HUBUNGAN ANTARA KONFORMITAS DENGAN KEDISIPLINAN BERLALU LINTAS PADA ANGGOTA KLUB MOTOR SKRIPSI

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. manusia dan dalam perkembangannya. Tranportasi telah menjadi salah satu

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN SIKAP DISIPLIN DALAM BERLALU LINTAS PADA REMAJA KOMUNITAS MOTOR

HUBUNGAN ANTARA PENGENDALIAN DIRI DENGAN PERILAKU TERTIB BERLALU LINTAS

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terjadi di kota-kota besar di negara-negara sedang berkembang. Di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keberhasilan pembangunan yang dilakukan pemerintah memberikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Citra suatu negara ditunjukkan oleh citra sistem lalu lintas di negara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. lebih lambat dari pertumbuhan lalu lintas menyebabkan tingginya angka

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menjatuhkan sanksi. Sanksi hanya dijatuhkan pada warga yang benar-benar

BAB I PENDAHULUAN. untuk berpindah atau bergerak tersebut akan semakin intensif. Hal ini tidak dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Berkendara yang aman sangat diperlukan di dalam berlalu lintas untuk

HUBUNGAN ANTARA KESTABILAN EMOSI DENGAN KONFORMITAS PADA ANGGOTA KLUB MOTOR

I. PENDAHULUAN. lalu lintas, dan lain sebagainya (Soekanto, 2007: 101). undang-undang yang berlaku secara sah, sedangkan pelaksananya adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. menggambarkan budaya bangsa. Kalau buruk cara kita berlalu lintas maka

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. serangkaian perilaku yang menunjukkan nilai-nilai ketaatan, kepatuhan, kesetiaan,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pengguna jalan itu bukan hanya satu, dua atau tiga orang. Belasan,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kepentingan yang segara diselesaikan oleh individu, sehingga seseorang

HUBUNGAN KONFORMITAS DENGAN KEDISIPLINAN BERLALU LINTAS PADA ANGGOTA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Lalu lintas dan angkutan jalan mempunyai peranan yang sangat

BAB I. PENDAHULUAN. mudah dijumpai, dari jalanan Ibukota sampai di daerah-daerah bisa dipastikan ada

BAB I PENDAHULUAN. Aman dalam berkendara, bukanlah sebuah slogan sebuah instansi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara hukum, dalam pelakasanaan pemerintahan dan

BAB I PENDAHULUAN. yang padat dengan kemacetan lalu lintas sampai dengan jalanan kecil

I. PENDAHULUAN. dan mencerminkan kehendak rambu-rambu hukum yang berlaku bagi semua subyek

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional yang dilaksanakan oleh bangsa Indonesia dewasa. Untuk menunjang pembangunan tersebut salah satu sarana yang di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sangat pesat, ini terlihat dari banyaknya penggemar-penggemar motor atau mobil

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Daerah Khusus Ibukota Jakarta (DKI Jakarta) adalah ibu kota negara

BAB I PENDAHULUAN. Telepon genggam atau yang lebih dikenal dengan handphone (HP) merupakan

BAB I PENDAHULUAN. (On-line), (29 Oktober 2016). 2

BAB I PENDAHULUAN. Akhir-akhir ini tingkat kecelakaan lalu lintas yang diakibatkan oleh kelalaian

STUDI TENTANG KESADARAN HUKUM SISWA DALAM BERLALU LINTAS:

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. untuk melayani pergerakan manusia dan barang secara aman, nyaman,

BAB I PENDAHULUAN. transportasi. Menurut Morlok (1991) transportasi adalah suatu proses pergerakan atau

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Saat ini manusia dituntut untuk bisa berpindah-pindah tempat dalam waktu

BAB I PENDAHULUAN. banyak ada di Indonesia adalah sepeda motor. Di negara indonesia angka kepemilikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. di sekitar jalan raya, sehingga undang-undang ini memiliki fungsi hukum sebagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sistem transportasi adalah suatu hal yang penting bagi suatu kota,

