STRATEGI PRODUKSI PUPUK ORGANIK CAIR KOMERSIAL DARI LIMBAH RUMAH POTONG HEWAN (RPH) SEMARANG

dokumen-dokumen yang mirip
Tersedia online di: Jurnal Teknik Lingkungan, Vol 4, No 3 (2015)

PENDAHULUAN. padat (feses) dan limbah cair (urine). Feses sebagian besar terdiri atas bahan organik

Jurnal Biology Education Vol. 4 No. 1 April 2015 PENGARUH PENAMBAHAN EM BUATAN DAN KOMERSIL PADA FERMENTASI PUPUK CAIR BERBAHAN BAKU LIMBAH KULIT BUAH

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pupuk merupakan suatu bahan yang mengandung satu atau lebih unsur hara bagi tanaman. Bahan tersebut dapat berasal

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

KAJIAN KEPUSTAKAAN. diduga tidak memiliki atau sedikit sekali nilai ekonominya (Merkel, 1981). Limbah

IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil penelitian pengaruh nisbah C/N campuran feses sapi perah dan jerami

HASIL DAN PEMBAHASAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. utama MOL terdiri dari beberapa komponen yaitu karbohidrat, glukosa, dan sumber

I PENDAHULUAN. Hal tersebut menjadi masalah yang perlu diupayakan melalui. terurai menjadi bahan anorganik yang siap diserap oleh tanaman.

PEMBUATAN KOMPOS DARI LIMBAH PADAT ORGANIK YANG TIDAK TERPAKAI ( LIMBAH SAYURAN KANGKUNG, KOL, DAN KULIT PISANG )

STUDI PENGARUH PENAMBAHAN LIMBAH IKAN PADA PROSES PEMBUATAN PUPUK CAIR DARI URIN SAPI TERHADAP KANDUNGAN UNSUR HARA MAKRO (CNPK)

I. PENDAHULUAN. cruciferae yang mempunyai nilai ekonomis tinggi. Sawi memiliki nilai gizi yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Limbah adalah kotoran atau buangan yang merupakan komponen penyebab

4. Jenis pupuk. Out line. 1. Definisi pupuk 2. Nutrien pada tanaman dan implikasinya 3. Proses penyerapan unsur hara pada tanaman

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

HASIL DA PEMBAHASA. Tabel 5. Analisis komposisi bahan baku kompos Bahan Baku Analisis

rv. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Pisang merupakan komoditas buah-buahan yang populer di masyarakat karena

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i. DAFTAR ISI... ii DAFTAR TABEL... v DAFTAR GAMBAR... vii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA. A. Limbah Cair Industri Tempe. pada suatu saat dan tempat tertentu tidak dikehendaki lingkungan karna tidak

BAB I PENDAHULUAN. mengurangi pemakaian pestisida. Limbah padat (feses) dapat diolah. menjadi pupuk kompos dan limbah cair (urine) dapat juga diolah

HASIL DAN PEMBAHASAN. perah dan limbah kubis (Brassica oleracea) pada pembuatan pupuk organik cair

TINJAUAN PUSTAKA. A. Kompos Kulit Buah Jarak Pagar

PEMANFAATAN ISI RUMEN SEBAGAI STARTER Oleh: Masnun, S.Pt., M.Si Widyaiswara Muda I. PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki hampir 100 perusahaan atau pabrik kelapa sawit baik milik

BAB I PENDAHULUAN. membawa dampak yang tidak baik bagi manusia. Tumpukan sampah. tersebut jika dibiarkan dapat menimbulkan pencemaran, penyakit serta

PENERAPAN IPTEKS. Pemanfaatan Limbah Usaha Pemotongan Ayam dan Pertanian Untuk Penyediaan Pupuk Organik Cair dan Produksi Tanaman Organik

Pengemasan dan Pemasaran Pupuk Organik Cair

BAB I PENDAHULUAN. Ternak ruminansia seperti kerbau, sapi, kambing dan domba sebagian besar bahan

PEMBUATAN BIOPLUS DARI ISI RUMEN Oleh: Masnun, S.Pt., M.Si

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 4. Kandungan Unsur Hara Makro pada Serasah Daun Bambu. Unsur Hara Makro C N-total P 2 O 5 K 2 O Organik

