BAB II TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Alat utama kebijakan fiskal adalah anggaran. Deddi et al. (2007)

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 mengenai. penyelenggaraan negara yang bersih, bebas KKN (Korupsi, Kolusi dan

PENGARUH AKUNTABILITAS PUBLIK, KEJELASAN SASARAN ANGGARAN, DAN SISTEM PENGENDALIAN MANAJEMEN TERHADAP KINERJA MANAJERIAL SKPD DI KABUPATEN SUKOHARJO

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mengelola anggaran dan barang daerah yang dipimpin oleh seorang Kepala

Oleh: Desy Amalia Candrakusuma Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Jurusan Akuntansi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan daerah Propinsi Bali serta pembangunan nasional. Pembangunan

BAB 1 PENDAHULUAN. pemerintah untuk senantiasa tanggap dengan lingkungannya, dengan berupaya

BAB I PENDAHULUAN. Organisasi sektor publik merupakan organisasi yang menjalankan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan kondisi global yang semakin maju membawa dampak

BAB I PENDAHULUAN. kinerja penyelenggaraan pemerintahan sehinggga tercipta suatu ruang lingkup. urusan pemerintah dan kepentingan masyarakat setempat.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Teori keagenan mendeskripsikan hubungan antara pemegang saham

BAB II. individu atau suatu organisasi pada suatu periode tertentu. Menurut Stoner (1996 :

KUESIONER PENELITIAN PENGARUH KEPUASAN KERJA DAN KOMITMEN ORGANISASI TERHADAP KINERJA MANAJERIAL (Studi empiris pada perusahaan asuransi di Semarang)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengelolaan dana publik dan pelaksanaan program-program yang dibiayai. secara sistematis untuk satu periode.

BAB I PENDAHULUAN. kebijakan ekonomi untuk daerah maupun kebijakan ekonomi untuk pemerintah

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. disusun manajemen dalam jangka waktu satu tahun untuk membawa perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. (Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah) berupa Laporan Keuangan. Akuntansi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Mereka yang memiliki komitmen tinggi cenderung lebih bertahan dan rendah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Otonomi daerah merupakan upaya pemberdayaan daerah dalam pengambilan

BAB I PENDAHULUAN. yang mengatakan wujud dari penyelenggaraan otonomi daerah adalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1999) dalam bentuk kinerja manajer berdasarkan pada fungsi manajemen klasik yang. penganggaran, pemprograman dan lainnya.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pemerintahan Daerah adalah penyelenggaraan urusan

BAB II LANDASAN TEORI

2017, No Pedoman Pengawasan Intern di Kementerian Luar Negeri dan Perwakilan Republik Indonesia; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 19

BAB I PENDAHULUAN. dituntut untuk memberikan pelayanan yang baik kepada masyarakat dengan

BAB I PENDAHULUAN. Hakekat dari otonomi daerah adalah adanya kewenangan daerah yang lebih

BAB I PENDAHULUAN. penyelenggara negara atas kepercayaan yang diamanatkan kepada mereka. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. secara mandiri. Masing-masing daerah telah diberikan kekuasaan dan

BAB I PENDAHULUAN. manajemen pemerintah pusat dan daerah (propinsi, kabupaten, kota). Hal tersebut

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Panin Sekuritas merupakan salah satu Perusahaan Efek terkemuka yang

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Reformasi di Indonesia dari Zaman orde baru telah mendorong terciptanya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. organisasi secara efektif dan efisien (Schief dan Lewin,1970; Welsch, Hilton, dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. melalui Otonomi Daerah. Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat karena kinerja pemerintah telah mengarah ke good governance.

BAB I PENDAHULUAN. organisasi sektor publik tidak dapat diukur semata-mata hanya dari perspektif

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Teori Keagenan merupakan sebuah teori yang membahas mengenai hubungan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dengan adanya peraturan pemerintah daerah tentang pelaksanaan otonomi

BAB I PENDAHULUAN. politik sangat dominan dalam proses pengambilan keputusan penetapan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Penelitian ini menggunakan Goal-Setting Theory yang dikemukakan oleh

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Goal Setting Theory ini mula-mula dikemukakan oleh Locke (1968). Teori

BAB 1 PENDAHULUAN. akan dapat menimbulkan menurunnya motivasi kerja.

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kepentingan organisasi dibandingkan dengan tujuan-tujuan individu

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

BAB I PENDAHULUAN. kesediaan dan tidak kemampuan tertentu. Kesediaan dan keterampilan seseorang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Akuntansi dan Sistem Pelaporan Terhadap Akuntabilitas Kinerja Instansi

BAB I PENDAHULUAN. yang dilaksanakan secara periodik (Mardiasmo, 2002). penyelenggaraan pemerintahan yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 17

BUPATI CILACAP PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 88 TAHUN 2013 TENTANG

BUPATI GARUT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Gaya Kepemimpinan Transaksional Definisi Gaya kepemimpinan Transaksional

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Konsep kinerja auditor dapat dijelaskan dengan menggunakan agency theory.