I. PENDAHULUAN. Lalu lintas jalan merupakan sarana masyarakat yang memegang peranan penting

I. PENDAHULUAN. penduduk kota Bandar Lampung yang semakin padat dan pertambahan jumlah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pembentukan kepribadian akan sangat ditentukan pada masa

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Lalu lintas dan angkutan jalan merupakan hal yang penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Banyak diberitakan di media cetak atau elektronik tentang perilaku

BAB I PENDAHULUAN. yang suka ugal-ugalan dan kebut-kebutan di jalan. Fakta adanya klub motor

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. lintas merupakan hal yang tidak asing lagi.

BAB I PENDAHULUAN. Cidera kecelakaan lalu lintas (Road Traffic Injury) merupakan hal yang sangat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

BAB 1 : PENDAHULUAN. tempat ke tempat lain dengan menggunakan kendaraan di ruang lalu lintas jalan.

ANALISIS PELANGGARAN PENGENDARA SEPEDA MOTOR TERHADAP UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2009 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan negara hukum, dengan jumlah penduduk Indonesia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. menjembatani kesenjangan dan mendorong pemerataan hasil-hasil pembangunan antar wilayah,

BAB I PENDAHULUAN. menurut data statistik dari OICA (Organisation Internationale des Constructeurs

I. PENDAHULUAN. bahwa : Tidak ada satupun lembaga kemasyarakatan yang lebih efektif di dalam. secara fisik tetapi juga berpengaruh secara psikologis.

STRATEGI SATUAN LALU LINTAS POLISI WILAYAH KOTA BESAR SURABAYA DALAM MENCIPTAKAN MASYARAKAT SANTUN BERLALU LINTAS DI JALAN SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. hampir terjadi diberbagai daerah terutama di kota-kota besar. Kondisi semacam

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian tentang kesadaran hukum siswa dalam berlalu

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 2 DATA DAN ANALISA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dengan tepa slira. Menurut Suseno (2001) tepa slira adalah sebuah sikap yang

Bab I Pendahuluan 1 BAB I PENDAHULUAN

Perpustakaan Unika SKALA DISIPLIN

BAB I PENDAHULUAN. kendaraan berperan sebagai sektor penunjang pembangunan (the promoting

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sepeda motor saat ini menjadi super booming, dan menjadi alat angkut

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang permasalah. Semua makhluk hidup pasti sangat membutuhkan lalu lintas, untuk berpindah

FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB MARAKNYA PENGENDARA MOTOR DI BAWAH UMUR DI DESA RANCAMANYAR KECAMATAN BALEENDAH KABUPATEN BANDUNG

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha. Tahun Mobil Penumpang Bis Truk Sepeda Motor Jumlah

I. PENDAHULUAN. Negara Indonesia merupakan negara hukum yang hampir semua aspek di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Lalu lintas dan angkutan jalan mempunyai peran strategis dalam

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang masalah

BAB I PENDAHULUAN. dampak secara langsung kepadatan lalu lintas di berbagai daerah di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. Manusia selalu melakukan perubahan dalam kehidupannya, hal ini

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. tersebut dapat dilihat dari adanya indikasi angka kecelakaan yang terus

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Pifih Setiawati, 2013

BAB I PENDAHULUAN. transportasi pribadi khususnya sepeda motor guna mempercepat dan

BAB 1 : PENDAHULUAN. masyarakat yang adil dan makmur. Untuk menunjang pembangunan tersebut, salah satu

BAB I PENDAHULUAN. Kepadatan penduduk yang terus bertambah, kebutuhan orang yang

BAB I PENDAHULUAN. dalam 72 Persen Keluarga Indonesia Pengguna Sepeda

BAB I PENDAHULUAN. kematian tiap hari di seluruh dunia. Berdasarkan laporan POLRI, angka

