ISSN OUTLOOK KOPI 2016 OUTLOOK KOPI

dokumen-dokumen yang mirip
ISSN OUTLOOK KOPI 2015 OUTLOOK KOPI

ISSN OUTLOOK KAPAS 2015 OUTLOOK KAPAS

ISS N OUTLOOK TEH Sekretariat Jenderal Kementerian Pertanian Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 2015

ISSN OUTLOOK JERUK 2016 OUTLOOK JERUK. Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Sekretariat Jenderal - Kementerian Pertanian

OUTLOOK KOMODITI TEBU

ISSN OUTLOOK LADA 2015 OUTLOOK LADA

OUTLOOK KOMODITI TOMAT

OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN PERKEBUNAN

OUTLOOK KOMODITI KAKAO

OUTLOOK KOMODITI KELAPA SAWIT

OUTLOOK KOMODITI CENGKEH

OUTLOOK KOMODITI JAHE

ISSN OUTLOOK BAWANG MERAH 2015 OUTLOOK BAWANG MERAH. Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Sekretariat Jenderal - Kementerian Pertanian

ISSN OUTLOOK CABAI 2016 OUTLOOK CABAI

OUTLOOK KELAPA SAWIT Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Sekretariat Jenderal - Kementerian Pertanian 2016

OUTLOOK KAKAO. Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Sekretariat Jenderal - Kementerian Pertanian

OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN SUBSEKTOR PETERNAKAN SUSU

OUTLOOK KOMODITI TEMBAKAU

OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN SUB SEKTOR PETERNAKAN DAGING AYAM

ISSN OUTLOOK NENAS 2015 OUTLOOK NENAS

OUTLOOK KOMODITI PISANG

I. PENDAHULUAN. Indonesia menjadi salah satu negara yang memiliki areal perkebunan yang luas.

OUTLOOK Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Sekretariat Jenderal Kementerian Pertanian 2016

ISSN OUTLOOK NENAS 2016 OUTLOOK NENAS

OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN SUBSEKTOR PETERNAKAN DAGING SAPI

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara produsen kopi keempat terbesar dunia setelah

ISSN OUTLOOK KARET 2015 OUTLOOK KARET. Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Sekretariat Jenderal - Kementerian Pertanian

I. PENDAHULUAN. Indonesia terkenal dengan sebutan negara agraris, yang ditunjukkan oleh luas

OUTLOOK TELUR Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Sekretariat Jenderal Kementerian Pertanian 2016

Outlook Komoditas Pertanian Tanaman Pangan. Ubi Kayu

BAB I PENDAHULUAN. Sektor perkebunan merupakan sektor yang berperan sebagai penghasil devisa

I. PENDAHULUAN. penyediaan lapangan kerja, pemenuhan kebutuhan konsumsi dalam negeri, bahan

BAB I PENDAHULUAN. Kopi merupakan salah satu komoditas perkebunan yang mempunyai peranan

1. PENDAHULUAN. perekonomian Indonesia. Hal ini terlihat dari beberapa peranan sektor pertanian

OUTLOOK KARET. Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Sekretariat Jenderal - Kementerian Pertanian

BAB I PENDAHULUAN. salah satu komoditas penting yang diperdagangkan secara luas di dunia. Selama

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia terkenal dengan sebutan Negara Agraris. Hal ini dapat

BAB I PENDAHULUAN. maupun luar negeri. Sebagian besar produksi kopi di Indonesia merupakan

V. GAMBARAN UMUM. sebagai produsen utama dalam perkakaoan dunia. Hal ini bukan tanpa alasan, sebab

OUTLOOK KOMODITI MANGGA

V. GAMBARAN UMUM. 5.1 Luas Areal Perkebunan Kopi Robusta Indonesia. hektar dengan luas lahan tanaman menghasilkan (TM) seluas 878.

