BAB I PENDAHULUAN. Industri minyak dan gas bumi merupakan salah satu sektor penting dalam

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. saing, efisien, dan berwawasan pelestarian fungsi lingkungan serta mendorong

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Analisa faktor..., Esther Noershanti, FT UI, 2009

BAB I PENDAHULUAN. yang tersebar di banyak tempat dan beberapa lokasi sesuai dengan kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. sektor minyak dan gas bumi. Pengusahaan kekayaan alam ini secara konstitusional

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2004 TENTANG KEGIATAN USAHA HILIR MINYAK DAN GAS BUMI

2018, No Peraturan Pemerintah Nomor 67 Tahun 2002 tentang Badan Pengatur Penyediaan dan Pendistribusian Bahan Bakar Minyak dan Kegiatan Usah

REKOMENDASI KEBIJAKAN Tim Reformasi Tata Kelola Migas. Jakarta, 13 Mei 2015

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Kebutuhan Energi Domestik (5) Sumatera 22,6% Jawa 56,9% Kalimantan 9% Sulawesi Bali & NT.

IV. GAMBARAN UMUM. Badak, dan kilang Tangguh. Ketiga kilang tersebut tersebar di berbagai pulau

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I. Pendahuluan. memerlukan suatu perencanaan keuangan yang disebut capital budgeting. Dengan

2 Di samping itu, terdapat pula sejumlah permasalahan yang dihadapi sektor Energi antara lain : 1. penggunaan Energi belum efisien; 2. subsidi Energi

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2001 TENTANG MINYAK DAN GAS BUMI

BAB I PENDAHULUAN. Tentang Minyak dan Gas Bumi, industri migas terdiri dari usaha inti (core business)

1. PENDAHULUAN. perusahaan energi berkelas dunia yang berbentuk Perseroan, yang mengikuti

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN ENERGI DAN SUMBER DAYA MANUSIA. Gas Bumi. Pipa. Transmisi. Badan Usaha. Wilayah Jaringan. Kegiatan.

I. PENDAHULUAN. alam. Meskipun minyak bumi dan gas alam merupakan sumber daya alam

SOLUSI KEBIJAKAN DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN GAS DOMESTIK

BAB 1 PENDAHULUAN. Besarnya konsumsi listrik di Indonesia semakin lama semakin meningkat.

POKOK-POKOK DALAM PENGATURAN PEMANFAATAN GAS BUMI UNTUK PEMBANGKIT LISTRIK (Peraturan Menteri ESDM No. 11 Tahun 2017) Jakarta, 10 Februari 2017

BAB 3 PEMODELAN, ASUMSI DAN KASUS

2016, No Tahun 2004 tentang Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi sebagaimana telah dua kali diubah terakhir dengan Peraturan Pemerintah Nom

2017, No Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 1994 tentang Pengalihan Bentuk Perusahaan Umum (Perum) Listrik Negara Menjadi Perusahaan Perser

Ringkasan Eksekutif INDONESIA ENERGY OUTLOOK 2009

2015, No Sumber Daya Mineral tentang Ketentuan dan Tata Cara Penetapan Alokasi dan Pemanfaatan Serta Harga Gas Bumi; Mengingat : 1. Undang-Und

Gambar 1.1. Perkembangan Konsumsi Minyak Nabati Dunia

BAB I PENDAHULUAN. PT. Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk, (PGN) merupakan perusahaan

LATAR BELAKANG PASAR DOMESTIK GAS BUMI TERBESAR ADA DI PULAU JAWA YANG MEMILIKI CADANGAN GAS BUMI RELATIF KECIL;

FUNGSI, TUGAS, WEWENANG DAN TANGGUNG JAWAB BPH MIGAS (SECARA UMUM)

1 Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. listrik yang pada gilirannnya akan berdampak pada terhambatnya roda

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2004 TENTANG KEGIATAN USAHA HILIR MINYAK DAN GAS BUMI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG MINYAK DAN GAS BUMI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2004 TENTANG KEGIATAN USAHA HILIR MINYAK DAN GAS BUMI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

ANALISIS INDUSTRI GAS NASIONAL

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Pemanfaatan cadangan..., Mudi Kasmudi, FT UI, 2010.

