungan hunian.penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman tidak hanya melakukan pembangunan baru, tetapi juga melakukan pencegahan serta pembenahan perumahan dan kawasan permukiman yang telah ada dengan melakukan pengembangan, penataan, atau peremajaan lingkungan hunian perkotaan atau perdesaan serta pembangunan kembali terhadap perumahan kumuh dan permukiman kumuh. Selain itu salah satu hal khusus yang diatur dalam undang-undang tersebut adalah keberpihakan negara terhadap masyarakat berpenghasilan rendah, pemerintah dan/atau pemerintah daerah wajib memenuhi kebutuhan rumah bagi masyarakat berpenghasilan rendah dengan memberikan kemudahan pembangunan dan perolehan rumah melalui program perencanaan pembangunan perumahan secara bertahap dan berkelanjutan. Kemudahan pembangunan dan perolehan rumah bagi masyarakat berpenghasilan rendah itu dengan memberikan kemudahan, berupa pembiayaan, pembangunan prasarana, sarana, dan utilitas umum, keringanan biaya perizinan, bantuan stimulan, dan insentif fiskal. Bantuan dan kemudahan yang dimaksud adalah dukungan dana dan

kemudahan akses bagi masyarakat berpenghasilan rendah dalam memenuhi kebutuhan rumahnya. Salah satu program pembangunan perumahan dan permukiman yang telah dijalankan pemerintah daerah dan bertujuan untuk meringankan beban masyarakat miskin dalam memenuhi hak dasar berupa rumah yang layak huni adalah Program Bedah Rumah. Program ini merupakan program prioritas yang sedang dijalankan pemerintah bagi masyarakat yang mempunyai Rumah Tidak Layak Huni (RTLH) dalam rangka mensejahterakan masyarakat dan dibentuk dengan harapan mengentaskan kemiskinan sehingga meningkatnya kualitas rumah masyarakat miskin dan kurang mampu agar menjadi lebih layak untuk di huni. Program ini sangat sesuai dengan Keputusan Menteri Negara Perumahan dan Permukiman (1999), yang menyebutkan untuk memberikan perhatian, dukungan, perlindungan, layanan dan kepastian hukum yang jelas keberpihakannya kepada kelompok masyarakat berpenghasilan rendah terutama yang membangun rumahnya secara swadaya. Program Bedah Rumah juga diyakini sebagai program yang efektif mengingat bahwa banyaknya rumah tidak layak huni di Kota Padang. Pada pelaksanaannya Program Bedah Rumah telah mempunyai suatu pedoman pelaksanaan yang harus dijalankan. Namun jika dilihat secara kasat mata, program ini belum sepenuhnya dibangun dengan memenuhi kualitas yang diharapkan penerima Program Bedah Rumah. Oleh karena itu penulis berkeinginan untuk mengevaluasi pelaksanaan Program Bedah Rumah ini apakah sesuai dengan pedoman pelaksanaan yang telah ditetapkan atau tidak. B. Perumusan Masalah Dalam implementasinya, ditemukan masalah dalam pelaksanaan Program Bedah Rumah di Kota Padang seperti isu bahwa sebagian besar bantuan dari program ini belum dimanfaatkan warga karena bahan bangunan yang diberikan tidak sesuai dengan kebutuhan sehingga tidak dapat dipergunakan secara maksimal. Masyarakat penerima bantuan kecewa karena pembangunan Rumah Tidak Layak Huni yang berjalan tidak efektif (Padang Ekpres, 2016). Sasaran yang tepat dalam pelaksanaan Program Bedah Rumah juga merupakan kunci utama keberhasilan program. Pentingnya sasaran program diungkapkan oleh Mahesa (2015), yang mengatakan bahwa Program Bedah Rumah yang

dijalankan sebaiknya merata setiap masyarakat dan kecamatan, jangan ada bias sasaran pelaksanaan program yaitu masyarakat yang rumahnya sudah darurat tidak pernah dilirik, atau mengutamakan rumah masyarakat yang dekat dengan pejabat. Pemerintah Kota Padang telah membuat kebijakan terkait pelaksanaan Program Bedah Rumah yang ditetapkan dalam PERWAKO Padang Nomor 46 tahun 2015 tentang Pedoman Pelaksanaan Bantuan Rumah Tidak Layak Huni Bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah. Dengan adanya peraturan yang dibuat pemerintah tersebut, maka dalam pelaksanaan Program Bedah Rumah tentu harus sesuai dengan pedoman pelaksanaan yang telah ditetapkan dalam PERWAKO Padang Nomor 46 tahun 2015 tentang Pedoman Pelaksanaan Bantuan Rumah Tidak Layak Huni bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah agar tercapai suatu kondisi pelaksanaan efektif. Dengan adanya permasalahan pelaksanaan Program Bedah Rumah bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah yang mempunyai Rumah Tidak Layak Huni tersebut diatas, maka dalam penelitian yang akan dilakukan ini timbul suatu pertanyaan yang ingin dikaji peneliti yaitu Bagaimana Evaluasi Program Bedah Rumah di Kota Padang. C. Tujuan Penelitian Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian adalah: 1. Untuk mendiskripsikan implementasi Program Bedah Rumah pada tahun 2015 di Kota Padang 2. Untuk mengevaluasi pelaksanaan Program Bedah Rumah yang sasarannya masyarakat miskin yang mempunyai Rumah Tidak Layak Huni di Kota Padang D. Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara teoritis maupun manfaat secara praktis 1. Manfaat secara teoritis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pengembangan ilmu dan pengetahuan dalam kajian teori-teori ilmu perumahan khususnya terhadap program perumahan.

