LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) DIREKTORAT KESEHATAN KERJA DAN OLAHRAGA TAHUN 2016

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

PENYELENGGARAAN PROGRAM DI TINGKAT PROVINSI

BAGAIMANA KONDISI IMPLEMENTASI PROGRAM DIT KESJAOR SAAT INI? DIT KESJAOR, MARET 2017

WORKSHOP (MOBILITAS PESERTA DIDIK)

POTRET PENDIDIKAN PROVINSI JAWA TENGAH (Indikator Makro)

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2007 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA LEMBAGA PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN

KATA PENGANTAR. Jakarta, Januari Direktorat Kesehatan Kerja dan Olahraga. drg. Kartini Rustandi, M.Kes. Laporan Tahunan

POTRET PENDIDIKAN PROVINSI SULAWESI BARAT (Indikator Makro)

NAMA, LOKASI, ESELONISASI, KEDUDUKAN, DAN WILAYAH KERJA

NAMA, LOKASI, ESELONISASI, KEDUDUKAN, DAN WILAYAH KERJA. No Nama UPT Lokasi Eselon Kedudukan Wilayah Kerja. Bandung II.b DITJEN BINA LATTAS

POTRET PENDIDIKAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU (Indikator Makro)

PANDUAN PENGGUNAAN Aplikasi SIM Persampahan

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2016 NOMOR : SP DIPA /2016

PUSAT DISTRIBUSI DAN CADANGAN PANGAN BADAN KETAHANAN PANGAN RENCANA PENGEMBANGAN SISTEM DISTRIBUSI DAN STABILITAS HARGA PANGAN TAHUN 2015

INDEKS TENDENSI KONSUMEN (ITK) PROVINSI PAPUA TRIWULAN IV-2016

INDEKS TENDENSI KONSUMEN (ITK) PROVINSI PAPUA TRIWULAN I-2017

PEMANTAUAN CAPAIAN PROGRAM & KEGIATAN KEMENKES TA 2015 OLEH: BIRO PERENCANAAN & ANGGARAN JAKARTA, 7 DESEMBER 2015

Disabilitas. Website:

Direktorat Bina Gizi Masyarakat, Ditjen Bina Kesmas Kementerian Kesehatan Republik Indonesia 23 Nopember 2010

INDEKS TENDENSI KONSUMEN (ITK) PROVINSI PAPUA TRIWULAN I-2016

KEBIJAKAN PROGRAM KESEHATAN MASYARAKAT DIREKTORAT JENDERAL KESEHATAN MASYARAKAT

POTRET PENDIDIKAN PROVINSI JAWA TIMUR (Indikator Makro)

KEBIJAKAN PENYELENGGARAAN KESEHATAN KERJA DAN OLAHRAGA

Evaluasi Kegiatan TA 2016 dan Rancangan Kegiatan TA 2017 Ditjen Prasarana dan Sarana Pertanian *)

LAPORAN KINERJA DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN TRIWULAN III TAHUN 2017

RENCANA KINERJA TAHUNAN

KESEHATAN ANAK. Website:

RENCANA KINERJA TAHUNAN

4. Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor PER/18/M.PAN/11/2008 tentang Pedoman Organisasi Unit Pelaksana Teknis Kementerian dan

PERKEMBANGAN PELAKSANAAN PROGRAM DAN KEGIATAN UPSUS PENINGKATAN PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI TAHUN 2015

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. dr. Pattiselanno Roberth Johan, MARS NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

Mekanisme Pelaksanaan Musrenbangnas 2017

KEBIJAKAN PENYELENGGARAAN KESEHATAN KERJA DAN OLAHRAGA

INDEKS KEBAHAGIAAN KALIMANTAN SELATAN TAHUN 2017

GRAFIK KECENDERUNGAN CAKUPAN IBU HAMIL MENDAPAT 90 TABLET TAMBAH DARAH (Fe3) DI INDONESIA TAHUN

IMPLEMENTASI PROGRAM KESEHATAN KERJA DAN OLAHRAGA

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

PELAKSANAAN DAN USULAN PENYEMPURNAAN PROGRAM PRO-RAKYAT

PENDATAAN RUMAH TANGGA MISKIN DI WILAYAH PESISIR/NELAYAN

PAGU SATUAN KERJA DITJEN BINA MARGA 2012

HASIL Ujian Nasional SMP - Sederajat. Tahun Ajaran 2013/2014

IPM KABUPATEN BANGKA: CAPAIAN DAN TANTANGAN PAN BUDI MARWOTO BAPPEDA BANGKA 2014

VIII. PROSPEK PERMINTAAN PRODUK IKAN

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KINERJA TATA KELOLA PROVINSI SULTENG

INDEK KOMPETENSI SEKOLAH SMA/MA (Daya Serap UN Murni 2014)

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. dr. Pattiselanno Roberth Johan, MARS NIP

AKSES PELAYANAN KESEHATAN. Website:

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KINERJA TATA KELOLA PROVINSI SUMATERA SELATAN

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

INDEKS TENDENSI KONSUMEN PROVINSI LAMPUNG TRIWULAN I-2016 DAN PERKIRAAN TRIWULAN II-2016

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

PENETAPAN KINERJA TAHUN 2011 DIREKTORAT PERLINDUNGAN PERKEBUNAN

INDEKS TENDENSI KONSUMEN PROVINSI LAMPUNG TRIWULAN III-2015 DAN PERKIRAAN TRIWULAN IV-2015

KUALIFIKASI TAMBAHAN DALAM PRAKTIK KEDOKTERAN

Info Singkat Kemiskinan dan Penanggulangan Kemiskinan

KEBIJAKAN KEMENTERIAN KESEHATAN DALAM AKSELERASI PENURUNAN ANGKA KEMATIAN IBU

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

PEMETAAN DAN KAJIAN CEPAT

NAMA, LOKASI, ESELONISASI, KEDUDUKAN, DAN WILAYAH KERJA

CEDERA. Website:

UPT-BPSPL Balai Pengelolaan Sumber Daya Pesisir dan Laut DAN. UPT-BKKPN Balai Kawasan Konservasi Perairan Nasional

RENCANA KEGIATAN TA Pusat Ketersediaan Dan Kerawanan Pangan Bali, Juni 2014

DESKRIPTIF STATISTIK PONDOK PESANTREN DAN MADRASAH DINIYAH

EVALUASI KEGIATAN FASILITASI PUPUK DAN PESTISIDA TAHUN 2013

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KINERJA TATA KELOLA PROVINSI GORONTALO

KINERJA TATA KELOLA PROVINSI PAPUA

Penggandaan, Pendistribusian, dan Pengelolaan Dana Bahan UN 2015 BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KINERJA TATA KELOLA PROVINSI DIY

KINERJA TATA KELOLA PROVINSI JAWA TIMUR

DESKRIPTIF STATISTIK RA/BA/TA DAN MADRASAH

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2015 NOMOR : SP DIPA /2015

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

Buku Indikator Kesehatan

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. dr. Pattiselanno Roberth Johan, MARS NIP

KINERJA TATA KELOLA PROVINSI ACEH

KINERJA TATA KELOLA PROVINSI DKI JAKARTA

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KINERJA TATA KELOLA PROVINSI BENGKULU

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

SELAYANG PANDANG SIMLUH KP

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PEMBINAAN KELEMBAGAAN KOPERASI

PENYALURAN DAK FISIK DAN DANA DESA TA 2017

DIREKTORAT JENDERAL KETENAGALISTRIKAN KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL

C UN MURNI Tahun

Transkripsi:

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) DIREKTORAT KESEHATAN KERJA DAN OLAHRAGA TAHUN 2016 DIREKTORAT KESEHATAN KERJA DAN OLAHRAGA DIREKTORAT JENDERAL KESEHATAN MASYARAKAT KEMENTERIAN KESEHATAN 2016

KATA PENGANTAR Laporan Akuntabilitas Kinerja Tahun 2016 disusun berdasarkan Peraturan Menteri Negara Pemberdayaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 54 Tahun 2014 tentang Pedoman Penyusunan Penetapan Kinerja dan Pelaporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, Peraturan Menteri Kesehatan No 2416/Menkes/Per/XII/2011 tentang Petunjuk Pelaksanaan Penetapan Kinerja dan Pelaporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Kesehatan serta peraturan-peraturan terkait lainnya. Laporan Akuntabilitas ini disusun sebagai kewajiban bagi Instansi Pemerintah untuk mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugas pokok dan fungsinya yang menyajikan dan melaporkan semua kegiatan terutama dibidang manajerial dan program-program kepada pihak yang lebih tinggi dalam rangka mencapai kinerjanya. Laporan ini menggambarkan Kinerja Direktorat Kesehatan Kerja dan Olahraga dalam rangka mencapai sasaran Rencana Strategi Kementerian Kesehatan tahun 2015-2019 khususnya kegiatan Pembinaan Upaya Kesehatan Kerja dan Olahraga. Laporan ini juga dapat dijadikan acuan dalam pengembangan penyelenggaraan Kesehatan Kerja dan Olahraga dalam rangka meningkatkan derajat Kesehatan Masyarakat Pekerja agar sehat, bugar dan produktif untuk mendukung pencapaian target SDGs 2016. Keberhasilan dalam pelaksanaan tugas di Direktorat Kesehatan Kerja dan Olahraga tidak terlepas dari hasil kerja keras dan kerja cerdas seluruh pegawai, unit-unit lintas program dan lintas sektor terkait, oleh karena itu kami sangat berterima kasih. Semoga Laporan Akuntabilitas Kinerja ini dapat memberikan manfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan, baik sebagai informasi maupun evaluasi kinerja dan sebagai masukan bagi perencanaan masa yang akan datang. Jakarta, Januari 2017 Direktur Kesehatan Kerja dan Olahraga drg. Kartini Rustandi, M.Kes NIP. 196304071987122001 i

