BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Undang-Undang No. 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit,

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. seseorang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomi. Hal ini sesuai

penyimpanan yang dipakai kurang baik, maka akan timbul masalah-masalah yang mengganggu proses ketersediaan berkas rekam medis. Menurut Budi (2011),

1V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. diolah sebagai bahan pembuat laporan pelayanan rumah sakit. Rumah sakit

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien (Peraturan Menteri

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit adalah sarana kesehatan yang menyelenggarakan. pelayanan kesehatan secara merata, dengan mengutamakan upaya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. penting guna menunjang aktifitas sehari-hari. Demi terpenuhinya. kesehatan. Undang Undang Nomor 44 tahun 2009 mendefinisikan

BAB III TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN. masyarakat. RSUD kota Bandung beralamat di Jl. Rumah Sakit No. 22 Ujung

BAB II PROFIL PERUSAHAAN. A.Sejarah Singkat Perkembangan Rumah Sakit Dr. H. Kumpulan Pane Kota

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 340/MENKES/PER/III/2010, Rumah sakit adalah institusi pelayanan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG RUMAH SAKIT UMUM PUSAT HAJI ADAM MALIK MEDAN. A. Kedudukan Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan

PEDOMAN ORGANISASI UNIT REKAM MEDIS DISUSUN OLEH : UNIT REKAM MEDIS RSUD KOTA DEPOK

BAB I PENDAHULUAN. kesadaran dan kebutuhan masyarakat akan pentingnya kesehatan. rumah sakit sebagai suatu organisasi melalui tenaga medis

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit adalah suatu bagian menyeluruh dari organisasi sosial

BAB I PENDAHULUAN. merupakan pusat latihan tenaga kesehatan, serta untuk penelitian biososial.

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan yang lengkap kepada masyarakat baik kuratif. bersifat rahasia. Dokumen tersebut dinamakan sebagai rekam medis.

BAB I PENDAHULUAN. oleh karena itu rumah sakit dituntut untuk meningkatkan mutu. pelayanan kesehatan demi kepuasan masyarakat yang menggunakan

BAB I PENDAHULUAN. disediakan oleh pemerintah. Menurut Kepmenkes RI No. 128/Menkes/SK/II/2004 Puskesmas adalah unit pelaksanaan teknik dinas

EVALUASI KINERJA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH (RSUD) PATUT PATUH PATJU KABUPATEN LOMBOK BARAT TAHUN 2015

BAB III DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. harus direkam dan didokumentasikan ke dalam bentuk catatan medis. yang disebut rekam medis atau rekam kesehatan.

BAB I PENDAHULUAN. personil guna memudahkan pencapaian beberapa tujuan yang telah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Di dalam rumah sakit. terdapat suatu Unit Rekam Medis yang merupakan komponen

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan. Salah satu tujuan primer rekam kesehatan/rekam medis. berbagai fasilitas pelayanan kesehatan.

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN RAWAT JALAN EKSEKUTIF DI RUMAH SAKIT

BAB I PENDAHULUAN. tahun 2009). Dengan meningkatnya kebutuhan masyarakat akan kesehatan,

BAB I PENDAHULUAN. Pelayanan kesehatan yang berkembang di Indonesia sangat. beragam macamnya, di antaranya ada rumah sakit, puskesmas, dokter

BAB I PENDAHULUAN. No. 269/MENKES/Per/III/2008 adalah tempat penyelenggaraan upaya. pelayanan kesehatan kepada masyarakat memiliki peran yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, masyarakat. Dalam rangka memberikan pelayanan yang bermutu

BAB I PENDAHULUAN. kepuasan dan kenyamanan pasien serta masyarakat. Salah. kesehatan. Sehingga jika dari masing-masing unit sudah

BAB IV DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN. bagian selatan Kecamatan Mamajang Kota Makassar tepatnya di Jalan Dr.

2 Menurut Alamsyah (2012) salah satu aktivitas yang rutin dilakukan dalam statistik rumah sakit adalah menghitung tingkat efisiensi hunian tempat tidu

BAB I PENDAHULUAN. memberikan pelayanan kesehatan secara maksimal. Untuk mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan. Salah satu sarana pelayanan kesehatan yang ada

penyimpanan, (c) mudah pengambilannya, (d) melindungi berkas rekam medis dari bahaya pencurian, bahaya kerusakan fisik, kimiawi dan biologi.