RINGKASAN EKSEKUTIF INDONESIA ENERGY OUTLOOK 2008

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2001 TENTANG MINYAK DAN GAS BUMI

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Saham perusahaan yang diperjualbelikan di Bursa Efek Indonesia memiliki

PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR SEKTOR ESDM

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2004 TENTANG KEGIATAN USAHA HILIR MINYAK DAN GAS BUMI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

KONSERVASI DAN DIVERSIFIKASI ENERGI DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN ENERGI INDONESIA TAHUN 2040

BAB V. Kesimpulan dan Saran. 1. Guncangan harga minyak berpengaruh positif terhadap produk domestik

2016, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Presiden tentang Tata Cara

DEWAN ENERGI NASIONAL OUTLOOK ENERGI INDONESIA 2014

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PENETAPAN DAN PENANGGULANGAN KRISIS ENERGI DAN/ATAU DARURAT ENERGI

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang. Laba Bersih Pertamina Tahun 2014 hingga 2015

MENlERl ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA

MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLlK INDONESIA

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Minyak Bumi dan Gas Alam mengandung asas-asas dari prinsip-prinsip

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Universitas Indonesia

ALTERNATIF PENGADAAN BATU PECAH DI KABUPATEN KAPUAS DITINJAU DARI ASPEK FINANSIAL

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia kaya akan sumber daya alam. Salah satunya adalah gas bumi.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. listrik yang semakin meningkat sehingga diperlukan energy alternatif untuk energi

PT Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk. Tanggal dan Jam 01 Mar :10:03

BAB 1 PENDAHULUAN. sumber daya alam tersebut adalah batubara. Selama beberapa dasawarsa terakhir. kini persediaan minyak bumi sudah mulai menipis.

I. PENDAHULUAN. Gas alam sebagai salah sumber daya alam yang mempunyai manfaat. sangat banyak dalam menunjang berbagai sektor kehidupan manusia.

BAB I PENDAHULUAN. Pasal 33 ayat (3) bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh

MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL Nomor: 0007 tahun 2005.

RANCANGAN UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2001 TENTANG MINYAK DAN GAS BUMI

BAB I PENDAHULUAN. Sekarang ini tingkat persaingan yang dihadapi oleh perusahaan-perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini berisi alasan peneliti dalam melakukan penelitian. Latar belakang

KomUNIKASI SINgKAT: BAgAImANA NASIB ENERgI TERBARUKAN DI INDoNESIA PASCA TURUNNyA harga minyak DUNIA?

BAB I PENDAHULUAN. Industri minyak dan gas bumi mengalami goncangan yang luar biasa di 10

BAB I PENDAHULUAN. prinsip-prinsip efektifitas dan efisiensi. Kebutuhan tenaga listrik di suatu wilayah

BAB I PENDAHULUAN. ini tentu akan meningkatkan resiko dari industri pertambangan.

FAKULTAS HUKUM, UNIVERSITAS SRIWIJAYA

BAB I PENDAHULUAN. pangsa pasar yang ditargetkan, mempertahankan eksistensi perusahaan, dan lain lain.

BAB I PENDAHULUAN. meningkat. Salah satu elemen penting penunjang pertumbuhan ekonomi adalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PT Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk. Lainnya: Keterbukaan Informasi - Press Release PGN Memenuhi Kebutuhan Gas Untuk Industri di Jawa Timur

3.1. TAHAP PENELITIAN

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG MINYAK DAN GAS BUMI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. Kondisi perekonomian Indonesia yang terus berkembang ke arah yang

KEBIJAKAN ALOKASI GAS BUMI UNTUK DALAM NEGERI

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. keunggulan kompetitif dan daya saing yang kuat. BUMN adalah badan usaha yang seluruh atau sebagian besar modalnya