BERITA DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2011 NOMOR 2 SERI E PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan jaman dan era globalisasi yang begitu pesat menjadi suatu

BAB 1 PENDAHULUAN. menguatnya tuntutan akuntabilitas atas lembaga-lembaga publik, baik di pusat

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BERITA DAERAH KOTA SUKABUMI TAHUN 2011 NOMOR 16 PERATURAN WALIKOTA SUKABUMI

BAB I PENDAHULUAN. dan bertanggungjawab dengan taat pada peraturan dan perundang-undangan yang

BAB I PENDAHULUAN. atau memproduksi barang-barang publik. Organisasi sektor publik di Indonesia

BAB II DASAR TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. theory yaitu stewardship theory (Donaldson dan Davis, 1991), yang

- 1 - LAMPIRAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 7 /SEOJK.03/2016 TENTANG STANDAR PELAKSANAAN FUNGSI AUDIT INTERN BANK PERKREDITAN RAKYAT

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Organisasi pemerintahan merupakan salah satu organisasi yang non profit

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Akuntabilitas merupakan salah satu unsur pokok perwujudan good governance yang

PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR : 54 TAHUN 2010 TENTANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia telah memasuki masa pemulihan akibat krisis ekonomi yang

BAB I PENDAHULUAN. seorang manajer yang sangat berperan penting yang harus memiliki kinerja yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Teori Penetapan Tujuan (Goal Setting Theory) penting dalam bertindak. Teori penetapan tujuan yaitu model

BAB I PENDAHULUAN. operasi perusahaan. Begitu juga dengan dinas-dinas yang bernaungan disektor

BAB I PENDAHULUAN. penggunaan dana yang dapat dipertanggungjawabkan. Pengawasan bersifat

PT LIPPO KARAWACI Tbk Piagam Audit Internal

BAB I PENDAHULUAN. melalui Otonomi Daerah. Sejak diberlakukannya Undang-Undang No.22 tahun

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan harus diimbangi dengan kinerja yang baik, sehingga pelayanan

MENTERI NEGARA RISET DAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA

PT LIPPO KARAWACI Tbk Piagam Audit Internal

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BERITA DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : SERI : E PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 30 TAHUN 2010 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN PANDEGLANG I N S P E K T O R A T Jalan Mayor Widagdo No. 2 Telepon (0253) PANDEGLANG PIAGAM AUDIT INTERN

Abstrak. Kata Kunci: Sistem pengendalian intern pemerintah, partisipasi penyusunan anggaran, motivasi kerja, kinerja individu.

NASKAH PUBLIKASI. Disusun Oleh : Irma Novalia B

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perubahan politik di Indonesia saat ini mewujudkan administrasi negara yang

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PADANG LAWAS UTARA,

PIAGAM AUDIT INTERNAL PT SILOAM INTERNATIONAL HOSPITALS TBK.

BAB I PENDAHULUAN. yaitu fungsi perencanaan (planning), fungsi pelaksanaan (actuating), dan fungsi

BAB I PENDAHULUAN. perubahan yang dinginkan masyarakat, sebagai salah satu stakeholders. Pegawai

BERITA NEGARA. BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL. SPIP. Penyelenggaraan. PERATURAN KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA

BUPATI BANYUMAS, TENTANG SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH. menetapkann. Sistem

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Teori agensi merupakan kondisi dimana prinsipal (pemilik atau manajemen

BAB I PENDAHULUAN. peluang baru bagi negara-negara berkembang, seperti di Indonesia. Persaingan antar

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Reformasi di berbagai bidang yang berlangsung di Indonesia telah

BAB I PENDAHULUAN. keterpurukan karena buruknya pengelolaan keuangan (Ariyantini dkk,2014).

BAB V PENUTUP. 1) Tidak terdapat pengaruh antara variabel akuntabilitas publik terhadap

Transkripsi:

12 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Teori Keagenan (Agency Theory) Medina (2012) menyatakan bahwa teori keagenan (agency theory) merupakan teori yang menjelaskan mengenai hubungan antara principal dan agent, dimana salah satu pihak (principal) memberikan kewenangan dan tanggung jawabnya kepada pihak lain (agent) untuk mengambil keputusan sesuai dengan kepentingan principal. Dalam pemerintah, masyarakat (principal) memberikan amanah kepada pemerintah (agent) untuk menyelenggarakan kegiatan pemerintahan dalam rangka mewujudkan kesejahteraan masyarakat. Pemerintah sebagai pihak agent dalam mewujudkan kesejahteraan masyarakat harus memiliki kinerja pemerintahan yang baik. Pemerintahan yang baik dapat diwujudkan melalui kinerja manajerial yang berorientasi pada kesejahteraan masyarakat dan pelayanan publik. Hubungan agency dalam sektor publik dapat memunculkan agency problem yang berupa asimetri informasi dan konflik kepentingan antara pemerintah dengan masyarakat. Asimetri informasi dapat terjadi apabila pemerintah daerah mempunyai informasi mengenai pemerintah yang lebih banyak dibandingkan dengan masyarakat, sedangkan konflik kepentingan 12

13 dapat terjadi apabila seorang manajer pada pemerintah menyalahgunakan wewenang dalam pengambilan keputusan yang hanya mementingkan kepentingan pribadinya saja. Konflik kepentingan berhubungan dengan aspek kepercayaan karena dapat mengurangi kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah. Adanya asimetri informasi dan konflik kepentingan akan menimbulkan celah awal terjadinya korupsi. Pemerintah yang ingin mengurangi adanya agency problem maka harus menggunakan informasi yang dimilikinya dengan baik serta tidak melakukan penyalahgunaan wewenang. Seorang manajer yang menggunakan informasinya dengan baik dan tidak menyalahgunakan wewenang harus memiliki kinerja manajerial yang baik dengan cara memberikan pelayanan publik, menyejahterakan kehidupan masyarakat, mempertanggungjawabkan, menyajikan, dan melaporkan segala informasi, pelaksanaan kegiatan, serta penggunaan dana publik kepada masyarakat. Adanya kinerja manajerial yang baik akan dapat menumbuhkan kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah, sehingga tujuan pemerintah akan mudah tercapai. 2. Kinerja Manajerial Sujarweni (2015) menyatakan bahwa kinerja adalah suatu prestasi yang berhasil dicapai dari pelaksanaan kegiatan dengan tujuan untuk mencapai sasaran, tujuan, misi, dan visi organisasi. Kinerja biasanya digunakan sebagai alat untuk menggambarkan tingkat keberhasilan suatu manajer dalam mencapai tujuannya. Hazmi, dkk (2012) menyatakan bahwa salah