BAB I PENDAHULUAN. Sakit, rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang. menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang

BAB I BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Rekam Medis menurut Permenkes No.269 tahun 2008 adalah berkas

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dan kehidupan sosial ekonomi masyarakat yang harus tetap. mampu meningkatkan pelayanan yang lebih bermutu dan

BAB I PENDAHULUAN. menuntut tiap organisasi profit dan non profit untuk saling berkompetisi

BAB I PENDAHULUAN. Nomor 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum dan

BAB I PENDAHULUAN. tentang Kesehatan, kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik,

BAB I PENDAHULUAN. Permenkes No.147 tahun 2010 tentang perijinan Rumah Sakit menyatakan

RUMAH SAKIT. Oleh: Diana Holidah, M.Farm., Apt.

BAB 4 METODE PENELITIAN. 4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di RS. Dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor pada bulan Juni 2009.

BAB I PENDAHULUAN. Definisi sarana pelayanan kesehatan menurut Permenkes Nomor. 269/Menkes/Per/III/2008 adalah tempat penyelenggaraan upaya pelayanan

MISI MENJADI RUMAH SAKIT BERSTANDAR KELAS DUNIA PILIHAN MASYARAKAT KEPUASAN DAN KESELAMATAN PASIEN ADALAH TUJUAN KAMI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Sejarah Singkat Rumah Sakit Umum Daerah Arifin Achmad Pekanbaru

BAB I PENDAHULUAN. bersifat mutlak. Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental,

BAB IV HASIL PENELITIAN. 1. Sejarah Singkat Rumah Sakit Umum Daerah Dr.Soeselo Slawi

BAB I PENDAHULUAN. tentang identitas pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan, dan pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kedokteran dan kedokteran gigi. Salah satu fasilitas pelayanan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB III AKUNTABILITAS KINERJA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur

BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia Nomor 1173 Tahun 2004 Tentang Rumah Sakit Gigi. dan Mulut (RSGM) pasal 1 ayat 1, RSGM adalah sarana pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. Penyelenggaraan Rumah Sakit Bergerak, rumah sakit sebagai salah satu. sarana kesehatan yang memberikan pelayanan kesehatan kepada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara. paripurna yang menyediakan pelayanan rawat in ap, rawat jalan,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II RUMAH SAKIT MARTHA FRISKA BRAYAN. dengan Type Madya.Kapasitas Rawat Inap 270 Bed. Sakit Martha Friska Brayan adalah sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 3 ANALISA KECENDERUNGAN INTERNAL

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Profil RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung

HUBUNGAN WAKTU PELAYANAN REKAM MEDIS DI TPPRJ DENGAN KEPUASAN PASIEN POLIKLINIK BEDAH DI RUMAH SAKIT UMUM Dr. SAIFUL ANWAR MALANG TAHUN 2012

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana

Perbedaan jenis pelayanan pada:

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BUPATI BANYUMAS PERATURAN BUPATI BANYUMAS NOMOR 61 TAHUN 2008 TENTANG PENJABARAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BANYUMAS

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan yang lengkap kepada masyarakat baik kuratif maupun. memberikan pelayanan yang terbaik kepada masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan tantangan yaitu peningkatan persaingan dalam berbagai upaya. Salah

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB IV GAMBARAN UMUM RUMAH SAKIT UMUM DAERAH TUGUREJO SEMARANG Keadaan Umum Rumah Sakit Umum Daerah Tugurejo Semarang

WALIKOTA BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR

NAMA SKPD VISI MISI TUGAS POKOK FUNGSI. a. Penyelenggaraan pelayanan medis

2016, No Republik Indonesia Sebagai Instansi Pemerintah Yang Menerapkan Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum c. bahwa Kepala Kepolisian Nega

BAB I PENDAHULUAN. penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan yang dilakukan secara. pendidikan dan pelatihan (Hartono, 2010).

LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berdasarkan Undang-Undang No. 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit, rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan bagi masyarakat dengan karakteristik tersendiri yang dipengaruhi oleh perkembangan ilmu pengetahuan kesehatan, kemajuan teknologi dan kehidupan sosial ekonomi masyarakat yang harus tetap mampu meningkatkan pelayanan yang lebih bermutu dan terjangkau oleh masyarakat agar terwujud derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. Dalam memberikan pelayanan, semua data sosial dan riwayat kesehatan pasien dicatat dalam suatu berkas yang bersifat rahasia dan penting yang disebut Rekam Medis. Menurut PERMENKES No: 269/MENKES/PER/III/2008 yang dimaksud rekam medis adalah berkas yang berisi catatan dan dokumen antara lain identitas pasien, hasil pemeriksaan, pengobatan yang telah diberikan, serta tindakan dan pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien. Ketersedian berkas secara cepat dan tepat pada saat dibutuhkan akan sangat membantu mutu pelayanan kesehatan yang diberikan kepada pasien, maka dari itu masalah penyimpanan berkas rekam medis merupakan hal yang penting untuk diperhatikan. Jika sistem penyimpanan berkas rekam medis yang dipakai kurang baik maka akan timbul masalah-masalah yang dapat mengangu ketersedian berkas rekam medis secara cepat dan tepat.