BAB I PENDAHULUAN. Kopi Indonesia merupakan salah satu komoditas perkebunan yang telah di ekspor

BAB I PENDAHULUAN. dalam menunjang peningkatan ekspor nonmigas di Indonesia. Indonesia

OUTLOOK KOMODITI DURIAN

OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN SUB SEKTOR PETERNAKAN TELUR

BAB I PENDAHULUAN. tropis yang dapat tumbuh dimana saja, terkecuali pada tempat tempat yang terlalu tinggi

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu komoditas unggulan dari sub sektor perkebunan di Indonesia

I. PENDAHULUAN. Karet di Indonesia merupakan salah satu komoditas penting perkebunan. selain kelapa sawit, kopi dan kakao. Karet ikut berperan dalam

V. EKONOMI GULA. dikonsumsi oleh masyarakat. Bahan pangan pokok yang dimaksud yaitu gula.

IV. GAMBARAN UMUM 4.1 Perkebunan Dunia

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia masih merupakan negara pertanian, artinya pertanian memegang peranan

I. PENDAHULUAN. Kopi merupakan salah satu komoditas ekspor unggulan subsektor perkebunan

BAB V GAMBARAN UMUM PRODUK PERTANIAN

I. PENDAHULUAN. Perekonomian merupakan salah satu indikator kestabilan suatu negara. Indonesia

Outlook Komoditas Pertanian Tanaman Pangan Ubi Jalar

BAB I. PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian memegang peran strategis dalam pembangunan

Outlook Komoditas Pertanian Tanaman Pangan. Kacang Tanah

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor andalan dalam mengembangkan

Outlook Komoditas Pertanian Tanaman Pangan Ubi Kayu

UPAYA PENINGKATAN KUALITAS DAN KUANTITAS KOMODITI KOPI JAWA TIMUR GUNA MENUNJANG PASAR NASIONAL DAN INTERNASIONAL

PENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan PDB Hortikultura Tahun Komoditas

V. KERAGAAN INDUSTRI GULA INDONESIA

I. PENDAHULUAN A. Latar belakang Pertanian merupakan salah satu sektor yang memegang peranan penting di Indonesia. Sektor pertanian merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian mempunyai peranan yang cukup penting dalam kegiatan

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian tampaknya masih menjadi primadona perekonomian di

Tabel 1.1. Konsumsi Beras di Tingkat Rumah Tangga Tahun Tahun Konsumsi Beras*) (Kg/kap/thn)

I. PENDAHULUAN. Kopi merupakan komoditi perkebunan yang masuk dalam kategori komoditi

ANALISIS POSISI EKSPOR KOPI INDONESIA DI PASAR DUNIA EXPORT POSITION ANALYSIS OF COFFEE INDONESIA IN THE WORLD MARKET

ISSN OUTLOOK ANGGREK

KEBIJAKAN DAN STRATEGI OPERASIONAL PENGEMBANGAN BIOINDUSTRI KELAPA NASIONAL

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pertumbuhan perekonomian suatu negara tentunya tidak terlepas dari

PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. pertanian berperan besar dalam menjaga laju pertumbuhan ekonomi nasional. Di

BAB I PENDAHULUAN. Pengenalan jenis kopi Robusta pada masa awal abad XX menjurus ke arah suatu

KOPI ANDALAN EKSPOR INDONESIA

I. PENDAHULUAN. Tabel 1.1. Ekspor, Impor, dan Neraca Perdagangan Komoditas Pertanian Menurut Sub Sektor, 2014 Ekspor Impor Neraca

BAB I PENDAHULUAN. melimpah. Memasuki era perdagangan bebas, Indonesia harus membuat strategi yang

BAB I PENDAHULUAN. diperbaharui, dalam kata lain cadangan migas Indonesia akan semakin menipis.

SAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN

V. GAMBARAN UMUM RUMPUT LAUT. Produksi Rumput Laut Dunia

I. PENDAHULUAN. Ubi kayu mempunyai peran cukup besar dalam memenuhi kebutuhan pangan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Subsektor perkebunan merupakan salah satu sektor pertanian yang

I. PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

5 GAMBARAN UMUM AGRIBISNIS KELAPA SAWIT

I. PENDAHULUAN. penyerapan tenaga kerja dengan melibatkan banyak sektor, karena

I. PENDAHULUAN. Dalam rangka peningkatan produksi pertanian Indonesia pada periode lima

I. PENDAHULUAN. ASEAN sebagai organisasi regional, kerjasama ekonomi dijadikan sebagai salah

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional bagi banyak negara di dunia. Semakin terbuka suatu

I. PENDAHULUAN. dalam family Rubiaceae dan genus Coffea. Kopi merupakan bahan minuman tidak

Outlook Komoditas Pertanian Tanaman Pangan. Kacang Tanah

I. PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

PENDAHULUAN. Kopi (Coffea sp.) sebagai salah satu komoditi non migas. Kopi memiliki

