BAB I PENDAHULUAN. dibanding erupsi tahun 2006 dan Dari tiga episode tersebut, erupsi terbesar

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Istimewa Yogyakarta merupakan gunung paling aktif di dunia. Gunung Merapi

BAB I PENGANTAR. menjadi dua yaitu bahaya primer dan bahaya sekunder. Bahaya primer

Contents BAB I... 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Pokok Permasalahan Lingkup Pembahasan Maksud Dan Tujuan...

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan letak astronomis, Indonesia terletak diantara 6 LU - 11 LS

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kondisi geografis Indonesia terletak pada busur vulkanik Circum Pacific and

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. terbanyak di dunia dengan 400 gunung berapi, terdapat sekitar 192 buah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sampai Maluku (Wimpy S. Tjetjep, 1996: iv). Berdasarkan letak. astronomis, Indonesia terletak di antara 6 LU - 11 LS dan 95 BT -

BAB I PENDAHULUAN. Erupsi Gunung Merapi merupakan fenomena alam yang terjadi secara

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. letusan dan leleran ( Eko Teguh Paripurno, 2008 ). Erupsi lelehan menghasilkan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. dan berada di jalur cincin api (ring of fire). Indonesia berada di kawasan dengan

BAB I PENDAHULUAN. Gunung Kelud merupakan salah satu gunung api aktif yang ada di

SINTESA PENYEBAB EKSPLOSIVITAS ERUPSI MERAPI 2010

BAB I PENDAHULUAN I - 1

Beda antara lava dan lahar

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang,

Pemodelan Aliran Lahar Menggunakan Perangkat Lunak LAHARZ Di Gunung Semeru, Jawa Timur

kerugian yang bisa dihitung secara nominal misalnya rusaknya lahan pertanian milik warga. Akibat bencana tersebut warga tidak dapat lagi melakukan pek

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Secara geografis Indonesia terletak di daerah khatulistiwa dan melalui

ANALISIS DISTRIBUSI FASIES GUNUNG MERAPI DI KECAMATAN SELO UNTUK IDENTIFIKASI JENIS BAHAYA ERUPSI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

IDENTIFIKASI LOKASI RAWAN BENCANA BANJIR LAHAR DI DAERAH ALIRAN SUNGAI PABELAN, MAGELANG, JAWA TENGAH

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. bandang Wasior di Irian, Tsunami di Mentawai, Sumatera Barat hingga

Morfologi dan Litologi Batuan Daerah Gunung Ungaran

MITIGASI BENCANA ALIRAN LAHAR DENGAN CARA NORMALISASI SUNGAI DI GUNUNG MERAPI, JAWA TENGAH

Jenis Bahaya Geologi

IDENTIFIKASI PERUBAHAN MORFOLOGI KUBAH LAVA MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS

KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA BADAN GEOLOGI

KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA BADAN GEOLOGI

BAB I PENDAHULUAN. termasuk wilayah pacific ring of fire (deretan Gunung berapi Pasifik), juga

PENILAIAN TINGKAT BAHAYA LAHAR HUJAN DI SUNGAI CODE. Annastassia Florencia Sagita Widiyanto

Kata Kunci: Proses geomorfologi, litifikasi, endapan piroklastik

ANALISIS TINGKAT KERUSAKAN PENGGUNAAN LAHAN AKIBAT BANJIR LAHAR PASCA ERUPSI GUNUNGAPI MERAPI TAHUN 2010 DI SUB DAS KALI PUTIH JURNAL PUBLIKASI ILMIAH

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. Salah satu fungsi pembangunan sabo dam adalah untuk

Tipe Gunungapi Komposit (Strato( Strato) Sifat Gunungapi Tipe Strato

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI

BAB I PENGANTAR 1.1. Latar Belakang

PERUBAHAN KONDISI FISIK PASCA ERUPSI GUNUNGAPI MERAPI TAHUN 2010 DI DESA GLAGAHARJO PROVINSI DIY

KONDISI TANAH DAN TEKNIK REHABILITASI LAHAN PASCA-ERUPSI GUNUNG MERAPI. Deddy Erfandi, Yoyo Soelaeman, Abdullah Abas Idjuddin, dan Kasdi Subagyono