2 Menurut Budi (2011), pengelolaan penyimpanan berkas rekam medis sangat penting untuk dilakukan dalam suatu institusi pelayanan kesehatan karena dapat mempermudah dan mempercepat ditemukan kembali berkas rekam medis yang disimpan dalam rak penyimpanan, mudah dalam pengambilan dari tempat penyimpanan, mudah pengembaliannya, melindungi berkas rekam medis dari bahaya pencurian, bahaya kerusakan fisik, kimiawi, dan biologi. Sistem penyimpanan berkas rekam medis yang baik merupakan salah satu kunci keberhasilan atau kebaikan manajemen dari suatu pelayanan kesehatan, salah satunya didukung dengan sistem yang baik. Menurut WHO (2002), sistem penyimpanan rekam medis secara desentralisasi sudah tidak dianjurkan untuk digunakan karena keseluruhan data pasien tidak dapat disediakan secara cepat pada waktu yang bersamaan. Dikarenakan petugas harus mengambilkan rekam medis pasien di tempat yang berbeda-beda. Menurut Huffman (1994), jika perubahan sistem penyimpanan berkas rekam medis tidak secepatnya dilakukan maka akan terjadi salah simpan, duplikasi, dan ketidaksinambungan informasi berkas rekam medis. Berdasarkan hasil studi pendahuluan pada bulan Juli 2014 di RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten terdapat 4 (empat) tempat sistem penyimpanan yaitu tempat penyimpanan rawat jalan, tempat penyimpanan rawat inap, tempat penyimpanan bangsal rosella, dan tempat penyimpanan bangsal cendana (VIP) yang mana berkas bekam medis tersebar (tidak menjadi satu) yang memungkinkan pelayanan pasien akan tergangu. Di RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten juga diketahui bahwa akan dilakukanya program reakreditasi

3 KARS pada Desember 2014. Dalam penilaian akreditasi Rumah Sakit satu hal yang difokuskan RSUP Dr Soeradji Tirtonegoro Klaten dalam penilaian akreditasi disamping SOP yang berfokus pada pasien adalah adanya pelayanan rekam medis yang mendukung terselenggaranya program keselamatan pasien secara terpadu. Menurut Rustiyanto dan Warih (2011), sistem desentraliasi sudah tidak efektif karena hal ini akan sangat mempengaruhi kinerja para tenaga rekam medis maupun tenaga medis, selain itu cara penyimpanan seperti ini juga sangat merugikan pasien, karena cara penyimpanan yang dilakukan di tiap atau masingmasing poliklinik yang dikunjungi, informasi yang ada didalam dokumen rekam medis tersebut tidak akan sampai ke dokter atau ke tenaga medis lain, sehingga jika ada informasi penting berkaitan dengan riwayat penyakit yang dulu atau riwayat penyakit yang lain tidak diketahui. Sebaiknya penggunaan cara penyimpanan seperti ini tidak usah digunakan didalam sistem pelayanan rekam medis. Hal tersebut diperkuat dengan teori Huffman (1994), keuntungan sistem tersentralisasi salah satunya adalah catatan terpadu yang berisi semua informasi yang tersedia merupakan bantuan yang besar pada tim pelayanan kesehatan dibandingkan dengan catatan yang tersebar di beberapa tempat. Dari teori diatas dapat diketahui bahwa untuk mendukung keselamatan pasien salah satunya dengan menggunakan sistem penyimpanan sentralisasi. Dengan sistem sentralisasi berkas tersimpan menjadi satu tempat dan berkas terintegrasi dengan baik, sehingga informasi keseluruhan riwayat pasien dapat diketahui dengan mudah dan program keselamatan pasienpun bisa tercapai. Pada bulan