RINGKASAN EKSEKUTIF melalui kegiatan Pembinaan Upaya Kesehatan Kerja dan Olahraga telah berupaya menjalankan tugas pokok dan fungsinya untuk mendukung Program Kesehatan Masyarakat dan program lainnya di Kementerian Kesehatan. Dalam melaksanakan kegiatan tersebut, telah ditetapkan target indikator Renstra per tahun untuk jangka waktu 5 tahun (2015-2019) dan dijabarkan ke dalam indikator kegiatan/output yang ditetapkan setiap tahunnya di awal tahun anggaran berupa Rencana Kinerja Tahunan (RKT). Evaluasi terhadap pelaksanaan kegiatan peningkatan pembinaan upaya kesehatan kerja dan olahraga dilakukan terhadap indikator Renstra, RKP dan indikator RKT. Indikator kinerja Renstra, yaitu persentase Puskesmas yang menyelenggarakan kesehatan kerja dasar, jumlah pos UKK yang terbentuk di daerah PPI/TPI, persentase fasilitas pemeriksaan kesehatan TKI yang memenuhi standar dan persentase Puskesmas yang melaksanakan kegiatan kesehatan olahraga pada kelompok masyarakat di wilayah kerjanya sebagaimana telah ditetapkan dalam Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2015-2019. Indikator kinerja RKP, meliputi jumlah Pos UKK yang terbentuk di wilayah Puskesmas, persentase jemaah haji yang diperiksa kebugaran jasmani, dan persentase Puskesmas yang melaksanakan kesehatan olahraga bagi anak SD. Evaluasi terhadap pencapaian RKT dilakukan pada seluruh indikator output/kegiatan yang dilihat baik secara fisik maupun keuangan. Berdasarkan penetapan indikator kinerja pada tahun 2016, telah berhasil mencapai 2 indikator jumlah Pok UKK yang terbentuk di daerah PPI / TPI sebanyak 374 Pos UKK dari target 349 Pos UKK dan persentase fasilitas pemeriksaan kesehatan TKI yang memenuhi standar sebanyak 95 (100%) sarana kesehatan dari target sebanyak 95 (100%) sarana kesehatan. Pada indikator persentase Puskesmas yang menyelenggarakan kesehatan kerja dasar dan persentase Puskesmas yang melaksanakan kegiatan kesehatan olahraga pada kelompok masyarakat di wilayah kerjanya tidak dapat tercapai. Indikator kesehatan kerja memiliki target yaitu 50% Puskesmas melaksanakan Kesehatan Kerja dasar dengan capaian 35,14% dan indikator kesehatan olahraga memiliki target 30% puskesmas dengan capaian 24,34%. Capaian tersebut diperoleh dari hasil kegiatan di ii

pusat yang menunjang indikator sesuai target yang ada, sedangkan penambahan capaian diperoleh dari hasil kegiatan di daerah melalui dana dekonsentrasi dan dana APBD. Dalam melakukan pencapaian program tersebut, didukung dengan sumber daya keuangan sebesar Rp 22.111.701.000,- dengan realisasi anggaran sebesar Rp 202.728.001.677 (93,74%). Hal ini didukung oleh ketenagaan dengan jumlah 64 orang. Dalam rangka mempertahankan capaian indikator Renstra Kesehatan Kerja dan Olahraga, indikator RKP, dan peningkatan pencapaian RKT dan penyerapan anggaran disarankan atau tindak lanjut berupa peningkatan kapasitas SDM, pelaksanaan bimbingan teknis sampai ke tingkat Puskesmas, penyerapan anggaran tidak menumpuk di akhir tahun, merumuskan definisi operasional dan mekasisme pengumpulan data yang baik, mudah dimengerti dan mudah pengumpulannya, perumusan volume dan satuan dalam RKT yang implementatif dan peningkatan akurasi perencanaan dan koordinasi dalam pelaksanaan kegiatan. Hasil kinerja Tahun 2016 dapat dikatakan baik, tetapi perlu adanya perbaikan untuk mencapai 2 indikator yang belum tercapai. Hal ini tidak terlepas dari adanya dukungan segenap sumber daya dan semua pihak terkait. iii

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR RINGKASAN EKSEKUTIF DAFTAR ISI i ii iv BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 B. Maksud dan Tujuan 2 C. Tugas Pokok dan Fungsi 3 D. Sistematika 4 BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA A. Perencanaan Kinerja 6 B. Perjanjian Kinerja 9 BAB III AKUNTABILITAS KINERJA A. Capaian Kinerja Organisasi 11 B. Rencana Tindak Lanjut 42 C. Realisasi Anggaran 43 BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan 46 B. Saran 47 LAMPIRAN 1 Rencana Kinerja Tahunan Formulir RKT 2 Pengukuran Kinerja Formulir PK iv

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dalam Undang-Undang nomor 36/2009 tentang Kesehatan pada Bab XII mengenai Kesehatan Kerja Pasal 164-166 menyebutkan bahwa upaya kesehatan kerja ditujukan untuk melindungi pekerja agar hidup sehat dan terbebas dari gangguan kesehatan serta pengaruh buruk yang diakibatkan oleh pekerjaan. Upaya kesehatan kerja dimaksud meliputi pekerja di sektor formal dan informal, berlaku bagi setiap orang selain pekerja yang berada di lingkungan tempat kerja dan juga bagi kesehatan pada lingkungan tentara nasional Indonesia baik darat, laut, maupun udara serta kepolisian Republik Indonesia. Pada Bab VI bagian Sembilan pasal 80 dan 81 dinyatakan bahwa upaya kesehatan olahraga ditujukan untuk meningkatkan kesehatan dan kebugaran jasmani masyarakat. Peningkatan derajat kesehatan dan kebugaran jasmani masyarakat sebagai upaya dasar dalam meningkatkan prestasi belajar, prestasi kerja dan prestasi olahraga. Upaya kesehatan olahraga melalui aktivitas fisik, latihan fisik, dan olahraga lebih mengutamakan pendekatan preventif dan promotif tanpa mengabaikan pendekatan kuratif dan rehabilitatif diselenggarakan oleh pemerintah, pemerintah daerah dan masyarakat. Upaya Kesehatan Kerja dan Olahraga sangat mendukung dalam pencapaian target SDGs. Upaya Kesehatan Kerja dan Olahraga dimaksud dapat menciptakan pekerja sehat, bugar dan produktif, sehingga dapat meningkatkan ekonomi keluarga. Hal ini dapat berdampak terhadap pengurangan kemiskinan dan meningkatkan umur harapan hidup serta berdaya ungkit terhadap penurunan IMR dan MMR. Kesehatan Kerja dan Olahraga sangat peduli terhadap pekerja perempuan untuk mewujudkan pekerja perempuan yang 1

sehat, bugar dan produktif sehingga akan berdampak terhadap peningkatan kualitas kesehatan pekerja perempuan usia muda, pekerja perempuan yang hamil dan pekerja perempuan yang mempunyai anak. Peningkatan kesehatan ibu dan anak berdampak terhadap menurunnya angka kematian ibu dan anak. Karena penurunan angka kematian ibu dan anak dipengaruhi oleh keadaan perempuan mulai dari usia muda sampai setelah memiliki anak. Program kesehatan kerja dan olahraga mendukung hal tersebut dengan membina puskesmas untuk menjaga pola hidup sehat dengan berolahraga, membina kebugaran jasmani ibu hamil, membina program GP2SP sehingga pekerja perempuan mendapat hak sebagai ibu hamil di tempat kerja dan pemberian ASI Eksklusif bagi ibu bekerja. Agar perencanaan program kesehatan kerja dan olahraga dapat diarahkan sesuai target maka perlu diketahui besaran masalah kesehatan kerja dan olahraga yang selanjutnya dapat digunakan sebagai bahan evaluasi yang objektif dalam rangka peningkatan kinerja Direktorat Kesehatan Kerja dan Olahraga. Berdasarkan Sensus Penduduk jumlah penduduk Indonesia 238.364.331 orang terdiri dari jumlah angkatan kerja 122.28 juta (47,5%) dan jumlah pekerja 114.33 juta (44,5%) (BPS, 2016). Pelaksanaan kegiatan tahun anggaran 2016 telah berakhir sehingga perlu disusun (LAKIP) Direktorat Kesehatan Kerja dan Olahraga, sebagai bentuk perwujudan pertanggungjawaban keberhasilan atau kendala pelaksanaan misi, pencapaian, target dan tujuan yang telah ditetapkan. B. MAKSUD DAN TUJUAN Tersusunnya hasil capaian berupa keberhasilan dan kendala organisasi tahun 2016. Daya dan upaya dalam mencapai sasaran program dan keuangan yang dapat dipertanggungjawabkan 2

