I. SEJARAH SINGKAT BERDIRINYA KELENTENG HOK TEK BIO CIAMIS.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB V PENUTUP. Wonosobo sebagai kota di dirikannya kelenteng Hok Hoo Bio ( 福和庙 )

BAB I PENDAHULUAN. penduduk. Penduduk yang terdiri dari berbagai macam suku, budaya, adat istiadat

BAB I PENDAHULUAN. pemberontakan, dan masih banyak lagi yang lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. formal dalam bentuk sebuah negara. Sub-sub etnik mempunyai persamaanpersamaan

ABSTRAK. v Universitas Kristen Maranatha

BAB III OBJEK PENELITIAN. maupun kegiatan yang selama ini dilakukan di TITD Kwan Sing Bio Tuban.

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sanskerta yaitu buddhayah,

STUDI PENGEMBANGAN PECINAN LASEM SEBAGAI KAWASAN WISATA BUDAYA TUGAS AKHIR. Oleh : Indri Wahyu Hastari L2D

8 TIPS MEMILIH 8 TIPS MEMILIH MAKAM MODERN INSIDER TIPS MUDAH & TERUJI

BAB IV ANALISIS AKTIVITAS KOMUNITAS KHONGHUCU DI KELENTENG HWIE ING KIONG KOTA MADIUN

: Agus Witanto, S.Sos.

BAB III. Pengertian Thian Kong (Tian Gong) 天公

BAB I PENDAHULUAN. Kemiskinan merupakan masalah utama yang sedang dihadapi dan masih

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Budaya merupakan sistem nilai suatu masyarakat, meliputi cara-cara berlaku,

Sambutan Presiden RI pada Perayaan Cap Go Meh Bersama Ke-5, Jakarta, 8 Februari 2012 Rabu, 08 Pebruari 2012

BAB IV ANALISIS NILAI-NILAI KEAGAMAAN DALAM UPACARA SEDEKAH BUMI. A. Analisis Pelaksanaan Upacara Sedekah Bumi

BAB I PENDAHULUAN. kaya di Asia Tenggara. Hal ini begitu tampak dari pakaian, makanan, dan

BAB I PENDAHULUAN. sekaligus penduduk terpadat di Kabupaten Langkat. Kecamatan ini dilalui oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. memiliki keunikan dan ciri khas yang berbeda-beda. Hal tersebut disebabkan

BAB IV ANALISIS TRADISI BUNCENG UMAT KONGHUCU DI TITD. sekitar klenteng dalam menanggapi pelaksanaan tradisi sedekah bumi.

LAPORAN OBSERVASI SETING LOKAL UPACARA ADAT DISTRIKAN DANAU RANU GRATI DESA RANUKLINDUNGAN KECAMATAN GRATI KABUPATEN PASURUAN

BAB VI. Sembahyangan lain dan asal usulnya

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KETAPANG NOMOR 5 TAHUN 2008

BAB III LAPORAN HASIL PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. tetapi gelombang imigrasi semakin pesat pada masa kolonial. Terbentuklah

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB IV ANALISIS AKULTURASI BUDAYA CHINA DAN JAWA TERHADAP MASJID CHENG HOO

Tidak tertarik melakukan Ritual Sembahyang Imlek

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Oleh: Kartika Cahya Pertiwi 1

SEMBAHYANG ONDE. Persiapan Sin Cia. Oleh : Marga Singgih. Jakarta, Desember 2017

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan masyarakat yang majemuk, kemajemukan itu ditandai

BAB V SIMPULAN. luar mendalang. Kemampuannya mendalang diawali dari hal-hal yang terasa

BAB IV KESIMPULAN. Universitas Indonesia. Kesesuaian Feng Shui..., Stephany Efflina, FIB UI, 2009

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kematian merupakan suatu hal yang pasti dialami oleh semua orang, tanpa

BAB IV PENUTUP. dengan masuknya etnik Tionghoa di Indonesia. Medio tahun 1930-an dimulai. dan hanya mengandalkan warisan leluhurnya.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang memiliki bermacam-macam suku bangsa,

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi adalah transmisi informasi, gagasan, emosi, keterampilan dan. proses transmisi itulah yang biasanya disebut komunikasi.

