BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses kenaikan pendapatan

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Manusia adalah kekayaan bangsa yang sesungguhnya. Tujuan utama dari

BAB I PENDAHULUAN. sosial. Selain itu pembangunan adalah rangkaian dari upaya dan proses yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pembangunan ekonomi dapat diartikan sebagai suatu proses yang

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian dan kesejahteraan suatu negara yaitu dengan meningkatkan faktor

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator yang penting dalam

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan teknologi dan serta iklim perekonomian dunia.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Penanaman modal atau investasi merupakan langkah awal kegiatan

I. PENDAHULUAN. Sejak tahun 2001 Indonesia telah memberlakukan desentralisasi yang lebih

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Proyeksi Pertumbuhan Penduduk. Pertumbuhan Penduduk

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi yang meningkat menggambarkan bahwa adanya peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur, maka pelaksanaan pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya setiap negara di dunia memiliki tujuan utama yaitu

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya pembangunan ekonomi nasional bertujuan untuk. membangun manusia Indonesia seutuhnya, dan pembangunan tersebut harus

BAB 1 PENDAHULUAN. manusia. Seiring perkembangan zaman tentu kebutuhan manusia bertambah, oleh

Visi, Misi Dan Strategi KALTIM BANGKIT

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sistem otonomi daerah, terdapat 3 (tiga) prinsip yang dijelaskan UU

I. PENDAHULUAN. menyebabkan GNP (Gross National Product) per kapita atau pendapatan

BAB I PENDAHULUAN. bentuk kenaikan pendapatan nasional. Cara mengukur pertumbuhan ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. sektor minyak dan gas bumi. Pengusahaan kekayaan alam ini secara konstitusional

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

SUPPLY-SIDE ECONOMICS DAN PERTUMBUHAN EKONOMI BABEL Sebuah Tinjauan Teoritis dan Proposal Tahun Investasi di Babel

PERTUMBUHAN EKONOMI LAMPUNG TRIWULAN IV TAHUN 2013

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang. Tabel 1 Peringkat daya saing negara-negara ASEAN tahun

BAB I PENDAHULUAN. Hal ini ditandai dengan diterbitkannya Undang-Undang Nomor 32 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. termaktub dalam alenia ke-4 pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 yaitu: (1)

I. PENDAHULUAN. Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan negara kepulauan. terbesar di dunia yang mempunyai lebih kurang pulau.

I. PENDAHULUAN. yang menyebabkan GNP perkapita (Gross National Product) atau pendapatan

I. PENDAHULUAN. dan pendapatan perkapita dengan memperhitungkan adanya pertambahan

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK INDONESIA MARET 2017 MENURUN

PERTUMBUHAN EKONOMI LAMPUNG TRIWULAN I TAHUN 2014

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Faktor-faktor yang..., Iva Prasetyo Kusumaning Ayu, FE UI, 2010.

BAB I PENDAHULUAN. yang penting dilakukan suatu Negara untuk tujuan menghasilkan sumber daya

DUKUNGAN KEBIJAKAN PERPAJAKAN PADA KONSEP PENGEMBANGAN WILAYAH TERTENTU DI INDONESIA

I. PENDAHULUAN. keberlanjutan pembangunan dari masyarakat agraris menjadi masayarakat industri.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. tujuan pembangunan ekonomi secara makro adalah

BAB I PENDAHULUAN. dari negara-negara maju, baik di kawasan regional maupun kawasan global.

4 GAMBARAN UMUM. No Jenis Penerimaan

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan masalah perekonomian suatu negara dalam jangka

Potensi Kerentanan Ekonomi DKI Jakarta Menghadapi Krisis Keuangan Global 1

BAB I PENDAHULUAN. suatu negara yang sudah menjadi agenda setiap tahunnya dan dilakukan oleh

BAB I P E N D A H U L U A N. sebagai sarana untuk memperlancar mobilisasi barang dan jasa serta sebagai

BAB I PENDAHULUAN. serta pengentasan kemiskinan (Todaro, 1997). Salah satu indikator kemajuan

I. PENDAHULUAN. dan kesejahteraan masyarakat. Untuk itu maka pelaksanaan otonomi daerah. pendapatan dan pembiayaan kebutuhan pembangunan di daerahnya.