14 satu faktor yang dapat digunakan untuk meningkatkan efektivitas organisasional yaitu dengan adanya kinerja manajerial. Putri (2013) menyatakan bahwa dalam kinerja manajerial terdapat delapan indikator yang meliputi: a. Perencanaan Perencanaan merupakan suatu kemampuan yang digunakan untuk menentukan tujuan, tindakan, sikap, kebijakan, perilaku, penganggaran, pemograman, penjadwalan kerja dan perencanaan. b. Investigasi Investigasi merupakan suatu kemampuan yang digunakan untuk menyiapkan dan mengumpulkan informasi guna menganalisis pekerjaan. c. Pengkoordinasian Pengkoordinasian merupakan suatu kemampuan yang digunakan untuk saling bertukar informasi atau berdiskusi dengan divisi lain guna menyesuaikan, mengaitkan, menyamakan, dan memberitahukan divisi lain. d. Evaluasi Evaluasi merupakan suatu kemampuan yang digunakan untuk menilai dan mengukur keputusan yang akan diambil, kinerja yang dilaporkan atau diamati, penilaian pegawai dan penilaian laporan keuangan.

15 e. Pengawasan Pengawasan merupakan suatu kemampuan yang digunakan untuk hal mengarahkan, memimpin, membimbing, serta menjelaskan segala peraturan yang berlaku dalam suatu organisasi f. Pemilihan staf Pemilihan staf merupakan suatu kemampuan yang digunakan untuk menetapkan pegawai, merekrut pegawai, memutasi pegawai, mempromosikan pegawai, dan mempertahankan angkatan kerja dibagiannya. g. Negosiasi Negosiasi merupakan suatu kemampuan yang digunakan untuk melakukan suatu kontrak perjanjian antara pihak satu dengan pihak lainnya. h. Perwakilan Perwakilan merupakan suatu kemampuan yang digunakan untuk menghadiri pertemuan dalam suatu kegiatan. 3. Komitmen Organisasi Robbins (2008) menyatakan bahwa komitmen organisasi merupakan tingkat sejauh mana seorang manajer memihak dan mengutamakan kepentingan suatu organisasinya dibandingkan dengan kepentingan pribadi yang bertujuan untuk memelihara keanggotaan dalam suatu organisasi. Seorang manajer yang mempunyai komitmen organisasi akan menggunakan informasi yang dimilikinya dalam menyusun anggaran dengan jelas.

16 Manajer yang menggunakan infrormasi yang dimilikinya dengan jelas akan meningkatkan kinerja manajerialnya dengan mempunyai tanggung jawab yang tinggi terhadap informasi yang dimilikinya sehingga tujuan dari anggaran dan tujuan pemerintah dapat mudah tercapai. Komitmen organisasi akan dapat diciptakan dalam diri masing-masing manajer apabila setiap manajer mampu menciptakan tiga sikap yang saling berhubungan dengan organisasi dan profesinya (Mowday et al., 1984). Tiga sikap tersebut meliputi: a. Identifikasi (Identification) Identifikasi merupakan suatu penghayatan atau pemahaman manajer terhadap tujuan organisasi b. Keterlibatan (Involvement) Keterlibatan merupakan suatu perasaan yang dirasakan oleh manajer bahwa pekerjaan yang dilakukan menyenangkan dan manajer mempunyai perasaan untuk ikut terlibat dalam suatu pekerjaan c. Loyalitas (Loyality) Loyalitas merupakan suatu perasaan yang di rasakan oleh manajer bahwa organisasi merupakan tempat dimana manajer bekerja dan tinggal. Budiharjo (2008) menyatakan bahwa manajer pada organisasi yang mempunyai komitmen organisasi tinggi akan memiliki ciri-ciri komitmen pada pekerjaan, ciri-ciri komitmen dalam kelompok dan ciri-ciri komitmen

17 pada organisasi. Berikut adalah penjelasan mengenai ciri-ciri manajer memiliki komitmen organisasi, yaitu sebagai berikut: a. Ciri-ciri komitmen pada pekerjaan Ciri-ciri manajer memiliki komitmen pada pekerjaan, yaitu menyukai pekerjaannya, mempunyai konsentrasi yang tinggi dalam bekerja, tidak pernah melihat jam karena ingin segera pulang, dan walaupun tidak sedang bekerja tetap memikirkan pekerjaannya. b. Ciri-ciri komitmen dalam kelompok Ciri-ciri manajer memiliki komitmen dalam kelompok, yaitu berusaha untuk menolong rekan kerjanya, berusaha untuk berinteraksi dengan rekan kerjanya, berusaha untuk memperhatikan bagaimana orang lain sedang bekerja, memperlakukan rekan kerjanya sebagai keluarga, berusaha untuk selalu berkomunikasi dengan rekan kerjanya, dan berusaha terbuka dengan rekan kerja baru. c. Ciri-ciri komitmen pada organisasi Ciri-ciri manajer memiliki komitmen pada organisasinya, yaitu berusaha untuk menyukseskan organisasi, memberikan perhatian terhadap hubungan kerja antar setiap unit organisasi, berusaha untuk mencari informasi mengenai kondisi organisasi, tidak melihat organisasi lain sebagai unit yang lebih unggul dan menarik, menempatkan prioritas organisasi diatas departemennya, terdapat keyakinan bahwa organisasinya mempunyai harapan untuk selalu berkembang.