PEMERINTAH KABUPATEN MAJENE

Tay Sing Ci Sing Sian Su Khonghucu. (Da Cheng Zhi Sheng Xian Shi Gongfuzi)

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN, PENGHAPUSAN, DAN PENGGABUNGAN KELURAHAN

BUPATI CILACAP PERATURAN DAERAH KABUPATEN CILACAP NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Kontak antara Cina dengan Nusantara sudah terjadi sejak berabad-abad

@UKDW BAB I. Latar Belakang Masalah. Tradisi sebagai Pembimbing Manusia

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

I. 1. LATAR BELAKANG I. 1. A. LATAR BELAKANG PENGADAAN PROYEK

BAB I PENDAHULUAN. diteliti, karena memiliki keunikan, kesakralan, dan nilai-nilai moral yang terkandung di

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut sejarah Cina kuno dikatakan bahwa orang-orang Cina mulai

BAB I PENDAHULUAN. menyebut dirinya dengan istilah Hokkian, Tiochiu, dan Hakka. Kedatangan

BAB II DATA DAN ANALISA

Sambutan Presiden RI pada Pembukaan Munas IX GM FKPPI tahun 2012, Jakarta, 24 Februari 2012 Jumat, 24 Pebruari 2012

PERATURAN BUPATI BEKASI NOMOR 16 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN RUKUN TETANGGA (RT) DAN RUKUN WARGA (RW) DI KABUPATEN BEKASI

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PAMEKASAN NOMOR. TAHUN. TENTANG RUKUN TETANGGA DAN RUKUN WARGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG ESA BUPATI PAMEKASAN,

PEMERINTAH KABUPATEN JEMBER

BAB I PENDAHULUAN. mereka sebut sebagai kepercayaan Tri Dharma. Perpindahan masyarakat Tiongkok

Written by Imam S. Arizal Sunday, 06 February :39 - Last Updated Sunday, 06 February :49

BAB I PENDAHULUAN. keyakinan dan kepercayaannya. Hal tersebut ditegaskan dalam UUD 1945

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tari Putri Asrini, 2013

DAFTAR PUSTAKA. Kumpulan Arsip Digital Yayasan Khong Kauw Hwee. Kumpulan Arsip Digital Yayasan Kong Tik Soe

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

PEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. pelestarian budaya lokal oleh pemprov Bangka dan proses pewarisan nilai

Peran koran Tionghoa buat Sumpah Pemuda

BAB III IMLEK BAGI WARGA MUSLIM TIONGHOA DI DAERAH SURABAYA JAWA TIMUR. A. Tradisi Yang Dilakukan Oleh Warga Muslim Tionghoa Ketika Hari Imlek

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

Gubernur Jawa Barat PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR : 44 TAHUN 2011 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Dimanapun masyarakat Cina berada, termasuk masyarakat Tionghoa di

I. PENDAHULUAN. oleh Indonesia adalah suku Cina atau sering disebut Suku Tionghoa.

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2009 NOMOR 6 SERI D

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG PEMBENTUKAN DESA LABANGKA BARAT DI KECAMATAN BABULU

PEMERINTAH KABUPATEN PONOROGO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PONOROGO NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN, PENGHAPUSAN DAN PENGGABUNGAN DESA

Alkitab untuk Anak-anak memperkenalkan. Manusia Api

BERITA DAERAH KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2013 SERI A NOMOR 24

Alkitab untuk Anak-anak memperkenalkan. Manusia Api

BAB III GAMBARAN UMUM YAYASAN PENDIDIKAN WARGA SURAKARTA

PRAKTIKIBADAHUMATKHONGHUCUDI KELENTENG SOETJI NURANI KOTA BANJARMASIN DAN KEPERCAYAANYANG MENDASARINYA

PERAYAAN ZHONG QIU JIE DI KLENTENG HOK TEK CENG SIN CIBINONG

2. Kesimpulan Khusus Adapun kesimpulan secara khusus akan dijabarkan sebagai berikut:

BAB IV ANALISA DATA. A. Sejarah dan Makna Purifikasi Ajaran Agama Khonghucu di. Sejarah purifikasi Agama Khonghucu telah memiliki sejarah

BAB I PENDAHULUAN. kertas oleh Cailun yaitu pada zaman Dinasti Han Timur (tahun M ).

BUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI NOMOR 20 TAHUN 2011 TENTANG

PERATURAN BERSAMA MENTERI DALAM NEGERI DAN MENTERI KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA

SAMBUTAN KETUA DPRD KABUPATEN KEBUMEN P A D A MALAM TASYAKURAN HARI ULANG TAHUN PROKLAMASI KE 72 TAHUNREPUBLIK INDONESIA Rabu, 16 Agustus 2017

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PEMBENTUKAN DESA GUNUNG MULIA DI KECAMATAN BABULU

8 AKTIVITAS YANG DAPAT DITAWARKAN PPI JAYANTI PADA SUBSEKTOR WISATA BAHARI

BAB III DESKRIPSI HASIL PENELITIAN. merdeka. Oleh karena itu tak heran jika masyarakat Kapasan sangat

BAB III PELAKSANAAN JUAL BELI IKAN HASIL TANGKAPAN NELAYAN OLEH PEMILIK PERAHU DI DESA SEGORO TAMBAK KECAMATAN SEDATI KABUPATEN SIDOARJO

BAB 5 RINGKASAN. keatas dari penduduk Indonesia yang beragama Islam, masih terdapat agama Kristen,

BAB I PEDAHULUA. budaya etnis Tionghoa, yakni Budaya Seni Tari Barongsai. Judul Tayangan : Liukan Barongsai

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan yang dinyatakan oleh Prasetya dalam bukunya yang berjudulilmu

BUPATI TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH BUMBU NOMOR 1 TAHUN 2017 TENTANG

BAB III SEJARAH TRIDHARMA. Tridharma disebut Sam kauw dalam dialek hokkian yang secara harfiyah tiga ajaran

KEPUTUSAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 64 TAHUN 1999 TENTANG PEDOMAN UMUM PENGATURAN MENGENAI DESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG PEMBENTUKAN DESA BANGUN MULYA DI KECAMATAN WARU

BAB I PENDAHULUAN. memberi makna kepada orang lain sesuai dengan konteks yang terjadi.

Transkripsi:

I. SEJARAH SINGKAT BERDIRINYA KELENTENG HOK TEK BIO CIAMIS. Kelenteng HOK TEK BIO Ciamis adalah satu-satunya Kelenteng yang ada di wilayah Kabupaten Ciamis Jawa Barat berlokasi di Jalan Ampera II No. 17. Dibangun pada masa awal pendudukan Jepang di Ciamis (1943) atas bantuan seorang penguasa Jepang bernama Fukuyama ( seorang Tionghoa suku Hokian yang sejak remaja dibawa ke negeri Jepang dan dilatih menjadi serdadu Jepang serta sudah tidak tahu tentang keadaan orang tua maupun saudara-saudaranya di negeri asalnya), Fukuyama sangat menghormati Kongco Hok Tik Ceng Sien, maka ketika mengetahui di Chung Hoa Chung Hwee ada meja sembahyang (Altar) Kongco Hok Tik Ceng Sien, dia sering datang untuk sembahyang, sampai suatu saat dia merasa tidak nyaman sembahyang di tempat itu, maka dia menganjurkan untuk mencari tempat untuk membangun Kelenteng. Setelah mendapatkan tempat, yaitu sebidang tanah di lingkungan Pecinan (sekarang Jalan Ampera II No. 17 Ciamis)luas tanah : 448 m2 status HGB, maka dibangunlah sebuah Kelenteng dengan memiliki 4 buah Altar, yaitu : Altar Nabi Khong Cu (sebelah barat) sekarang dipakai tempat Joli yang baru; Altar Khongco Hok Tik Ceng Sien pada tempatnya yang sekarang; Altar Kongco Kwan Kong, di tempat yang sekarang ditempati Altar Wu Lu Cai Sen, sedang Altar Maco Kuan Im, pada tempat yang sekarang ditempati Altar Hian Thian Siang Tee. Menurut penuturan para orang tua, jauh sebelum Kelenteng ini dibangun sesungguhnya di Ciamis sudah ada Kelenteng dengan altar utamanya Kongco Hok Tik Ceng Sien yang sekarang menempati Altar Utama di Hok Tek Bio Ciamis, adapun lokasinya di tempat yang sekarang menjadi gedung Puspita di Jalan Akhmad Yani Ciamis, yang sebelumnya pernah digunakan Kantor Chung Hoa Chung Hwee dan sekolah Tionghoa (Chung Hoa Sie Siauw). Tidak ada yang tahu dengan pasti sejak kapan atau tahun berapa dibangunnya Kelenteng yang pertama di Ciamis, hany ada sedikit petunjuk berupa ukiran huruf Mandarin pada papan lambang kebesaran Kongco yang sebagian mungkin sudah terhapus waktu di cat, yang bila diterjemahkan kira-kira sebagai berikut : Jaman Mancu pada Masa Pemerintahan Kaisar Tung Che tahun ke 3, mungkin ini merupakan petunjuk dibangun atau direnovasinya Kelenteng ini, yang diperkirakan sekitar tahun 1867, dan penyumbang 2 orang bermarga Oey, namun besar kemungkinan tahun 1867, adalah merenovasi bangunan Kelenteng, hal ini didasari dari keterangan tokoh yang terlibat aktif di Kelenteng Hok Tek Bio Ciamis pada beberapa puluh tahun lalu, yang bersumber dari tokoh-tokoh masyarakat dan pengurus Kelenteng terdahulunya, bahwa Kelenteng ini sebelum dipindah ke Jalan Ampera II, sudah sekitar 200 tahun, dan Toapekong (Kongco Hok Tek Ceng Sien) dibawa dari salah satu daerah di Provinsi Hokian Tiongkok oleh seorang bermarga Oey pada tahun 1742. Selain ukiran huruf Mandarin yang mungkin sudah terhapus sebagian, belum ditemukan lagi dokumen lainnya.

II. PERKEMBANGAN DAN PERJALANAN HOK TEK BIO CIAMIS Tahun 1943-1978 Dari sejak dibangun tahun 1943 pengurusan dan perawatan serta pengawasan Kelenteng Hok Tek Bio Ciamis dipercayakan kepada Bapak Ong Hok Djoe (Ong Hardjadinata) di Kelenteng ini terdapat 4 (empat) buah altar yaitu : Altar Nabi Khong Cu; Altar Hok Tik Cing Sien; Altar Kuan Kong dan Altar Kuan Im. Khususnya setiap Ce Iet Cap Go (tanggal 1 dan 15 Iemlek) para tokoh masyarakat Tionghoa dan para orang tua banyak bersembahyang di kelenteng ini, dimana setelah sembahyang banyak yang melanjutkan dengan ramah tamah, diantara yang aktif hadir adalah : Alm. Bpk. Ong Hok Djoe; Alm. Bpk. Tee Tiauw Yong; Alm. Bpk. Oey Peng Boen; Alm. Bpk. Tee Soen Kiet; Alm. Bpk. Sie Guan Soen; Alm. Bpk. Tjie Tiong Hoat; Alm. Bpk. Oey Peng Youw; Alm. Bpk. Oey Tjiauw Hoat; Dan para pendukung diantaranya : Alm. Bpk. Lioe Sien Khoen; Alm. Bpk. Lioe Lay Sien; Alm. Bpk. Tjong Yoen Tjay; Alm. Bpk. Lioe Tjoek On; Alm. Bpk. Tjung Lok Send dan lain-lain. Dari tahun 1943 sejak dibangunnya Kelenteng ini sampai tahun 1953 tidak ada peninggalan / belum ditemukan dokumentasi, baik photo maupun tulisan tentang kegiatan yang dilaksanakan di Kelenteng ini. Adapun dokumen tertulis yang dapat kami temukan dimulai tahun 1953 dengan munculnya usulan dari salah seorang sesepuh yaitu Alm. Bpk. Tee Tiauw Yong, agar setiap Ce Iet Cap Go diselenggarakan ceramah dengan mendatangkan penceramah dari daerah yang sudah ada Khong Kauw Hwee nya dan usulannya ini mendapat sambutan dan persetujuan dari para sesepuh, maka pada Cap Gwee Ce Iet 2504 (tahun 1953) diselenggarakan Kebaktian yang pertama dengan mengundang penceramah dari Khong Kauw Hwee Bandung yaitu Alm. Bpk. Tjan Hwat Kiet dan ternyata disambut dengan baik oleh masyarakat Tionghoa di Ciamis, sehingga sejak saat itu setiap Ce Iet Cap Go diselenggarakan Kebaktian (Khong Hu Cu). Satu tahun kemudian tepatnya Cap Gwee Ce Iet 2505 (Rabu 27 Oktober 1954) diresmikan berdirinya Perkumpulan Agama Khonghucu (Khong Kauw Hwee) di Ciamis, dengan susunan kepengurusan: Ketua Wakil Ketua I Wakil Ketua II Penulis I Penulis II Bendahara Komisaris : Bapak Ong Hok Djoe (Ong Hardjadinata) Alm. : Bapak Tan Goen Tjoan (Alm) : Bapak Oey Peng Boen (Alm) : Bapak Tee Tiauw Yong (Alm) : Bapak Sien Goan Soen (Alm) : Bapak Oey Peng Yauw (Alm) : Bapak Oey Tjiauw Hoat (Alm) (Kepengurusan ini juga merupakan Kepengurusan Kelenteng Ho Tek Bio Ciamis yang pertama)