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat bertambah sehingga akan meningkatkan kemakmuran masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan penduduknya. Pembangunan dalam perspektif luas dapat dipandang

BAB I PENDAHULUAN. untuk mengembangkan kegiatan ekonominya sehingga infrastruktur lebih banyak

ANALISA PERTUMBUHAN EKONOMI DAN KETIMPANGAN PEMBANGUNAN ANTAR WILAYAH DI PULAU SUMATERA. Etik Umiyati

BAB I PENDAHULUAN. dan perkembangan suatu perekonomian dalam satu periode ke periode

I. PENDAHULUAN. Tingkat perekonomian suatu wilayah didukung dengan adanya. bertahap. Pembangunan adalah suatu proses multidimensional yang meliputi

PERTUMBUHAN EKONOMI RIAU TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat menjadi meningkat (Atmanti, 2010). perekonomian. Secara lebih jelas, pengertian Produk Domestik Regional Bruto

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kependudukan dan pertumbuhan ekonomi memiliki hubungan yang

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

I. PENDAHULUAN. percepatan terwujudnya peningkatan kesejahteraan seluruh rakyat (Bappenas,

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB IV KONDISI PEREKONOMIAN JAWA BARAT TAHUN 2007

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK SUMATERA UTARA SEPTEMBER 2016 MENURUN

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi suatu bangsa. Industrialisasi dapat diartikan sebagai suatu proses

DINAMIKA PERTUMBUHAN, DISTRIBUSI PENDAPATAN DAN KEMISKINAN

BAB I PENDAHULUAN. dilihat dari pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi merupakan cerminan

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. mengedepankan dethronement of GNP, pengentasan garis kemiskinan,

BAB I PENDAHULUAN. lapangan kerja, meratakan pendapatan dan meningkatkan hubungan antara daerah.

IV. GAMBARAN UMUM Letak Geogafis dan Wilayah Administratif DKI Jakarta. Bujur Timur. Luas wilayah Provinsi DKI Jakarta, berdasarkan SK Gubernur

I. PENDAHULUAN. Salah satu faktor pendorong pertumbuhan ekonomi di Indonesia adalah

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi. Dinamika penanaman modal memengaruhi tinggi rendahnya

BAB I PENDAHULUAN. samping komponen konsumsi (C), investasi (I) dan pengeluaran pemerintah (G).

PERTUMBUHAN EKONOMI LAMPUNG TAHUN 2016

Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kab. Lamandau Tahun 2013 /

BAB I PENDAHULUAN. pemberlakuan Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. nasional dan pada akhirnya akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi melalui

V. GAMBARAN UMUM. Penyajian gambaran umum tentang variabel-variabel endogen dalam

I. PENDAHULUAN. Indikator keberhasilan pembangunan ekonomi suatu negara terletak pada

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA

BAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD)

BAB I PENDAHULUAN. menunjang pertumbuhan ekonomi yang pesat. Akan tetapi jika bergantung pada

PENDAHULUAN. menyediakan sarana dan prasarana,baik fisik maupun non fisik. Namun dalam

I. PENDAHULUAN. daerah, masalah pertumbuhan ekonomi masih menjadi perhatian yang penting. Hal ini

I. PENDAHULUAN. Tujuan pembangunan suatu daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Tujuan utama pembangunan ekonomi di negara berkembang adalah

BAB I PENDAHULUAN. telah resmi dimulai sejak tanggak 1 Januari Dalam UU No 22 tahun 1999

BAB 1 PENDAHULUAN. ekonomi di setiap negara. Tujuan peningkatan penyerapan tenaga kerja sering

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TRIWULAN II-2014

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. suatu sistem negara kesatuan. Tuntutan desentralisasi atau otonomi yang lebih

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan dari pembangunan ekonomi di antaranya adalah untuk. meningkatkan pertumbuhan ekonomi, disamping dua tujuan lainnya yaitu

PENDAPATAN NASIONAL. Andri Wijanarko,SE,ME. 1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. pertumbuhan ekonomi di suatu wilayah. Ketimpangan ekonomi antar wilayah

BAB 1 PENDAHULUAN. dijelaskan terlebih dahulu beberapa istilah yang terkait dengan judul. Adapun

