HUBUNGAN PERILAKU PSN TERHADAP KEBERADAAN LARVA AEDES AEGYPTI DI WILAYAH KERJA PELABUHAN KETAPANG BANYUWANGI

dokumen-dokumen yang mirip
HUBUNGAN BREEDING PLACE DAN PERILAKU MASYARAKAT DENGAN KEBERADAAN JENTIK VEKTOR DBD DI DESA GAGAK SIPAT KECAMATAN NGEMPLAK KABUPATEN BOYOLALI

PERILAKU 3M, ABATISASI DAN KEBERADAAN JENTIK AEDES HUBUNGANNYA DENGAN KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN PERILAKU PSN DENGAN KEBERADAAN JENTIK Aedes aegypti DI DESA NGESREP KECAMATAN NGEMPLAK KABUPATEN BOYOLALI

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado. Kata kunci: Status Tempat Tinggal, Tempat Perindukkan Nyamuk, DBD

HUBUNGAN PELAKSANAAN PSN 3M DENGAN DENSITAS LARVA Aedes aegypti DI WILAYAH ENDEMIS DBD MAKASSAR

Keywords : Mosquito breeding eradication measures, presence of Aedes sp. larvae.

HUBUNGAN BREEDING PLACE DAN PERILAKU MASYARAKAT DENGAN KEBERADAAN JENTIK VEKTOR DBD DI DESA GAGAK SIPAT KECAMATAN NGEMPLAK KABUPATEN BOYOLALI BAB I

Kata kunci: Status Tempat Tinggal, Tempat Perindukkan Nyamuk, DBD, Kota Manado

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Di awal atau penghujung musim hujan suhu atau kelembaban udara umumnya

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN PERILAKU PSN DENGAN KEBERADAAN JENTIK Aedes aegypti DI DESA NGESREP KECAMATAN NGEMPLAK KABUPATEN BOYOLALI

NASKAH PUBLIKASI. Disusun Oleh: INDRIANI KUSWANDARI

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN PERILAKU PEMBERANTASAN SARANG NYAMUK DI RT 3 RW 4 DESA KEMBANGBAHU KECAMATAN KEMBANGBAHU KABUPATEN LAMONGAN

Dian Hidayatul C, Dian Nur Afifah, Arifal Aris

HUBUNGAN ANTARA TINDAKAN PEMBERANTASAN SARANG NYAMUK (PSN) DENGAN KEBERADAAN JENTIK NYAMUK AEDES

BAB I PENDAHULUAN. Tenggara. Terdapat empat jenis virus dengue, masing-masing dapat. DBD, baik ringan maupun fatal ( Depkes, 2013).

Prosiding Pendidikan Dokter ISSN: X

BAB 1 PENDAHULUAN. anak-anak.penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) sampai saat ini masih

Promotif, Vol.5 No.1, Okt 2015 Hal 09-16

HUBUNGAN SIKAP DAN UPAYA PENCEGAHAN IBU DENGAN KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GUNTUNG PAYUNG

KUESIONER PENELITIAN PENGETAHUAN IBU RUMAH TANGGA DI PASEBAN BARAT JAKARTA PUSAT TENTANG DEMAM BERDARAH DENGUE DAN FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I LATAR BELAKANG

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Haemorhagic Fever

ABSTRAK. Pembimbing I : Dr. Felix Kasim, dr., M.Kes Pembimbing II : Budi Widyarto L, dr., MH

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Fajarina Lathu INTISARI

HUBUNGAN PEMBERANTASAN SARANG NYAMUK (PSN) DBD DENGAN KEBERADAAN LARVA Aedes aegypti DI WILAYAH ENDEMIS DBD KELURAHAN KASSI-KASSI KOTA MAKASSAR

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN TINDAKAN PENCEGAHAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI KELURAHAN MALALAYANG 2 LINGKUNGAN III

SARANG NYAMUK DALAM UPAYA PENCEGAHAN PENYAKIT DEMAM BERDARAH DI DESA KLIWONAN MASARAN SRAGEN

HUBUNGAN ANTARA PERILAKU KELUARGA TERHADAP KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE DI KELURAHAN PANCORAN MAS ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. Dengue ditularkan kepada manusia melalui gigitan nyamuk Aedes

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

Sitti Badrah, Nurul Hidayah Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Mulawarman 1) ABSTRACT

EFEKTIVITAS EKSTRAK ETANOL DAUN RAMBUTAN (Nephelium lappaceum L.)TERHADAP KEMATIAN LARVA NYAMUK Aedes aegypti INSTAR III

LAPORAN AKHIR HASIL PENELITIAN KARYA TULIS ILMIAH. Disusun untuk memenuhi sebagianpersyaratan guna mencapai derajat sarjana strata 1 kedokteran umum

Keyword : PSN, Dengue hemorrhagic fever.