Kepengurusan dilantik oleh Bapak Dr. Kwee Tjie Tiok (Alm), seorang tokoh Khong Kauw Hwee Solo dan dihadiri oleh Pejabat Kabupaten Ciamis para tokoh masyarakat Ciamis dan para tokoh Khong Kauw Hwee dan umat dari Solo, Bandung, Ciampea, Bogor, Tasikmalaya dan Banjar dllnya. Dengan terbentuknya Khong Khauw Hwee di Ciamis, maka sebagian besar warga Tionghoa di Ciamis terhimpun di dalam Khong Khauw dan kegiatan di Kelenteng juga meningkat. Selain kebaktian yang diselenggarakan setiap Ce Iet Cap Go, di Kelenteng ini juga diselenggarakan acaraacara Sembahyang akhir tahun (Imlek); Sembahyang King Thi Kong; perayaan Cap Go Me (Gotong Toa Pek Kong); Upacara Che Tiong (dilaksanakan di Bong pada 7 hari atau 10 hari sesudah Ceng Beng sebagai upacara penutup Ceng Beng); Sembahyang Kong Hoo Ping (setiap Cit Gwee 25); Sembahyang Tiong Chiu; Ji Si Siang Ang; memandikan Kongco dll. Dalam acara persembahyangan-persembahyangan ini selain umat di Ciamis juga diikuti umat dari Tasikmalaya dan Banjar. Sebelum masa orde baru upacara sembahyang King Hoo Ping di Kelenteng Hok Tek Bio Ciamis selalu berlangsung dengan meriah dan diikuti oleh banyak umat dan simpatisan, baik dari Ciamis sendiri maupun yang datang dari Banjar dan Tasikmalaya, disamping mengikuti upacara, banyak diantara mereka yang menyumbang barang (berupa beras sampai hewan hidup) untuk persembahan sembahyang, dimana seusai upacara semua barang persembahan dilelang, dan mereka juga ikut terlibat dalam acara pelelangan (untuk acara lelang dibuat panggung yang cukup besar dan tinggi), acara sering menjadi sangat seru ketika penyumbang mengetahui barangnya sedang dilelang, mereka akan mensuport agar barang mereka yang disumbangkan ke Kelenteng bias dilelang dengan harga tinggi dan semua yang hadir juga ikut melelang (menang lelang berarti menyumbang ke Kelenteng). Sedang dimasa Orde baru walaupun acara lelang masih dilaksanakan, tetapi tidak terbuka seperti sebelum Orde Baru dan barang yang dilelang juga tidak banyak. Sembahyang rebutan / King Hoo Ping di Kelenteng Hok Tek Bio Ciamis mulai dilaksanakan atas prakarsa Alm. Bpk. Liem Keng Liong, dimulai tahun??? Sedangkan Perayaan Cap Go Me di Ciamis menurut cerita dari para pendahulu kami, sudah diselenggarakan jauh sebelum dibangunnya Kelenteng Hok Tek Bio Ciamis yang sekarang (Jalan Ampera II No. 17), berarti ketika Kelenteng masih menempati bangunan di Jalan Akhmad Yani Ciamis (sekarang Gedung Puspita). Pada beberapa puluh tahun yang lalu, warga masyarakat Tionghoa di Ciamis menjelang Tahun Baru Imlek di rumahnya masing-masing sudah punya kesibukan mempersiapkan membuat lampion (rangka dari bamboo dibungkus kertas minyak merah) untuk digantung di depan rumah dengan penerangan di dalamnya kebanyakan pakai lilin, demikian juga sejak beberapa hari sebelum Tahun Baru Imlek hampir setiap malam selalu ada grup Liong dari luar kota Ciamis dan main keliling kota, sedang warga Tionghoa di Ciamis di depan pintu rumahnya pasang meja sembahyang, dimana setiap liong sampai di depan rumahnya mereka sembahyang yang selanjutnya memberi angpau, acara ini kadang bias berlangsung sampai larut malam karena yang datang kadang lebih dari satu grup pemain liong, sedang di Kelenteng kadang-kadang ada pertunjuka wayang potehi. Sebagai puncak dari acara Tahun Baru Imlek, yaitu perayaan Cap Go Me, yang pada masa itu dilaksanakan pada malam hari dengan acara puncak Gotong Toa Pek Kong (kirab Kongco) diiringi pawai