BAB I PENDAHULUAN. dihadapi oleh negara-negara berkembang adalah disparitas (ketimpangan)

BAB I PENDAHULUAN. Pelaksanaan Desentralisasi di Indonesia ditandai dengan adanya Undangundang

PERTUMBUHAN EKONOMI NUSA TENGGARA BARAT TAHUN 2015

PERTUMBUHAN EKONOMI RIAU TAHUN 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TRIWULAN I-2010

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tujuan utama dari pembangunan ekonomi nasional adalah mencapai masyarakat yang sejahtera. Oleh karena itu, pemerintah di berbagai negara berusaha untuk meningkatkan pendapatan nasional. Apabila pendapatan nasional meningkat, dengan asumsi ceteris paribus, maka pendapatan perkapita masyarakat juga akan meningkat. Berdasarkan tujuan tersebut, maka pemerintah melaksanakan berbagai program pembangunan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator keberhasilan dari pembangunan yang telah dilakukan. Pertumbuhan ekonomi juga berguna untuk menentukan arah pembangunan pada masa mendatang. Pertumbuhan ekonomi suatu negara atau daerah dipengaruhi oleh akumulasi modal, sumber daya alam, sumber daya manusia (human resources) baik jumlah maupun tingkat kualitas penduduknya, kemajuan teknologi, akses terhadap informasi, keinginan untuk melakukan inovasi dan mengembangkan diri serta budaya kerja (Todaro, 2000). Pertumbuhan ekonomi yang positip menunjukkan adanya peningkatan perekonomian, sebaliknya pertumbuhan ekonomi yang negatif menunjukkan adanya penurunan. Upaya pertumbuhan ekonomi yang positip dilakukan oleh pemerintah melalui pembangunan negara atau daerah di seluruh Indonesia. Dalam masa orde baru, pembangunan nasional yang tercermin dalam pertumbuhan ekonomi yang ada, pada kurun waktu 1970 an, banyak bertumpu pada sektor minyak dan gas bumi. Penerimaan negara dari ekspor minyak dan gas bumi pada awal Pembangunan Lima Tahun (Pelita) I sebesar 20% dan pada awal Pelita II (1974-1975) naik sebesar 54.6 Pada tahun anggaran 1981/1982 ekspor minyak dan gas bumi menyumbang 72.6% dari penerimaan negara. Sehingga dapat dikatakan pada awal orde baru, sektor minyak dan gas bumi adalah sebagai lokomotif pembangunan. Dengan kontribusi yang cukup signifikan, tak mengherankan bila peranan sub sektor migas bagi pembangunan nasional cukup dominan Saat ini, kontribusi terbesar penerimaan negara diperoleh dari sektor 1

2 pajak, kemudian di bawahnya dari ekspor minyak dan gas bumi yang mencapai 23%. Pembangunan daerah sebagai bagian yang terintegrasi dari pembangunan nasional yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat harus berlangsung secara terus menerus dan berkesinambungan. Untuk mewujudkan tujuan tersebut adalah melalui penciptaan pertumbuhan ekonomi daerah yang tinggi dengan harapan dapat mengubah struktur perekonomian daerah yang ada menjadi struktur perekonomian yang terus berkembang dan tangguh yang berdampak pada terciptanya lapangan pekerjaan yang lebih luas dan pendapatan masyarakat yang lebih merata. Tidak dapat dipungkiri hasil dari pembangunan yang dilakukan di seluruh Indonesia belumlah merata. Masih terdapat ketimpangan yang menunjukkan adanya perbedaan kecepatan pembangunan antar wilayah. Terdapat ketimpangan yang cukup besar antara wilayah Indonesia Bagian Barat dengan Indonesia Bagian Timur, Pulau Jawa dengan pulau lainnya dan juga antara daerah perkotaan dengan daerah pedesaan. Lebih dari 50% investasi berada di Jawa yang hanya mencakup 7% total wilayah Indonesia. Sedangkan output atau Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Pulau Jawa menghasilkan lebih dari 60% total output Indonesia. PDRB walaupun mengandung beberapa kelemahan, namun sampai sekarang indikator ini masih diandalkan untuk mengetahui pertumbuhan ekonomi suatu daerah dan untuk secara nasional digunakan indikator Produk Domestik Bruto (PDB) sebagaimana merujuk pada pengertian nilai barang dan jasa akhir berdasarkan harga pasar, yang diproduksi oleh sebuah perekonomian dalam satu periode (kurun waktu) dengan menggunakan faktor-faktor produksi yang berada (berlokasi) dalam perekonomian tersebut (Pratama, 2008:12). Case and Fair sendiri dalam (Pratama, 2008:12) mendefinisikan PDB sebagai the total market value of all final goods and services produced within in a given period, by factors of production within a country. Pertumbuhan PDRB tidak terlepas dari investasi yang ada. Hal ini dikarenakan investasi yang ditanamkan diharapkan mampu mobilisasi sumber daya untuk menciptakan atau menambah kapasitas produksi/ pendapatan