BAB I PENDAHULUAN. sayur yang paling diminati oleh masyarakat Indonesia. Harga tanaman

PEMBUATAN KOMPOS DARI AMPAS TAHU DENGAN ACTIVATOR STARDEC

HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 PENELITIAN PENDAHULUAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. bagi perekonomian Indonesia. Pada tahun 2012 luas perkebunan kakao di

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN. jerami padi dan feses sapi perah dengan berbagai tingkat nisbah C/N disajikan pada

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Botani, Klasifikasi, dan Syarat Tumbuh Tanaman Cabai

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

PEMBUATAN PUPUK ORGANIK

I. PENDAHULUAN. sangat besar untuk memenuhi kebutuhan daging di tingkat nasional. Kenyataan

TINJAUAN PUSTAKA. Reaksi tanah menyatakan tingkat kemasaman suatu tanah. Reaksi tanah dapat

PENDAHULUAN. terhadap produktivitas, kualitas produk, dan keuntungan. Usaha peternakan akan

TINJAUAN PUSTAKA. Pupuk Organik

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman jagung manis (Zea mays sacharata Sturt.) dapat diklasifikasikan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. di daerah yang minim nutrisi. Rumput gajah membutuhkan sedikit atau tanpa

II. TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. Sekilas Tentang Tanah Andisol. lapisan organik dengan sifat-sifat tanah andik, mana saja yang lebih

PENDAHULUAN. Buah melon (Cucumis melo L.) adalah tanaman buah yang mempunyai nilai

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: pertumbuhan tanaman bayam cabut (Amaranthus

II TINJAUAN PUSTAKA. Limbah adalah bahan atau material berlebih yang dihasilkan dari suatu proses

BAB III METODE PENELITIAN

PENUNTUN PRAKTIKUM TEKNOLOGI PENGOLAHAN LIMBAH PETERNAKAN

Pupuk organik cair termasuk dalam salah satu pupuk organik yang memiliki manfaat memperbaiki sifat fisik tanah, membantu pembentukan klorofil daun,

TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman bawang merah berakar serabut dengan sistem perakaran dangkal

HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Penelitian

PEMANFAATAN LIMBAH LUMPUR (SLUDGE) WASTEWATER TREATMENT PLANT PT.X SEBAGAI BAHAN BAKU KOMPOS

I. PENDAHULUAN. untuk dikembangkan di Indonesia, baik sebagai bunga potong maupun tanaman

II. TINJAUAN PUSTAKA. Limbah kota pada umumnya didominasi oleh sampah organik ± 70% sebagai

I. PENDAHULUAN. sekitar 60% biaya produksi berasal dari pakan. Salah satu upaya untuk menekan

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Kondisi Umum Penelitian. pengomposan daun jati dan tahap aplikasi hasil pengomposan pada tanaman sawi

PENDAHULUAN. Latar Belakang. sangat berperan penting sebagai sumber asupan gizi yang dibutuhkan

TINJAUAN PUSTAKA. yang baik yaitu : sebagai tempat unsur hara, harus dapat memegang air yang

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. tersebut serta tidak memiliki atau sedikit sekali nilai ekonominya (Sudiarto,

I. PENDAHULUAN. Bawang merah (Allium ascalonicum L.) adalah tanaman semusim yang tumbuh

I. PENDAHULUAN. Nitrogen (N) dan Fosfor (P) merupakan unsur hara makro utama yang diperlukan

I. PENDAHULUAN. Selada (Lactuca sativa L.) merupakan salah satu tanaman sayur yang dikonsumsi

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar mata pencarian

BAB III PENCEMARAN SUNGAI YANG DIAKIBATKAN OLEH LIMBAH INDUSTRI RUMAH TANGGA. A. Penyebab dan Akibat Terjadinya Pencemaran Sungai yang diakibatkan

PEMANFAATAN LIMBAH PASAR SEBAGAI PAKAN RUMINANSIA SAPI DAN KAMBING DI DKI JAKARTA

Niken Wijayanti, Winardi Dwi Nugraha, Syafrudin Jurusan Teknik Lingkungan,Fakultas Teknik,Universitas Diponegoro

II. TINJAUAN PUSTAKA. Selada merupakan tanaman semusim polimorf (memiliki banyak bentuk),

Pengaruh Penambahan Limbah Udang Pada Pupuk Cair Dari Fermentasi Urin Sapi Terhadap Kualitas Unsur Hara Makro

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. produk pertanian yang dihasilkan terbebas dari bahan bahan kimia yang

I. PENDAHULUAN. Larutan Mikroorganisme Lokal (MOL ) terbuat dari bahan-bahan alami,

Oleh: Dosen Pembimbing : Dr. Ir. Sri Rachmania Juliastuti, M. Eng. Ir. Nuniek Hendrianie, M. T.