Mahaza, Awaluddin (Politeknik Kesehatan Kemenkes Padang) ABSTRACT

BAB I PENDAHULUAN. perjalanan penyakit yang cepat, dan dapat menyebabkan. kematian dalam waktu yang singkat (Depkes R.I., 2005). Selama kurun waktu

ANALISIS FAKTOR RISIKO PERILAKU MASYARAKAT TERHADAP KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI KELURAHAN HELVETIA TENGAH MEDAN TAHUN 2005

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENGARUH KONDISI SANITASI LINGKUNGAN DAN PERILAKU 3M PLUS TERHADAP KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE DI KECAMATAN PURWOHARJO KABUPATEN BANYUWANGI

JURNAL. Suzan Meydel Alupaty dr. H. Hasanuddin Ishak, M.Sc,Ph.D Agus Bintara Birawida, S.Kel. M.Kes

BAB 1 PENDAHULUAN UKDW. kelompok B Arthropod Borne Virus (Arboviroses) dan ditularkan oleh nyamuk

BAB I PENDAHULUAN. semakin besar. Keadaan rumah yang bersih dapat mencegah penyebaran

BAB I PENDAHULUAN. Chikungunya merupakan penyakit re-emerging disease yaitu penyakit

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEBERADAAN JENTIK AEDES AEGYPTI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS HALMAHERA KOTA SEMARANG TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN. Demam Berdarah Dengue merupakan penyakit yang disebabkan oleh infeksi

I. IDENTITAS RESPONDEN

BAB I : PENDAHULUAN. menular yang disebabkan oleh virus dengue, virus ini ditularkan melalui

ABSTRAK. Pembimbing II : Kartika Dewi, dr., M.Kes., Sp.Ak

SKRIPSI. HUBUNGAN ANTARA LINGKUNGAN FISIK, KIMIA, SOSIAL BUDAYA DENGAN KEPADATAN JENTIK (Studi di Wilayah Kecamatan Gunung Anyar Kota Surabaya)

!"#$%&'()*'"%+),#&#+%-%'&).'&),#&/'0.%'&)$'"1'('2'-) 3&-32),#&%&/2'-'&)$3-3),#&.%.%2'&).'&),#+'1'&'&) 2#,'.')$'"1'('2' :;<5:;=)>9?

HUBUNGAN PERILAKU 3M DENGAN KEBERADAAN JENTIK NYAMUK DI DUSUN TEGAL TANDAN, KECAMATAN BANGUNTAPAN, KABUPATEN BANTUL YOGYAKARTA

SKRIPSI PERBEDAAN PENGETAHUAN DAN SIKAP JUMANTIK KECIL SEBELUM DAN SESUDAH PEMBERIAN PELATIHAN PENCEGAHAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI MIN KETITANG

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE DI PUSKESMAS GOGAGOMAN KOTA KOTAMOBAGU.

KUESOINER KECAMATAN :... NAMA SEKOLAH : SD... ALAMAT SEKOLAH :... WILAYAH PUSKESMAS :... TGL. SURVEY :... PETUGAS :...

BAB I PENDAHULUAN. yang disebabkan oleh virus dengue yang tergolong Arthropod Borne Virus, genus

BAB I PENDAHULUAN. Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit yang menyebar

HUBUNGAN PERILAKU PENCEGAHAN DAN LINGKUNGAN FISIK DENGAN KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI RW.XII KELURAHAN SENDANGMULYO TEMBALANG SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) : Siswa dapat mengetahui, memahami dan mempunyai sikap. Waktu : 60 menit ( 45 menit ceramah dan 15 menit diskusi ).