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan masyarakat. Sektor pertanian di Indonesia terdiri dari beberapa sub

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 2. Akibatnya penduduk yang sebagian

BAB I PENDAHULUAN. berinvestasi dalam bentuk investasi berwujud seperti emas, tanah ataupun rumah. Akan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia juga mengalami peningkatan. Bertambahnya aset dan modal yang

I. PENDAHULUAN. Ubi kayu mempunyai peran cukup besar dalam memenuhi kebutuhan pangan

Shell Meresmikan Terminal Bahan Bakar Minyak di Pulau Laut Kalimantan Selatan

Perpres No. 41 Tahun 2016 Tata Cara Penetapan dan Penanggulangan Krisis Energi dan Darurat Energi oleh Prof. Syamsir Abduh (AUPK)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. juta rupiah. Belum lagi green fee dan pemasukan dari club house yang menyediakan

CAPAIAN SUB SEKTOR MINYAK DAN GAS BUMI SEMESTER I/2017

Boks 1. Dampak Pembangunan Industri Hilir Kelapa Sawit di Provinsi Riau : Preliminary Study IRIO Model

BADAN PENGATUR HILIR MINYAK DAN GAS BUMI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGATUR HILIR MINYAK DAN GAS BUMI NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. dunia. Kontribusi batubara terhadap kebutuhan total energi dunia berkisar 23%.

2017, No tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Pemerintah Nomor 35 Tahun 2009 tentang Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (Lembaran Negara

III. METODE PENELITIAN

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri minyak dan gas bumi merupakan salah satu sektor penting dalam pembangunan nasional guna memenuhi kebutuhan energi dan bahan baku industri, menggerakkan roda perekonomian khususnya dalam negeri, maupun sebagai penghasil devisa negara. Dalam upaya menciptakan kegiatan usaha minyak dan gas bumi yang mandiri, andal, transparan, berdaya saing, efisien, dan berwawasan lingkungan serta mendorong perkembangan potensi dan peranan nasional, perlu adanya pengelolaan yang seoptimal mungkin dari pihak-pihak terkait dan ada urgensi bagi Negara untuk membuat tata kelola secara formal sehingga mampu mendukung kesinambungan pembangunan nasional guna mewujudkan peningkatan kemakmuran dan kesejahteraan rakyat. Negara telah menetapkan Undang-undang Nomor 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi yang mengatur mengenai pengelolaan industri minyak dan gas bumi di Indonesia guna mengakomodasi kondisi tersebut. Undang-Undang No. 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi berpotensi mengubah banyak hal mengenai tata cara pengelolaan industri minyak dan gas bumi Indonesia. Undang-undang tersebut mengatur pembagian yang lebih tegas antara fungsi-fungsi pemerintah, pengatur dan pelaku usaha, pemecahan rantai usaha ke dalam beberapa kegiatan utama (unbundling) serta penekanan pada liberalisasi sektor hilir dengan juga penekanan pada prioritas pemanfaatan gas bumi Indonesia untuk 1

pemenuhan kebutuhan dalam negeri. Pasal 3 Huruf c Undang-undang nomor 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas berbunyi bahwa penyelenggaraan kegiatan usaha minyak dan gas bertujuan menjamin efisiensi dan efektivitas tersedianya minyak bumi dan gas bumi, baik sebagai sumber energi maupun sebagai bahan baku, untuk kebutuhan dalam negeri. Selain itu, Pasal 8 Undang-undang ini mengatakan bahwa pemerintah memberikan prioritas terhadap pemanfaatan gas bumi untuk kebutuhan dalam negeri. Pemerintah juga mengatur pengusahaan kegiatan usaha pengangkutan gas bumi melalui pipa yang menyangkut kepentingan umum agar pemanfaatannya terbuka bagi semua pemakai. Seperti halnya pada minyak bumi, kegiatan industri gas bumi dapat dibedakan ke dalam dua kelompok utama: kegiatan hulu (upstream) dan hilir (downstream). Di antara kedua kelompok kegiatan itu, biasanya ditambahkan kegiatan antara (midstream) (Nugroho, 2004). Gambar di bawah ini memperlihatkan diagram rantai nilai industri gas bumi: Gambar 1.1 Rantai Nilai Industri Gas Bumi Propek bisnis gas di Indonesia kedepan masih sangat tinggi. Asumsi pertumbuhan ekonomi rata-rata selama periode proyeksi sampai dengan tahun 2025 sebesar 7,7% per tahun dan sampai dengan tahun 2050 sebesar 7% per tahun, sedangkan pertumbuhan penduduk rata-rata sebesar 0,9% per tahun sampai tahun 2025 sehingga pada tahun 2