BAB I PENDAHULUAN. pertanian seperti wortel, kentang, dan kubis yang merupakan sayur sisa panen

TINJAUAN PUSTAKA Serapan Hara

I. PENDAHULUAN. Perkembangan pertanian di Indonesia saat ini sangat memprihatinkan. Selain

I. PENDAHULUAN. Tanaman jagung merupakan salah satu komoditas strategis yang bernilai

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. dicotyledoneae. Sistem perakaran kailan adalah jenis akar tunggang dengan

I. PENDAHULUAN. Tanaman pisang adalah salah satu komoditas yang dapat digunakan sebagai

I. PENDAHULUAN. Teknologi revolusi hijau di Indonesia digulirkan sejak tahun 1960 dan

I. PENDAHULUAN. Sampah masih merupakan masalah bagi masyarakat karena perbandingan antara

BAB I PENDAHULUAN. banyak dapat diubah menjadi pupuk organik yang bermanfaat untuk. pertanian yang dapat memberikan unsur hara dalam tanah.

Latar Belakang. Produktivitas padi nasional Indonesia dalam skala regional cukup tinggi

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

PERANGKAT UJI PUPUK ORGANIK (PUPO) (ORGANICFERTILIZER TEST KIT )

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kubis adalah kalori (25,0 kal), protein (2,4 g), karbohidrat (4,9 g), kalsium (22,0

Transkripsi:

STRATEGI PRODUKSI PUPUK ORGANIK CAIR KOMERSIAL DARI LIMBAH RUMAH POTONG HEWAN (RPH) SEMARANG Wiharyanto Oktiawan 1, Anik Sarminingsih 2, Purwono 3, Mahfud Afandi 4 1,2,3 Dosen Program Studi Teknik Lingkungan Fakultas Teknik Universitas Diponegoro 4 Mahasiswa Teknik Lingkungan Fakultas Teknik Universitas Diponegoro JL. Prof. H. Sudarto, SH Tembalang Semarang, Indonesia 50275 email: w_oktiawan@yahoo.com Abstrak Limbah Rumah Pemotongan Hewan (RPH) Kota Semarang yang didominasi oleh rumen sapi jika tidak diolah dapat menyebabkan ketidaknyamanan pada manusia dan kerusakan lingkungan. Dampak negatif dari limbah adalah proses pembuangan dan pembersihannya memerlukan biaya serta efeknya dapat mencemari lingkungan. Hal ini mendorong adanya inovasi dan pengembangan teknologi pengolahan air limbah yang murah dan mudah operasional dan pemeliharaannya serta biaya yang sedikit. Upaya meningkatkan keuntungan akan keberadaan limbah dilakukan cara mengolah limbah menjadi produk yang bermanfaat dan bernilai jual. Keuntungan yang bisa diperoleh dari proses pengolahan limbah tersebut menjadi biogas, bioenergi, dan pupuk. Pupuk yang mengandung magnesium yang tinggi yang beredar di pasaran biasanya berbentuk granul/ serbuk. Apabila tanaman mengalami kekurangan magnesium maka akan menyebabkan kuningnya daun dan menghambat proses fotosintesis yang terjadi di daun. Penambahan limbah garam pada penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan kandungan unsur hara makro C,N,P,K, dan Mg, tidak mencemari lingkungan, tidak merusak struktur tanah, serta mudah dalam pengaplikasiannya. Variasi rasio serat kasar dengan cairan rumen bertujuan untuk mengetahui kandungan paling optimum,antara lain: 100:0,75:25, 50:50, 25:75, 0:100 (serat kasar:cairan rumen). Hasil penelitian menunjukan bahwa penambahan limbah garam tidak mempengaruhi terhadap kandungan unsur hara C-Organik dan Nitrogen, sedangkan pada kandungan Fospor, Kalium, dan Magnesium memiliki pengaruh dari penambahan limbah garam. Kandungan unsur hara makro paling optimum yaitu C-Organik pada fermentor B1 sebesar 1,44%, Ntotal pada fermentor B2 sebesar 0,73%, Fospor (P2O5) pada fermentor B3 sebesar 2,243%, Kalium pada fermentor B3 sebesar 13,05, dan Mg pada fermentor B3 sebesar 26,82%. Meskipun demikian, pupuk organik cair ini belum memenuhi persyaratan teknis Permentan No.70/Permentan/SR.140/10/2011 tentang pupuk organik, pupuk hayati dan pembenah tanah. Kata Kunci : Pupuk Organik Cair, Limbah Rumen, Limbah Garam, Magnesium. PENDAHULUAN Semakin berkembangnya industri maka meningkat pula kebutuhan manusia. Terutama untuk penyediaan daging sapi sebagai kebutuhan manusia. Rumah Pemotongan Hewan, setiap harinya menyediakan daging segar yang didistribusikan ke pasar-pasar di Kota Semarang untuk memenuhi kebutuhan manusia. Dari kegiatan pemotongan sapi ini menghasilkan produk samping berupa limbah. Limbah ini apabila hanya didiamkan menyebabkan ketidaknyamanan pada manusia dan kerusakan lingkungan. Menurut Djaja (2008) dampak negatif dari limbah adalah proses pembuangan dan pembersihannya memerlukan biaya serta efeknya dapat mencemari lingkungan. Oleh karena itu, limbah yang berasal dari bahan organik dapat dimanfaatkan kembali menjadi produk yang memiliki nilai ekonomis. Limbah dari Rumah Pemotongan Hewan (RPH) Kota Semarang pada peninjauan sebelumnya belum dilakukan pengolahan secara optimal. Dikarenakan proses pembuatan instalasi pengolahan air limbah (IPAL) dan pemeliharaannya membutuhkan waktu serta biaya yang banyak. Menurut Roihatin dan Arina (2010) menyatakan bahwa apabila limbah tidak dilakukan pengelolaan dan/atau pengolahan pada limbah RPH maka limbah tersebut menjadi media pertumbuhan dan perkembangan mikroba sehingga limbah mengalami pembusukan. Limbah RPH berupa feses, urine, isi rumen atau 89