18 Komitmen organisasi memiliki 3 indikator (Mowday et al., 1984). Tiga indikator komitmen organisasi terdiri dari: a. Komitmen afektif (affective commitment) Tingkat keterikatan manajer secara psikologis pada organisasi yang didasarkan pada seberapa baik perasaan manajer mengenai organisasinya. Komitmen jenis ini muncul dengan adanya dorongan keamanan, kenyamanan, dan adanya manfaat lain yang tidak diperoleh manajer di organisasi lain. b. Komitmen berkelanjutan (continuance commitment) Tingkat keterikatan manajer secara psikologis pada organisasi yang didasarkan pada biaya yang dikeluarkan (sosial, ekonomi, dan hubungan status) jika ia meninggalkan organisasi. Komitmen jenis ini muncul apabila manajer cenderung memiliki komitmen yang tinggi dalam keanggotaan jika pengorbanan akibat keluar dari organisasi semakin tinggi. c. Komitmen normative (normative commitment) Tingkat keterikatan manajer secara psikologis pada organisasi yang didasarkan pada kewajiban moral untuk memlihara hubungan dengan organisasi atas tugas yang diberikan kepadanya. Komitmen jenis ini muncul dengan adanya kewajiban moral yang mana manajer akan merasa bersalah jika tidak melakukan sesuatu yang baik untuk organisasi. Hal ini dapat berasal dari etika kerja dan budaya individual

19 yang dapat menyebabkan mereka wajib untuk tetap bertahan dalam organisasi. 4. Sistem Pengendalian Intern Pemerintah Aren, dkk (2008) menyatakan bahwa SPIP (Sistem Pengendalian Intern Pemerintah) merupakan suatu proses yang dirancang oleh manajemen pemerintah untuk mendukung pencapaian tujuan pemerintah. Afrida (2013) menyatakan bahwa sistem pengendalian intern terdiri dari kebijakan dan prosedur yang dirancang untuk memberikan kepastian dan keyakinan bagi manajemen bahwa tujuan dan sasaran organisasi telah tercapai. Apabila manajer memiliki keyakinan dan kepastian, maka manajer akan termotivasi untuk meningkatkan kinerja manajerialnya dengan lebih bertanggung jawab dalam mencapai tujuan organisasi. Oleh karena itu, pemerintah akan dapat memperbaiki kinerja pemerintahannya. Aren, dkk (2008) menyatakan bahwa dalam pengendalian intern terdapat lima indikator yang meliputi: a. Lingkungan pengendalian Lingkungan pengendalian terdiri dari tindakan dan kebijakan yang dapat mencerminkan atau menggambarkan keseluruhan tindakan dari manajemen puncak secara keseluruhan mengenai pengendalian intern. b. Penilaian risiko Penilaian risiko merupakan sikap manajemen yang digunakan untuk menganalisis dan mengidentifikasi risiko-risiko yang relevan dalam pelaksanaan kegiatan organisasi

20 c. Aktivitas pengendalian Aktivitas pengendalian merupakan sikap manajemen yang digunakan untuk memastikan bahwa sikap dan perilaku yang diperlukan telah dilakukan untuk mengatasi risiko dalam pencapaian sasaran suatu organisasi atau pemerintahan. d. Komunikasi dan informasi Sistem komunikasi dan informasi bertujuan untuk mencatatat, memulai, memproses, melaporkan transaksi yang dilakukan dan bertujuan untuk mempertahankan akuntabilitas aktiva yang terkait. e. Pemantauan Pemantauan merupakan suatu aktivitas yang berhubungan dengan penilaian berkelanjutan atau berkala dari kualitas prestasi pengendalian internal oleh manajemen untuk menentukan bahwa pengendalian telah beroperasi sesuai dengan yang diharapkan dan telah di perbarui sesuai dengan perubahan kondisi yang terjadi. 5. Akuntabilitas Publik Akuntabilitas publik merupakan prinsip pertanggungjawaban yang dari proses awal sampai dengan pelaksanaannya harus dipertanggungjawabkan kepada publik. Mardiasmo (2002) menyatakan bahwa akuntabilitas publik merupakan suatu kewajiban pihak agent memberikan pertanggungjawaban, mengungkapkan, menyajikan, dan melaporkan semua kegiatan dan aktivitas yang terjadi kepada pihak principal yang mempunyai wewenang serta hak untuk meminta pertanggungjawaban.

21 Setiap pemerintah daerah mempunyai kewajiban untuk melaksanakan tanggung jawabnya atas penggunaan anggaran yang berasal dari publik dalam bentuk penyajian informasi keuangan. Hazmi, dkk (2012) menyatakan bahwa pelaporan keuangan pemerintah hanya menekankan pada pertanggungjawaban atas sumber daya yang diperoleh apakah sudah digunakan sesuai dengan anggaran yang telah ditetapkan dan sesuai dengan perundang-undangan yang berlaku. Akuntabilitas publik pada pemerintah dapat dinilai dari laporan keuangan pemerintah (Mardiasmo, 2002). Akuntabilitas publik dalam pemerintah akan membantu pemerintah untuk mendapatkan kepercayaan dari masyarakat. Dengan adanya kepercayaan dari masyarakat akan membantu pemerintah dalam mencapai tujuan pemerintah. Harapan manajer dalam mendapatkan kepercayaan dari masyarakat akan memotivasi setiap manajer untuk meningkatkan kinerja manajerialnya dengan cara menyelenggarakan kegiatan dan menyusun anggaran dengan sebaik mungkin. Selain itu, manajer juga akan memberikan pertanggungjawaban, melaporkan dan menyajikan pelaksanaan kegiatan, serta penggunaan dana publik. Putra (2013) menyatakan bahwa akuntabilitas publik pada pemerintahan terdiri dari dua macam, yaitu: a. Akuntabilitas vertikal Akuntabilitas vertical merupakan suatu pertanggungjawaban otoritas yang lebih rendah kepada otoritas yang lebih tinggi mengenai pengelolaan dana, seperti pertanggungjawaban pemerintah pusat kepada