BAB I PENDAHULUAN. Sarana transportasi merupakan sarana pelayanan untuk memenuhi

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Berdasarkan Undang-Undang 22 Tahun 2009 tentang lalu lintas dan angkutan

ABSTRAK. Kata kunci : Pembelajaran sepeda motor berbasis multimedia PENDAHULUAN

Skripsi. Disusun untuk memenuhi persyaratan menyelesaikan. Pendidikan Strata 1. Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

EFEKTIVITAS PEMBERLAKUAN HELM SNI TERHADAP TINGKAT KETAATAN MASYARAKAT DALAM HUBUNGANNYA DENGAN FUNGSI HUKUM SEBAGAI ALAT PENGENDALI SOSIAL

BAB 1 PENDAHULUAN. Dasar Negara Republik Indonesia Tahun Lalu lintas dan angkutan jalan

HUBUNGAN ANTARA STRES KERJA DENGAN DISIPLIN BERLALU LINTAS PADA SOPIR

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Era globalisasi saat ini menuntut masyarakat untuk mempunyai mobilitas

HUBUNGAN ANTARA STRESS KERJA DENGAN PERSEPSI KETAATAN TERHADAP ATURAN LALU LINTAS PADA SUPIR BUS JURUSAN PURWODADI-SOLO SKRIPSI

I. PENDAHULUAN. Keadaan di dalam masyarakat yang harmonis akan terpelihara dengan baik jika tercipta

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Epidemiologi Kecelakaan Lalu Lintas PERTEMUAN 9 Ira Marti Ayu Kesmas/ Fikes

BAB I PENDAHULUAN. yang tinggi. Dan hal ini harus di dukung dengan adanya sarana transportasi yang baik.

BAB I PENDAHULUAN. Kecerdasan awalnya dianggap sebagai kemampuan general manusia untuk

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang mengintegrasikan bagian-bagian masyarakat dan hukum

BAB I PENDAHULUAN. yang semula didominasi oleh penyakit infeksi atau menular bergeser ke penyakit non

BAB II KAJIAN TEORI. dengan disciple yaitu individu yang belajar dari atau secara suka rela

Transkripsi:

HUBUNGAN ANTARA KONFORMITAS DENGAN KEDISIPLINAN BERLALU LINTAS PADA ANGGOTA KLUB MOTOR SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Sarjana S-1 Psikologi Diajukan Oleh : Yunistika Dwi Insanti F 100 020 001 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2010

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Disiplin sangat diperlukan di seluruh aspek kehidupan. Masyarakat sebagai subjek hukum harus patuh dan disiplin terhadap aturan hukum yang telah ditetapkan oleh pemerintah, dengan kedisiplinan yang baik maka akan tercapai masyarakat yang teratur dan sejahtera. Memang tidak mudah untuk memahami manfaat dari disiplin yang baik, terkadang terasa lebih menguntungkan apabila melakukan hal yang sebaliknya misalnya dalam disiplin berlalu lintas (Siregar, 2009). Masalah kedisiplinan berlalu lintas yang buruk merupakan fenomena yang terjadi di kota-kota besar di negara-negara sedang berkembang. Di Indonesia pemerintah pernah menyerukan gerakan disiplin nasional dalam kehidupan bermasyarakat yang dimulai dari disiplin di jalan raya. Salah satu wujudnya yaitu dengan mengeluarkan Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1992 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan atau lebih dikenal sebagai UULAJR. Adanya UULAJR diharapkan masyarakat dapat memahami dan melaksanakan undang-undang tersebut sebagai pedoman dalam disiplin berlalu lintas, tetapi kenyataannya masih banyak ditemui pelanggaran yang dilakukan oleh para pengguna jalan. Di beberapa tempat dapat dijumpai sejumlah kendaraan umum seperti angkot atau bus kota yang berhenti sembarangan padahal terdapat rambu dilarang berhenti, sepeda motor melewati trotoar yang seharusnya untuk pejalan kaki, berjalan melawan 1