isi lambung, darah afkiran daging atau lemak, dan air cuciannya. Isi Rumen Sapi (IRS) dibagi menjadi 2 bentuk yaitu padat dan cair. Isi Rumen Sapi padat berupa bagian kasaran dari rerumputan yang telah dicerna oleh sapi. Sedangkan IRS cair yaitu saringan dari rumen yang telah dibuang pada proses kegiatan pemotongan. Pada penelitian sebelumnya, isi rumen sapi dimanfaatkan kembali menjadi pupuk organik cair dan kompos. Namun sayangnya belum adanya penelitian mengenai penggabungan rumen dengan cairan rumen. Menurut Masnun (2014) di dalam rumen ternak ruminansia (sapi,kerbau, kambing dan domba)terdapat populasi mikroba yang cukup banyak jumlahnya. Cairan rumen mengandung bakteri dan protozoa. Konsentrasi bakteri sekitar pangkat 9 setiap cc isi rumen, sedangkan protozoa bervariasi sekitar 10 pangkat 5-10 pangkat 6 setiap cc isi rumen. Limbah garam (bittern) adalah air sisakristalisasi yang sudah banyak mengandung garam-garam magnesium (pahit). Sehingga pada proses pembuatan garam air ini dibuang untuk mengurangi kadar Mg dalam hasil garam, meskipun masih dapat menghasilkan Kristal NaCl karena dengan penggunaan kembali bittern dapat menurunkan kualitas garam itu sendiri (Purbani,2011) Bahan Dasar pembuatan pupuk organik cair adalah rumen sapi. Menurut Rinsema (1983) Magnesium memiliki peran penting pada tanaman karena sebagai unsur pertumbuhan hijau daun dan klorofil. Karena itu kekurangan megnesium mengganggu pertumbuhan hijau daun. Ia menyebabkan tanaman berwarna hijau pucat.oleh karena itu, limbah garam digunakan untuk memperkaya kandungan unsur hara, terutama magnesium. Penelitian ini bertujuan untuk mencari komposisi penambahan limbah garam yang optimum diharapkan dapat meningkatkan kandungan unsur hara magnesium dalam pupuk cair dari rumen sapi. Sehingga penulis melakukan penelitian dengan judul Pengolahan Limbah Rumah Pemotongan Hewan (RPH) menjadi Pupuk Cair Yang Diperkaya Unsur Magnesium Yang Berasal Dari Limbah Garam (Bittern). METODOLOGI PENELITIAN Lokasi Sampling dan Pengambilan Sampel Lokasi sampling dilakukan di Laboratorium Lingkungan Jurusan Teknik Lingkungan Universitas Diponegoro. Pengambilan sampel untuk pengujian unsur hara makro C,N,P,K, dan Mg dilakukan selama 3 kali yaitu pada hari ke-0, hari ke-7 dan hari ke-14. Untuk pengukuran suhu dan ph dilakukan setiap hari untuk memantau proses terjadinya fermentasi. Variasi penelitian sebagai berikut: A1 = Padat:cair (100:0) + limbah garam 0% A2 = Padat:cair (100:0) + limbah garam 1% A3 = Padat:cair (100:0) + limbah garam 5% B1 = Padat:cair (75:25) + limbah garam 0% B2 = Padat:cair (75:25) + limbah garam 1% B3 = Padat:cair (75:25) + limbah garam 5% C1 = Padat:cair (50:50) + limbah garam 0% C2 = Padat:cair (50:50) + limbah garam 1% C3 = Padat:cair (50:50) + limbah garam 5% D1 = Padat:cair (25:75) + limbah garam 0% D2 = Padat:cair (25:75) + limbah garam 1% D3 = Padat:cair (25:75) + limbah garam 5% E1 = Padat:cair (0:100) + limbah garam 0% E2 = Padat:cair (0:100) + limbah garam 1% E3 = Padat:cair (0:100) + limbah garam 5% Teknik Pengumpulan Data 1. Eksperimen, yaitu melakukan eksperimen/ percobaan dengan membuat pupuk cair dari rumen sapi yang ditambahkan dengan limbah garam, lalu menguji kandungan unsur hara makro C,N,P,K, dan Mg sebelum dan setelah fermentasi dan mengamati pengaruh penambahan limbah garam. 2. Observasi, yaitu melakukan observasi terhadap bahan-bahan yang diperlukan dalam penelitian seperti rumen sapi (cair dan padat) dan limbah garam. 3. Dokumentasi, yaitu merode pengamatan dengan cara mendokumentasikan penelitian dari awal hingga akhir dengan foto atau kamera digital 4. Studi Literatur, yaitu dengan mengkaji literatur-literatur berupa buku, laporanlaporan, penelitian-penelitian, dan jurnaljurnal terdahulu yang relevan Analisis CNPK dan Mg Uji Kandungan unsure hara makro CNPK pada pupuk cair dilakukan dengan acuan SNI 19-7030-2004. 90