2025 jumlah penduduk Indonesia diperkirakan mencapai 271 juta jiwa, dan tumbuh sebesar 0,5% per tahun sampai tahun 2050, sehingga pada tahun 2050 jumlah penduduk Indonesia diperkirakan mencapai 307 juta jiwa (Kementrian ESDM, 2014). Berdasarkan asumsi pertumbuhan ekonomi dan pertumbuhan penduduk tersebut di atas, diproyeksikan kebutuhan energi sampai dengan tahun 2050 yang meliputi kebutuhan listrik, kebutuhan energi final yaitu energi yang dibutuhkan/dikonsumsi langsung oleh pengguna akhir, dan kebutuhan energi primer yaitu energi yang belum mengalami proses pengolahan lebih lanjut, sebagai berikut: Tabel 1.1 Kebutuhan Gas dalam Energy Mix Menuju Tahun 2050 Sumber: Kementrian ESDM, 2014 Dalam proyeksi kebutuhan gas bumi sesuai dengan Kebijakan Energi Nasional s.d 2050 terdapat pertumbuhan kebutuhan gas bumi dari 1,84 TCF pada tahun 2015 menjadi 3,29 TCF pada tahun 2025 dan menjadi 9,21 TCF pada tahun 2050. Pertumbuhan rata-rata kebutuhan gas bumi dari tahun 2015-2020 adalah 6% per tahun, tahun 2020-2025 adalah 7% per tahun, tahun 2025-2030 adalah 5% per tahun, tahun 2030-2040 adalah 5% per tahun dan tahun 2040-2050 adalah 3% per tahun. Kebutuhan gas bumi mengalami peningkatan yang cukup signifikan dalam periode 2015-2025 (6-7% per tahun), dikarenakan gas bumi dalam periode tersebut, dioptimalkan penggunaannya di dalam negeri baik sebagai bahan bakar maupun bahan 3

baku industri untuk menciptakan nilai tambah yang tinggi di dalam negeri serta sebagai jembatan untuk mempersiapkan penggunaan teknologi yang lebih bersih seperti energi baru dan terbarukan. Pada periode 2025-2050 kebutuhan gas bumi mengalami perlambatan pertumbuhan, dikarenakan dalam periode tersebut diharapkan energi baru dan terbarukan telah mulai memiliki peran dalam pemenuhan kebutuhan energi terutama untuk sektor kelistrikan dan transportasi, sedangkan gas bumi diprioritaskan untuk pemenuhan kebutuhan energi yang memberikan penciptaan nilai tambah lebih tinggi terutama sektor industri. PT XYZ ( XYZ ) adalah perusahaan yang bergerak dalam sektor midstream dan downstream industri gas Indonesia, didirikan pada tanggal 23 Februari 2007. Perusahaan ini mempunyai berbagai bisnis meliputi usaha niaga gas, transportasi gas, pemrosesan gas dan distribusi gas, serta bisnis lainnya yang terkait dengan gas alam dan produk turunannya. Bisnis inti XYZ adalah sektor midstream yaitu bisnis transportasi gas, dan ditunjang dengan beberapa anak perusahaan yang bergerak di lini bisnis downstream masing-masing sesuai dengan kompetensi intinya adalah niaga dan distribusi gas serta pemrosesan dan penyimpanan gas. Di bidang transportasi, saat ini perusahaan memiliki jaringan pipa gas terbentang sepanjang 34.000 km di Sumatra, Jawa dan sebagian Kalimantan. Dilihat dari analisa proyeksi potensi kebutuhan gas bumi di Indonesia pada masa mendatang (s.d. tahun 2050), bisnis yang dijalankan oleh XYZ merupakan bisnis yang sangat strategis dan diharapkan mampu memberikan nilai tambah bagi seluruh stakeholder internal maupun eksternal perusahaan. Di Indonesia, bisnis pengembangan infrastruktur pipa gas masih membuka ruang yang lebar. Pada 4