2 arus, berputar arah sembarangan, berkendara tanpa memiliki surat-surat yang lengkap, kebut-kebutan dan bermanuver di jalan yang padat (Irawan, 2008). Fenomena ketidakdisiplinan masyarakat dalam berlalu lintas ini salah satunya didukung oleh hasil penelitian yang dilakukan Kepala Subdirektorat Penegakan Hukum, Direktorat Lalu Lintas Kepolisian Daerah Metropolitan Jakarta Raya, Ajun Komisaris Besar Polisi (AKBP) Naufal Yahya pada tahun 2003 menemukan adanya pelanggaran lalu lintas yang dilakukan (khususnya perilaku) pengendara sepeda motor dan kendaraan roda empat saat berada di garis depan lampu lalu lintas (behavior the lead vehicle at stoplines) pada sepuluh perempatan jalan di ibukota Jakarta, yaitu 30 persen pengendara mobil berhenti melewati stopline atau berada di luar garis jalan sedangkan pengendara roda dua yang melanggar mencapai 57 persen. Ironisnya, hal ini dilakukan ketika ada polisi mengingat seharusnya para pengguna jalan bisa lebih menaati peraturan yang ada (Wirawan, 2006). Budaya disiplin sangat diperlukan dalam mengatur suatu kelompok atau masyarakat, karena masyarakat Indonesia pada umumnya belum memiliki kedisiplinan yang baik dalam berlalu lintas. Data Ditlantas Kepolisian Daerah Metro Jaya mencatat rentang jumlah korban meninggal karena kecelakaan lalu lintas dari tahun 2001 sampai Juni 2008 berkisar antara 400 sampai 1.200 orang setiap tahun. Periode tahun 2004-2007 adalah periode tertinggi korban meninggal dengan jumlah rata-rata lebih dari 1000 jiwa, dan yang menjadi korban kecelakaan lalu lintas hampir 50% berusia muda yaitu antara 15-21 tahun. Resiko kecelakaan bagi pengguna sepeda motor memang jauh lebih besar daripada jenis kendaraan

3 roda empat, dari 5.154 kasus yang terjadi 70% diantaranya melibatkan sepeda motor (Irawan, 2008). Pengendara memegang peranan vital dalam berlalu lintas. Temuan di berbagai negara menunjukkan bahwa faktor manusia merupakan penyebab utama. Hal ini dikemukakan oleh Sutawi (2006) bahwa di Amerika Serikat dan Inggris menunjukkan 65-77% kecelakaan jalan disebabkan oleh faktor manusia. Di Indonesia, menurut data statistik Polri mencatat angka sebesar 84% sedangkan data Departemen Perhubungan sebesar 86,8% setiap kecelakaan disebabkan oleh faktor pengemudi, mulai dari berkendara tanpa perlengkapan yang memadai, pelanggaran rambu-rambu dan pengatur lalu lintas, teknik dan kemampuan berkendara yang tidak benar hingga berkendara dalam kontrol yang buruk seperti mengantuk, mabuk alkohol atau narkoba. Pendapat yang relevan juga diungkapkan oleh Aryanto (2009) 91% kecelakaan yang terjadi disebabkan oleh human error, 5% disebabkan faktor kendaraan, 3% faktor jalan dan 1% oleh faktor lingkungan. Faktor human error menjadi penyumbang terbesar karena masyarakat tidak mematuhi peraturan lalu lintas atau berperilaku yang tidak terpuji selama berada di jalan raya. Patuh pada peraturan lalu lintas diperlukan untuk dapat mewujudkan lalu lintas yang baik. Patuh bisa juga disebut disiplin. Menurut Lembaga Ketahanan Nasional (Ahmadi, 2002) disiplin adalah kepatuhan untuk menghormati dan melaksanakan suatu sistem yang mengharuskan orang untuk tunduk pada keputusan, perintah atau peraturan yang berlaku. Senada Matindas (Unaradjan, 2003) juga mengemukakan bahwa disiplin merupakan kepatuhan pada peraturan, bila seseorang berperilaku disiplin maka ia diharapkan bertingkah laku patuh, menurut dan mengikuti aturan-aturan tertentu di lingkungannya.