Tabel 1 Metode Pengujian Unsur Hara Makro No Parameter Satuan Metode Analisis 1 C-Organik Spektrofotomet % (C) rik 2 Nitrogen Spektrofotomet % Total (N) rik 3 Phosfor (P) % Spektrofotomet rik 4 Kalium (K) % AAS HASIL DAN PEMBAHASAN Konsentrasi C-Organik Kandungan bahan organik berperan penting dalam bidang pertanian. Karena bahan organik dapat mengatur berbagai sifat tanah, kemudian sebagai penyangga persediaan unsurunsur hara bagi tanaman, dan berpengaruh terhadap struktur tanah. Menurut Sutedjo (1999) bahan organik merupakan bahan baku dalam pembentukan jaringan tubuh tanaman, yang berada dalam bentuk H 2 O (air), H 2 CO 3 (asam arang) dan CO 2 dalam udara. Kualitas bahan organik sangat menentukan kecepatan proses dekomposisi dan mineralisasi bahan organik. Kadar C-Organik hasil fermentasi dari cairan rumen sapi mengalami penurunan. C- Organik awal pada saat uji pendahuluan sebesar 6,33 % (padatan rumen) dan 6,02 % (cairan rumen). Setelah mengalami proses fermentasi hasil C-organik pada media A,B,C,D, dan E berturut-turut rata rata sebesar 0,84 ; 1,34 ; 1,23 ; 1,16 dan 0,95 %. Gambar 1 Kandungan C-Organik Sebelum dan Berdasarkan penelitian ini, kandungan C- Organik pada pupuk belum memenuhi persyaratan teknis Permentan No 70 Tahun 2011 Tentang Pupuk Organik, Pupuk Hayati dan Pembenah Tanah. Kandungan C-Organik yang paling maksimum setelah fermentasi yaitu pada rasio 75:25 (serat kasar:cairan rumen) tanpa penambahan limbah garam sebesar 1,44 %. Konsentrasi Nitrogen Total Nitrogen merupakan unsur hara utama bagi pertumbuhan tanaman, yang ada pada umumnya sangat diperlukan untuk pembentukan atau pertumbuhan bagian-bagian vegetatif tanaman, seperti daun, batang, dan akar. Nitrogen atau Zat Lemas diserap oleh akar tanaman dalam bentuk - + NO 3 (nitrat) dan NH 4 (amonium). Kandungan Nitrogen dalam N-Total pada penelitian pupuk organik cair berbahan dasar limbah rumen tanpa atau dengan penambahan limbah garam ini belum memenuhi persyaratan teknis Permentan No.70/Permentan/SR.140/10/2011. Gambar 2 Kandungan Nitrogen Total Sebelum dan Pada Gambar 2 diketahui bahwa nilai kandungan Nitrogen pada pupuk organik cair yang berasal dari limbah rumen dengan penambahan limbah garam mengalami kenaikan setelah proses fermentasi pada hari ke-7 dan kemudian pada hari ke-14 mengalami penurunan. Rasio serat kasar 75% dengan cairan rumen 25 % tanpa penambahan limbah garam sebelum fermentasi kandungan C-Organik sebesar 0,09 %setelah setelah fermentasi 7 hari menjadi 0,79 %,setelah fermentasi 14 hari menjadi 0,63 % dan untuk rasio serat kasar 75% dengan cairan rumen 25 % dengan penambahan limbah garam sebesar 5 % yaitu dari 0,09% pada hari ke-7 sebesar 0,78 dan pada hari ke-14 menjadi 0,71%. Hal ini terjadi karena bakteri memecah kandungan Nitrogen yang terdapat dalam limbah garam sehingga kandungan nitrogen pada proses fermentasi meningkat, 91