3 (kenaikan output) dan permintaan input di masa yang akan datang sehingga berpengaruh terhadap kenaikan pendapatan dan perluasan kesempatan kerja dan kesejahteraan masyarakat sebagai konsekuensi dari meningkatnya pendapatan yang diterima masyarakat. Hal ini sejalan dengan fungsi dari investasi dalam meningkatkan pendapatan. Fungsi pertama adalah investasi dapat mendorong perekonomian melalui sisi permintaan. Fungsi kedua bahwa pengeluaran investasi dapat meningkatkan kapasitas produksi, sehingga akan mendorong meningkatnya permintaan produksi. Dengan meningkatnya produksi akan menciptakan lapangan pekerjaan baru. Melalui peningkatan pendapatan para pekerja maka akan meningkatkan pula pengeluaran konsumsi rumah tangga dan pada gilirannya akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Tujuan pokok dari adanya kegiatan investasi adalah untuk meningkatkan produksi, penyempurnaan struktur industri, penciptaan lapangan pekerjaan, pemerataan pendapatan, pemanfaatan sumber daya alam dan manusia, mendorong ekspor dan memelihara lingkungan. Ketujuh tujuan pokok tersebut diatas diharapkan bekerja secara simultan dan efektif sehingga kegiatan investasi dapat mendorong pertumbuhan ekonomi dan peningkatan kesejahteraan masyarakat. Perkembangan investasi di daerah tidak akan terlepas dari iklim usaha di daerah. Iklim usaha yang kondusif akan menjadi pertimbangan dan tolok ukur dalam melihat kemampuan dan kesiapan suatu daerah guna mengambil manfaat dan peluang yang sebesar-besarnya. Suatu investasi akan masuk ke suatu daerah bila daerah tersebut memiliki daya tarik investasi. Oleh sebab itu, kebijakan yang diambil oleh suatu pemerintah dalam merencanakan suatu pembangunan perlu kiranya membuat kajian apakah memang memiliki peluang dan potensi yang besar untuk lebih bisa dikembangkan sehingga layak untuk ditawarkan kepada investor yang berminat. Investor domestik maupun mancanegara dalam menanamkan modalnya di suatu daerah memiliki alasan yang beragam tergantung pada motivasi perusahaan tersebut, yang salah satunya dalam kerangka industri minyak dan gas bumi, akan melihat apakah daerah yang dituju tersebut