4 Juli 2014 diperoleh informasi bahwa RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten dalam tahap perubahan sistem penyimpanan dari sistem desentralisasi ke sistem sentralisasi dan sampai saat ini belum selesai dengan sempurna Dalam pelaksanaan perubahan sistem penyimpanan tersebut, memungkinkan timbulnya suatu kendala yang tidak sesuai dengan rencana perubahan. Dengan diketahuinya kendala proses perubahan menjadi sistem penyimpanan sentralisasi tersebut, maka dapat dijadikan dasar pertimbangan untuk tahap pelaksanaan selanjutnya. Sehubungan dengan hal tersebut diatas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dan meninjau pelaksanaan perubahan sistem penyimpanan dari desentralisasi menjadi sentralisasi di RSUP Dr Soeradji Tirtonegoro Klaten. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang diambil peneliti adalah Bagaimana proses perubahan yang dilakukan pada sistem penyimpanan berkas rekam medis di RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Untuk mengetahui perubahan sistem penyimpanan berkas rekam medis dari desentalisasi menjadi sentralisasi di RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten.

5 2. Tujuan Khusus a. Mengetahui perencanaan dari kegiatan perubahan sistem penyimpanan berkas rekam medis dari desentralisasi menjadi sentralisasi di RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten. b. Mengetahui pelaksanaan kegiatan perubahan sistem penyimpanan berkas rekam medis sampai tahun 2015 yang terdiri dari: 1) Kendala yang muncul selama pelaksanaan perubahan sistem penyimpanan berkas rekam medis di RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten. 2) Hasil dari kegiatan perubahan sistem penyimpanan berkas rekam medis dari desentralisasi menjadi sentralisasi RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten. D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Praktis a. Bagi Rumah Sakit Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai masukan dalam melakukan penyimpanan berkas rekam medis sehingga dapat meningkatkan pelayanan. b. Bagi Peneliti 1) Dapat menerapkan teori perkuliahan ke dalam praktek yang sesungguhnya

6 2) Menambah pengetahuan dan pengalaman tentang permasalahan pada objek penelitian 3) Mendapatkan pengalaman dalam upaya pengembanagan ilmu rekam medis di masa mendatang 2. Manfaat Teoritis a. Bagi Institusi Pendidikan Penelitian ini diharapkan mampu dijadikan sebagai tolok ukur sejauh mana ilmu rekam medis diterapkan, terutama mengenai sistem penyimpanan berkas rekam medis b. Bagi Peneliti Lain Sebagai referensi untuk dasar atau acuan dalam pengembangan penelitian lain. E. Keaslian Penelitian Menurut pengamatan peneliti, penelitian dengan menggunakan judul Evaluasi pelaksanaan perubahan sistem penyimpanan Desentralisasi menjadi sistem penyimpanan Sentralisasi di RSUP Dr Soeradji Tirtonegoroo Klaten belum pernah dilakukan, namun ada beberapa penelitian yang hampir sama, yaitu: 1. Penelitian Lismawati Dewi Anggraini (2012) yang berjudul Efektivitas Sistem Penyimpanan Berkas Rekam Medis di Puskesmas Kalibawang Kabupaten Kulon Progo

7 Tujuan penelitian Lismawati dewi anggraini (2012) adalah Mengetahui efektivitas penyimpanan berkas rekam medis dengan penjajaran nomor langsung di Puskesmas Kalibawang Kabupaten Kulon Progo serta melihat hambatan-hambatan yang dihadapi selama menggunakan sistem penyimpanan tersebut. Hasil penelitian ini adalah Penyimpanan berkas rekam medis menggunakan penjajaran nomor langsung belum efektif. Masih terjadi hambatan-hambatan yang mempengaruhi pelyanan kepada pasien. Persamaan penelitian Lismawati dewi Anggraini (2012) adalah meneliti di bagian penyimpanan berkas rekam medis serta mencari hambatanhambatan yang terjadi. Perbedaanya adalah penelitian penulis bertujuan untuk mengetahui pelaksanaan perubahan sistem penyimpanan dari desentralisasi menjadi sentralisasi sedangkan penelitian Lismawati dewi Anggraini ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas penyimpanan berkas rekam medis dengan penjajaran nomor langsung di puskesmas kalibawang kabupaten kulon progo. 2. Penelitan Rosita (2005) yang berjudul Rancangan Perubahan Sistem Penyimpanan Berkas Rekam Medis Di Rumah Sakit Umum Prof. Dr Margono Soekarjo Purwokerto. Hasil dari penelitan Rosita berupa suatu rancangan yang meliputi tiga tahap yaitu persiapan, pra pelaksanan dan pelaksanan. Tahap persiapan meliputi persiapan sarana, tahap pra pelaksanan meliputi rapat kordinasi dan pelatihan sedangkan tahap pelaksananya meliputi kegiatan pemindahan berkas.