seperti yang tertuang dalam Rencana Strategis (Renstra) Kementerian Kesehatan, Rencana Kerja Tahunan (RKT), dan memberikan informasi sasaran dalam kurun waktu 1 tahun. C. TUGAS POKOK DAN FUNGSI Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 64 Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan, dalam melaksanakan kegiatan tugas sehari-hari bertanggung jawab kepada Direktur Jenderal Kesehatan Masyarakat Kementerian Kesehatan RI. Direktorat Kesehatan Kerja dan Olahraga mempunyai tugas melaksanakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria, dan pemberian bimbingan teknis dan supervisi, serta pemantauan, evaluasi, dan pelaporan di bidang kesehatan kerja dan olahraga sesuai dengan peraturan perundangundangan. Dalam melaksanakan tugas sebagaimana tersebut di atas Direktorat Kesehatan Kerja dan Olahraga mempunyai fungsi: 1. penyiapan perumusan kebijakan di bidang kesehatan okupasi dan surveilans, kapasitas kerja, lingkungan kerja, dan kesehatan olahraga; 2. penyiapan pelaksanaan kebijakan kesehatan okupasi dan surveilans, kapasitas kerja, lingkungan kerja, dan kesehatan olahraga; 3. penyiapan penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang kesehatan okupasi dan surveilans, kapasitas kerja, lingkungan kerja, dan kesehatan olahraga; 4. penyiapan pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang kesehatan okupasi dan surveilans, kapasitas kerja, lingkungan kerja, dan kesehatan olahraga; 3

5. pemantauan, evaluasi dan pelaporan pelaksanaan kebijakan di bidang kesehatan okupasi dan surveilans, kapasitas kerja, lingkungan kerja, dan kesehatan olahraga; 6. pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga Direktorat. Susunan Organisasi berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonsia Nomor 64 Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan adalah sebagai berikut: 1. Subdirektorat Kesehatan Okupasi dan Surveilans 2. Subdirektorat Kapasitas Kerja 3. Subdirektorat Lingkungan Kerja 4. Subdirektorat Kesehatan Olahraga 5. Subbagian Tata Usaha; dan 6. Kelompok Jabatan Fungsional D. SISTEMATIKA Sistematika penulisan LAKIP adalah sebagai berikut : - Kata Pengantar - Ringkasan Eksekutif - Daftar Isi - BAB I PENDAHULUAN Menjelaskan uraian singkat mengenai latar belakang, maksud dan tujuan penyusunan LAKIP serta penjelasan umum organisasi termasuk didalamnya tugas pokok dan fungsi Direktorat Kesehatan Kerja dan Olahraga. - BAB II PERENCANAAN KINERJA 4

Menjelaskan mengenai Rencana Strategis, Rencana Kerja Pemerintah dan Rencana Penetapan Kinerja. Pada bab ini disampaikan gambaran singkat sasaran yang ingin dicapai tahun 2016. - BAB III AKUNTABILITAS KINERJA Menjelaskan pencapaian sasaran kinerja dengan mengungkapkan dan menyajikan hasil-hasil yang telah dicapai, sebagai pertanggungjawaban kinerja. Analisis tentang keberhasilan dan kegagalan capaian sasaran kinerja terkait dengan sumber daya (tenaga dan biaya) yang digunakan, serta rencana tindak lanjut sebagai rekomendasi dan solusi untuk masukan program peningkatan kinerja pada tahun yang akan datang. - BAB IV PENUTUP Berisi kesimpulan atas laporan akuntabilitas kinerja Direktorat Kesehatan Kerja dan Olahraga sebagai pertanggungjawaban pelaksanaan kegiatan tahun 2016. - LAMPIRAN Formulir PK : Pengukuran Kinerja Formulir RKT : Rencana Kinerja Tahunan 5

BAB II PERENCANAAN KINERJA A. PERENCANAAN KINERJA Perencanaan pembangunan bidang kesehatan merupakan bagian dari sistem perencanaan pembangunan nasional sebagaimana diatur dalam Undang- Undang nomor 25 tahun 2004, Rencana Pembangunan Jangka Panjang, dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional, telah ditetapkan oleh Keputusan Menteri Kesehatan Nomor HK.02.02/MENKES/52/2015. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) Tahun 2005-2025 mengarahkan pada prioritas upaya promotif dan preventif, dengan isu strategis RPJMN 2015-2019 adalah peningkatan status kesehatan ibu, bayi, balita, remaja, usia produktif dan lanjut usia, peningkatan promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat, pengembangan JKN, pemenuhan sumber daya manusia kesehatan, peningkatan akses masyarakat pada pelayanan kesehatan dasar dan rujukan yang berkualitas. Visi Kabinet Indonesia Kerja 2015-2019 adalah Terwujudnya Indonesia yang Berdaulat, Mandiri, dan Berkepribadian Berlandaskan Gotong Royong, dengan salah satu misi dalam Nawacita adalah mewujudkan kualitas hidup manusia Indonesia yang tinggi, maju dan sejahtera. Dalam Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2015-2019 terdapat Program Indonesia Sehat, yaitu Paradigma Sehat, Penguatan Pelayanan Kesehatan, dan Jaminan Kesehatan Nasional sebagai upaya untuk mewujudkan masyarakat Indonesia berperilaku sehat, hidup dalam lingkungan sehat, mampu menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu untuk mencapai derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. Upaya bersifat promotif dan preventif menjadi prioritas Program Indonesia Sehat melalui Gerakan Masyarakat Sehat (Germas) dan pendekatan keluarga. 6

merupakan salah satu unit kerja yang berada di bawah Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat, oleh karena itu sebagian besar kegiatan yang dilakukan oleh Direktorat Kesehatan Kerja dan Olahraga mengarah kepada tujuan pencapaian Program Kesehatan Masyarakat. Untuk mengetahui tingkat keberhasilan program, secara operasional dalam dokumen Penetapan Kinerja telah ditetapkan indikator dan target kinerja yang menjadi ukuran keberhasilan. Indikator dan target kinerja disebut sebagai Indikator Kinerja Kegiatan (IKK) dalam Rencana Aksi Kegiatan yang mencakup tujuan, strategi, sasaran, indikator kinerja dan masalah yang akan timbul dalam kurun waktu 1 tahun. 1. Tujuan Terwujudnya pekerja dan masyarakat sehat, bugar dan produktif. 2. Kebijakan Kebijakan pelaksanaan Kesehatan Kerja dan Olahraga, yaitu: a. Membangun pekerja dan masyarakat yang sehat bugar dan produktif dengan menitikberatkan upaya promotif dan preventif. b. Memperkuat kemitraan dan pemberdayaan masyarakat dan masyarakat. c. Penyelenggaraan program kesehatan kerja dan olahraga secara bertahap, terpadu dan berkesinambungan. d. Pengembangan program kesehatan kerja dan olahraga melibatkan LP/LS, dunia usaha, swasta dan masyarakat. e. Penyelenggaraan program kesehatan kerja dan olahraga sesuai standar profesi, standar pelayanan dan standar prosedur Operasional. 3. Strategi 7

Strategi pelaksanaan Kesehatan Kerja dan Olahraga, mencakup: a. Kemitraan dan pemberdayaan kesehatan pada kelompok pekerja berbasis masyarakat pekerja. b. Advokasi dan sosialisasi kesehatan kerja dan olahraga. c. Penguatan layanan kesehatan bagi pekerja. d. Penguatan kebijakan dan manajemen kesehatan kerja dan olahraga. e. Penguatan sistem informasi kesehatan kerja dan olahraga. 4. Sasaran a. Puskesmas yang menyelenggarakan kesehatan kerja dasar memiliki target 4.877 Puskesmas (50%) dari jumlah seluruh Puskesmas pada awal tahun berjalan yaitu 9.754 Puskesmas. b. Pos UKK yang terbentuk di daerah PPI / TPI memiliki target 355 Pos UKK dan Pos UKK yang terbentuk di wilayah Puskesmas dengan target 355 Pos UKK. c. Fasilitas pemeriksaan kesehatan TKI yang memenuhi standar memiliki target 100% dari jumlah fasilitas kesehatan TKI yang ditetapkan oleh Dirjen terkait sebagai fasilitas pemeriksaan CTKI. d. Puskesmas yang melaksanakan kegiatan kesehatan olahraga pada kelompok masyarakat di wilayah kerjanya memiliki target 2.926 Puskesmas (30%) dari jumlah seluruh Puskesmas pada awal tahun berjalan yaitu 9.754 Puskesmas. 5. Indikator Kinerja Indikator Kinerja, antara lain: a. Persentase Puskesmas yang menyelenggarakan kesehatan kerja dasar; b. Jumlah pos UKK yang terbentuk di daerah PPI/TPI dan di wilayah Puskesmas; 8