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. negara Indonesia yaitu dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang I.2. Perumusan Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN I-1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Studi Pengaruh Lahar Dingin Pada Pemanfaatan Sumber Air Baku Di Kawasan Rawan Bencana Gunungapi (Studi Kasus: Gunung Semeru)

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ABSTRAK UCAPAN TERIMA KASIH

Ringkasan Materi Seminar Mitigasi Bencana 2014

KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA BADAN GEOLOGI

VOLCANIC HAZARDS AND MONITORING

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

APLIK I AN LAN AN EKAP

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi yang masih ada hingga sampai saat ini. Kerugian material yang ditimbulkan

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Letusan Gunung Merapi pada tanggal 26 Oktober sampai 5 Nopember

BAB I PENDAHULUAN. bencana. Dalam Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan

BAB I PENDAHULUAN. dengan lebih dari pulau yang tersebar dari Sabang sampai Merauke.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PREDIKSI KAPASITAS TAMPUNG SEDIMEN KALI GENDOL TERHADAP MATERIAL ERUPSI GUNUNG MERAPI 2006

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dari konsep kesejahteraan subjektif yang mencakup aspek afektif dan kognitif

MITIGASI BENCANA GUNUNG MERAPI BERBASIS DESA BERSAUDARA (SISTER VILLAGE) DI KECAMATAN MUSUK KABUPATEN BOYOLALI JAWA TENGAH

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

SEJARAH LETUSAN GUNUNG MERAPI BERDASARKAN FASIES GUNUNGAPI DI DAERAH ALIRAN SUNGAI BEDOG, DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

BAB II KAJIAN TEORI. dipengaruhi (

BAB I PENDAHULUAN. (Ring of fire) dan diapit oleh pertemuan lempeng tektonik Eurasia dan

BAB I PENDAHULUAN. dari 30 gunung api aktif terdapat di Indonesia dengan lereng-lerengnya dipadati

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. harta benda, dan dampak psikologis. Penanggulangan bencana merupakan suatu

BAB II DESKRIPSI MUSEUM GUNUNG API MERAPI (MGM)

ANALISIS POTENSI LUAPAN BANJIR LAHAR GUNUNGAPI TANGKUBAN PERAHU UNTUK MENENTUKAN AREA EVAKUASI DI SEKITAR SUNGAI CIMUJA KABUPATEN SUBANG

Fisika Gunung Api JENIS SKALA DAN FREKUENSI LETUSAN

Kata Kunci: Minimalisasi biaya mengungsi relokasi, Optimasi rute transportasi. ISBN :

BAB I PENDAHULUAN. tinggi. Secara historis, Indonesia merupakan Negara dengan tingkat

Jejak erupsi Gunung Merapi di Kabupaten Magelang Provinsi Jawa Tengah

Sumber : id.wikipedia.org Gambar 2.1 Gunung Merapi

ABSTRAK. Kata kunci : Gunungapi, Banjir Lahar, Kerusakan Permukiman

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. dan sejarahnya (termasuk perkembangan kehidupan), serta proses-proses yang telah

BAB 1 PENDAHULUAN. Peristiwa banjir lahar dingin biasanya mengancam daerah-daerah di. yang lalu Gunung Merapi di Jawa Tengah meletus,