tahun 2012, jumlah jaringan pipa transmisi dan distribusi gas nasional baru mencapai 8.000 km. Jumlah tersebut hanya bertambah 200 km dibandingkan dengan panjang pipa pada tahun 2010 sepanjang 7.800 km. Karena itu, percepatan pembangunan dan pengembangan infrastruktur gas sudah sangat mendesak guna dapat mengakomodasi pemerataan dan pemenuhan pasokan gas di seluruh wilayah Indonesia. Pada tahun 2013, XYZ membangun jaringan pipa gas 24 di Sumatra Utara dari Kota Arun sampai dengan Kota Belawan, dengan memanfaatkan sebagian Right Of Way (ROW) existing sepanjang 340 km. Pembangunan jaringan pipa gas ini ditujukan untuk mengakomodasi Kilang LNG Arun yang berakhir kontrak ekspornya di tahun 2014. Asset Kilang LNG Arun diserahkan ke anak perusahaan XYZ yaitu PT DEF ( DEF ) untuk kemudian direaktivasi menjadi LNG receiving terminal serta fasilitas regasifikasi LNG untuk dimanfaatkan guna memenuhi kebutuhan gas bagi pembangkit listrik PLN di Sumatra Utara. Proses regasifikasi (regasification) merupakan kebalikan dari proses likuifaksi yaitu berfungsi untuk mengubah kembali gas alam cair menjadi gas. Pola alur bisnisnya adalah PLN akan membeli kargo LNG dari supplier LNG dari dalam negeri, kemudian diolah kembali menjadi gas alam di kilang regasifikasi arun yang dikelola anak perusahaan XYZ, dan dialirkan menuju pembangkit listrik melalui pipa XYZ jalur Arun-Belawan. Ruas pipa gas tersebut telah sampai di tahap commissioning pada tanggal 11 Desember 2014. Dengan adanya pertimbangan potensi dan peluang pengembangan pasar industri serta infrastruktur di daerah Sumatra utara dan sekitarnya, XYZ berencana melanjutkan pembangunan pipa tersebut dari Kota Belawan ( B ) sampai dengan Kawasan Khusus 5

Sei Mangkei ( KK ) melewati konsumen-konsumen gas potensial di Kawasan Industri Medan ( KM ) dengan total panjang pipa 138,01 km. Ekstension dari pipa Kota B- KM-KK akan dilanjutkan dengan pembangunan pipa distribusi dan line service ke masing-masing konsumen (konsumen dapat berinvestasi sendiri atau investasi dilakukan oleh XYZ dengan tambahan toll fee). Kegiatan usaha niaga gas menuju ke KM-KK nantinya akan dilaksanakan oleh anak perusahaan XYZ yaitu PT ABC ( ABC ). Pola bisnisnya adalah ABC akan membeli kargo LNG dari supplier LNG dalam negeri maupun luar negeri secara spot atau kontrak, kemudian diolah kembali menjadi gas alam di kilang regasifikasi arun yang dikelola DEF, dan dialirkan menuju KM-KK melalui pipa XYZ jalur Arun-B-KM-KK. XYZ nantinya akan memperoleh revenue jasa transportasi gas dari ABC berupa toll fee (US$/MSCF). ABC mendapatkan margin dari kegiatan jual beli niaga gas dengan konsumen industri di KM dan KK, yang didapat dari selisih antara harga jual ke konsumen dengan biaya yang timbul dari pembelian LNG, biaya regasifikasi di kilang LNG Arun dan biaya toll fee XYZ. Dari uraian tersebut diatas, perlu dilakukan suatu kajian investasi yang komprehensif terkait pembangunan jalur pipa B-KM-KK guna mendapatkan gambaran menyeluruh terutama bagi pengambil kebijakan, sehingga dapat mengambil keputusan apakah secara keekonomian investasi ini menjadi layak atau tidak layak untuk digulirkan. Hal ini menjadi penting terutama dengan adanya kondisi aktual adanya penurunan harga minyak dunia secara drastis pada akhir tahun 2014, yang tentunya 6