lampion dan permainan liong, karena dilaksanakan pada malam hari, maka dibawah joli (Kio) dipasangi 2 (du) buah accu yang besar untuk menyalakan lampu-lampu yang dipasang pada joli. Joli (Kio) terbuat dari kayu jati ditambah 2 buah accu yang besar sehingga menjadi benar-benar berat, dan selama dalam perjalanan keliling kota, ke bawah joli banyak yang melempari petasan, menjadikan yang gotong pada berlonjatan, sehingga joli terlihat benar-benar bergerak hidup. Acara pawai Gotong Toa Pek Kong ini tidak hanya menjadi tontonan masyarakat, tetapi Bupati dan aparat pemerintahan juga ikut menyambut dan menyaksikan di Pendopo Kabupaten, demikian juga karena acara seperti ini telah berlangsung cukup lama dan rutin diselenggarakan setiap tahun, sehingga banyak diikuti / dihadiri oleh umat & simpatisan dari berbagai daerah, demikian juga masyarakat dari pedesaan, acara diakhiri dengan pembakaran liong di tepi kali (di Leuwi Biuk) dan pelepasan benih ikan pada Cia Gwee Cap Lak nya (pada saat itu liong hanya digunakan untuk satu tahun). Demikianlah Cap Go Me tempo dulu di Ciamis, dan mereka yang saat ini berusia 70 tahun keatas mungkin pernah ikut terlibat dalam acara ini. Di bawah pimpinan Alm. Bpk. Ong Hok Djoe, disamping melaksanakan kegiatan-kegiatan tersebut diatas, juga telah banyak melaksanakan kegiatan-kegiatan sosial, khususnya dapat mengkoordinir bantuan dari masyarakat Tionghoa Ciamis untuk bantuan korban bencana alam baik di wilayah Kabupaten Ciamis maupun daerah lainnya. Dalam berbagai kegiatan selalu mengikutsertakan anak-anak muda. Beliau disamping Ketua Kelenteng / Khong Khauw dan tokoh masyarakat, juga merupakan salah seorang Veteran pejuang RI, hal ini dapat dilihat dari beberapa Bintang Jasa yang diterimanya (In Memoriam terlampir). Pada tanggal 16 s/d 18 Mei 1964 Kelenteng menjadi Tuan Rumah Penyelenggaraan Musyawarah Nasional I Rokhaniwan Agama Khongucu se Indonesia. Tanggal 6 September 1970, terbentuk pembinaan Sekolah Anak-anak Minggu Pagi, dibawah pembinaan Bs. Ong Ek Tun; Lioe Ie Fang (Alm.); Ks. Nokky Kurniawati (Alm.). Anak-anak yang aktif sekitar 50 60 anak. Demikian juga muda-mudi cukup banyak sehingga diadakan kebaktian khusus muda-mudi pada setiap malam minggu, sedang untuk umum/orang tua kebaktian pada Ce Iet & Cap Go Malam. TAHUN : 1978 2007 Sepeninggal Alm. Bpk. Ong Hok Djoe (Ong Hardjadinata), urusan interen Kelenteng Hok Tek Bio Ciamis, meliputi perawatan pemeliharaan serta ritual / persembahyangan Ce Iet Cap Go. Sembahyang Kong Hoo Ping. Sembahyang Tiong Chiu dipercayakan kepengurusannya kepada Bapak Ong Kian Tjay, selain itu para sesepuh yang semula berperan sebagai pendukung menjadi agak menonjol perannya, sedang untuk urusan keluar yang berkaitan dengan perijinan untuk berbagai kegiatan yang memerlukan perijinan; pelaporan ke SOSPOL dan KEJAKSAAN (berkaitan dengan Inpes No. 14/1967) tentang Agama, Kepercayaan dan Adat Istiadat Cina ditangani MAKIN walaupun pengaruhnya baru benar-benar terasakan tahun 80an lebih, namun tidak sedikit yang meninggalkan Kelenteng maupun Khong Khauw (MAKIN), tetapi tidak sedikit pula yang tetap teguh dalam keyakinannya, sehingga Kelenteng maupun MAKIN tetap lestari.