ARTIKEL KARYA TULIS ILMIAH. Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat sarjana strata-1 kedokteran umum

Hubungan Faktor Lingkungan Fisik Rumah, Keberadaan Breeding Places, Perilaku Penggunaan Insektisida dengan Kejadian DBD Di Kota Semarang

BAB I. dalam kurun waktu yang relatif singkat. Penyakit menular umumnya bersifat akut

BAB I PENDAHULUAN. banyak penyakit yang menyerang seperti dengue hemoragic fever.

INFORMASI UMUM DEMAM BERDARAH DENGUE

BAB I PENDAHULUAN. tropis. Pandangan ini berubah sejak timbulnya wabah demam dengue di

Kata kunci: DBD, Menguras TPA, Menutup TPA, Mengubur barang bekas

A. LATAR BELAKANG MASALAH

IQBAL OCTARI PURBA /IKM

TINGKAT PENGETAHUAN MASYARAKAT TENTANG PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI DESA LEMAH IRENG KECAMATAN KARANGMALANG KABUPATEN SRAGEN 2011

KUESIONER PENELITIAN PENGETAHUAN IBU RUMAH TANGGA DI PASEBAN BARAT JAKARTA PUSAT TENTANG DEMAM BERDARAH DENGUE DAN FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penyakit DBD adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue

HUBUNGAN SANITASI LINGKUNGAN DAN TINDAKAN 3M PLUS TERHADAP KEJADIAN DBD

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

HUBUNGAN FAKTOR PERILAKU DENGAN KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BOYOLALI I

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN ORANG TUA TENTANG DEMAM BERDARAH DAN KEJADIAN DEMAM BERDARAH DI PUSKESMAS NGORESAN KECAMATAN JEBRES SURAKARTA

BAB 1 : PENDAHULUAN. yang akan memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial ekonomis.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu

HUBUNGAN FAKTOR LINGKUNGAN RUMAH DAN KEPADATAN PENDUDUK DENGAN KEJADIAN PENYAKIT CHIKUNGUNYA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SIPATANA.

GAMBARAN PERILAKU MASYARAKAT DALAM PENCEGAHAN PENYAKIT Chikungunya DI KOTA PADANG. Mahaza, Awaluddin,Magzaiben Zainir (Poltekkes Kemenkes Padang )

TUTI AFRIZA, NASRIATI 2

WALI KOTA PALU PROVINSI SULAWESI TENGAH

WALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 20 TAHUN 2016 TENTANG PENGENDALIAN PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE

BAB I PENDAHULUAN. yang masuk ke peredaran darah manusia melalui gigitan snyamuk dari genus Aedes,

BUPATI PAKPAK BHARAT PROVINSI SUMATERA UTARA

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes

Ni Luh Puspareni¹, I Made Patra², Ni Ketut Rusminingsih³

KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH KADER JUMANTIK DI PUSKESMAS GAYAMSARI SEMARANG

Kata Kunci : Demam Berdarah Dengue (DBD), Sanitasi lingkungan rumah, Faktor risiko

FAKTOR KEBERADAAN BREEDING PLACE DENGAN KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE DI SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. merupakan sejenis nyamuk yang biasanya ditemui di

PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 6 TAHUN 2007 TENTANG PENGENDALIAN PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE

BAB 3 KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat Indonesia, disamping mulai meningkatnya masalah

BAB I PENDAHULUAN. manusia melalui perantara vektor penyakit. Vektor penyakit merupakan artropoda

KUESIONER PENELITIAN PENGETAHUAN IBU RUMAH TANGGA DI PASEBAN BARAT JAKARTA PUSAT TENTANG DEMAM BERDARAH DENGUE DAN FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit menular

BAB III METODE PENELITIAN

Transkripsi:

HUBUNGAN PERILAKU PSN TERHADAP KEBERADAAN LARVA AEDES AEGYPTI DI WILAYAH KERJA PELABUHAN KETAPANG BANYUWANGI Siska Damayanti Sari Dinas Kesehatan Kabupaten Bangkalan Madura ABSTRACT Control of dengue fever emphasis on mosquito control (Aedes aegypti) is useful to break the chain of transmission in addition to early warning in cases of dengue fever and reduce mortality that may arise as a result of the disease. This research includes analytical observational study with cross sectional approach. The population used in the home are all working areas Ketapang Harbor Banyuwangi in the period from January 2012 s / d April 2012 some 210 houses. In this study, the sample size used was 138 houses by using simple random sampling. The result of this is reseach most respondents have a negative larvae number 134 respondents or 97.1%. Most of the respondents have less behavior amounted PSN 131 respondents or 94.9%. From the results of analysis Asymp.Sig value is 0.974, where the value is greater than the value of α (0.05), which shall mean that there is no relationship between the behavior of the PSN with the presence of mosquito larvae. Key words : behavior, dengue fever, larva LATAR BELAKANG Dalam rangka mempertinggi serta memelihara derajat kesehatan secara optimal maka pembangunan di bidang kesehatan sangat diperlukan karena menjadi salah satu modal pokok didalam mendukung pembangunan nasional saat ini. Interaksi kesehatan lingkungan atau environmental health dengan pembangunan dewasa ini maupun yang akan datang saling membawa pengaruh timbal balik satu sama lain. Untuk dapat mewujudkan derajat kesehatan yang optimal, banyak faktor yang berpengaruh antara lain: lingkungan, perilaku, pelayanan kesehatan masyarakat dan keturunan. Salah satu penyakit yang dapat menimbulkan keresahan masyarakat yaitu penyakit demam berdarah dengue. Penyakit ini termasuk penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti(soegeng S, 2006). Timbulnya mendadak dan bisa mengakibatkan kematian bagi penderitanya sehingga berpotensi tinggi menimbulkan kejadian luar biasa (KLB). Penyakit tersebut mudah timbul 76 dan berkembang pada daerah yang mempunyai kepadatan nyamuk Aedes aegypti, kepadatan penduduk serta mobilitas penduduk yang tinggi (WHO, 2003). berdarah dititik beratkan pada Pengendalian nyamuk penularnya (Aedes aegypti) yang berguna untuk memutus rantai penularan di samping kewaspadaan dini terhadap kasus demam berdarah serta mengurangi angka kematian yang mungkin timbul akibat penyakit tersebut. Pengendalian nyamuk tersebut dapat dilakukan dengan menyemprotkan insektisida. Namun selama larvanya masih dibiarkan hidup, maka akan timbul lagi nyamuk yang baru yang selanjutnya dapat menularkan penyakit ini kembali. Oleh karena itu dalam program berdarah penyemprotan insektisida untuk sesegera mungkin dilaksanakan untuk membatasi penyebaran dan penularan penyakit demam berdarah, terbatas di lokasi yang mempunyai potensi berjangkit kejadian luar biasa atau wabah. Yang paling penting di program

berdarah ini adalah upaya membasmi larva nyamuk dengan melakukan 3M,karena tempat perindukan (breding place) yang disukai oleh Aedes aegypti adalah genangan air yang terdapat dalam suatu wadah/container bukan genangan air di atas yaitu menguras tempat-tempat penampungan air secara teratur sekurang-kurangnya seminggu sekali atau menaburkan bubuk abate ke dalamnya, menutup rapat tempat penampungan air dan mengubur/menyingkirkan barangbarang bekas yang dapat menampung air hujan seperti: kaleng-kaleng bekas, plastik dan lain lain. Apabila kegiatan 3M yang dikenal dengan istilah Pengendalian Sarang Nyamuk (PSN) ini dapat dilakukan secara teratur oleh keluarga dan lingkungannya masingmasing, maka penyakit ini dapat diberantas. Areal kerja dari Kantor Kesehatan Pelabuhan yaitu meliputi di dalam lingkungan pelabuhan serta diluar pelabuhan / yang disebut daerah buffer pelabuhan yaitu sekurangkurangnya 400 meter dari daerah perimeter pelabuhan. Index Aedes aegypti (house index) sedapat mungkin dipertahankan hingga kurang dari 1% di daerah buffer pelabuhan (menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 431/Menkes/SK/IV/2007). Tetapi berdasarkan laporan kegiatan pengamatan dan Pengendalian nyamuk Wilayah Kerja Pelabuhan Ketapang Banyuwangi pada tahun 2009 jumlah rata- rata house index sebesar 3,36%, tahun 2010 sebesar 3,38%, dan pada tahun 2011 jumlah rata-ratanya 4,39%. Hal ini menunjukkan bahwa ada peningkatan kepadatan nyamuk Aedes aegypti di daerah buffer. Oleh karena itu maka Peneliti merasa perlu melakukan suatu penelitian mengenai hubungan perilaku PSN dengan keberadaan larva aedes aegypti di wilayah kerja Pelabuhan Ketapang Banyuwangi. METODE PENELITIAN Penelitian ini termasuk penelitian analitik observasional dengan pendekatan cross sectional karena data dan fakta diperoleh melalui pengamatan dan pengukuran terhadap gejala atau fenomena dari subyek penelitian dalam waktu yang bersamaan. Kemudian data yang diperoleh dianalisis guna mengetahui hubungan antara variabel penelitian. Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian (Arikunto, 2006). Dalam penelitian ini, populasi yang digunakan adalah semua rumah di Wilayah Kerja Pelabuhan Ketapang Banyuwangi pada periode bulan Januari 2012 s/d April 2012 sejumlah 210 rumah.pada penelitian ini besarnya sampel yang digunakan adalah 138 rumah dengan menggunakan simple random sampling. Observasi yaitu melaksanakan pengamatan langsung ke rumah/bangunan yang menjadi obyek penelitian. Wawancara yaitu dengan mengadakan wawancara langsung dengan para responden (orang dewasa yang tinggal di tempat tersebut) untuk mendapatkan data yang diperlukan dengan menggunakan form pengamatan entomologi. Perilaku Pengendalian Sarang Nyamuk (PSN) adalah suatu kegiatan yang dilakukan untuk menekan populasi nyamuk, meliputi kegiatan pembersihan sarang nyamuk. Untuk mengetahui tingkat kegiatan PSN. pengukurannya dengan kuesioner, Jawaban pertanyaan faforable dengan menggunakan skala likert yaitu ya diberi skor 1, dan tidak diberi skor 0. Jawaban untuk pertanyaan unfaforable dengan menggunakan skala likert yaitu ya diberi skor 0 dan tidak diberi skor 1. 77