akan berimbas pada kebutuhan konsumsi gas dikarenakan harga minyak akan bersaing dengan harga gas khususnya di sektor industri. Kajian investasi adalah kegiatan analisis untuk menilai manfaat dan biaya dari suatu investasi, dan dapat dijadikan justifikasi investasi. Penilaian investasi yang tradisional menggunakan pendekatan finansial dimana manfaat dan biaya yang ada dikuantifikasi dalam sejumlah nilai uang dan kemudian dibandingkan besar nilainya. Perhitungan keekonomian investasi konvensional yang hanya didasarkan pada pendekatan Discounted Cash Flow (DCF) belum memperhitungkan kondisi ketidakpastian dan fleksibilitas yang muncul dalam sebuah proyek investasi (Bowman dan Moskowitz, 2001). Berangkat dari hal tersebut, muncul metode real options yang memberikan kemudahan bagi perusahaan untuk menghilangkan kondisi bias yang tidak diinginkan dari hasil penilaian Net Present Value dibandingkan dengan nilai yang sebenarnya (Robert McDonald and Daniel Siegel, 1986). Model real options didasarkan pada asumsi bahwa ada sumber yang mendasari ketidakpastian, misalnya harga komoditas atau hasil dari sebuah proyek penelitian, yang seiring berjalannya waktu hasil dari ketidakpastian tersebut terungkap dan manajer dapat menyesuaikan strateginya (Bowman dan Moskowitz, 2001). 1.2 Rumusan Masalah Bisnis transportasi gas yang dilaksanakan oleh XYZ rawan dari berbagai bentuk ketidakpastian dimasa mendatang. Bisnis transportasi ini dipengaruhi oleh 7

perkembangan industri sebagai konsumen utama gas, fluktuasi volume pengambilan gas oleh konsumen dan juga fluktuasi harga minyak. Adanya persoalan penurunan harga minyak di akhir tahun 2014, mengakibatkan switching cost penggunaan gas menjadi semakin tinggi. Dengan adanya penurunan harga minyak dunia, industri cenderung menggunakan solar sebagai bahan bakar utama karena harga bersaing dengan penggunaan gas. Hal ini ditambah lagi dengan tidak pastinya jumlah kebutuhan gas dari konsumen industri dan Independent Power Producer terutama di daerah KK, yang saat ini masih dalam tahap pembangunan kawasan. Fluktuasi volume konsumsi gas dari konsumen industri juga tidak dapat dikesampingkan dalam perhitungan keekonomian karena akan mempengaruhi revenue toll fee yang didapatkan oleh XYZ nantinya. Hal-hal tersebut dan parameter eksternal lainnya secara langsung dan tidak langsung berdampak pada revenue XYZ yang didapat dari besaran toll fee berdasarkan volume gas yang ditransportasikan pipa gas B-KM- KK. Ketidakpastian inilah yang tidak mampu ditangkap nilai manfaat optimalnya oleh pendekatan tradisional Discounted Cash Flow. Metode tradisional belum mampu untuk menilai investasi karena mengabaikan nilai fleksibilitas. Berangkat dari filosofi yang sama dengan Financial Option, real option memiliki keunggulan dalam menangani fleksibilitas, resiko, dan volatilitas yang mungkin terjadi dari sebuah investasi. Dengan demikian real options dinilai lebih mampu menghargai sebuah investasi yang memiliki karakteristik tersebut. Real options dapat memfasilitasi manajemen untuk memperhitungkan kondisi tidak pasti di masa depan yang dapat mempengaruhi tingkat pengembalian investasi (Kemna, 1993). Dengan adanya kondisi- 8