22 MPR, pertanggungjawaban pemerintah daerah kepada pemerintah pusat, dan pertanggungjawaban unit-unit kerja kepada pemerintah daerah. b. Akuntabilitas horizontal Akuntabilitas horizontal merupakan pertanggungjawaban pemerintah kepada masyarakat luas. Elwood (1993) menyatakan bahwa terdapat empat indikator akuntabilitas publik yang harus dipenuhi oleh pemerintah, yaitu: 1) Akuntabilitas hukum dan akuntabilitas kejujuran Akuntabilitas hukum berkaitan dengan pemberian jaminan adanya kepatuhan terhadap peraturan yang disyaratkan dalam penggunaan sumber dana publik dan hukum yang berlaku, sedangkan akuntabilitas kejujuran berhubungan dengan adanya penghindaran penyalahgunaan jabatan. 2) Akuntabilitas proses Akuntabilitas proses berkaitan dengan apakah prosedur yang dipakai dalam melaksanakan kewajiban sudah baik dalam hal ketersediaan prosedur administrasi, sistem informasi manajemen, dan sistem informasi akuntansi 3) Akuntabilitas program Akuntabilitas program berkaitan dengan pertimbangan apakah tujuan yang telah ditetapkan dapat dicapai dan sudah mempertimbangkan alternative program yang memberikan hasil optimal dengan menggunakan biaya yang lebih minimal.

23 4) Akuntabilitas kebijakan Akuntabilitas kebijakan berkaitan dengan pertanggungjawaban pemerintah daerah maupun pemerintah pusat terhadap kebijakankebijakan yang diambil pemerintah terhadap masyarakat dan DPR atau DPRD. 6. Partisipasi Anggaran Partisipasi anggaran adalah keikutsertaan, keterlibatan dan pengaruh manajer tingkat bawah dan manajer tingkat menengah dalam proses penyusunan anggaran. (Chong et. al, 2002). Penentuan tujuan anggaran sangat membutuhkan partisipasi anggaran. Partisipasi anggaran merupakan kunci dari kinerja efektif yang dapat digunakan untuk menentukan tujuan anggaran, melakukan negosiasi dengan atasan dan melakukan identifikasi dengan melibatkan manajer tingkat bawah dalam proses penyusunan anggaran (Indriantoro, 1993). Adanya partisipasi manajer tingkat bawah dan menengah dalam proses penyusunan anggaran dapat menimbulkan komitmen yang lebih besar untuk memenuhi dan melaksanakan anggaran, mengurangi adanya ketimpangan informasi dalam suatu organisasi, serta dapat meciptakan lingkungan yang dapat mendorong penggunaan dan perolehan informasi dengan baik. Partisipasi anggaran akan mampu mempengaruhi kinerja manajerial karena manajerial yang ikut serta dalam penyusunan anggaran akan lebih bertanggung jawab terhadap pelaksanaan anggaran, sehingga manajer diharapkan akan dapat melaksanakan anggaran dengan baik (Nengsy dkk,

24 2013). Soobaroyen (2005) menyatakan bahwa partisipasi anggaran memiliki dua indikator, yaitu: a. Keterlibatan b. Pengaruh terhadap anggaran 7. Kejelasan Sasaran Anggaran Kejelasan sasaran anggaran merupakan sejauhmana tujuan anggaran ditetapkan secara jelas dan spesifik dengan tujuan agar anggaran tersebut dapat dimengerti oleh orang yang bertanggung jawab (Sari dkk, 2014). Kejelasan sasaran anggaran dapat digunakan untuk mengatur perilaku manajer karena adanya ketidakjelasan sasaran anggaran akan dapat menyebabkan pelaksanaan anggaran akan menjadi tidak terarah, pelaksana anggaran akan bingung dan akan merasa tidak puas dalam bekerja, sehingga akan menyebabkan pelaksana anggaran tidak termotivasi dalam mencapai kinerja yang diharapkan. Selain itu, ketidakjelasan sasaran anggaran akan mengakibatkan kegagalan dan kesulitan dalam pelaksanaanya (Hazmi dkk, 2012). Sebaliknya, apabila dalam penyusunan anggaran terdapat kejelasan sasaran anggaran maka akan dapat mendorong manajer untuk mempunyai tanggung jawab, sehingga lebih efektif dan akan termotivasi untuk memberikan kinerja yang baik. Putra (2013) menyatakan bahwa dalam menentukan sasaran anggaran terdapat dua karakteristik utama, meliputi: a. Sasaran harus lebih spesifik, jelas dan tidak samar-samar b. Sasaran harus lebih menantang, tetapi masih dapat dicapai

25 Samuel (2008) menyatakan supaya pengukuran sasaran menjadi efektif diperlukan tujuh indikator, yaitu: a. Tujuan Menetapkan tujuan secara secara jelas dan terperinci mengenai tugas yang harus dilakukan. b. Kinerja Menetapkan kinerja dalam bentuk pertanyaan yang diukur. c. Sasaran Menetapkan target atau standar yang diharapkan tercapai. d. Jangka waktu Menetapkan jangka waktu yang dibutuhkan dalam pengerjaan. e. Sasaran prioritas Menetapkan sasaran yang menjadi prioritas. f. Tingkat kesulitan Menetapkan sasaran berdasarkan kepentingan dan tingkat kesulitan g. Koordinasi Menetapkan kebutuhan koordinasi. B. Hasil Penelitian Terdahulu No Nama Penulis/Tahun Judul Hasil Sumber Pustaka Keterangan 1. Ni kadek Astini; Ni Luh Gede Erni Sulindawati; Ni kadek Sinarwati / 2014 Pengaruh Akuntabilitas Publik, Kejelasan Sasaran Anggaran, dan Sistem Pengendalian Manajemen - Secara parsial, akuntabilitas publik, kejelasan sasaran anggaran, dan sistem pengendalian manajemen tehadap kinerja e-journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 Spesifik