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Kondisi Fisiografi

TEKANAN PADA ERUPSI GUNUNG BERAPI

BAB III LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

PENGENDALIAN SEDIMEN. Aliran debris Banjir lahar Sabo works

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG Pada dekade terakhir ini, Gunung Merapi mengalami erupsi setiap empat tahun sekali, yaitu tahun 2006, 2010, serta erupsi 2014 yang tidak terlalu besar dibanding erupsi tahun 2006 dan 2010. Dari tiga episode tersebut, erupsi terbesar adalah erupsi tahun 2010 dengan volume material hasil erupsi mencapai 20 juta m 3, mencapai 10 kali lebih besar jika dibanding dengan material hasil letusan Merapi selama kurang lebih 130 tahun terakhir (Cronin et al., 2013). Erupsi ini dapat dikatakan merupakan erupsi yang paling eksplosif dalam rentang waktu 100 tahun dengan skala VEI (Volcanic Explosivity Index). Dua fase letusan terbesar dari episode letusan Merapi 2010 terjadi pada tanggal 26 Oktober dan 5 November. Letusan Merapi 2010 menelan korban jiwa hingga 318 jiwa dan kerugian tidak berhenti hanya pada saat fase erupsi berhenti, namun banjir lahar dingin, yang merupakan produk sekunder Merapi, menambah kerugian yang ditanggung penduduk sekitar Merapi. Erupsi Merapi 2010 merupakan fase erupsi yang cukup penting karena pada fase ini Merapi memproduksi semua jenis endapan dan semuanya dapat didokumetasikan baik endapan primer maupun endapan sekunder. Jenis endapan yang dibagi berdasarkan proses pembentukannya (genesa) antara lain endapan aliran piroklastika (pyroclastic flow), jatuhan piroklastika (pyroclastic fall), dan seruakan piroklastika (pyroclastic surge) sebagai endapan primer dan lahar sebagai 1

endapan sekunder. Sampel endapan kemudian dianalisa karakter fisik, kandungan mineralogi dan geokimia untuk kemudian dilakukan perbandingan karakter tersebut antara endapan primer dan endapan sekunder yang dihasilkan Merapi di periode erupsi tahun 2010. I.2. BATASAN MASALAH Penelitian difokuskan tentang produk erupsi Merapi tahun 2010 yang diasumsikan berasal dari eupsi yang sama, berupa aliran piroklastika, jatuhan piroklastika, seruakan piroklastika dan lahar di lokasi pengambilan sampel. Penelitian berbatas di penentuan ciri apa saja yang menunjukkan genesa dari produk tersebut. Asumsi yang digunakan adalah penentuan jenis endapan dilakukan saat pengambilan data di lapangan berdasarkan kenampakan lapangan endapan sehingga faktor lokasi tidak menjadi fokus penelitian. Dari produk-produk Merapi tersebut diamati karakteristik lapangan, mineralogi, granulometri dan geokimianya. Ciri atau karakter tersebut akan mewakili jenis produk dari tiap genesa yang kemudian akan dibandingkan antara karakter endapan primer dan sekunder Merapi 2010. Fragmen batuan yang digunakan sebagai bahan penelitian hanya dilakukan pada fragmen aliran piroklastika sedangkan pada fragmen lahar tidak dilakukan penelitian. Asumsi yang digunakan adalah aliran piroklastika lebih mewakili produk Merapi 2010 dibandingkan fragmen lahar yang sudah merupakan campuran dari produk erpsi sebelumnya. 2

I.3. TUJUAN PENELITIAN Mengelompokkan karakter produk erupsi Merapi 2010, baik endapan primer (aliran piroklastika, jatuhan, dan seruakan) maupun tipe endapan sekunder (lahar), berdasarkan kenampakan lapangan, mineralogi, tekstur, dan geokimia. Membandingkan karakter yang telah diamati antara tipe endapan primer dan sekunder Merapi 2010. I.4. PENELITI TERDAHULU Newhall (2000) dalam penelitian berjudul 10.000 Years of explosive eruptions of Merapi Volcano, Central Java: archaelogical and modern implications yang menjelaskan sejarah aktifitas Gunung Merapi selama fase historikal. Andreastuti (2000) dalam penelitian berjudul A detailed tephrostratigraphic framework at Merapi Volcano, Central Java, Indonesia: implications for eruption predictions and hazard assessment yang menjelaskan secara umum indeks eksplosifitas Merapi selama fase historikal dari endapan yang dihasilkan. Surono (2012) dalam penelitian berjudul The 2010 Explosive Eruption of Java s Merapi Volcano - a 100 year Event yang menjabarkan kronologi erupsi Merapi 2010. Troll (2013) dalam penelitian berjudul Magmatic differentiation processes at Merapi Volcano: inclusion petrology and oxygen isotopes yang 3