kondisi ketidakpastian tersebut, diperlukan analisa untuk mengidentifikasikan perubahan kondisi saat ini dan kemungkinan skenario yang dapat terjadi dimasa depan, serta hal-hal apa saja yang harus diantisipasi XYZ untuk mencapai tingkat pengembalian investasi yang optimal sesuai harapan stakeholder. Dalam hal ini penulis memilih untuk menggunakan pendekatan Real Option khususnya timing option untuk dapat mengetahui kapan waktu yang tepat untuk mengeksekusi proyek dan nilai keekonomian proyek secara lebih komprehensif dengan mempertimbangkan seluruh skenario ketidakpastian yang mungkin terjadi di masa mendatang, guna mengetahui kelayakan nilai keekonomian dari proyek pembangunan jaringan pipa gas B-KM-KK tersebut. 1.3 Pertanyaan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas, muncul pertanyaan penelitian sebagai berikut: Apakah investasi proyek pipa gas B-KM-KK layak dilaksanakan dan ekonomis dengan menggunakan metode Timing Options dan kapan sebaiknya proyek ini dijalankan? 1.4 Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan pertimbangan waktu yang tepat untuk mengeksekusi proyek dan hasil secara keekonomian layak atau tidaknya pelaksanaan investasi proyek pipa gas B-KM-KK dengan menggunakan metode Timing Options dibandingkan dengan metode tradisional yaitu Discounted Cash Flow. 9

1.5 Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan hasil yang bermanfaat bagi perusahaan dan akademisi, sebagai berikut: a. Memberikan informasi bagi manajemen guna pengambilan keputusan strategis yang paling menguntungkan perusahaan dengan mempertimbangkan berbagai kondisi faktual. b. Dapat digunakan sebagai tambahan literatur tentang perhitungan keekonomian investasi, khususnya tentang implementasi penggunaan metode real options di bidang infrastruktur minyak dan gas bumi. 1.6 Ruang Lingkup dan Batasan Penelitian Penelitian ini dibatasi pada ruang lingkup berikut ini: a. Penelitian ini dititikberatkan pada aspek finansial keuangan, sedangkan aspek teknis meliputi Engineering-Procurement-Construction tidak dibahas secara detail. b. Studi kelayakan investasi ini diasumsikan menggunakan 100% pendanaan dari equity. c. Beberapa perhitungan keekonomian disesuaikan dengan alasan kerahasiaan data komersial perusahaan. 1.7 Sistematika Penulisan BAB I PENDAHULUAN:Pada bab ini memuat tentang beberapa pokok pembahasan terdiri atas latar belakang masalah, rumusan masalah, pertanyaan, tujuan dan manfaat penelitian, ruang lingkup dan batasan penelitian serta sistematika penulisan. 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA:Pada bab ini menguraikan mengenai tinjauan pustaka. Tinjauan pustaka diambil dari kasus dalam perusahaan, berbagai buku dan jurnal ilmiah yang digunakan sebagai pendukung dalam pengumpulan, pengolahan dan analisis data. BAB III METODE PENELITIAN:Pada bab ini menguraikan mengenai penjabaran masalah, metode penelitian yang digunakan, penetapan sampel, teknik pengumpulan data, populasi, sampel dan teknik analisis. Di samping itu, pada bab ini juga memuat profil objek penelitian yaitu PT XYZ. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN:Pada bab ini memuat kumpulan data yang diperoleh melalui pengumpulan informasi dan analisa data secara kuantitatif. Hasil analisa tersebut digunakan untuk melakukan proses pengolahan data yang selanjutnya dilakukan analisis dan pemecahan masalah. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN:Pada bab ini menguraikan kesimpulan yang menjawab seluruh tujuan penelitian yang dilakukan dan memberikan saran yang bermanfaat. 11