I. PENDAHULUAN. Pertanian merupakan sektor potensial yang memegang peranan penting

I. PENDAHULUAN. bersaing dari negara lain yaitu tanaman kopi. Dari 10 negara penghasil kopi

BAB I PENDAHULUAN. Program kebijakan revitalisasi pertanian menitikberatkan pada program

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang memiliki kekayaan alam yang. melimpah dan dikenal dengan sebutan negara agraris, sehingga pertanian

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Transkripsi:

ISSN 1907-1507 OUTLOOK KOPI 2016 OUTLOOK KOPI Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Sekretariat Jenderal - Kementerian Pertanian 2016 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian i

2016 OUTLOOK KOPI ii Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

OUTLOOK KOPI 2016 OUTLOOK KOPI ISSN : 1907-1507 Ukuran Buku : 10,12 inci x 7,17 inci (B5) Jumlah Halaman : 93 halaman Penasehat : Dr.Ir. Suwandi, MSi. Penyunting : Dr. Ir. Leli Nuryati, MSc. Drh. Akbar Yasin, MP. Naskah : Ir. Dyah Riniarsi Triyanti, MSi. Design Sampul : Diah Indarti, SE Diterbitkan oleh : Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Sekretariat Jenderal - Kementerian Pertanian 2016 Boleh dikutip dengan menyebut sumbernya Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian iii

2016 OUTLOOK KOPI iv Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

OUTLOOK KOPI 2016 KATA PENGANTAR Guna mengemban visi dan misi, Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian mempublikasikan data sektor pertanian serta hasil analisis datanya. Salah satu hasil analisis yang telah dipublikasikan secara reguler adalah Outlook Komoditi Perkebunan. Publikasi Outlook Kopi Tahun 2016 menyajikan keragaan data series komoditi kopi secara nasional dan internasional selama 3 dekade (1980-2016) serta dilengkapi dengan hasil analisis proyeksi penawaran dan permintaan domestik dari tahun 2016 sampai dengan tahun 2020. Publikasi ini disajikan tidak hanya dalam bentuk hard copy namun dapat dengan mudah diperoleh atau diakses melalui portal e-publikasi Kementerian Pertanian di alamat http://epublikasi.setjen.pertanian.go.id/. Dengan diterbitkannya publikasi ini diharapkan para pembaca dapat memperoleh gambaran tentang keragaan dan proyeksi komoditi kopi secara lebih lengkap dan menyeluruh. Kepada semua pihak yang telah terlibat dalam penyusunan publikasi ini, penulis ucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya. Kritik dan saran dari segenap pembaca sangat diharapkan guna dijadikan dasar penyempurnaan dan perbaikan untuk penerbitan publikasi berikutnya. Jakarta,Desember 2016 Kepala Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian, Dr. Ir. Suwandi, MSi. NIP.19670323.199203.1.003 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian v

2016 OUTLOOK KOPI vi Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

OUTLOOK KOPI 2016 DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR... v DAFTAR ISI... vii DAFTAR TABEL... ix DAFTAR GAMBAR... xi DAFTAR LAMPIRAN... xv RINGKASAN EKSEKUTIF... xix BAB I. PENDAHULUAN... 1 1.1. LATAR BELAKANG... 1 1.2. TUJUAN... 2 1.3. RUANG LINGKUP... 3 BAB II. METODOLOGI... 5 2.1. SUMBER DATA DAN INFORMASI... 5 2.2. METODE ANALISIS... 6 BAB III. KERAGAAN KOPI NASIONAL... 9 3.1. PERKEMBANGAN LUAS AREAL, PRODUKSI DAN PRODUKTIVITAS KOPI DI INDONESIA... 9 3.1.1. Perkembangan Luas Areal Kopi di Indonesia... 9 3.1.2. Perkembangan Produksi Kopi di Indonesia... 10 3.1.3. Perkembangan Produktivitas Kopi di Indonesia... 12 3.1.4. Sentra Produksi Kopi di Indonesia... 13 3.2. PERKEMBANGAN HARGA KOPI DI INDONESIA... 24 3.3. PERKEMBANGAN KONSUMSI KOPI DI INDONESIA... 25 3.4. PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR KOPI INDONESIA... 26 3.4.1. Perkembangan Volume Ekspor Kopi Indonesia... 26 3.4.2. Perkembangan Volume Impor Kopi Indonesia... 27 3.4.3. Neraca Perdagangan Kopi Indonesia... 27 3.4.4. Negara Tujuan Ekspor Kopi Indonesia Tahun 2015... 28 3.4.5. Negara Asal Impor Kopi Indonesia Tahun 2015... 29 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian vii