4 Menurut Tamrin (Hamonangan, 2009) untuk menumbuhkan disiplin dalam kehidupan sehari-hari memang harus lebih banyak melalui contoh dan keteladanan. Di Inggris, penanaman disiplin berlalu lintas tidak hanya mendatangkan petugas khusus ke sekolah dan memberikan sosialisasi serta demonstrasi tertib berlalu lintas, tetapi juga melalui praktek misalnya secara bergantian murid dilibatkan dalam membantu teman-temannya dan warga sekitar untuk menyeberang jalan di depan sekolah. Disiplin tidak hanya ditujukan bagi golongan tertentu saja melainkan harus ada pada setiap warga negara termasuk didalamnya para remaja. Pada tahap remaja, seseorang akan tertarik pada kelompok sebaya karena remaja menginginkan teman yang mempunyai minat dan sikap yang sama sehingga banyak melakukan kegiatan bersama dalam mengisi waktu luangnya (Sumarni, 2008). Salah satu bentuk kelompok di kalangan remaja adalah klub motor. Berkembangnya klub motor atau komunitas bikers di Kota Solo merupakan sebuah realita yang dihasilkan dari perkembangan sosial masyarakat yang semakin heterogen. Hal tersebut tidak menutup kemungkinan akan menimbulkan implikasi sosial yang positif maupun negatif. Situasi yang berkembang saat ini di sebagian masyarakat adalah klub motor melakukan tindakan-tindakan yang meresahkan masyarakat seperti balapan liar, mabuk-mabukan, tawuran, maupun narkoba. Bahkan komunitas bikers dianggap sebagai mesin penghasil generasi yang anarkis karena perilaku anggota klub motor di jalan terkadang mengganggu kenyamanan dan keamanan, misalnya saat konvoi di jalan raya. Rombongan konvoi ini seolaholah menjadi penguasa jalan sehingga pengguna jalan yang lain harus mengalah, apabila tidak mau maka mereka tidak segan-segan untuk melakukan tindakan

5 intimidasi berupa makian, ancaman bahkan tindak kekerasan pada pengguna jalan lain yang juga memiliki hak sama atas penggunaan jalan umum (Irmawan, 2005). Hasil wawancara pra penelitian dengan Yanto (Ketua SOTIC, 2009) dapat diketahui bahwa kenyataannya masih banyak anggota klub motor yang melanggar peraturan lalu lintas. Peraturan SOTIC memberikan sanksi bagi anggota yang ditangkap polisi karena melanggar peraturan lalu lintas. Sanksi terberat yang diberikan oleh pengurus SOTIC yaitu mengeluarkan anggota dari klub. Sanksisanksi telah diberikan bagi anggota yang melanggar peraturan lalu lintas, akan tetapi pelanggaran-pelanggaran tersebut masih sering terjadi. Pengurus merasa kuatir dengan sikap anggota klub SOTIC yang masih melakukan pelanggaran lalu lintas dan mengakibatkan terjadinya kecelakaan lalu lintas, yang nantinya dapat merugikan anggota itu sendiri dan pengguna jalan lainnya. Ada sisi negatif, ada juga sisi positif. Bila dicermati secara bijaksana, sisi positif yang dapat digali dari keberadaan klub motor antara lain para anggotanya bisa saling berdiskusi atau tukar pengalaman mengenai tips servis atau modifikasi sehingga dapat menambah pengetahuan akan seluk-beluk mengenai motor. Bahkan pengetahuan yang diperoleh bisa dijadikan modal di masa depan yaitu dengan membuka usaha bengkel servis atau modifikasi motor. Di setiap klub motor pasti memiliki struktur organisasi dan pada waktu-waktu tertentu anggota klub motor ini berkumpul untuk mengagendakan kegiatan touring ke berbagai daerah, mengikuti pameran otomotif, lomba modifikasi motor bahkan mengadakan bakti sosial seperti sunatan massal, donor darah atau peduli korban bencana alam. Selain itu, di beberapa klub motor juga mengadakan acara khusus untuk melatih dan memberi pendidikan tentang keselamatan dan keamanan dalam berkendara