namun setelah itu bakteri menggunakan N untuk mensintesis protein (Indriani,2013). Pada akhir proses fermentasi, bakteri niktrifikasi mengubah amonia menjadi nitrat yang menyebabkan unsur nitrogen dalam fermentasi meningkat. Kandungan Nitrogen yang paling maksimum setelah fermentasi yaitu pada rasio 75:25 (serat kasar:cairan rumen) dengan penambahan limbah garam sebesar 1% menjadi 0,73 %. Konsentrasi Fospor Fosfor terdapat dalam bentuk phitin, nuklein dan fosfatide, merupakan bagian dari protoplasma dan inti sel. Sebagai bagian dari inti sel sangat penting dalam pembelahan sel, demikian pula bagi perkembangan jaringan meristem. Fosfor diambil tanaman dalam bentuk H 2 PO 4 -, dan HPO 4 -. Kesetimbangan ion-ion ini dalam larutan tanah dikendalikan oleh ph tanah. Serapan fosfat terbesar terjadi pada kisaran ph 4,0-8,0 dan di atas atau dibawah nilai ini akan menyusut. Pada kisaran ph itu larutan tanah lebih banyak mengandung ion-ion fosfat. Kandungan Fospor dalam bentuk P 2 O 5 pada penelitian pupuk organik cair berbahan dasar limbah rumen fermentasi hari ke-7 pada rasio 100:0, 75:25, dan 50:50 memenuhi persyaratan teknis Permentan No 70/Permentan/SR.140/10/ 2011. Gambar 3 Kandungan Fospor Sebelum dan Nilai kandungan P 2 O 5 pada pupuk organik cair berbahan dasar limbah rumen dengan penambahan limbah garam pada perbandingan serat kasar dengan cairan rumen sebanyak 75:25 lebih besar jika dibandingkan kandungan P 2 O 5 pada pupuk organik cair tanpa penambahan limbah garam. Karena dengan perbandingan serat kasar sebanyak 25 % dengan cairan rumen sebanyak 75% menghasilkan bahan organik yang cukup tinggi. Selain itu suhu yang relatif hangat menyebabkan ketersediaan fosfor akan meningkat karena perombakan bahan organik juga meningkat. Ketersediaan fosfor menipis apabila suhu rendah. Berdasarkan penelitian dapat diketahui kandungan P 2 O 5 paling maksimum setelah fermentasi yaitu pada rasio 75:25 (serat kasar:cairan rumen) dengan penambahan limbah garam sebesar 5% menjadi 2,243 %. Konsentrasi Kalium Kalium diserap dalam bentuk K + (terutama pada tanaman muda). Menurut penelitian, kalium banyak terdapat pada sel-sel muda atau bagian tanaman yang banyak mengandung protein. Unsur Kalium ini berguna untuk membentukan protein dan karbohidrat, mengeraskan jerami dan bagian kayu dari tanaman, meningkatkan resistensi tanaman terhadap penyakit, dan meningkatkan kualitas biji/buah (Sutedjo,1999). Gambar 4 Kandungan Kalium Sebelum dan Kandungan Kalium dalam bentuk K 2 Opada penelitian pupuk organik cair berbahan dasar limbah rumen tanpa penambahan limbah garam ini belum memenuhi persyaratan teknis Permentan no 70/Permentan/SR.140/10/2011. Semakin besar kandungan serat kasar rumen dengan campuran cairan rumen dapat menghasilkan kandungan K 2 O yang besar. Kandungan K 2 O pada hari ke-0 paling maksimum terdapat pada rasio 100:0 (serat kasar:cairan rumen) dengan penambahan limbah garam sebanyak 1% yaitu 0,76 %. Namun setelah proses fermentasi 14 hari pada rasio 100:0 mengalami penurunan sedangkan pada rasio 75:25 dengan penambahan limbah garam sebanyak 5% yang merupakan kandungan K 2 O paling optimum yaitu 1,305% Menurut Indriani (2013) hal ini terjadi karena hasil pelapukan melepas ion K + dari situs pertukaran kation dan dekomposisi bahan organik yang terlarut dalam pupuk organik cair 92