HASIL Tabel 1 : Perilaku PSN pada masyarakat di Wilayah Kerja pelabuhan Ketapang Banyuwangi Perilaku PSN % Kurang 3 2.2 Cukup 131 94.9 Baik 4 2.9 Total 138 100.0 Tabel 1 menunjukan bahwa sebagian besar responden memiliki perilaku PSN kurang berjumlah 131 responden atau 94,9%. Menurut Sri Rezeki (2002) dan kawan-kawan upaya Pengendalian penyakit Demam Berdarah Dengue dititikberatkan pada Pengendalian nyamuk Aedes aegypti dengan insektisida. Namun selama larvanya masih dibiarkan hidup, maka akan timbul lagi nyamuk yang baru yang selanjutnya dapat menularkan penyakit ini kembali. Kegiatan 3 M yang dikenal dengan istilah Pengendalian Sarang Nyamuk (PSN) ini dapat dilakukan secara teratur oleh keluarga di rumah dan lingkungannya masing- masing, maka penyakit ini dapat diberantas. Tabel 2 : Karakteristik Responden Berdasarkan Keberadaan Nyamuk Negatif Keberadaan Nyamuk % 134 97.1 Positif 4 2.9 Total 138 100.0 Tabel 2 menunjukan bahwa sebagian besar responden memiliki negatif jentik sejumlah 134 responden 78 atau 97,1%.Siklus kehidupan nyamuk Aedes aegypti dalam lingkungan air dimulai setelah nyamuk Aedes aegypti betina bertelur. Telur yang dihasilkan 10 100 butir setiap kali bertelur. Bentuk telur Aedes aegypti adalah bulat panjang seperti cerutu, warnanya kehitam-hitaman dan bersifat tahan kering. Telur tersebut diletakkan secara tersebar maupun berkelompok pada dinding tempat air pada bagian permukaan airnya atau pada batas air. Pada umumnya telur akan menetas menjadi larva dalam waktu lebih kurang dua hari setelah telur terendam air. Tabel 3 : Tabulasi Silang Antara Perilaku PSN Dengan Keberadaan Nyamuk Aedes Aegypti Nyamuk Negatif Positif PSN Kurang 3 0 Cukup 127 4 Baik 4 0 Total 134 4 Tabel 3 menunjukan bahwa sebagian besar memiliki perilaku PSN cukup dengan negatif jentik nyamuk aedes aegypti berjumlah 127 responden. Siklus kehidupan nyamuk Aedes aegypti dalam lingkungan air dimulai setelah nyamuk Aedes aegypti betina bertelur. Telur yang dihasilkan 10 100 butir setiap kali bertelur. Bentuk telur Aedes aegypti adalah bulat panjang seperti cerutu, warnanya kehitam-hitaman dan bersifat tahan kering. Telur tersebut diletakkan secara tersebar maupun berkelompok pada dinding tempat air pada bagian permukaan airnya atau pada batas air. Pada umumnya telur akan menetas menjadi larva dalam waktu lebih kurang dua hari setelah telur terendam air (Dep.Kes.RI,2005). Tempat perindukan nyamuk ini berupa genangan-genangan air yang tertampung di suatu wadah yang biasa