8 Persaman penelitan ini dengan penelitan Rosita (2005) adalah sama-sama meneliti untuk mengetahui rencana pelaksanaan perubahan. Perbedan penelitan Rosita dengan penelitan ini adalah penelitan yang dilakukan oleh peneliti ini adalah untuk mengetahui pelaksanaan dari perubahan sistem penyimpanan desentralisasi menjadi sistem penyimpanan sentralisasi yang sedang berjalan. Sedangkan penelitian Rosita memfokuskan pada perancangan perubahan sistem penyimpanan berkas rekam medis di rumah sakit umum prof. Dr. Margono soekarjo purwokerto 3. Christina (2010) dengan judul Pengaturan Penyimpanan Rekam Medis Tersentralisasi di Puskesmas Galur II Kulon Progo. Penelitian Christina (2010) bertujuan untuk mengetahui alasan dilakukannya penyimpanan secara desentralisasi dan membuat rancangan pengaturan penyimpanan berkas rekam medis secra sentralisasi di Puskesmas Galur II Kulon Progo. Hasil penelitian Christina (2010) adalah penelitian ini menunjukan bahwa pelaksanaan penyimpanan secara desentralisasi di Puskesmas Galur II disebabkan oleh beberapa alasan, yaitu untuk memudahkan urusan klaim asuransi, petugas belum menjalankan koordinasi dengan baik dengan pihak rekam medis dan rawat jalan, dalam hal ini cara pengurusan penyimpanan, serta pasien rawat inap yang masuk melalui UGD setelah pukul 12.00 WIB tidak diambilkan berkas rekam medis. Dari alasan tersebut penelitian ini memberikan rancangan penyimpanan berkas rekam medis secara sentralisasi yang dapat menyelesaikan masalah di atas yaitu menggunakan jenis kartu

9 rangkap pada lembar kartu obat dan tindakan dengan penomoran rekam medis secara unit dan alur berkas rekam medis. Persamaan penelitian ini dengan penelitian Christina (2010) adalah metode penelitian deskriptif kualitatif dengan rancangan penelitian cross sectional. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian Christina (2010) adalah penelitian Christina (2010) mengenai rancangan pengaturan penyimpanan rekam medis tersentralisasi di Puskesmas Galur II Kulon Progo sedangkan penelitian ini untuk mengetahui pelaksanaan perubahan sistem penyimpanan berkas rekam medis dari desentralisasi menjadi sentralisasi di RSUP dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten. F. Sejarah singkat dan gambaran umum RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten. Berdasarkan buku profil RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten tahun 2013: 1. Sejarah RSUP dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten didirikan pada tanggal 20 Desember 1927, secara bersama-sama oleh perkebunan-perkebunan (onderneming) milik pemerintah Hindia Belanda (kini Indonesia) yang terdiri dari perkebunan tembakau, tebu dan perkebunan rami. Rumah Sakit tersebut diberi nama "Dr. SCHEURER HOSPITAL" dan dikelola oleh yayasan "Zending" yang bergerak dibidang kesejahteraan umat. Rumah Sakit itu dipimpin oleh Dr. Bakker.

10 Pada tahun 1942 Jepang masuk / menguasai Pemerintah hindia Belanda sehingga "Dr. SHEURER HOSPITAL" juga dikuasai Jepang. Pada tahun 1945 Jepang kalah perang dan Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya. Dengan demikian "Dr. SHEURER HOSPITAL" juga berada pada kekuasaan pemerintah Indonesia dan sejak saat itu namanya diganti menjadi RUMAH SAKIT UMUM TEGALYOSO KLATEN. Nama ini diambil dari nama desa dimana RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro berada yaitu desa Tegalyoso. Selama pemerintahan Jepang Rumah Sakit dipimpin oleh Dr. Maeda dan Dr. Curuta. Kemudian setelah Jepang pergi (tahun 1945) Rumah Sakit dipimpin oleh Dr. Soenoesmo. Dalam masa peralihan dari rumah sakit dibawah pengelolaan Zending menjadi Rumah Sakit Pemerintah RI masih terdapat beberapa tenaga dokter asing antara lain Dr. Horner dan Dr Bakker Yunior. Selama masa itu semua karyawan RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro diberi kesempatan untuk memilih, tetap bekerja di RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro untuk kemudian diangkat menjadi pegawai negeri atau pindah ke rumah sakit Zending yang lain yaitu RS Bethesda Yogyakarta atau RS Jebres Surakarta. Pada tahun 1952 Dr Soenoesmo yang pada waktu itu sebagai pimpinan rumah sakit, meninggal dunia karen sakit dan menjalani operasi appendicitis. Sebagai pengganti pimpinan RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro ditunjuk Dr. Horner didampingi oleh Dr. Bakker Yunior. Pada Tahun 1954 RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro dipimpin Dr. Soepaat Soemosoedirdjo dan sejak tahun 1945 RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro secara penuh telah dikelola oleh Departemen Kesehatan RI.