26 terhadap Kinerja Manajerial SKPD di Kabupaten Klungkung manajerial SKPD di Kabupaten Klungkung. - Secara simultan Akuntabilitas publik, kejelasan sasaran anggaran, dan sistem pengendalian manajemen signifikan simultan manajerial SKPD di Kabupaten Klungkung (Volume 2, No 1, Tahun 2014) 2 Yusri hazmi ; Ali imran ; Zuarni ; Yeni Irwan ; Said Herry Safrizal/ 2012 Pengaruh Kejelasan Sasaran Anggaran dan Akuntabilitas Publik terhadap Manajerial Aparatur Pemerintah kota Lhokseumawe, (Studi empiris pada satuan Kerja perangkat Kota Lhokseumawe) - Kejelasan sasaran anggaran manajerial aparatur - Akuntabilitas publik manajerial aparatur Jurnal Ekonomi dan Bisnis. (Volume 13, No.2 Agustus, Tahun 2012) ISSN 1693-8852 Spesifik 3. Desak Putu Intan Permata Sari ; Ni Kadek Sinarwati ; Edy Sujana / 2014 Pengaruh Akuntabilitas, Kejelasan Sasaran Anggaran, dan Partisipasi Anggaran terhadap Kinerja Manajerial Satuan Kerja Perangkat Daerah (Studi empiris pada satuan kerja perangkat - Akuntabilitas positif dan signifikan manajerial pada SKPD. - Kejelasan sasaran anggaran positif dan signifikan manajerial pada SKPD. - Partisipasi dalam penyusunan e- journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha. Jurusan Akuntansi Program S1 (Volume 2 no. 1 Tahun 2014) Spesifik

27 daerah Kabupaten Buleleng) anggaran positif dan signifikan manajerial SKPD. - Akuntabilitas, kejelasan sasaran anggaran dan partisipasi penyusunan anggaran secara simultan signifikan terhadap kinerja manajerial SKPD. 4 Deki Putra/ 2013 Pengaruh Akuntabilitas Publik dan Kejelasan Sasaran Anggaran terhadap Kinerja Manajerial Satuan Kerja Perangkat Daerah (Studi Empiris pada Satuan Kerja Perangkat Daerah Kota Padang) - Akuntabilitas publik manajerial satuan kerja perangkat daerah (skpd) Kejelasan sasaran anggaran manajerial satuan kerja perangkat daerah (skpd) Jurnal akuntansi (Volume 2, Tahun 2013) e-journal.ac.id Spesifik 5. Gusti Yolanda Putri/2013 Pengaruh Komitmen Organisasi dan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (spip) terhadap Kinerja Manajerial SKPD - komitmen organisasi manajerial SKPD - sistem pengendalian intern pemerintah manajerial SKPD jurnal akuntansi (Volume 2, Tahun 2013) e-journal.ac.id Spesifik

28 6. Vonny Nofisa Amril /2014 Pengaruh Akuntabilitas Publik, Partisipasi Penyusunan Anggaran dan Kejelasan Sasaran Anggaran terhadap Kinerja Manajerial SKPD - Akuntabilitas publik tidak manajerial skpd kabupaten sijunjung. - Partisipasi penyusunan anggaran manajerial skpd kabupaten sijunjung. Jurnal Akuntansi Spesifik - Kejelasan sasaran anggaran tidak manajerial skpd kabupaten sijunjung. 7 Nur Afrida / 2013 Pengaruh Desentralisasi dan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah terhadap Kinerja Manajerial SKPD (Studi Empiris pada Pemerintah Kota Padang) - Desentralisasi manajerial SKPD - Sistem pengendalian intern pemerintah manajerial SKPD Jurnal Akuntansi, (Volume 2 Tahun 2013) Spesifik 8 Retno Nabila Sari/2015 Pengaruh Pengawasan Inspektorat dan Partisipasi dalam Penyusunan Anggaran terhadap Kinerja Manajerial SKPD (Studi empiris pada Instansi Pemerintah Kabupaten Tanah Datar) - Pengawasan inspektorat manajerial SKPD - Partisipasi penyusunan anggaran manajerial SKPD Jurnal Aplikasi Manajemen, (Volume 2, Tahun 2015) Spesifik

29 9 Maria Yanida; Made Sudarma; Aulia Fuad Rahman/ 2013 Pengaruh Partisipasi Anggaran terhadap Kinerja Aparatur Pemerintah - Partisipasi anggaran positif aparatur pemerintah daerah. Jurnal Akuntansi Multiparadigma jamal (volume 4 nomor 3 halaman 330-507 malang, desember 2013) issn 2086-7603 e-issn 2089-5879 Spesifik 10 Baihaqi/ 2012 Pengaruh Komitmen Organisasi dan Peran Manajerial Pengelolaan Keuangan terhadap Kinerja Manajerial Satuan Kerja Perangkat Daerah - Komitmen organisasi signifikan terhadap kinerja manajerial. Hasil Penelitian ini menunjukkan komitmen tinggi terhadap organisasi, membantu unit kerja untuk mencapai kinerja organisasi yang lebih baik Jurnal fairness. (Volume 1 No 3 243-253. Tahun 2012) Spesifik - Peran manajerial pengelolaan keuangan daerah terbukti tidak manajerial. Hal ini dikarenakan kurangnya efektifitas dan keefisienan peran manajerial pengelolaan keuangan daerah dipemerintah daerah, dalam cakupan Sumber: Berbagai jurnal yang digunakan untuk mendukung penelitian ini