berbahan dasar limbah rumen dengan atau tanpa penambahan limbah garam. Konsentrasi Magnesium Magnesium diserap oleh tanaman dalam bentuk Mg ++, merupakan bagian dari klorofil. Kekurangan zat ini maka akibatnya adalah klorosis, gejala-gejalanya akan tampak pada permukaan dain sebelah bawah.mg banyak terdapat dalam buah dan juga dalam tanah (Sutedjo,1999). Unsur Magnesium memiliki peran penting dalam pembentukan zat hijau daun, karbohidrat, lemak dan minyak serta berperan dalam transportasi fosfat di tanaman.kekurangan unsur hara magnesium ini dapat menyebabkan daun tua pada tanaman sehingga tanaman mengalami klorosis dan tampak bercak-bercak berwarna coklat. Selain itu daun mengering dan seringkali langsung mati daya tumbuh biji lemah (Mulyani,2014). Gambar 5 Kandungan Magnesium Sebelum dan Permentan No 70/Permentan/SR.140/10/2011 tidak mengatur batas minimum maupun maksimum kadar Magnesium (Mg). Oleh karena itu, sebagai pembanding peneliti menggunakan kandungan Mg yang terdapat pada pupuk dolomit dan kiserit. Penambahan limbah garam terhadap proses fermentasi ternyata mampu meningkatkan kandungan unsur magnesium dalam pupuk cair. Pada grafik di atas dapat dilihat bahwa lebih dominan mengalami peningkatan jika dibandingkan hari ke 0. Kandungan Mg tertinggi terdapat pada C3 yaitu dengan perbandingan padatan : cairan limbah rumen sebanyak 50:50 dengan penambahan limbah garam sebanyak 5% dengan nilai Mg sebanyak 26,34 %. Jika dibandingkan dengan kandungan Magnesium pada pupuk Magnesium yang dijual dipasaran, nilai Magnesium pada pupuk ini lebih besar, Selain itu, pupuk magnesium yang dijual di pasaran dalam bentuk granul maupun serbuk. Sedangkan pupuk yang dihasilkan setelah proses fermentasi ini merupakan pupuk organik cair, selain berasal dari bahan organik yang lebih aman jika diaplikasikan di tanaman, dan juga mudah diaplikasikan ke tanaman karena bentuknya yang cair. KESIMPULAN Berdasarkan penelitian proses pembuatan pupuk organik cair dari limbah rumen sapi dengan penambahan limbah garam yang telah dilakukan dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Kandungan C-Organik, Nitrogen, Fospor, Kalium dan Magnesium pada pupuk cair konsentrasi perbandingan serat kasar rumen dengan cairan rumen yang optimum terdapat pada rasio 0:100. 2. Pupuk cair dari limbah rumen dengan penambahan limbah garam ini belum memenuhi standar/syarat Permentan No. 70/PERMENTAN/SR.140/10/2011 tentang pupuk organik, pupuk hayati, dan pembenah tanah yaitu kadar C-Organik minimal 6%, N- Total 3-6 %, P 2 O 5 3-6 %, dan K 2 O 3-6 % 3. Penambahan limbah garam pada proses fermentasi pembuatan pupuk organik cair ini ternyata sangat mempengaruhi nilai unsur K 2 O, dan Mg. Sedangkan untuk unsur C- Organik, N-Total,dan P 2 O 5 tidak terpengaruh dengan penambahan limbah garam SARAN 1. Pupuk organik yang dihasilkan belum memenuhi Permentan No. 70/PERMENTAN/SR.140/10/2011 tentang pupuk organik, pupuk hayati, dan pembenah tanah. Pada penelitian selanjutnya sangat memungkinakan untuk dilakukan penambahan bahan-bahan yang dapat meningkatkan kandungan unsur hara makro C,N,P, dan K, sehingga nilai CNPK pada pupuk dapat memenuhi persyaratan. 2. Pengaruh pengadukan belum dilakukan pada roses fermentasi rumen sapi. 93

DAFTAR PUSTAKA Direktur Jendral Peternakan.2008. Seminar pada Acara Jambore dan Festival Karya Penyuluh Pertanian ke-2. Taman Cibodas, Cianjur, Jawa Barat Djaja, Willyan. 2008. Langkah Jitu Membuat Kompos Dari Kotoran Ternak & Sampah. Jakarta:Agromedia Pustaka Hadisuwito, Sukamto. 2007. Membuat Pupuk Kompos Cair.Jakarta: Agromedia Pustaka. Indriani, Fitri. 2013. Studi Pengaruh Penambahan Limbah Ikan Pada Pupuk Cair Dari Urin Sapi Terhadap Kandungan Unsur Hara Makro (CPNK). Skripsi. Program Sarjana Universitas Diponegoro Masnun. 2014. Pemanfaatan Isi Rumen Sebagai Starter. http://www.bppjambi.info/dwnpublikasi. asp?id=131. 23 November 2014 (19.31). Mulyani, Happy. 2014. Buku Ajar Kajian dan Aplikasi Optimasi Perancangan Model Pengomposan. Jakarta:TIM Purbani, Dini.2001.Proses Pembentukan Kristalisasi Garam. Pusat Riset Wilayah Laut dan Sumberdaya Non Hayati. Departemen Kelautan dan Perikanan. Republik Indonesia. 2011. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 70/PERMENTAN/SR.140/10/2011 tentang Pupuk Organik, Pupuk Hayati Dan Pembenah Tanah. Sekretariat Negara. Jakarta. Rinsema,WT..1983.Pupuk Dan Cara Pemupukan.Jakarta:Penebar Swadaya Roihatin, Anis dan Arina Kartika Rizqi.2010. Pengolahan Air Limbah Rumah Pemotongan Hewan (RPH) Dengan Cara Elektrokoagulasi Aliran Kontinyu. http://eprints.undip.ac.id/1453/1/pdf.pdf. 23 November 2014 (19.07) Sutedjo,Mulyani.1999. Pupuk Dan Cara Pemupukan.Jakarta:PT. Rineka Cipta 94