11 Pada Tahun 1947 RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro juga digunakan untuk tempat kuliah dan praktek oleh Perguruan Tinggi Kedokteran (PTK), sehingga mulai saat ini pula RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro kecuali melaksanakan pelayanan kesehatan dan pendidikan Bidan serta Mantri Juru Rawat yang telah ada juga dimanfaatkan sebagai tempat pendidikan Dokter. PTK yang ada di RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro tersebut pada tahun 1950 dipindah ke Yogyakarta yang kemudian tumbuh dan berkembang menjadi Fakultas kedokteran Universitas Gajah Mada Yogyakarta. Oleh sebab itu sampai saat ini RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten menjalin erat kerjasama dengan fakultas Kedokteran UGM Yogyakarta. Kerjasama dengan Fakultas Kedokteran UGM tersebut secara resmi dikukuhkan secara tertulis pada tahun 1975 berdasarkan keputusan Menteri Kesehatan RI yang antara lain menetapkan bahwa RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro, bersama-sama dengan RS Dr. Sardjito Yogyakarta merupakan salah satu tempat praktek bagi para mahasiswa kedokteran Fakultas Kedokteran UGM Yogyakarta. Tahun 1978 keluar surat keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor : 134/Menkes/SK/IV/78 tanggal 28 April 1978 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Rumah Sakit Umum, dimana diantaranya menetapkan bahwa RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro adalah merupakan Rumah Sakit Kelas C, yaitu Rumah Sakit Umum yang melaksanakan pelayanan kesehatan paling sedikit dalam 4 (empat) cabang Spesialisasi yaitu: Penyakit Dalam, Bedah, Kebidanan & Penyakit Kandungan dan Kesehatan Anak.

12 Tahun 1992 RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro ditetapkan sebagai Rumah Sakit Unit Swadana Dengan Syarat, oleh Mentri Kesehatan Ri dengan keputusan nomor 746/Menkes/SK/I /1992 tanggal 2 September 1992. Dengan ditetapkannya sebagai Unit Swadana, RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro berweanang untuk mengelola / menggunakan penerimaan fungsional secara langsung. Tahun 1993, dengan keputusan Menteri Kesehatan RI nomor 1168/Menkes/SK/XII/1993 tertanggal 15 Desember 1993, RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro kelasnya naik dari kelas C menjadi kelas B non Pendidikan. Tahun 1994, dengan surat nomor : S-733/MK.03/1994 tertanggal 6 Oktober 1994, Menteri Keuangan RI menyatakan bahwa RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro dapat disetujui sebagai Rumah Sakit Unit Swadana Tanpa Syarat. Disusul penetapan kemudian dengan keputusan Menteri Kesehatan RI nomor 1285/Menkes/SK/XII/ 1994 tertanggal 28 Desember 1994 tentang penetapan RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro menjadi Rumah Sakit Unit Swadanana (Tanpa Syarat). Pada tahun 1997 keluar Undang-undang Nomor 20 tentang Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) yang ditindak lanjuti dengan Peraturan Pemerinta Nomor 22 Tahun 1997 tentang Jenis dan Penyetoran PNBP maka RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro termasuk Instansi Penerimaan Negara Bukan Pajak. Selama kurun waktu yang panjang dan setelah melalui berbagai perubahan kearah manajemen Rumah Sakit yang sesuai dengan perkembangan jaman, maka berdasarkan SK Menteri Kesehatan RI No. 1442