30 C. Penurunan Hipotesis 1. Komitmen Organisasi dan Kinerja Manajerial pada Satuan Kerja Perangkat Daerah Komitmen organisasi dapat digunakan sebagai alat bantu psikologi untuk mengukur kemampuan manajer dalam berinteraksi maupun bereaksi. Manajer yang mempunyai komitmen organisasi tinggi akan bereaksi dan berinteraksi untuk lebih mementingkan kepentingan organisasinya dibandingkan dengan kepentingan pribadinya dalam menjalankan organisasi. Manajer yang mempunyai komitmen organisasi tinggi akan menggunakan informasi yang dimilikinya untuk menyusun anggaran dengan jelas agar dapat meminimalisir adanya kesenjangan anggaran. Apabila manajer dapat meminimalisir kesenjangan anggaran maka tujuan pemerintah dapat mudah tercapai. Selain itu, manajer yang mempunyai komitmen organisasi tinggi akan menunjukkan tingkat keterikatan secara psikologis dengan organisasi. Adanya tingkat keterikatan secara psikologis dapat ditunjukkan melalui sikap positif manajer terhadap organisasi, yaitu merasa nyaman, aman, aktif dalam bekerja, hadir tepat waktu, saling membantu, menjaga koordinasi, memiliki dan merasa bahwa keberhasilan organisasi merupakan keberhasilannya. Keinginan maupun harapan manajer untuk meminimalisir kesenjangan anggaran serta adanya sikap dan pandangan positif manajer terhadap organisanya akan memotivasi manajer untuk meningkatkan kinerja manajerialnya dengan memberikan tanggung jawab dalam menggunakan

31 informasi yang dimiliki dengan baik, sehingga dapat meminimalisir anggaran dan tujuan pmerintah mudah tercapai. Penelitian yang dilakukan oleh Putri (2013) menyatakan bahwa komitmen organisasi manajerial SKPD. Penelitian yang dilakukan oleh Haryadi (2012) menyatakan bahwa pengaruh komitmen organisasi manajerial adalah positif signifikan. Penelitian yang dilakukan oleh Baihaqi (2012) menyatakan bahwa komitmen organisasi signifikan manajerial. Penelitian Juliana (2011) menyatakan bahwa komitmen organisasi positif manajerial satuan kerja perangkat daerah. Selain itu, penelitian Putri (2010) juga menyatakan bahwa komitmen organisasional. Berdasarkan uraian diatas, penelitian ini dimaksudkan untuk menguji komitmen organisasi manajerial pada satuan kerja perangkat daerah, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah: H1: Komitmen Organisasi Berpengaruh Positif terhadap Kinerja Manajerial pada Satuan Kerja Perangkat Daerah. 2. Sistem Pengendalian Intern Pemerintah dan Kinerja Manajerial pada Satuan Kerja Perangkat Daerah Sistem pengendalian intern pemerintah terdiri dari prosedur dan kebijakan yang memberikan keyakinan serta kepastian bahwa tujuan dan sasaran organisasi telah tercapai (Afrida, 2013). PP No 8 tahun 2006 juga

32 menyatakan bahwa tujuan dari sistem pengendalian intern yaitu untuk memberikan keyakinan serta kepastian mengenai efisiensi, efektivitas, pencapaian keandalan dalam pelaporan keuangan dan kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan serta hukum yang berlaku. Putri (2013) menyatakan bahwa dalam pencapaian tujuan organisasi sistem pengendalian intern harus dilakukan dengan efisien dan efektif sesuai dengan kompleksitas, ukuran, dan fungsi suatu instansi pemerintah yang bersangkutan. Sistem pengendalian intern yang dilakukan dengan efektif, efisien, sesuai dengan kompleksitas, ukuran, dan fungsi serta dilakukan oleh manajer dengan baik maka manajer akan mendapatkan kepastian dan keyakinan mengenai efisiensi, efektivitas, pencapaian keandalan dalam pelaporan keuangan serta kepatuhan terhadap peraturan perundangundangan dan hukum yang berlaku. Manajer yang mendapatkan kepastian dan keyakinan akan termotivasi untuk meningkatkan kinerja manajerialnya dengan lebih bertanggung jawab dalam mencapai tujuan pemerintah. Penelitian yang dilakukan Putri (2013) menyatakan bahwa sistem pengendalian intern pemerintah signifikan manajerial SKPD. Selain itu, pernyataan tersebut juga didukung oleh penelitian yaitu Afrida (2013) yang menyatakan bahwa sistem pengendalian intern pemerintah manajerial SKPD.

33 Berdasarkan uraian diatas, penelitian ini dimaksudkan untuk menguji sistem pengendalian intern pemerintah manajerial pada satuan kerja perangkat daerah, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah: H2: Sistem Pengendalian Intern Pemerintah Berpengaruh Positif terhadap Kinerja Manajerial pada Satuan Kerja Perangkat Daerah 3. Akuntabilitas Publik dan Kinerja Manajerial pada Satuan Kerja Perangkat Daerah Akuntabilitas dalam sektor publik akan mampu menjawab kekhawatiran pengguna informasi dan para stakeholder. Akuntabilitas publik dalam pemerintah sangat penting untuk meningkatkan kinerja manajerial karena dengan adanya akuntabilitas publik maka masyarakat akan mengetahui rencana anggaran, dana yang telah digunakan oleh pemerintah dan mengetahui pelaksanaan kegiatan yang telah dilakukan oleh pemerintah. Apabila masyarakat mengetahui kegiatan yang sudah terlaksana oleh pemerintah dan mengetahui penggunaan dana publik maka pemerintah akan mendapatkan kepercayaan dari masyarakat. Manajer dalam mendapatkan kepercayaan dari masyarakat harus menyusun dan menggunakan anggaran dengan sebaik mungkin. Adanya kepercayaan dari masyarakat akan membuat manajer lebih termotivasi untuk meningkatkan kinerja manajerialnya dengan selalu memberikan pertanggungjawaban, menyajikan dan melaporkan penggunaan dana publik serta pelaksanaan kegiatan kepada masyarakat. Pemerintah