c. Persentase fasilitas pemeriksaan kesehatan TKI yang memenuhi standar; d. Persentase Puskesmas yang melaksanakan kegiatan kesehatan olahraga pada kelompok masyarakat di wilayah kerjanya. B. PERJANJIAN KINERJA Perjanjian kinerja telah ditetapkan dalam dokumen penetapan kinerja yang merupakan suatu dokumen pernyataan kinerja/perjanjian kinerja antara atasan dan bawahan untuk mewujudkan target kinerja tertentu berdasarkan pada sumber daya yang dimilki. Indikator dan target kinerja yang telah ditetapkan antara atasan dan bawahan menjadi kesepakatan yang mengikat untuk dilaksanakan dan dipertanggungjawabkan sebagai upaya mendukung terwujudnya pelayanan kesehatan kepada masyarakat yang berkualitas. Perjanjian penetapan kinerja sesuai dengan dokumen penetapan kinerja Direktorat Kesehatan Kerja dan Olahraga tahun 2016 yang telah ditandatangani bersama oleh Direktur Jenderal pada 30 Januari 2016. Indikator tersebut adalah sebagai berikut: Tabel 1. Perjanjian Kinerja Tahun 2016 Sasaran Strategis Indikator Target Meningkatnya Persentase Puskesmas yang 50% Pembinaan Upaya Kesehatan Kerja dan Olahraga menyelenggarakan kesehatan kerja dasar; Jumlah pos UKK yang terbentuk di daerah 355 PPI / TPI; Persentase fasilitas pemeriksaan kesehatan TKI yang memenuhi standar; 100% 9

Sasaran Strategis Indikator Target Persentase Puskesmas yang melaksanakan kegiatan kesehatan olahraga pada kelompok masyarakat di wilayah kerjanya. 30% Penerapan kinerja berdasarkan indikator kinerja Renstra dan RKT. Pencapaian indikator tersebut terdiri dari 60 indikator input yang dikelompokkan dalam 4 sasaran strategis. 10

BAB III AKUNTABILITAS KINERJA A. CAPAIAN KINERJA ORGANISASI Sistem pengukuran kinerja merupakan suatu hal penting dalam pelaksanaan good governance untuk meningkatkan akuntabilitas pemerintahan. Pengukuran kinerja ini dimaksudkan untuk mengetahui kemampuan pemerintah dalam pencapaian kinerja organisasi. Pengukuran kinerja berhubungan dengan evaluasi program seperti audit kinerja, perencanaan strategis dan analisis kebijakan. Indikator kinerja diukur melalui 4 indikator kinerja kegiatan (IKK) kesehatan kerja dan olahraga. Seperti yang tertera di dalam Renstra Kementerian Kesehatan serta dalam dokumen penetapan kinerja sesuai RKT tahun 2016 yang didukung oleh segenap sumber daya, baik di pusat maupun daerah. Hal tersebut merupakan kinerja bersama antara Pemerintah Pusat, Provinsi, Kabupaten/Kota hingga Puskesmas. Sampai sejauh ini pengukuran kinerja sebagai dasar penilaian keberhasilan atau kegagalan pelaksanaan program di level Pusat/Kementerian Kesehatan RI merupakan data pencapaian kinerja Provinsi, Kabupaten/Kota dan/atau Puskesmas. Pengukuran kinerja kegiatan kesehatan kerja dan olahraga yang mengarah pada outcome atau dampak belum dilakukan karena diperlukan suatu metode khusus seperti survei atau penelitian, sehingga perlu mekanisme evaluasi dan pelaporan yang terintegrasi antara pusat dan daerah, lintas program atau penetapan ulang terhadap terhadap indikator kinerja Kementerian sesuai tupoksi pemerintah tingkat pusat. 11

Pencapaian indikator Renstra Kesehatan Kerja dan Olahraga dihitung berdasarkan persentase Puskesmas yang menyelenggarakan kesehatan kerja dasar, jumlah pos UKK yang terbentuk di daerah PPI/TPI, persentase fasilitas pemeriksaan kesehatan TKI yang memenuhi standar, dan persentase Puskesmas yang melaksanakan kegiatan kesehatan olahraga pada kelompok masyarakat di wilayah kerjanya. Indikator persentase Puskesmas yang menyelenggarakan kesehatan kerja dasar dan persentase Puskesmas yang melaksanakan kegiatan kesehatan olahraga pada kelompok masyarakat di wilayah kerjanya dibuktikan dengan adanya laporan yang dicapai secara berjenjang mulai dari tingkat Puskesmas, Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, Dinas Kesehatan Provinsi sampai ke pusat. Bentuk laporan tersebut terdiri atas; 1) Laporan Bulanan Kesehatan Pekerja [LBKP-1 Puskesmas], 2) Laporan Bulanan Kesehatan Olahraga [LBKO-1 Puskesmas], 3) Laporan Rekapitulasi Bulanan Kesehatan Pekerja Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota [LBKP-2 Dinkes Kabupaten/Kota] 4) Laporan Rekapitulasi Bulanan Kesehatan Olahraga Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota [LBKO-2 Dinkes Kabupaten/Kota] 5) Laporan Tahunan Dinas Kesehatan Provinsi. Dinas kesehatan provinsi menghitung dan melakukan rekapitulasi data jumlah Puskesmas melapor kesehatan kerja dan olahraga dari Laporan Tahunan Provinsi. Kategori capaian indikator kesehatan kerja dan olahraga adalah kategori baik jika nilai semakin tinggi. Dalam hal ini, semakin banyak jumlah Puskesmas yang melaksanakan, maka dikatakan capaian indikator semakin baik yang tentunya dilakukan dengan membandingkan antara capaian dengan target yang ada. 12

Data capaian indikator Renstra 2015-2019 Kesehatan Kerja dan Olahraga diperoleh dari laporan program yang diperoleh secara berjenjang mulai dari Puskesmas ke Dinkes Kab/Kota, ke Dinkes Provinsi sampai ke Pusat dengan Formulir LBKP dan LBKO yang merupakan modifikasi dari Formulir Laporan Puskesmas LB1. Instansi sebagai sumber data adalah Puskesmas, Dinkes Kab/Kota, Dinkes Provinsi. Pengumpulan data capaian Renstra kesehatan kerja dan olahraga (LBKP dan LBKO) di pusat dilakukan per triwulan pada awal April (periode Januari-Maret), Juli (periode April-Juni), Oktober (periode Juli-September) dan akhir Desember (periode Oktober-Desember). 1. Indikator Target Indikator kegiatan pembinaan Upaya Kesehatan Kerja dan Olahraga tahun 2015 2019 adalah sebagai berikut: NO. 1 2 3 4 INDIKATOR Persentase Puskesmas yang menyelenggarakan kesehatan kerja dasar Jumlah pos UKK yang terbentuk di daerah PPI / TPI Persentase fasilitas pemeriksaan kesehatan TKI yang memenuhi standar Persentase Puskesmas yang melaksanakan kegiatan kesehatan olahraga pada kelompok masyarakat di wilayah kerjanya TARGET 2015 2016 2017 2018 2019 40% 50% 60% 70% 80% 230 355 480 605 730 100% 100% 100% 100% 100% 20% 30% 40% 50% 60% Target indikator tersebut diperjelas dengan definisi operasional sebagai berikut: INDIKATOR Persentase Puskesmas yang menyelenggarakan kesehatan kerja dasar DEFINISI OPERASIONAL Puskesmas yang menyelenggarakan Kesehatan kerja dasar dan atau, memberikan pelayanan kesehatan terhadap pekerja di wilayah kerjanya. 13

INDIKATOR Jumlah pos UKK yang terbentuk di daerah PPI / TPI Persentase fasilitas pemeriksaan kesehatan TKI yang memenuhi standar Persentase Puskesmas yang melaksanakan kegiatan kesehatan olahraga pada kelompok masyarakat di wilayah kerjanya DEFINISI OPERASIONAL Jumlah pos UKK yang dibentuk dan dibina masyarakat yang difasilitasi oleh Puskesmas Rumah Sakit atau klinik utama yang ditetapkan Menteri Kesehatan dan telah dibina oleh kementerian kesehatan yang dapat menyelenggarakan pemeriksaan kesehatan calon TKI sesuai standar pemeriksaan yang ditetapkan oleh Peraturan Menteri Kesehatan RI. Puskemas yang menyelenggarakan upaya kesehatan olahraga melalui pembinaan kelompok olahraga dan atau pelayanan kesehatan olahraga di wilayah kerjanya. Pengukuran kinerja RKT tahun 2016 dapat dilihat dari capaian realisasi fisik dan keuangan per indikator kegiatan/output sesuai dengan dokumen penetapan kinerja yang ditetapkan. Realisasi fisik diukur pada setiap indikator kegiatan/output yang memiliki target dengan volume satuan. Target yang ditetapkan dibandingkan dengan realisasi yang telah dihasilkan dari setiap kegiatan yang telah dilakukan selama tahun 2016, termasuk realisasi keuangan. Hasil capaian indikator di atas, sebagai berikut. Tabel 2. Indikator dan Realisasi Pencapaian Renstra Tahun 2016 Sasaran Strategis Indikator Target Realisasi Meningkatnya Pembinaan Upaya Kesehatan Kerja dan Olahraga Persentase Puskesmas yang menyelenggarakan kesehatan kerja dasar 50% (4.828 Pusk) 35,63% (3.475 Pusk) Jumlah pos UKK yang terbentuk di daerah PPI / TPI 355 374 100% 100% 14