6 (safety riding) dengan melibatkan beberapa vendor sebagai sponsor (Berlianto, 2007). Pelanggaran-pelanggaran lalu lintas saat berada di jalan raya mendapat perhatian pihak kepolisian. Guna mengurangi pelanggaran yang dilakukan oleh pengendara, khususnya anggota klub motor, pihak kepolisian menyikapi keberadaan klub motor dengan cara memanfaatkan keberadaan klub motor sebagai sarana kampanye disiplin berlalu lintas. Di Kota Sukabumi, ada 16 klub motor yang terus dibina oleh pihak kepolisian agar bisa memberi contoh yang baik bagi pengguna jalan lainnya (http://newspaper.pikiran-rakyat.com, 2009). Begitu juga yang dilakukan oleh Satlantas Polres Klaten yang berupaya merangkul klub motor yang ada untuk dijadikan sebagai mitra Satlantas dalam mewujudkan dan menjaga keamanan, keselamatan, ketertiban dan kelancaran lalu lintas atau yang disingkat Kamseltibcar Lantas. Tujuan pihak kepolisian melibatkan klub motor yaitu diharapkan remaja anggota klub motor bisa menjadi teladan teman-temannya di sekolah. Selain itu juga mampu mengubah remaja agar dapat mengendalikan dirinya maupun menambah pengetahuan dalam berlalu lintas (http://mail.infolantas.com, 2009). Faktor yang mempengaruhi remaja mampu mengendalikan dirinya, termasuk mengendalikan kesadaran dan kedisplinan berlalu lintas adalah konformitas. Hurlock (2001) berpendapat bahwa konformitas bagi remaja atau individu yang berusia muda dan tidak berpengalaman lebih mudah dipengaruhi oleh apa yang dianggap kelompok mereka sebagai cara yang terbaik daripada oleh pendirian mereka sendiri.

7 Zebua dan Nurdjayadi (2001) menyatakan pada dasarnya tidak mudah bagi remaja untuk mengikatkan dirinya pada suatu kelompok karena setiap kelompok memiliki tuntutan yang harus dapat dipenuhi oleh setiap remaja yang ingin bergabung. Remaja menyadari dan beranggapan bahwa penerimaan sosial dipengaruhi kesan penilaian orang lain terhadap dirinya sehingga banyak remaja melakukan usaha agar dapat diterima oleh lingkungannya sosialnya, salah satunya dengan melakukan konformitas. Lebih lanjut Zebua dan Nurdjayadi mengatakan konformitas adalah satu tuntutan yang tidak tertulis dari kelompok teman sebaya terhadap anggotanya namun memiliki pengaruh yang kuat dan dapat menyebabkan munculnya perilaku-perilaku tertentu pada remaja anggota kelompok tersebut. Bahkan apabila kelompok tersebut melakukan penyimpangan, maka remaja juga akan menyesuaikan dirinya dengan norma kelompok. Remaja tidak peduli dianggap nakal karena bagi mereka penerimaan kelompok lebih penting, sebab mereka tidak ingin kehilangan dukungan kelompok dan tidak ingin dikucilkan dari pergaulan. Menurut Ausubel (Monks, 2002) hal ini disebabkan karena remaja berada pada status interim yaitu suatu masa perkembangan yang berada diantara masa kanak-kanak dan dewasa, dan dalam masa peralihan tersebut remaja melakukan proses mencari jati diri. Kelman (Colichul, 2007) berpendapat konformitas adalah sebuah fenomena sosial dimana seseorang menyesuaikan tingkah laku, sikap, dan pandangan agar sesuai dengan orang lain (kelompok). Di dalam konformitas ada suatu tekanan yang tidak kelihatan dari lingkungan sekitar yang memaksa seseorang agar bertingkah laku sesuai dengan apa yang diharapkan kelompok. Bahkan tingkat konformitas itu beragam, mulai dari yang sekedar ikut-ikutan