4 mempunyai sumber daya alam minyak dan gas bumi yang cukup untuk diproduksi atau dihasilkan. Dalam kegiatan usaha hulu minyak dan gas bumi, pemerintah dengan pelaku usaha swasta, masing-masing mempunyai beberapa prioritas utama yang menjadi orientasinya, (Seba 1998). Investor memiliki prioritas utama antara lain memaksimalkan dan mempercepat pengembalian investasi, mendapatkan pengembalian yang wajar atas resiko yang diambil, meminimumkan periode dimana investasinya beresiko, menjaga kontrak operasi untuk menjamin keekonomian produksi, meningkatkan cadangannya dan lain lain. Pemerintah sebagai pemegang kuasa pertambangan memiliki prioritas antara lain: memaksimalkan pendapatan dan memperkuat modal keuangannya, membangun dan mengembangkan industri lokal untuk memproduksikan peralatan lapangan migas, meningkatkan kemampuan Sumber Daya Manusia (SDM) dan memaksimalkan transfer teknologi dan riset & pembangunannya. Pemerintah Indonesia sendiri memiliki prioritas atas kegiatan usaha hulu minyak dan gas bumi berupa peningkatan penerimaan negara dari minyak dan gas bumi mengingat penerimaan dari minyak dan gas bumi masih menjadi andalan dalam pembiayaan negara Bagi Pemerintah daerah, keberadaan sumber daya alam berupa bahan tambang minyak dan gas bumi juga akan memberikan manfaat bagi daerahnya melalui pendapatan daerah dari alokasi Dana Bagi Hasil. Berkaitan dengan peran investasi terhadap pertumbuhan ekonomi pada kegiatan usaha hulu minyak dan gas bumi, selain investasi dari dalam negeri oleh PERTAMINA, investasi juga dilakukan oleh investor asing 1 atau investasi dari mancanegara. Investasi mancanegara berupa penanaman modal asing langsung (Foreign Direct Investment, FDI) pada kegiatan pencarian dan penambangan minyak dan gas bumi di Indonesia dilakukan pada daerah-daerah yang mempunyai potensi atau cadangan minyak dan gas bumi yang ada di dalam wilayahnya. Investasi ini diperlukan untuk mendanai kegiatan pemetaan atau survei geologi dan geofisika (survey G&G), pemboran coba-coba (wild-cat) 1 Dalam thesis ini yang dimaksudkan dengan investor asing disini adalah investasi yang dilakukan oleh para kontraktor kontrak kerja sama dalam bentuk production sharing. contract (PSC) yang berasal dari perusahaan asing yang biasanya adalah perusahaan multinasional (MNC), selain PERTAMINA

5 dengan tujuan untuk memastikan ada tidaknya minyak dan gas bumi dalam suatu cebakan dan dilanjutkan dengan pengembangan suatu lapangan untuk memproduksikan minyak dan gas bumi melalui pemboran sumur produksi. Karakteristik dari industri hulu minyak dan gas bumi yang padat modal, resiko dan teknologi tinggi mengakibatkan tidak banyak pelaku usaha swasta yang tertarik berinvestasi di sektor ini. Investasi pada kegiatan hulu minyak dan gas bumi di Indonesia sendiri, pada periode tahun 1985 sampai dengan tahun 2008 secara umum mengalami fluktuasi dengan trend yang naik. Investasi Kegiatan Hulu Migas di Indonesia Juta USD 13,000 12,000 11,000 10,000 9,000 8,000 7,000 6,000 5,000 4,000 3,000 2,000 1,000 0 1985 1987 1989 1991 1993 1995 1997 1999 2001 2003 2005 2007 Tahun Sumber: Ditjen Migas Grafik 1.1. Investasi pada Kegiatan Hulu Migas di Indonesia Propinsi di Indonesia tidak semuanya mempunyai sumber daya alam berupa tambang minyak dan gas bumi yang terkandung di dalam perut bumi. Dari potensi sumber daya alam minyak dan gas bumi yang ada, belum semuanya sebagai daerah penghasil minyak dan gas bumi. Hal ini disebabkan karena pada propinsi yang mempunyai potensi sumber daya alam minyak dan gas bumi belum dilakukan kegiatan eksplorasi dan eksploitasi yang mampu memproduksikan minyak dan gas bumi. Dari data informasi yang diperoleh dari Ditjen Migas 2, 2 Data daerah penghasil migas disadur dari website Ditjen Migas, www.migas.esdm.go.id/