2. Manfaat secara praktis a. Bagi penulis Untuk memperdalam dan menambah pengetahuan dan wawasan mengenai bagaimana evaluasi sebuah pelaksanaan program perumahan b. Bagi bidang akademis Hasil penelitian ini diharapkan untuk menyumbangkan pemikiran dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan penelitian selanjutnya di Program Pascasarjana, Universitas Andalas, Padang c. Bagi pemerintah daerah Kota Padang Sebagai input bagi pemerintah Kota Padang dalam pembangunan perumahan bagi masyarakat berpenghasilan rendah dan sebagai mengambil keputusan terkait pelaksanaan Program Bedah Rumah kedepannya d. Bagi masyarakat 1) Agar masyarakat mengetahui pelaksanaan Program Bedah Rumah dan menjadi masukan bagi masyarakat dalam mengikuti kegiatan Program Bedah Rumah kedepannya 2) Sebagai masukan bagi stakeholder dalam pengambilan keputusan E. Ruang Lingkup 1. Ruang Lingkup Substansial Pokok penelitian dititikberatkan pada implementasi Program Bedah Rumah pada tahun 2015 di Kota Padang dan evaluasi pelaksanaan program tersebut pada masyarakat miskin yang mempunyai rumah tidak layak huni di Kota Padang. Untuk mengevaluasi pelaksanaan Program Bedah Rumah, digunakan kriteria evaluasi Dunn (2012), antara lain: efektifitas, efisiensi, kecukupan, responsivitas, dan ketepatan. Sumber yang menjadi literatur digunakan PERWAKO Nomor 46 tahun 2015. Hasil dari pengumpulan data dengan menggunakan kuesioner kepada responden dianalisis secara analisis deskriptif untuk menjawab tujuan pertama yaitu mendiskripsikan implementasi Program Bedah Rumah pada tahun 2015 di Kota Padang dan untuk menjawab tujuan kedua yaitu mengevaluasi pelaksanaan

Program Bedah Rumah. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan rekomendasi serta informasi kepada pemerintah daerah untuk mengetahui pelaksanaan Program Bedah Rumah kepada rumah tidak layak huni agar diperoleh pengambilan keputusan yang lebih baik kedepannya 2. Ruang Lingkup Spasial Kota Padang Propinsi Sumatera Barat memiliki jumlah penduduk sebesar 902.413 jiwa (BPS 2016) dan luas wilayah sebesar 694,93 km 2. Secara administratif, Kota Padang berbatasan dengan: a. Sebelah barat: Samudera Hindia dan Selat Mentawai b. Sebelah utara: Kabupaten Padang Pariaman c. Sebelah timur: Kabupaten Solok d. Sebelah selatan: Kabupaten Pesisir Selatan Lingkup wilayah studi yang akan di observasi terdiri dari 3 kecamatan yaitu Kecamatan Padang Utara, Kecamatan Padang Barat, dan Kecamatan Padang Timur di Kota Padang. Kelurahan Padang Utara memiliki luas wilayah 8,08 km 2, Padang Barat yang memiiki luas wilayah 7 km 2, Padang Timur yang memiliki luas 8,15 km 2 (BPS 2016) yang masing-masing kecamatan telah mendapatkan bantuan Program Bedah Rumah. Alasan dipilih ketiga kecamatan tersebut karena data untuk ke tiga kecamatan ini relatif lengkap jika dibandingkan dengan data yang kecamatan lainnya di Kota Padang. F. Sistematika Penulisan Sistematika penulisan yang digunakan dalam tesis terbagi menjadi 5 (lima) bagian ini bertujuan untuk mempermudah memberi gambaran secara keseluruhan mengenai isi dari penulisan yang masing-masing diuraikan sebagai berikut : BAB I Pendahuluan Berisikan tentang latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, ruang lingkup dan sistematika penulisan.

BAB II Tinjauan Pustaka Menguraikan dasar-dasar teori (literature) yang digunakan penelitian yang berisikan teori dan penelitian sebelumnya yang relevan dengan Pelaksanaan Program Bedah Rumah di Kota Padang BAB III Metodologi Penelitian Berisi tentang pembahasan mengenai tahapan-tahapan yang dilakukan untuk mendapatkan hasil akhir yang sesuai dengan tujuan penyusunan tesis. BAB IV Hasil dan Pembahasan Menjelaskan tentang hasil kerja yang didapatkan dalam penulisan tesis ini dan pembahasan dari penelitianyang telah didapatkan. BAB V Penutup Berisi kesimpulan dan saran