13 A/ Menkes/SK/XII/1997 tanggal 20 desember 1997 menetapkan nama Rumah Sakit menjadi RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Dr. Soeradji Tirtonegoro merupakan salah satu tokoh pergerakan pada perkumpulan BOEDI UTOMO dan mengabdi sebagai dokter di wilayah Klaten. Tahun 2001 dengan Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor : 934/Menkes/IX/2001 tanggal 5 September 2001, RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten disetujui sebagai Rumah Sakit Pendidikan untuk FK- UGM dan dijadikan sebagai Laboratorium Pusat Pengembangan Pelayanan Medik Dasar Esensial. Tahun 2003 dengan Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 1594/Menkes/SK/XII/2002 tanggal 27 Desember 2002 RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten ditetapkan sebagai Rumah Sakit Kelas B Pendidikan. Tahun 2007 berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Nomor: 273/KMK.05/2007 tanggal 21 Juni 2007 dan Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 756/MenKes/SK/VI/2007 tanggal 26 Juni 2007 menetapkan RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten sebagai Rumah Sakit Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum. Berdasarkan SK Menteri Keuangan Nomor : 273/KMK.05/2007, tanggal 21 Juni 2007 dan SK Menteri Kesehatan RI Nomor : 756/SK/VI/2007, RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro ditetapkan menjadi Rumah Sakit Unit Pelaksana Teknis (UPT) Departemen Kesehatan dengan Menerapkan Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum (PPK BLU). Berdasarkan SK Gubernur Jawa Tengah Nomor : 445/28 Tahun 2013, tanggal 22 Maret 2013, RSUP dr. Soeradji Tirtonegoro memperoleh Perpanjangan

14 Ijin Operasional Rumah Sakit. Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor : hk.02.03/i/0700/2013, tanggal 18 April 2013, RSUP dr. Soeradji Tirtonegoro memperoleh penetapan sebagai Rumah Sakit Pendidikan Satelit Fakultas Kedokteran Universitas Gajah Mada. 2. Gambaran Umum RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro a. Profil RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro a) Nama rumah sakit : RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro b) Alamat : Jln Dr. Soeradji Tirtonegoro No. 1 Klaten c) Telepon : (0272) 326060 (hunting system) d) Website : www.rsupsoeradjitirtonegoro.co.id e) E-mail : rsupsoeradji_klaten@yahoo.com f) Faximile : (0272) 321041 g) Tanggal berdiri : 20 Desember 1927 h) Kepemilikan rumah sakit : Pemerintah (Depkes RI) i) Klasifikasi kelas : Kelas B Pendidikan j) Luas lahan : 50.572 m² k) Luas bangunan : 16.234,74 m² l) Jumlah tempat tidur : 379 tempat tidur m) Jumlah jenis pelayanan spesialis : 24 jenis (Instalasi Rawat Jalan) n) Jumlah karyawan : 40 orang (Instalasi Rekam Medis) b. Visi Rumah Sakit Menjadi rumah sakit yang berkualitas dan mandiri dalam pelayanan, pendidikan dan penelitian di bidang kesehatan tingkat nasional.

15 c. Misi Rumah Sakit Untuk mewujudkan visi tersebut, maka misi yang diemban oleh rumah sakit adalah sebagai berikut : a) Menyelenggarakan pelayanan kesehatan paripurna, berkualitas dan terjangkau. b) Menyelenggarakan pendidikan, pelatihan, penelitian dan pengembangan ilmu bidang kesehatan dengan standar mutu yang tinggi. c) Mewujudkan kepuasan pelanggan untuk mencapai kemandirian rumah sakit. d) Meningkatkan kesejahteraan karyawan. d. Tugas dan Fungsi a) Tugas Pokok Melaksanakan upaya kesehatan secara berdaya guna dan berhasil guna dengan mengutamakan upaya penyembuhan dan pemulihan yang dilaksanakan secara serasi dan terpadu dengan upaya peningkatan dan pencegahan serta melaksanakan upaya rujukan. b) Fungsi Pokok 1) Menyelenggarakan pelayanan medis. 2) Menyelenggarakan pelayanan medis dan penunjang medis. 3) Menyelenggarakan pelayanan dan asuhan keperawatan. 4) Menyelenggarakan pelayanan rujukan. 5) Menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan. 6) Menyelenggarakan penelitian dan pengembangan.