Sasaran Strategis Indikator Target Realisasi Persentase fasilitas pemeriksaan kesehatan TKI yang memenuhi standar (95 Sarkes) (95 Sarkes) Persentase Pusk. yang melaksanakan kegiatan kes. olahraga pada kelompok masyarakat di wilayah kerjanya 30% (2.987 Pusk) 24,95% (2.434 Pusk) 2. Sumber Daya Pegawai di lingkungan pada akhir Desember Tahun 2016 berjumlah 65 orang. Dari jumlah tersebut pegawai dibagi ke dalam berbagai tingkatan umur, jenis kelamin, pendidikan, status kepegawaian, golongan dan jabatan: a. Jumlah pegawai berdasarkan tingkatan umur Jumlah pegawai berdasarkan umur pada kelompok umur di bawah 30 tahun sebanyak 24 orang (37%), kelompok umur 31-40 tahun sebanyak 18 orang (28%), kelompok umur 41-50 tahun sebanyak 11 orang (17%), dan kelompok umur diatas 50 tahun sebanyak 12 orang (18%) sebagaimana tergambar pada grafik di bawah ini : Gambar 1 Jumlah Pegawai Berdasarkan Kelompok Umur >50 41-50 11 12 31-40 28 <=30 24 0 10 20 30 15

b. Jumlah pegawai berdasarkan jenis kelamin Pegawai terdiri dari 41 orang perempuan dan 24 orang laki-laki. Berikut ini diagram yang menggambarkan perbandingan pegawai laki-laki dan perempuan : Gambar 2 Jumlah Pegawai Berdasarkan Jenis Kelamin Perempuan Laki - laki 37% 63% c. Jumlah pegawai berdasarkan Pendidikan Jumlah pegawai berdasarkan pendidikan dibagi menjadi 5 kategori yaitu S3 sebanyak 1 orang, S2 sebanyak 20 orang, S1 sebanyak 38 orang, D3 sebanyak 5 orang dan SMA sebanyak 1 orang. Gambar 3 Jumlah Pegawai Berdasarkan tingkat pendidikan 40 20 0 1 20 38 5 1 S3 S2 S1 D3 SMA 16

d. Jumlah pegawai berdasarkan Jabatan dan Golongan Jumlah pegawai yang sudah berstatus Golongan IV berjumlah 7 orang dan yang berstatus Golongan III berjumlah 58 orang. Eselon IV Eselon II 0 10 20 Gol III 30 Gol 40 IV 50 60 Indikator Renstra Kesehatan Kerja dan Olahraga Sesuai indikator Renstra kesehatan kerja dan olahraga, definisi operasional dan target capaian hasil seluruh kegiatan kesehatan kerja dan olahraga pada tahun 2016 diperoleh hasil sebagai berikut: 1. Persentase Puskesmas yang menyelenggarakan kesehatan kerja dasar sebanyak 3.475 Puskesmas (35,63%). 17

Grafik 1 Puskesmas menyelenggarakan kesehatan kerja dasar 100% 90% 80% 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0% 17% 23% NAD Sumut 8% Sumbar 46% Riau 67% 74% Jambi Sumsel 26% Bengkulu 59% 58% Lampung Babel 42% Kepri 18% 12% Jkt Jabar 52% Jateng 37% DIY 69% Jatim 35% Indonesia 63% 63% Banten Bali 80% NTB 1% 3% NTT Kalbar 21% 29% 36% 14% 24% 21% Kalteng Kalsel Kaltim Kaltara Sulut Sulteng 65% Sulsel 49% Sultra 95% Gorontalo 0% Sulbar 8% 9% 4% 3% Maluku Malut Papbar Papua 2. Jumlah pos UKK yang terbentuk di daerah PPI / TPI sebanyak 374 Pos UKK (%). Gambar 4 Pos UKK yang terbentuk di daerah PPI / TPI 18

3. Persentase fasilitas pemeriksaan kesehatan TKI yang memenuhi standar sebanyak 95 Sarkes (100%). Gambar 5 Fasilitas pemeriksaan kesehatan TKI yang memenuhi standar 4. Persentase Puskesmas yang melaksanakan kegiatan kesehatan olahraga pada kelompok masyarakat di wilayah kerjanya sebanyak 2.342 Puskesmas (24,95%). 19

Grafik 2 Persentase Puskesmas yang melaksanakan kegiatan kesehatan olahraga pada kelompok masyarakat di wilayah kerjanya 120% 100% 95% 100% 94% 100% 80% 60% 40% 20% 0% 6% 13% 21% 61% 27% 8% 42% 28% 3% 0% 61% 0% 32% 28% 69% 0% 0% 0% 5% 67% 21% 14% 0% 0% 25% 25% 22% 2% 6% 0% 0% NAD Sumut Sumbar Riau Jambi Sumsel Bengkulu Lampung Babel Kepri Jkt Jabar Jateng DIY Jatim Indonesia Banten Bali NTB NTT Kalbar Kalteng Kalsel Kaltim Kaltara Sulut Sulteng Sulsel Sultra Gorontalo Sulbar Maluku Malut Papbar Papua Pencapaian kinerja belum seluruhnya mencapai target yang telah ditetapkan. Dari 4 indikator kegiatan kesehatan kerja dan olahraga yang ditargetkan, sebanyak 2 indikator telah mencapai target sedangkan 2 indikator belum mencapai target yang telah ditetapkan. Indikator yang belum mencapai target adalah persentase Puskesmas yang menyelenggarakan kesehatan kerja dasar dari target 50% Puskesmas dari total seluruh Puskesmas Tahun 2016 baru tercapai sekitar 35.63%. Provinsi yang melaporkan kesehatan kerja sebanyak 33 provinsi yang melapor, masih terdapat 1 provinsi belum melapor. Provinsi dengan laporan Puskesmas yang melaksanakan kesehatan kerja dasar terbanyak adalah Gorontalo dan Nusa Tenggara Barat. 20

Capaian Indikator program kesehatan olahraga belum mencapai target sejumlah 30% Puskesmas yang melaksanakan kegiatan kesehatan olahraga pada kelompok masyarakat di wilayah kerjanya. Sampai dengan triwulan IV hasil capaian Puskesmas yang melaksanakan kegiatan kesehatan olahraga pada kelompok masyarakat di wilayah kerjanya sebesar 24,95%. masih terdapat 5 provinsi belum melapor. Provinsi dengan laporan Puskesmas yang melaksanakan kesehatan kerja dasar terbanyak adalah Gorontalo dan Bangka Belitung dengan seluruh Puskesmas melapor (100%). Pencapaian target indikator kinerja kegiatan pembinaan Kesehatan Kerja dan Olahraga di atas dilaksanakan melalui: 1. Penyusunan NSPK Kesehatan Kerja dan Olahraga menghasilkan Ouput berupa 30 NSPK yang terdiri dari : 3 Permenkes, 6 Kurikulum Modul, 7 Pedoman, 9 Rancangan Peraturan Menteri/Peraturan bersama, dan lainnya 7 NSPK berupa Pedoman, Instrumen, Naskah akademik, dan Kajian terkait Kesehatan Kerja dan Olahraga. Gambar 6 Produk NSPK Kesehatan Kerja dan Olahraga 2. Koordinasi/Sosialisasi Kesehatan Kerja dan Olahraga 21

mengadakan Koordinasi dan Sosialisasi untuk meningkatkan pengetahuan nakes maupun non nakes bidang Kesehatan Kerja dan Olahraga. Kegiatan tersebut terdiri dari : Workshop petugas kesehatan, Koordinasi Komite TKI, Koordinasi GP2SP, Koordinasi Tim Pembina Jabfung, Seminar Kesehatan Olahraga, serta sosialisasi terkait : K3 Perkantoran, Kesehatan Olahraga, Pos UKK, Permenkes K3 Perkantoran, Laik Kesehatan Kerja Bagi Pengemudi. Gambar 7 Sosialisasi Kesehatan Pada Pengemudi 3. Monitoring/Pembinaan Teknis Kesehatan Kerja dan Olahraga memiliki kegiatan Monitoring/Evaluasi di Bidang Kesehatan Kerja dan Olahraga untuk memastikan kegiatan Kesehatan Kerja dan Olahraga dilaksanakan di lapangan (Puskesmas). Kegiatan tersebut dilaksanakan di 20 Propinsi dan 70 Kabupaten/Kota, diantaranya yaitu : Pemantauan Kesehatan Pengemudi di hari besar, Monev GP2SP dan Pos UKK, Monev Barang Milik Negara (BMN) Kesehatan Kerja dan Olahraga, Pendampingan Kesehatan Lingkungan di Fasilitas Kesehatan. Termasuk pelaksanaan pengukuran kebugaran jasmani terprogram 22

di Kemenkes dan Latihan Fisik Terprogram di Kementerian Kesehatan yang dilaksanakan setiap hari jumat. Gambar 8 Senam dan Pemeriksaan Kebugaran Karyawan Kementerian Kesehatan 4. Pengadaan Sarana dan Prasarana Kesehatan Kerja dan Olahraga Dalam rangka pencapaian Indikator Kesehatan Kerja dan Olahraga, mengadakan Sarana dan Prasaran untuk mendukung hal tersebut yang terdiri dari 13 paket pengadaan Belanja Modal dan Belanja Barang termasuk capacity building (peningkatan kapasitas) pegawai bidang Kesehatan Kerja dan Olahraga. 23