Pada tanggal. Januari 1981 atap bangunan Kelenteng Hok Tek Bio ambruk dan pas menimpa altar Kongco Hok Tik Ceng Sien, dan ketika Sdr. Ong Kok Sien (Alm) mengangkat Kimsin Kongco Hok Tik Ceng Sien untuk dipindah merasakan sangat berat sehingga memanggil beberapa orang lainnya yang sedang memindahkan dan menyelamatkan barang-barang yang ada disekitarnya untuk membantu mengangkatnya, setelah dibersihkan ternyata Kimsin Kongco Hok Tik Ceng Sien tidak ada cidra / kerusakan sedikitpun, sedang kalau melihat reruntuhan yang menimpa Altar Kongco sangat mustahil tidak cidra / rusak (itulah fakta dan memang itulah kenyataan). Bangunan yang ambruk tidak dibiarkan berlama-lama, langsung diperbaiki. Sampai akhir tahun 1990an Kelenteng Hok Tek Bio Ciamis mengalami masa-masa yang cukup berat, sumber dana sangat minim, satu-satunya sumber dana yang rutin adalah dari pelelangan sumbangan sembahyang King Hoo Ping (rebutan), itupun kalau penyumbangnya cukup banyak dan barangnya habis terlelang. Tahun 1973 muda-mudi mengusulkan untuk membangun Lithang untuk Kebaktian Agama Khonghucu, mengingat umat Khonghucu saat itu cukup banyak, (sebagian besar warga Tionghoa di Ciamis saat itu adalah umat Khonghucu), sehingga tempat untuk kebaktian sudah tidak memadai. Mengingat memang sudah sangat dibutuhkan tempat yang lebih luas untuk kebaktian umat Khonghucu yang saat itu jumlahnya cukup banyak, maka atas dukungan dua orang tokoh masyarakat Ciamis, yaitu : Kapten Pol. Bapak Rd. Didi Karnasaputra (Alm) dan bapak Mayor Abas anggota DPRD Kab. Ciamis dan dukungan tokoh-tokoh masyarakat Tionghoa serta segenap umat, maka pada bulan Oktober 1975 dimulailah peletakan batu pertama pembangunan Lithang MAKIN Ciamis yang berjarak + 50 meter dari Kelenteng, tepatnya di Jalan Ampera II No. 10 Ciamis, pembangunan berjalan dengan lancar. Satu tahun kemudian tepatnya 20 Oktober 1976, gedung MAKIN Ciamis diresmikan, pengguntingan pita sebagai tanda dapat mulai digunakannya gedung tersebut oleh Bupati Kabupaten Ciamis Bapak Kolonel Hudly sedang ruang tempat Kebaktian diresmikan oleh Kepala Kantor Agama Kabupaten Ciamis, acara peresmian dihadiri segenap aparat PEMDA dan Instansi Kabupaten Ciamis serta tamu undangan dari berbagai daerah, maka sejak saat itu kebaktian umat Khonghucu dan segala kegiatannya dilaksanakan di MAKIN Ciamis, namun ada beberapa upacara yang tetap dilaksanakan di Kelenteng, diantaranya : Sembahyang akhir tahun, Sembahyang King Thi Kong, Perayaan Cap Go Me, Sembahyang King Hoo Ping dan Sembahyang Tiong Chiu. Bapak Ong Hok Djoe (Ong Hardjadinata) adalah Ketua Khong Khauw (MAKIN) dan ketua Kelenteng Hok Tek Bio Ciamis yang pertama dari sejak dibangun tahun 1943 s/d 1978. Beliau wafat pada hari Minggu 29 Januari 1978 dalam usia 68 tahun dan dikebumikan pada hari Rabu tanggal 1 Pebruari 1978 dengan upacara Penghormatan Militer dan bertindak selaku Komandan Upacara Dandim 0613 Ciamis. Angin segar mulai berhembus menjelang akhir tahun 90an, dengan dana yang pas-pasan dapat memasang pagar keliling halaman disusul dengan perubahan situasi politik (memasuki Era Orde Renovasi) kelenteng Hok Tek Bio Ciamis kembali mendapat perhatian dari umat yang percaya dan mulai dihadiri umat yang percaya dan simpatisan dari Ciamis sendiri; Tasikmalaya, Bandung, Banjar dan lainlain, sehingga sedikit demi sedikit kondisi kelenteng Hok Tek Bio Ciamis dapat dibenahi.