8 sampai pada ketaatan total (from conformity to obedience). Sedangkan Sarwono (2001) mengemukakan konformitas adalah kesesuaian antara perilaku seseorang dengan perilaku orang lain yang didorong oleh keinginannya sendiri. Konformitas terjadi dari kesamaan antara perilaku individu dengan perilaku orang lain atau perilaku individu dengan norma lingkungan sosial. Penelitian ini mencoba melakukan kajian terhadap faktor konformitas, dimana adanya konformitas dalam suatu kelompok membuat individu-individu yang menjadi anggotanya akan bersedia melakukan kegiatan yang sama di antara mereka. Hal ini memperlihatkan bahwa individu akan berperilaku apa saja sesuai dengan kehendak kelompoknya, dengan kata lain perilaku atau pendirian individu bisa dipengaruhi oleh kelompok dimana dia berada. Seperti halnya klub motor sebagai salah satu wadah perkumpulan remaja. Klub motor yang terorganisir dengan baik adalah klub yang peduli keselamatan dan keamanan ketika berkendara di jalan, yaitu dengan memberi pengaruh kepada anggota kelompoknya agar berdisiplin dalam mematuhi peraturan lalu lintas yang ada. Sebaliknya, klub motor yang tidak terorganisir dengan baik dan tidak menerapkan kontrol yang ketat dapat memberi pengaruh konformitas yang tidak baik. Hal ini dapat memunculkan perilaku para anggotanya yang tidak bertanggung jawab dalam berkendara yaitu melanggar tata tertib lalu lintas, misalnya melakukan kebut-kebutan dan balapan liar. Kondisi ini juga bisa dipengaruhi oleh usia remaja yang masih dalam tahap masa perkembangan dan pencarian identitas diri sehingga kurang mampu mengontrol emosi dengan baik. Atas dasar pemikiran di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah ada hubungan antara konformitas dengan kedisiplinan berlalu lintas

9 pada anggota klub motor. Berdasarkan rumusan masalah tersebut peneliti tertarik untuk mengkaji secara empirik dengan mengadakan penelitian berjudul Hubungan Antara Konformitas Dengan Kedisiplinan Berlalu Lintas Pada Anggota Klub Motor. B. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini antara lain untuk mengetahui : 1. Hubungan antara konformitas anggota klub motor dengan kedisiplinan berlalu lintas pada anggota klub motor. 2. Tingkat konformitas pada anggota klub motor. 3. Tingkat kedisiplinan berlalu lintas pada anggota klub motor. 4. Seberapa besar peran konformitas terhadap kedisiplinan berlalu lintas pada anggota klub motor. C. Manfaat Penelitian 1. Bagi pengurus klub motor Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai tambahan informasi bagi pengurus klub motor tentang konformitas dan kedisiplinan berlalu lintas sehingga pengurus dapat menekankan kepada anggota klub motor untuk selalu mentaati peraturan melalui penyesuaian kegiatan yang dilakukan dalam kelompok (konformitas). 2. Bagi anggota klub motor Hasil penelitian ini dapat memberikan gambaran tentang konformitas dengan kedisiplinan berlalu lintas pada anggota klub motor, sehingga subjek penelitian

10 diharapkan dapat memahami pentingnya disiplin dalam berlalu lintas dan semakin mentaati peraturan lalu lintas. 3. Bagi peneliti selanjutnya Hasil penelitian ini memberikan wacana pemikiran dan sumbangan informasi berupa data-data empirik tentang hubungan antara konformitas dengan kedisiplinan berlalu lintas pada anggota klub motor.