Gambar 9 Paket APD Nelayan 5. Surveilans Kesehatan Kerja dan Olahraga memiliki kegiatan Surveilans di Bidang Kesehatan Kerja dan Olahraga untuk menjalankan salah satu tugas pokoknya yaitu melaksanakan pembinaan bidang kesehatan kerja dan olahraga. Kegiatan yang dilakukan yaitu : Pemantauan Pemeriksaan Kesehatan pada arus Mudik lebaran/natal, Sistem Informasi Pelaporan Kesehatan Kerja dan Olahraga, dan Sistem Informasi Pelaporan Direktorat Gambar 10 Pemeriksaan Kesehatan Pengemudi 24

6. Dukungan Manajemen memiliki kegiatan Dukungan Manajemen untuk mendukung operasional kegiatan di Direktorat kesehatan kerja dan Olahraga guna pencapaian target yang telah ditetapkan. Kegiatan yang dilakukan yaitu : Honor-honor terkait Satker, Operasional Perkantoran, dukungan LP/LS, dan Rapat untuk mendukung kegiatan Kesehatan Kerja dan Olahraga Gambar 11 Peningkatan Kapasitas Analisis capaian indikator di atas dapat diuraikan sebagai berikut: 1) Persentase Puskesmas yang menyelenggarakan kesehatan kerja dasar Sasaran Puskesmas yang melaksanakan Kesehatan Kerja adalah Puskesmas yang telah mendapatkan peningkatan kapasitas di bidang kesehatan kerja, pembinaan, dan telah mengimplementasikan program kesehatan kerja yang dibuktikan dengan adanya Laporan Bulanan Kesehatan Pekerja (LBKP-1). 25

Berdasarkan Definisi Operasional yang telah ditetapkan dalam Renstra Kementerian Kesehatan, bahwa Puskesmas yang melaksanakan kesehatan kerja yaitu Puskesmas yang menyelenggarakan Kesehatan kerja dasar dan atau memberikan pelayanan kesehatan terhadap pekerja di wilayah kerjanya. Dari hasil evaluasi yang telah dilakukan, diketahui capaian Puskesmas yang menyelenggarakan kesehatan kerja dasar belum mencapai target yang telah ditetapkan. Capaian tersebut mengalami peningkatan dari tahun 2015 dimana capaian puskesmas yang melaksanakan kesehatan kerja dasar sebesar 30,05% atau 2.902 Puskesmas. Hal tersebut dikarenakan Laporan Kesehatan Kerja belum dilaporkan dengan baik dan tepat waktu. Selain itu ada kemungkinan Puskesmas/Kabupaten/Kota telah melaksanakan Kegiatan Kesehatan Kerja dan Olahraga namun belum membuat laporan pelaksanaan kegiatannya. Sebanyak 35,3% Puskesmas yang telah melaksanakan kegiatan kesehatan kerja tersebar di 267 kabupaten/kota dan 33 provinsi. Puskesmas terbanyak yang menyelenggarakan Kesehatan Kerja dasar berada pada Provinsi Jawa Timur yaitu 38 Kabupaten/Kota sebanyak 661 Puskesmas. Kegiatan kesehatan kerja yang dilaksanakan di Puskesmas melalui pendekatan promotif dan preventif yang strategis. Seperti kegiatan pemeriksaan kesehatan berkala yang merupakan rangkaian dari kegiatan Germas (Gerakan Masyarakat Hidup Sehat). Kegiatan Kesehatan Kerja juga turut berperan dalam mendukung pencapaian indikator program Kesehatan Masyarakat serta pendekatan keluarga sehat, yaitu keluarga sehat pekerja sehat keluarga bahagia. Faktor pendukung pelaksanaan kegiatan Kesehatan Kerja dan Olahraga di 26

lapangan diantaranya yaitu dukungan pendanaan bersumber APBN di pusat dan daerah melalui dana dekonsentrasi setiap tahun dengan mengembangkan kegiatan-kegiatan yang difokuskan pada pencapaian indikator Renstra kesehatan kerja dan olahraga. Kegiatan tersebut antara lain: orientasi kesehatan kerja dan olahraga, peningkatan Kapasitas Petugas Kesehatan dalam Bidang Kesehatan Kerja, pendampingan dan pembinaan berjenjang ke dinas kesehatan provinsi, dinas kesehatan kabupaten/kota dan Puskesmas sasaran yang dilaksanakan secara sistematis, berkesinambungan dan terprogram. Selain itu, juga adanya dukungan dana yang berasal dari APBD di beberapa provinsi dan kabupaten/kota. Serta sumber lain, seperti dana BOK (Bantuan Operasional Kesehatan). Dalam rangka menunjang keberhasilan program kesehatan kerja beberapa hal perlu dikembangkan, antara lain perlunya peningkatan dukungan pengambil kebijakan di pusat maupun di daerah, pemantapan regulasi di bidang kesehatan kerja. Pemahaman dan persepsi yang sama terhadap program kesehatan kerja, peningkatan kompetensi SDM dan sumber daya, peningkatan pemberdayaan masyarakat, peningkatan kerja sama lintas program dan lintas sektor, pelayanan kesehatan kerja dan olahraga yang mudah terakses serta ketersediaan data dan informasi kesehatan kerja dan olahraga. Dalam rangka pencapai target indikator kesehatan kerja dan olahraga sebagaimana tersebut di atas, maka telah ditetapkan provinsi dan kabupaten/kota serta Puskesmas sasaran. Untuk indikator kesehatan kerja sampai dengan tahun 2016, telah ditetapkan sasaran di 34 provinsi. Berdasarkan LBKP-3, rekapitulasi data LBKP-3 pada tahun 2015 dapat dilihat pada tabel di bawah ini 27

No. Provinsi Tabel 3 Rekapitulasi Laporan Bulanan Kesehatan Pekerja LBKP-3 Dinkes Provinsi Sasaran Indikator Kegiatan Pembinaan Upaya Kesehatan Kerja Tahun 2016 Jml Kab/Kota Melapor Jml Puskesmas Melapor Pekerja Sakit yg Dilayani Kasus Penyakit Umum pd Pekerja Kasus Diduga PAK pd Pekerja Kasus PAK pd Pekerja Kasus KAK pd Pekerja 1 NAD 4 59 43,927 20,331 3,879 2,171 746 2 Sumatera Utara 11 131 131,234 84,428 7,489 6,473 1,479 3 Sumatera Barat 5 21 29,525 25,201 54,726 3,782 616 4 Riau 9 98 183,144 144,783 17,317 3,904 7,159 5 Jambi 11 118 161,095 128,655 8,442 3,185 3,198 6 Sumatera Selatan 17 239 177,832 100,902 39,248 9,832 2,380 7 Bengkulu 5 46 26,011 9,858 2,850 2,664 1,011 8 Lampung 15 172 347,225 226,927 38,876 17,293 3,890 9 Bangka Belitung 7 36 24,905 17,526 1,361 2,211 194 10 Kepulauan Riau 3 30 104,949 80,932 7,450 3,772 359 11 DKI Jakarta 6 61 23,394 17,822 2,437 1,580 246 12 Jawa Barat 8 127 137,122 121,088 13,149 6,133 823 13 Jawa Tengah 17 454 818,269 622,515 40,202 6,683 5,633 14 DIY 4 45 83,860 72,942 5,862 2,088 1,677 15 Jawa Timur 38 661 2,145,415 1,962,677 100,627 24,923 13,388 16 Banten 8 146 580,355 496,925 10,907 4,050 1,690 17 Bali 9 76 168,014 86,665 3,333 1,905 1,276 18 NTB 8 127 25,235 16,954 803,377 1,634 1,181 19 NTT 3 4 3,815 2,571 340 624 7 20 Kalimantan Barat 1 7 3,020 2,495 554 11 28 21 Kalimantan Tengah 9 41 54,682 40,961 7,176 3,335 3,246 22 Kalimantan Selatan 7 66 75,937 53,126 7,408 4,798 1,070 28