Mulai tahun.pada sembahyang King Hoo Ping (rebutan) acara lelang sumbangan persembahan sembahyang ditiadakan namun diganti dengan kegiatan amal; kepada umat yang menyumbang persembahan untuk sembahyang dihimbau agar berupa beras yang selanjutnya perolehan sumbangan beras dibagikan kepada warga masyarakat yang perlu dibantu yang banyak dan jangkauannya disesuaikan dengan perolehan sumbangan yang selanjutnya acara pembagian beras ini tidak hanya pada bulan Cit Gwee saja, adapun sasaran yang mendapat jatah pembagian adalah warga yang benar-benar perlu dibantu disekitar kelenteng; warga disekitar Bong (pemakaman); petugas kebersihan kota, kebersihan pasar dan lain-lain. Mulai Oktober 2000 sampai Pebruari 2001 dilaksanakan dan dapat diselesaikan renovasi pembangunan Gapura pintu Gerbang; Tungku pembakaran kertas sembahyang, peresmian dilaksanakan pada Jie Gwee Che Ji 2552 (24 Pebruari 2001) Tahun 2003, (Imlek bulan Het Gwee / sembahyang rebutan) menebarkan benih ikan (ikan kecil): 20 kg ditebar dikali Cimamut Sukajadi dan 150 kg ditebar di sungai Citanduy Karang Kamulian (Komplek Wisata) Ciamis, dan membagikan beras kepada warga yang perlu dibantu. 28 September 2004 menebar benih ikan (ikan kecil) dikali Cimamut Sukajadi Ciamis sebanyak 30kg dan tanggal 3 Oktober 2004 menebar 270kg benih ikan di Situ Lengkong Panjalu Ciamis yang juga merupakan salah satu lokasi pariwisata di Kabupaten Ciamis dan banyak diantara masyarakat disekitarnya yang bermata pencaharian sebagai nelayan penangkap ikan. April 2005 dimulai renovasi Altar & bangunan sehingga mencapai bentuknya yang sekarang, ritual Pemberkatan Altar baru & penempatan Altar baru sekaligus peresmian selesainya renovasi pada Pek Gwee Cap Go 2556 (17 September 2005) ( terbitan klenteng tahun 2008. 2559 )