6 yang tercatat sebagai daerah penghasil minyak dan gas bumi adalah sejumlah 18 propinsi, yaitu: Nangroe Aceh Darussalam, Sumatera Utara, Riau, Kepulauan Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Bangka Belitung, Lampung, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Maluku dan Papua Barat. Hal ini dikarenakan dari hasil kegiatan pencarian dan penambangan minyak dan gas bumi yang telah dilakukan pada potensi cekungan-cekungan yang ada, pada propinsi tersebut telah didapatkan minyak dan gas bumi.hasil produksi minyak dan gas bumi ini, setelah dikurangi dengan biaya produksi dan bagian dari investor, merupakan bagian negara dan dapat menjadi sumber penerimaan pendapatan bagi propinsi bersangkutan melalui alokasi dana bagi hasil sumber daya alam sebagaimana diatur dalam Peraturan Pemerintah No. 55 tahun 2005 mengenai Dana Perimbangan. Pada kurun waktu 2002-2008, terdapat 14 propinsi sebagai daerah penghasil Sumber Daya Alam minyak bumi yang menerima investasi dari mancanegara secara langsung melalui Kontraktor/Perusahaan asing dalam kegiatan usaha hulu minyak bumi. Pemilihan lokasi untuk investasi asing di daerah (propinsi) melalui penawaran wilayah kerja pertambangan minyak dan gas bumi sudah barang tentu telah dipertimbangkan terlebih dahulu dan hal tersebut merupakan kebijakan rasional guna mencapai tingkat produktivitas, keekonomian dan keamanan. Apabila memperhatikan besarnya nilai investasi maka tampak sejak tahun 2002 sampai 2008, kondisi masuknya investasi asing langsung tidak merata di semua propinsi, meskipun secara pola memperlihatkan keadaan yang fluktuatif dengan kecenderungan yang naik. Hal tersebut terjadi bukan tanpa alasan, melainkan terdapat faktor penyebabnya. Dari tahun 2002 sampai dengan tahun 2008 ini, total nilai investasi yang paling besar yang masuk ke Indonesia terjadi pada tahun 2008 sebesar 6 Milyar USD dan sebelumnya pada tahun 2007 mencapi 4,9 Milyar USD. Adapun peringkat daerah berdasarkan nilai realisasi Investasi yang ada terlihat bahwa Propinsi Riau menempati tertinggi diikuti

7 Propinsi Kalimantan Timur, dan DKI Jakarta Selengkapnya data investasi Asing menurut Propinsi penghasil minyak dari tahun 2002 sampai 2008 disajikan pada tabel 1.2. berikut ini. Tabel 1.1 FDI Hulu Minyak bumi pada Propinsi Penghasil Minyak Tahun 2002-2008 (dalam Ribu USD) PROPINSI PENGHASIL MINYAK TAHUN 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 N A D 116,551 72,606 46,826 34,074 29,096 31,741 27,054 SUMUT 1,415 624 1,067 1,063 623 1,679 2,507 RIAU 1,031,214 936,237 909,202 899,320 1,114,702 1,396,988 1,632,819 JAMBI 90,881 114,928 116,422 138,059 168,555 131,044 205,285 SUM SEL 151,962 166,009 137,829 128,284 182,017 213,682 249,321 LAMPUNG 322,479 339,817 275,286 297,458 299,167 338,137 390,803 BA-BEL 322,479 339,817 275,286 297,458 299,167 338,137 390,803 DKI JAYA 440,337 422,537 351,507 297,458 457,735 484,391 635,336 KEPRI 236,433 301,309 152,305 240,632 236,465 578,327 340,970 JABAR 117,858 82,720 76,221 101,212 158,568 146,254 244,533 JATIM 54,972 46,202 36,199 65,936 132,301 285,582 725,550 KALTIM 494,523 859,477 812,422 722,618 750,916 834,418 977,340 MALUKU 3,788 36,475 52,991 95,491 55,408 35,608 89,243 PAPUA 34,580 39,551 62,337 96,102 117,931 99,771 90,803 JUMLAH 3,419,472 3,758,309 3,305,900 3,415,165 4,002,651 4,915,759 6,002,367 Sumber : Ditjen Migas (diolah) Selain potensi cadangan minyak yang ada, masuknya investasi asing (FDI) terkait juga dengan ketersediaan infrastruktur pendukung di lokasi propinsi yang bersangkutan. Infrastruktur yang dimaksud adalah: jalan, pelabuhan, listrik, telepon dan air. Akibat dari kekurangan infrastruktur serta kualitasnya yang rendah kemungkinan akan menambah biaya operasi dari suatu pengembangan lapangan yang pada akhirnya mengurangi keekonomian suatu proyek. Sehingga pada akhirnya perusahaan akan membatalkan rencana proyeknya. Karena itulah infrastruktur sangat berperan dalam proses produksi dan merupakan pra kondisi