di sebut kontainer dan bukan pada genangan-genangan air di tanah. Menurut Sri Rezeki (2002) dan kawankawan upaya Pengendalian penyakit Demam Berdarah Dengue dititikberatkan pada Pengendalian nyamuk Aedes aegypti dengan insektisida. Namun selama larvanya masih dibiarkan hidup, maka akan timbul lagi nyamuk yang baru yang selanjutnya dapat menularkan penyakit ini kembali. Kegiatan 3 M yang dikenal dengan istilah Pengendalian Sarang Nyamuk (PSN) ini dapat dilakukan secara teratur oleh keluarga di rumah dan lingkungannya masing- masing, maka penyakit ini dapat diberantas. Berdasarkan perbandingan Chi- Square Hitung dengan Chi-Square tabel, dari hasil analisis diperoleh Chi- Square Hitung sebesar 0.220, sementara diketahui bahwa nilai Chi- Square Tabel untuk α (0.05), db=3 sebesar 7.81. Karena Chi-Square Hitung < Chi-Square Tabel maka Ho diterima. Dari hasil analisis diketahui nilai Asymp.Sig adalah 0.974, dimana nilai tersebut lebih besar dari nilai α (0.05). Dengan demikian diputuskan Ho diterima. Yang bearti bahwa tidak ada hubungan antara perilaku PSN dengan keberadaan jentik nyamuk. KESIMPULAN Kesimpulan 1. Sebagian besar responden memiliki negatif jentik sejumlah 134 responden atau 97,1%. 2. Sebagian besar responden memiliki perilaku PSN kurang berjumlah 131 responden atau 94,9%. 3. Dari hasil analisis diketahui nilai Asymp.Sig adalah 0.974, dimana nilai tersebut lebih besar dari nilai α (0.05) yang bearti bahwa tidak ada hubungan antara perilaku PSN dengan keberadaan jentik nyamuk. 1. Bagi Kantor Kesehatan Pelabuhanmeningkatkan sosialisasi atau promosi kesehatan kepada masyarakat serta memperbaiki program yang sudah berjalan yaitu upaya pencegahan penyakit DBD. 2. Bagi Masyarakat mengikuti tiap kegiatan penyuluhan yang diadakan oleh tenaga kesehatan, selalu melaksanakan hidup bersih dan sehat, mau ikut berpartisipasi pelaksanaan kegiatan PSN. 3. Bagi Peneliti Lain Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan untuk melakukan penelitian dengan lebih mendetail dan lebih sempurna. Diharapkan peneliti selanjutnya meneliti tentang faktorfaktor yang mempengaruhi keberadaan jentik di Wilayah Kerja Pelabuhan Ketapang Banyuwangi. DAFTAR PUSTAKA Alimul Hidayat, Azis.(2009).Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisis Data. Jakarta : Salemba Medika Arikunto S. (2002).Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan ProsedurJakarta : Rineka cipta Eko sujianto, Agus.(2009).Aplikasi statistik SPPSS 16Jakarta : PT Prestasi Pustakarya. Natsir,Moh (2005).Metodologi Penelitian, Bogor : Glacia Indonesia Saran 79

Notoatmodjo,soekijo.(2007). Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni. Jakarta: Rineka Cipta Nursalam. (2003). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitiaan Ilmu Keperawatan. Pedoman Skripsi, Tesis, dan Instrumen Penelitian Keperawatan.Edisi 1. Jakarta : salemba Medika Nursalam & Pariani. (2001). Pendekatan Praktis : Metodoligi Riset Penelitian Sagung Seto,jakarta Saryono. (2009).Metodologi Penelitian Kesehatan.Yogyakarta : Mitra Cendekia 80