No. Provinsi Jml Kab/Kota Melapor Jml Puskesmas Melapor Pekerja Sakit yg Dilayani Kasus Penyakit Umum pd Pekerja Kasus Diduga PAK pd Pekerja Kasus PAK pd Pekerja Kasus KAK pd Pekerja 23 Kalimantan Timur 4 62 153,293 104,076 15,399 5,314 844 24 Kalimantan Utara 1 7 46,058 17,622-1,218 4 25 Sulawesi Utara 3 45 10,532 16,735 960 577 273 26 Sulawesi Tengah 6 40 21,196 11,042 4,172 3,459 923 27 Sulawesi Selatan 23 292 162,379 145,872 14,570 2,121 2,738 28 Sulawesi Tenggara 14 133 69,317 36,298 11,527 9,728 1,117 29 Gorontalo 6 88 97,488 80,657 22,172 8,516 3,967 30 Sulawesi Barat 31 Maluku 1 16 2,218 1,747 227 44 38 32 Maluku Utara 3 11 2,124 252-23 21 33 Papua Barat 1 6 128 88 86 11 12 34 Papua 2 10 349 310 3 18 20 Total 267 3,475 5,913,698 4,750,673 1,246,123 144,062 61,234 2) Jumlah pos UKK yang terbentuk di daerah PPI / TPI Pos Upaya Kesehatan Kerja (Pos UKK) merupakan wadah untuk upaya kesehatan berbasis masyarakat pada pekerja sektor informal yang dikelola dan diselenggarakan dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat pekerja melalui pemberian pelayanan kesehatan dengan pendekatan utama promotif dan preventif, disertai kuratif dan rehabilitatif sederhana/terbatas. Pos UKK dibentuk dengan kelompok dengan jenis pekerjaan yang sama beranggotakan 10-50 orang. Tahun 2016, jumlah Pos UKK yang dibentuk di 34 provinsi sebanyak 2011 pos UKK. Yang menjadi indikator capaian adalah Pos UKK yang dibentuk didaerah PPI/TPI. 29

Gambar 12 Kunjungan ke Posbindu PTM Terintegrasi Pos UKK Nelayan Cakalang Bastiong Kota Ternate Maluku Utara Sesuai dengan definisi operasional, jumlah Pos UKK yang terbentuk di daerah PPI / TPI adalah jumlah pos UKK yang dibentuk dan dibina masyarakat yang difasilitasi oleh Puskesmas. Hasil laporan tahunan provinsi tahun 2016 didapatkan bahwa dari 32 provinsi yang membentuk atau membina serta melaporkan jumlah pos UKK didaerahnya (2 provinsi tidak melapor), seluruh provinsi memiliki Pos UKK yang dibentuk di daerah PPI / TPI. Sejak tahun 2015, pencapaian Pos UKK selalu memenuhi target (tahun 2015 mencapai 243 dari target 230) dan tahun 2016 dari target 355 dapat dicapai dengan pembentukan 374 pos UKK. Provinsi dengan jumlah Pos UKK yang terbentuk ataupun dibina di daerah PPI / TPI terbanyak ada pada Provinsi Sulawesi Selatan dengan jumlah Pos UKK sebanyak 69 Pos UKK. 30

Tabel 4 Rekapitulasi Jumah Pos UKK yang dibentuk di daerah PPI / TPI Berdasarkan Laporan Tahunan Dinas Kesehatan Provinsi Tahun 2016 No. Provinsi Pos UKK No. Provinsi Pos UKK 1 Aceh 2 18 NTB 26 2 Sumatera Utara 2 19 NTT 0 3 Sumatera Barat 14 20 Kalimantan Barat 20 4 Riau 1 21 Kalimantan Tengah 6 5 Jambi 7 22 Kalimantan Selatan 6 6 Sumatera Selatan 2 23 Kalimantan Timur 9 7 Bengkulu 1 24 Kalimantan Utara 2 8 Lampung 10 25 Sulawesi Utara 9 9 Bangka Belitung 19 26 Sulawesi Tengah 17 10 Kep. Riau 9 27 Sulawesi Selatan 69 11 DKI Jakarta 7 28 Sulawesi Tenggara 12 12 Jawa Barat 14 29 Gorontalo 1 13 Jawa Tengah 17 30 Sulawesi Barat 2 14 DIY 13 31 Maluku 4 15 Jawa Timur 38 32 Maluku Utara 18 16 Banten 11 33 Papua 0 17 Bali 5 34 Papua Barat 1 Data tahun 2016 menunjukkan adanya kenaikan jumlah Pos UKK di beberapa provinsi sejak tahun 2015. Provinsi dengan kenaikan terbanyak adalah Sulawesi Selatan (dari 19 Pos UKK menjadi 69 Pos UKK). Untuk provinsi Kepulauan Riau terjadi penurunan sebanyak 2 Pos UKK. Kenaikan jumlah dan pencapaian target didukung dengan pembinaan ke daerah, pemberian dana Dekonsentrasi dalam pembentukan Pos UKK serta monitoring dan evaluasi Pos UKK. 31

Grafik 3 trend kenaikan pembentukan Pos UKK di tiap provinsi. Papbar Papua Malut Maluku Sulbar Gorontalo Sultra Sulsel Sulteng Sulut Kaltara Kaltim Kalsel Kalteng Kalbar NTT NTB Bali Banten Jatim DIY Jateng Jabar DKI Kepri Babel Lampung Bengkulu Sumsel Jambi Riau Sumbar Sumut Aceh 1 0 4 0 2 1 12 0 2 3 01 0 2 0 1 2 2 45 9 7 9 6 6 10 12 9 9 11 14 13 9 17 1314 7 9 11 13 19 8 10 7 14 14 18 19 17 19 20 2016 2015 26 28 38 69 32

3) Persentase fasilitas pemeriksaan kesehatan TKI yang memenuhi standar Sesuai dengan definisi operasional, persentase fasilitas pemeriksaan kesehatan TKI yang memenuhi standar adalah Rumah Sakit atau klinik utama yang ditetapkan Menteri Kesehatan RI dan telah dibina oleh Kementerian Kesehatan RI yang dapat menyelenggarakan pemeriksaan kesehatan calon TKI sesuai standar pemeriksaan yang ditetapkan oleh Peraturan Menteri Kesehatan RI. Tahun 2016 terdapat 92 sarana kesehatan yang telah ditetapkan oleh Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan dan dari 92 sarana kesehatan tersebut terdapat 92 sarana kesehatan yang telah memenuhi standar sehingga capaian indikator ini yaitu 100%. Fasilitas pemeriksaan kesehatan TKI ini baru tersebar di 19 Provinsi. Provinsi yang belum memiliki atau menjadi tidak memiliki karena tidak memperpanjang izin fasilitas pemeriksaan TKI antara lain, Gorontalo, Riau, Banten, Kalimantan Tengah, Sulawesi Tengah, Maluku Utara, Bangka Belitung, Sulawesi Utara, Maluku, Kalimantan Selatan, NAD, Bengkulu, Sulawesi Barat, Papua Barat, dan Papua. Tabel 8 Rekapitulasi Persentase fasilitas pemeriksaan kesehatan TKI yang memenuhi standar Tahun 2016 No. Provinsi TKI No. Provinsi TKI 1 DKI Jakarta 30 18 Gorontalo 0 2 Jawa Tengah 11 19 Riau 0 3 Jawa Timur 15 20 Sumatera Selatan 1 4 NTB 7 21 Banten 0 5 Jawa Barat 4 22 Kalimantan Tengah 0 6 Sumatera Utara 4 23 Sulawesi Tengah 0 7 Bali 3 24 Maluku Utara 0 8 Sulawesi Selatan 1 25 Bangka Belitung 0 33

No. Provinsi TKI No. Provinsi TKI 9 Lampung 1 26 Sulawesi Tenggara 1 10 DIY 4 27 Sulawesi Utara 0 11 Sumatera Barat 2 28 Maluku 0 12 Kalimantan Barat 2 29 Kalimantan Utara 1 13 Kalimantan Selatan 0 30 Papua Barat 0 14 NAD 0 31 Bengkulu 0 15 NTT 2 32 Jambi 1 16 Kepulauan Riau 1 33 Sulawesi Barat 0 17 Kalimantan Timur 1 34 Papua 0 4) Persentase Puskesmas yang melaksanakan kegiatan kesehatan olahraga pada kelompok masyarakat di wilayah kerjanya Persentase Puskesmas yang melaksanakan kegiatan kesehatan olahraga pada kelompok masyarakat di wilayah kerjanya menurut definisi operasionalnya adalah Puskemas yang menyelenggarakan upaya kesehatan olahraga melalui pembinaan kelompok olahraga dan atau pelayanan kesehatan olahraga di wilayah kerjanya. Kegiatan pembinaan Puskesmas diawali dengan pelatihan tenaga kesehatan, bimbingan teknis dan manajemen kesehatan olahraga berjenjang yang melibatkan lintas program dan lintas sektor terkait. Peran dinas Kesehatan di tingkat Provinsi, Kabupaten/Kota dalam membina Puskesmas yang menyelenggarakan upaya kesehatan olahraga didukung oleh dana APBN. Adanya Balai Kesehatan Olahraga Masyarakat (BKOM) di 11 provinsi sebagai UPT Kesehatan Olahraga di tingkat provinsi/ kabupaten/ kota serta 1 BKOM Bandung sebagai UPT Pusat, merupakan pusat rujukan kesehatan olahraga yang membantu dalam melakukan pembinaan teknis terhadap Puskesmas berkoordinasi dengan Dinas Kesehatan Provinsi/ Kabupaten/ Kota. 34