menjelaskan proses diaferensiase magma yang terjadi di Merapi berdasarkan karakter petrologi dari produk Merapi. Belizal (2013) dalam penelitian berjudul Rain triggered lahars following the 2010 eruption of Merapi volcano, Indonesia: A major risk yang membahas karakterisasi endapan lahar hasil banjir lahar dingin 2010. Costa (2013) dalam penelitian berjudul The Storage Conditions, and Magmatic Processes That Yielded The Centennial 2010 Merapi Explosive Eruption yang membahas mengenai kondisi mineral-mineral yang terkandung dalam produk Merapi 2010 dalam hubungannya dengan eksplosivitas Merapi 2010. Cronin (2013) dalam penelitian berjudul Insights into the October- November 2010 Gunung Merapi eruption (Central Java, Indonesia) from the stratigraphy, volume and characteristic of its pyroclastic deposits yang membahas karakteristik dan persebaran endapan PDC hasil erupsi 2010. I.5. MANFAAT PENELITIAN Volume produk yang dihasilkan oleh erupsi Merapi 2010 yang demikian besar menyebabkan masing-masing jenis produk erupsi dapat disampel dan diamati untuk studi penentuan karakteristik produk Merapi berdasarkan genesa. Dari pengamatan karakteristik produk Merapi 2010, diharapkan hasilnya dapat menjadi parameter penentuan dan pengelompokkan jenis produk Merapi pada masa lampau berdasarkan genesanya dari endapan yang memiliki karakteristik sejenis. 4

I.5. LOKASI PENELITIAN Lokasi penelitian berada di empat titik yang utamanya berada di lereng selatan Merapi. Lokasi pertama adalah Desa Bakalan yang berjarak kurang lebih 12,5 kilometer dari puncak Merapi. Lokasi ini dekat dengan aliran Kali Gendol, memiliki koordinat 100 o 27 42 dan 7 o 39 18. Pada lokasi ini, sampel yang diambil adalah sampel aliran piroklastika dan seruakan piroklastika. Lokasi kedua berada di Desa Jumoyo, yang berada di sekitar jalan lintas provinsi yang menghubungkan Kabupaten Magelang, berjarak kurang lebih 17 km dari puncak Merapi. Lokasi ini berada tepat di sisi jembatan yang melintasi Kali Putih, dengan koordinat 110 o 18 01 dan 7 o 36 17. Di lokasi ini, sampel yang diambil adalah endapan lahar. Lokasi ketiga merupakan lokasi pengambilan sampel jatuhan piroklastika yang diambil dari dua titik di sekitar Jalan Kaliurang kilometer 5 dan kilometer 7, Kabupaten Sleman, yang berada di radius sekitar 25 kilometer dari puncak Merapi. Koordinat diperkirakan 110 o 44 00 dan 7 o 22 00 Sampel-sampel tersebut sudah dikumpulkan oleh bantuan mahasiswa senior ketika periode erupsi Merapi terjadi di tahun 2010. Ketiga lokasi pengambilan sampel dapat diamati pada peta diatas. Peta diatas merupakan peta daerah bahaya erupsi Merapi 2010 (Mei, 2013). Dapat diamati bahwa lokasi pengambilan sampel 1, yaitu Desa Bakalan, masuk ke dalam zona bahaya Merapi 2010. Desa Bakalan merupakan salah satu desa yang hancur total akibat hempasan awan panas Merapi 2010. Lokasi kedua juga termasuk ke dalam zona bahaya akibat lokasinya yang dilewati oleh Kali Putih. Kali Putih 5

membawa banyak material sekunder Merapi, yaitu lahar terutama jika pada daerah puncak Merapi turun hujan. Gambar 1.1. Peta daerah bahaya Merapi 2010 dan titik lokasi pengambilan sampel penelitian. (Mei, 2013 dengan modifikasi) 6