34 yang memiliki akuntabilitas publik tinggi akan mendapatkan kepercayaan dari masyarakat karena sudah melaksanakan tanggung jawab dan melaksanakan anggaran dengan sebaik mungkin. Penelitian yang dilakukan Putra (2013) menyatakan akuntabilitas publik manajerial SKPD (Satuan Kerja Perangkat Daerah). Penelitian yang dilakukan oleh Hazmi, dkk (2012) menyatakan bahwa akuntabilitas publik tehadap kinerja manajerial aparatur. Penelitian yang dilakukan Astini, dkk (2014) menyatakan bahwa akuntabilitas publik positif dan signifikan manajerial pada SKPD di Kabupaten Klungkung. Selain itu, pernyataan tersebut juga didukung oleh penelitian yang dilakukan Sari, dkk (2014) yang menyatakan bahwa akuntabilitas publik positif dan signifikan manajerial pada SKPD. Berdasarkan uraian diatas, penelitian ini dimaksudkan untuk menguji akuntabilitas publik manajerial pada satuan kerja perangkat daerah, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah: H3: Akuntabilitas Publik Berpengaruh Positif terhadap Kinerja Manajerial pada Satuan Kerja Perangkat Daerah

35 4. Partisipasi Anggaran dan Kinerja Manajerial pada Satuan Kerja Perangkat Daerah Partisipasi anggaran dapat meningkatkan efektivitas dan kualitas kinerja manajerial pada satuan kerja perangkat daerah. Partisipasi anggaran adalah keikutsertaan, keterlibatan dan pengaruh manajer tingkat bawahan dan tingkat menengah dalam proses penyusunan anggaran (Chong et.al, 2002). Nengsy, dkk (2013) menyatakan bahwa manajer yang ikut terlibat dalam penyusunan anggaran akan berusaha untuk lebih memahami dan berusaha untuk mencapai tujuan anggaran. Partisipasi anggaran dalam pemerintah akan sangat penting bagi para manajer karena manajer akan merasa produktif, dihargai dan merasa puas terhadap pekerjaanya. Adanya keinginan manajer untuk berusaha memahami dan mencapai tujuan organisasi serta adanya sikap dan sifat manajer yang positif maka manajer yang mempunyai partisipasi anggaran yang tinggi akan termotivasi untuk meningkatkan kinerja manajerialnya dengan cara lebih bertanggung jawab dalam pelaksanaan anggaran supaya tujuan pemerintah dapat tercapai. Penelitian yang dilakukan Sari (2015) menyatakan bahwa partisipasi penyusunan anggaran manajerial SKPD. Penelitian yang dilakukan Amril (2014) menyatakan bahwa partisipasi penyusunan anggaran manajerial SKPD Kabupaten Sijunjung. Penelitian yang dilakukan oleh Kewo (2014) menyatakan bahwa partisipasi penyusunan anggaran positif manajerial. Penelitian yang

36 dilakukan oleh Sari, dkk (2014) juga meyatakan bahwa partisipasi anggaran positif dan signifikan manajerial pada SKPD. Penelitian Yanida, dkk (2013) menyatakan bahwa partisipasi anggaran positif aparatur pemerintah daerah. Berdasarkan uraian diatas, penelitian ini dimaksudkan untuk menguji partisipasi anggaran manajerial pada satuan kerja perangkat daerah, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah : H4: Partisipasi Anggaran Berpengaruh Positif terhadap Kinerja Manajerial pada Satuan Kerja Perangkat Daerah 5. Kejelasan Sasaran Anggaran dan Kinerja Manajerial pada Satuan Kerja Perangkat Daerah Kejelasan sasaran anggaran adalah sejauh mana tujuan anggaran ditetapkan secara spesifik dan jelas dengan tujuan supaya anggaran mudah dimengerti dan dipahami oleh pihak-pihak yang bertanggung jawab atas pencapaian sasaran tersebut. Kejelasan sasaran anggaran dalam pemerintah dapat digunakan untuk menilai kinerja organisasi apakah baik atau buruk secara keuangan. Selain itu, pemerintah yang mempunyai kejelasan sasaran anggaran yang tinggi akan membantu para manajer untuk mendapatkan informasi mengenai kegagalan atau keberhasilan pelaksanaan organisasi dalam mencapai tujuan yang telah ditentukan. Manajer yang mempunyai informasi mengenai kondisi pemerintah akan membantu dalam menentukan tujuan dan sasaran anggaran dengan jelas dan spesifik. Apabila tujuan dan sasaran anggaran ditetapkan secara jelas dan

37 spesifik maka manajer akan mudah untuk memahami serta mengerti anggaran. Manajer yang mempunyai harapan untuk dapat menentukan tujuan serta sasaran anggaran secara jelas dan spesifik supaya mudah dimengerti dan dipahami maka manajer akan termotivasi untuk meningkatkan kinerja manajerialnya dengan lebih bertanggung jawab dalam menentukan sasaran anggaran, sehingga tujuan pemerintah mudah tercapai. Penelitian yang dilakukan Hazmi, dkk (2012) menyatakan bahwa kejelasan sasaran anggaran manajerial aparat pemerintah. Penelitian yang dilakukan oleh Putra (2013) menyatakan bahwa kejelasan sasaran anggaran manajerial satuan kerja perangkat daerah. Penelitian yang dilakukan oleh Kewo (2014) menyatakan bahwa kejelasan sasaran anggaran positif manajerial. Penelitian yang dilakukan Sari, dkk (2014) juga menyatakan bahwa kejelasan sasaran anggaran positif dan signifikan manajerial pada SKPD. Berdasarkan uraian diatas, penelitian ini dimaksudkan untuk menguji kejelasan sasaran anggaran manajerial pada satuan kerja perangkat daerah, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah: H5: Kejelasan Sasaran Anggaran Berpengaruh Positif terhadap Kinerja Manajerial pada Satuan Kerja Perangkat Daerah.

38 C. Model Penelitian Model penelitian dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut: Komitmen Organisasi (X1) Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (X2) Akuntabilitas Publik (X3) Partisipasi Anggaran (X4) Kejelasan Sasaran Anggaran (X5) + + + + + Kinerja Manajerial pada Satuan Kerja Perangkat Daerah (Y) Gambar 2.1 Model Penelitian