Dari 2.434 Puskesmas yang telah melaksanakan kegiatan kesehatan olahraga, Puskesmas tersebut tersebar di 205 kabupaten/kota dari 26 provinsi. Puskesmas tersebut paling banyak berada di provinsi Sulawesi Selatan yang berada di 21 Kabupaten/Kota dan sebanyak 536 Puskesmas yang telah memberikan laporan. Capaian tersebut mengalami peningkatan dari tahun 2015 dimana capaian puskesmas yang melaksanakan kesehatan kegiatan kesehatan olahraga pada kelompok masyarakat di wilayah kerjanya sebesar 13,07% atau 1.262 Puskesmas Adapun indikator kesehatan olahraga belum tercapai dikarenakan: 1. Kurang aktifnya Provinsi mengirimkan laporan ke Pusat. 2. Mutasi yang sering pemegang program kesehatan olahraga di daerah. 3. Belum tersosialisasi secara merata program kesehatan olahraga di beberapa Provinsi. Dalam pelaksanaan tugas teknisnya. Direktorat Kesehatan Kerja dan Olahraga dibantu oleh 15 Balai Kesehatan Olahraga Masyarakat (BKOM) yang sebagian merupakan Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD): Tabel 9 Lokasi Balai Kesehatan Olahraga Masyarakat No Nama Lokasi Status 1 BKOM Bandung Kota Bandung UPT Pusat 2 BKOM Sumbar Kota Padang UPT Daerah 3 BKOKM Sumatera Selatan Kota Palembang UPT Daerah 4 PPKP DKI Jakarta Kota Jakarta Pusat UPT Daerah 5 BKOR Lumajang Kab. Lumajang UPT Daerah 6 PPKO Kota Malang Kota Malang UPT Daerah 7 JKMB Bali Kota Denpasar UPT Daerah 8 BKOM Kalimantan Barat Kota Pontianak UPT Daerah 9 BKOM Kalimantan Selatan Kota Banjarmasin UPT Daerah 35

No Nama Lokasi Status 10 BKOKM Kalimantan Timur Kota Samarinda UPT Daerah 11 BKOM Sulawesi Selatan Kota Makasar UPT Daerah 12 BKOM Sulawesi Utara Kota Manado UPT Daerah Untuk indikator kesehatan olahraga, berdasarkan LBKO-3 diperoleh data kesehatan olahraga berupa jumlah kelompok/klub olahraga yang dibina dan jumlah orang yang diberikan pelayanan kesehatan olahraga dengan jumlah sebagai berikut. 36

Gambar 13 Rekapitulasi Laporan Bulanan Kesehatan Olahraga LBKO-3 Dinkes Provinsi Sasaran Indikator Persentase Puskesmas yang melaksanakan kegiatan kesehatan olahraga pada kelompok masyarakat di wilayah kerjanya Tahun 2016 NO PROVINSI JUMLAH KAB/KOTA JUMLAH PUSKESMAS a. Kelompok/ kelas ibu hamil b. Kelompok sekolah melalui UKS 1. Pendataan Kelompok Olahraga c. Kelompok d. Jamaah Kelompok Haji Pekerja e. Kelompok Lanjut Usia 3. Pelayanan Kesehatan Olahraga b. Pengukuran Kebugaran Jasmani c. Penanganan Cedera Olahraga Akut 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 d. Pelayanan Kesehatan Pada Event Olahraga 1 Aceh 23 21 611 125 2 Sumatera Utara 6 74 314 1,924 153 9,786 1,540 64 63 3 Sumatera Barat 4 55 644 428 150 335 125 19 11 4 Riau 12 202 924 390 276 375 503 4 12 5 Jambi 10 107 2,087 776 646 1,581 1,614 31 156 6 Sumatera Selatan 8 88 1,433 1,190 948 2,427 2,336 251 210 7 Bengkulu 4 15 110 87 89 238 672-15 8 Lampung 6 122 2,571 71 187 654 316 104 676 303 2,427 299 25 38 9 Bangka Belitung 7 62 157 318 12 37 112 555 54 72 187 137 7 9 10 Kepulauan Riau 7 20 174 225 116 46 120 465 339 45 49 10 29 60 11 DKI Jakarta 1 10 237 139 79 128 125 - - 12 Jawa Barat 13 Jawa Tengah 21 536 13,248 8,954 4,342 25,444 49,671 1,264 3,586 14 DIY 15 Jawa Timur 15 310 8,108 6,983 3,038 11,282 7,530 81 64 16 Banten 7 220 772 131 107 87 67 - - 17 Bali 9 83 1,150 748 405 793 399 53 50 18 Nusa Tenggara Barat 6 159 218 443 1 19 21 19 Nusa Tenggara Timur 20 Kalimantan Barat 21 Kalimantan Tengah 2 10 197 58 25 22 Kalimantan Selatan 13 153 1,462 2,231 145 211 814 4,053 2,492 1,059 3,532 5,254 227 340 23 Kalimantan Timur 2 37 521 5,515 2,329 1,385 414 41 10 24 Kalimantan Utara 5 7 544 198 63 81 85 34 34 25 Sulawesi Utara 26 Sulawesi Tengah 27 Sulawesi Selatan 10 111 178 471 26 56-1,433 286 561 4,409 1,131 13 46 28 Sulawesi Tenggara 11 67 356 1,459 1,456 3,585 2,191 15 28 29 Gorontalo 6 93 4,965 5,190 2,330 911 231 84 439 30 Sulawesi Barat 6 21 196 26 40 107 879-61 31 Maluku 1 3 1 2 32 Maluku Utara 3 7 - - - - 15 13 42 1 36 - - 33 Papua Barat 34 Papua 205 2,434 4,542 3,316 486 1,004 1,363 43,044 38,340 18,776 69,593 75,250 2,261 5,253 f. Kelompok Olahraga lainnya 2. Pembinaan Kelompok Olahraga a. Pemeriksaan Kesehatan b. Penyuluhan Kesehatan a. Konsultasi/ Konseling Kes. Olahraga 37

Gambar 14 Hasil Pengukuran Kebugaran jasmani Tahun 2016 2 21 1 101 267 544 Baik Sekali Baik Cukup Kurang Kurang Sekali Gagal Gambar 15 Pelaksanaan Senam Kebugaran Jasmani di lingkungan Kementerian Kesehatan 38

4. Indikator Rencana Kerja Tahunan (RKT) Tahun 2016 Output/kegiatan RKT tahun 2016 memiliki 60 indikator input (komponen). Pada kelompok indikator sasaran strategis persentase puskesmas yang menyelenggarakan kesehatan kerja dasar. Dari 57 target indikator yang ditetapkan saat awal penetapan RKT, hanya 44 kegiatan yang dapat dilaksanakan. Hal tersebut dikarenakan adanya efisiensi anggaran di tengah tahun berjalan sehingga harus melakukan efisiensi dan melaksanakan kegiatan yang dinilai paling pioritas. Indikator jumlah pos UKK yang terbentuk di daerah PPI / TPI saat penetapan RKT awal terdiri dari 3 indikator kegiatan, namun hanya satu yang dapat terlaksana, yaitu pengadaan peralatan K3 Nelayan Hal ini dikarenakan adanya Inpres Nomor 8/2016 tentang penghematan Anggaran Belanja Pemerintah, sehingga Direktorat diharuskan untuk melakukan selfblocking terhadap anggaran yang tersedia dan memilih kegiatan yang paling prioritas untuk dilaksanakan. Indikator persentase fasilitas pemeriksaan kesehatan TKI yang memenuhi standar terdiri dari 4 indikator saat awal penetapan RKT. Seluruh kegiatan dapat terlaksana dengan adanya revisi di tengah perjalanan tahun 2016 yaitu dengan adanya penyusunan NSPK tentang TKI dan pembinaan ke Sarkes TKI. Pada Kelompok indikator sasaran strategis persentase Puskesmas yang melaksanakan kegiatan kesehatan olahraga pada kelompok masyarakat di wilayah kerjanya, pada awal tahun penetapan RKT terdapat 10 Indikator Input. Pada pelaksanaanya hanya 8 Indikator input yang dapat dilaksanakan karena peningkatan kapasitas bidang teknis dan manajemen 39