8 yang sangat diperlukan untuk menarik akumulasi modal sektor swasta. Infrastruktur yang baik akan memperlancar arus barang dan jasa, sehingga dapat memberikan dampak pada pengurangan biaya produksi dan peningkatan produktivitas. Seperti banyak negara lain di dunia, Indonesia juga melakukan investasi pada pembangunan jaringan pra-sarana infrastruktur transportasi berupa pembangunan jalan untuk mendukung dan menstimulasi pertumbuhan ekonomi Indonesia. Tenaga kerja merupakan salah satu input (faktor) produksi yang penting dalam menghasilkan barang dan jasa. Peran tenaga kerja di suatu daerah pada satu sisi adalah sebagai penyedia input yang dibutuhkan badan usaha dan di sisi lain adalah sebagai pasar output untuk barang dan jasa. Sehubungan dengan hal tersebut, tenaga kerja terutama yang memiliki ketrampilan dan keahlian berperan penting terhadap kegiatan perekonomian di suatu daerah dan pertumbuhan ekonomi. 1.2 Perumusan Masalah Pertumbuhan ekonomi dalam upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat sangatlah penting. Perusahaan asing melalui investasi merupakan salah satu faktor yang memiliki peranan yang penting dalam pertumbuhan perekonomian domestik. Faktor lain yang juga mempengaruhi pertumbuhan antara lain tampak dari kegiatan perekonomian ekspor dan impor domestik dan negara asing. Investasi asing (FDI) pada kegiatan usaha hulu minyak bumi secara makro sangat penting, bukan saja dalam peningkatan produksi minyak yang berpengaruh pada penerimaan negara, namun juga dalam peningkatan produk domestik dan penyediaan kesempatan kerja penduduk yang dapat terus meningkat. Secara regional, FDI pada kegiatan hulu minyak bumi ini diharapkan dapat memberikan kontribusi (output) bagi sektoral di daerah. Namun demikian, sifat dari industri hulu minyak bumi yang padat modal, teknologi dan resiko tinggi juga merupakan suatu tantangan tersendiri. Oleh karenanya diperlukan pendekatan kebijakan pemerintah pusat dan daerah terkait dengan usaha meningkatkan pertumbuhan ekonomi agar kegiatan perekonomian tersebut mengalami peningkatan terus

9 sebagaimana yang diharapkan. Berdasarkan latar belakang di atas, maka pokok permasalahan dalam penelitian ini dapat diidentifikasi sebagai berikut: Bagaimana peran Penanaman Modal Asing Langsung (FDI) pada Kegiatan Hulu Minyak Bumi memberikan pengaruh terhadap output sektor Pertambangan dan Penggalian Regional Propinsi? 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah yang telah dikemukakan di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisa pengaruh penanaman modal asing langsung (FDI) pada kegiatan usaha hulu minyak bumi terhadap output sektor Pertambangan dan Penggalian regional propinsi 2002-2008. 1.4 Manfaat Penelitian Penelitian ini mempunyai manfaat sebagai berikut: 1. Manfaat akademis Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan kepada peneliti lain untuk melakukan penelitian lebih lanjut dengan menggunakan variabel lain yang belum tercakup dalam penelitian ini. 2. Manfaat praktis Hasil penulisan ini diharapkan dapat menjadi sumbangan pemikiran dalam menentukan kebijakan bagi para pemangku kepentingan dalam melakukan perencanaan ekonomi domestik dan kebijakan yang akan diterapkan pada kegiatan usaha hulu minyak dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi regional maupun nasional. 1.5 Ruang Lingkup Penelitian Banyak faktor yang mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi Regional di Indonesia yang didekati oleh PDRB (Produk Domestik Regional Bruto) namun dalam penelitian ini yang dipertimbangkan adalah faktor-faktor yang dianggap penting saja yaitu: Penanaman Modal Asing (Foreign Direct Investment, FDI), dan Tenaga Kerja.