16 7) Menyelenggarakan administrasi umum dan keuangan. e. Tujuan/Sasaran RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Dalam rangka melaksanakan misi tersebut maka semua kegiatan di RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro diarahkan pada beberapa tujuan atau sasaran, antara lain : a) Terciptanya produk pelayanan kesehatan yang berkualitas unggulan dan sesuai kebutuhan masyarakat. b) Terselenggaranya pendidikan, pelatihan, dan pengembangan sehingga dihasilkan SDM yang professional dan mampu melakukan penapisan ilmu pengetahuan dan teknologi kedokteran. c) Terwujudnya kepuasan seluruh pelanggan dengan pengelolaan yang efektif dan efisien. d) Terwujudnya peningkatan kesejahteraan karyawan. f. Keyakinan Dasar dan Nilai Dasar a. Keyakinan Dasar 1) Karyawan yang berkualitas dan berkomitmen tinggi kepada rumah sakit adalah aset yang paling berharga. 2) Kepuasan dan kesetiaan pasien adalah dasar kelangsungan hidup rumah sakit. 3) Mutu pelayanan rumah sakit sebagai pengikat kesetiaan pelanggan. 4) Kebersamaan adalah kunci utama dalam mencapai kesuksesan.

17 b. Nilai Dasar 1) Jujur dan iklas 2) Integritas 3) Keterbukaan 4) Profesionalisme 5) Kerendahan hati 6) Kerja cerdas 7) Kesediaan untuk melayani 8) Melayani adalah ibadah g. Motto Bersih, nyaman dan akurat h. Kebijakan mutu RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro berkomitmen selalu menerapkan pelayanan prima untuk kepuasan pasien. i. Macam-macam Layanan Medis a) Instalasi Rawat Jalan 1) Klinik Penyakit Dalam 2) Klinik Spesialis Bedah 3) Klinik Spesialis Bedah Ortopedi 4) Klinik Spesialis Anak 5) Klinik Spesialis Kebidanan dan Kandungan 6) Klinik Spesialis THT 7) Klinik Spesialis Mata 8) Klinik Spesialis Syaraf 9) Klinik Spesialis Paru

18 10) Klinik Spesialis Kulit dan kelamin 11) Klinik Spesialis Rehabilatisi Medik 12) Klinik Spesialis Gigi Mulut & Spesialis Orthodonsi 13) Klinik Urologi 14) Klinik Pemeriksaan Kesehatan, Konsultasi Psikologi, Konsultasi Gizi 15) Klinik Umum 16) Klinik Spesialis 17) Klinik Psikiatri 18) Klinik Jantung dan Pembuluh darah 19) Klinik Psikosomatis 20) Klinik Cendana Klinik Cendana adalah klinik yang menyediakan waktu atau jam pelayanan klinik berdasarkan pada kesepakatan atau perjanjian pasien dan dokter. b) Instalasi Rawat Darurat c) Instalasi Rawat Inap d) Instalasi Rawat Intensif e) Instalasi Bedah Sentral f) Instalasi Farmasi g) Instalasi Rehabilitasi Medik h) Instalasi Patologi Klinik i) Instalasi Patologi Anatomi j) Instalasi Radiologi

19 k) Instalasi Rekam Medis l) Instalasi Persalinan m) Instalasi Cendana/Cempaka n) Instalasi Anastesi o) Instalasi Gizi p) Instalasi Sterilisasi Sentral q) Instalasi Forensik dan Perawatan Jenazah r) Instalasi Pemeliharaan Sarana Rumah Sakit s) Instalasi Sanitasi t) Instalasi Tata Usaha Rawat Pasien u) Instalasi Penyelesaian Piutang Pasien v) Instalasi Pemasaran dan Hubungan Masyarakat w) Instalasi Sistem Informasi Rumah Sakit j. Layanan Penunjang a) Instalasi Labolatorium Klinik b) Instalasi Pengolahan Air Limbah c) Instalasi USG dan Instalasi EKG k. Layanan Unggulan a) Klinik Kosmetik (Kecantikan) b) Orthodonsi (merapikan gigi) c) Bedah Orthopedi

20 Tabel 1. Performance RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten Tahun 2013 No Indikator Pelayanan 2013 1 BOR (%) 78,02 2 AVLOS (hari) 4,29 3 BTO (kali) 1,26 4 TOI (hari) 63,79 5 GDR ( ) 51,57 6 NDR ( ) 35,60 7 Rata-rata kunjungan pasien rawat jalan perhari 510,00 (Orang) 8 Rata-rata kunjungan pasien rawat inap perhari (Orang) 82,00 9 Rata-rata kunjungan pasien IGD perhari 98,00 (Orang) 10 Jumlah total tempat tidur (TT) 432,00 Jumlah tempat tidur VIPP (TT) 10,00 Jumlah tempat tidur VIPA (TT) 10,00 Jumlah tempat tidur VIPB (TT) 12,00 Jumlah tempat tidur Kelas I (TT) 35,00 Jumlah tempat tidur Kelas II (TT) 109,00 Jumlah tempat tidur Kelas III (TT) 256,00