10 Dalam penelitian ini, Propinsi yang digunakan adalah propinsi yang merupakan daerah penghasil minyak bumi yang dibatasi dari hasil kegiatan usaha hulu minyak pada kontraktor kontrak kerja sama/operator yang berkontrak dengan Badan Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi dengan pola Production Sharing Contract (PSC). Untuk merefleksikan bahwa investasi kegiatan usaha hulu minyak bumi dari Penanaman Modal Asing (FDI) maka digunakan data investasi dari operator/ perusahaan asing (selain PERTAMINA). Selanjutnya, untuk mengetahui output sektoral, didekati dengan data PDRB sektor pertambangan dan penggalian pada harga konstan. 1.6 Hipotesa Dalam penelitian ini, hipotesis atau jawaban sementara yang akan dilakukan pengujian berdasarkan argumen yang berkembang dari latar belakang dan perumusan masalah adalah sebagai berikut: 1. Diduga FDI memiliki pengaruh yang positip dan signifikan secara statistik terhadap output sektor pertambangan dan penggalian regional 2. Diduga tenaga kerja memiliki pengaruh yang positip dan signifikan secara statistik terhadap output sektor pertambangan dan penggalian regional

11 1.7 Kerangka Berpikir ANALISA PENGARUH PENANAMAN MODAL ASING LANGSUNG (FDI) PADA KEGIATAN HULU MINYAK BUMI TERHADAP OUTPUT SEKTOR PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN REGIONAL PROPINSI (2002-2008) Latar Belakang 1. Adanya Output sektor pertambangan dan penggalian yang bervariasi tiap tahunnya (PDRB Sektor). 2. FDI pada kegiatan hulu minyak bumi yang bersifat padat modal, teknologi dan resiko tinggi di propinsi naik dan turun 3. Tenaga kerja sebagai salah satu faktor produksi selain modal dan teknologi yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi ketersediaannya naik turun. Masalah Bagaimana pengaruh penanaman modal asing langsung (FDI) pada kegiatan usaha hulu minyak bumi serta faktor tenaga kerja terhadap output sektor pertambangan dan penggalian regional propinsi 2001-2008? Tujuan Mengetahui pengaruh penanaman modal asing langsung (FDI) pada kegiatan usaha hulu minyak bumi serta faktor tenaga kerja terhadap output sektor pertambangan dan penggalian regional propinsi 2001-2008? Hipotesis 1. FDI berpengaruh positip terhadap output sektor pertambangan dan penggalian regional propinsi 2. Tenaga kerja berpengaruh positip terhadap output sektor pertambangan dan penggalian regional propinsi Pembuktian Hipotesis Data PDRB (Variabel Dependend) Data: FDI, Tenaga kerja (Variabel Independen) Analisis Data Panel Y = a 0 + b 0 FDI it +b 1 tenaga kerja it + u MODEL (Arah dan derajat hubungan antar variable) Uji Statistik dan Kriteria Ekonomi Hasil dan Rekomendasi Hasil Penelitian dan Pembahasan Kesimpulan dan Saran

12 1.8 Sistematika Penulisan Penulisan tesis ini disajikan secara garis besar dengan menggunakan sistematika sebagai berikut: 1. PENDAHULUAN Bab 1 ini akan membahas latar belakang dilakukannya penelitian, perumusan masalah yang ada, tujuan dan manfaat dari dilakukannya penelitian, Ruang Lingkup Penelitian, Hipotesa, Kerangka Berpikir dalam penulisan, dan terakhir dilengkapi dengan Sistematika dari penulisan 2. TINJAUAN TEORITIS Bab 2 ini akan memuat tinjauan pustaka, landasan teori yang digunakan, dalam penelitian ini meliputi: teori Pertumbuhan, faktor-faktor penentu pertumbuhan ekonomi, model pertumbuhan neoklasik, teori tentang invetasi, dan tinjauan dari hasil-hasil penelitian sebelumnya. 3. METODOLOGI PENELITIAN Bab 3 menjelaskan tentang metode pengumpulan data yang digunakan, variabel dan data yang digunakan, teknis analisis data, pengolahan data dengan regresi dan tahapan-tahapan dalam membuat analisis regresi 4. PEMBAHASAN Bab 4 merupakan pembahasan terhadap hasil evaluasi kualitatif dan kuantitatif serta analisis yang dilakukan terhadap model yang dibuat. 5. KESIMPULAN DAN SARAN Bab 5 dipaparkan mengenai kesimpulan yang dapat ditarik dari hasil pembahasan pada Bab 4 serta implikasi kebijakan atau rekomendasi yang mungkin dapat dilaksanakan.