2016 OUTLOOK KOPI 3.5. RATA-RATA NILAI PRODUKSI DAN PENGELUARAN DARI USAHA KOPI TAHUN 2014... 30 BAB IV. KERAGAAN KOPI ASEAN DAN DUNIA... 33 4.1. PERKEMBANGAN LUAS TANAMAN MENGHASILKAN, PRODUKSI DAN PRODUKTIVITAS KOPIASEAN DAN DUNIA... 33 4.1.1. Perkembangan Luas Tanaman Menghasilkan Kopi di Negara-negara ASEAN... 33 4.1.2. Perkembangan Produksi Kopi di Negara-negara ASEAN... 35 4.1.3. Perkembangan Produktivitas Kopi di Negara-negara ASEAN 36 4.1.4. Perkembangan Luas Tanaman Menghasilkan Kopi Dunia... 38 4.1.5. Perkembangan Produksi Kopi Dunia... 39 4.1.6. Perkembangan Produktivitas Kopi Dunia... 41 4.2. PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR KOPIASEAN DAN DUNIA... 41 4.2.1. Perkembangan Volume Ekspor dan Impor Kopi ASEAN... 41 4.2.2. Perkembangan Nilai Ekspor dan Impor Kopi ASEAN... 44 4.2.3. Perkembangan Volume Ekspor dan Impor Kopi Dunia... 45 4.2.4. Perkembangan Nilai Ekspor dan Impor Kopi Dunia... 48 4.3. PERKEMBANGAN KETERSEDIAAN KOPI ASEAN DAN DUNIA... 49 4.3.1. Perkembangan Ketersediaan Kopi ASEAN... 49 4.3.2. Perkembangan Ketersediaan Kopi Dunia... 50 BAB V. ANALISIS PRODUKSI DAN KONSUMSI KOPI... 53 5.1. PROYEKSI PRODUKSI KOPI DI INDONESIA TAHUN 2016-2020... 53 5.2. PROYEKSI KONSUMSI KOPI DI INDONESIA TAHUN 2016-2020... 54 5.3. PROYEKSI SURPLUS/DEFISIT KOPI DI INDONESIA TAHUN 2016-2020. 55 5.4. PROYEKSI KETERSEDIAAN KOPI DI ASEAN TAHUN 2016-2020... 56 5.5. PROYEKSI KETERSEDIAAN KOPI DI DUNIA TAHUN 2016-2020... 57 BAB VI. KESIMPULAN... 59 6.1. KESIMPULAN... 59 DAFTAR PUSTAKA... 61 LAMPIRAN-LAMPIRAN... 63 viii Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

OUTLOOK KOPI 2016 DAFTAR TABEL Halaman Tabel 2.1. Sumber Data dan Informasi yang Digunakan... 5 Tabel 5.1. Hasil Proyeksi Produksi Kopi di Indonesia, Tahun 2016-2020... 53 Tabel 5.2. Hasil Proyeksi Konsumsi Kopi di Indonesia, Tahun 2016-2020... 54 Tabel 5.3. Proyeksi Surplus Kopi di Indonesia, Tahun 2016-2020... 55 Tabel 5.4. Hasil Proyeksi Ketersediaan Kopi di ASEAN, Tahun 2016-2020... 56 Tabel 5.5. Hasil Proyeksi Ketersediaan Kopi di Dunia, Tahun 2016-2020... 57 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian ix

2016 OUTLOOK KOPI x Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

OUTLOOK KOPI 2016 DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 3.1. Perkembangan Luas Areal Kopi Indonesia Menurut Status Pengusahaan di Indonesia, Tahun 1980-2016... 9 Gambar 3.2. Perkembangan Luas Areal Kopi Menurut Jenis Kopi Yang Diusahakan, Tahun 2001-2016... 10 Gambar 3.3. Perkembangan Produksi Kopi Menurut Status Pengusahaan, Tahun 1980-2016... 11 Gambar 3.4. Perkembangan Produksi Kopi Menurut Jenis Kopi Yang Diusahakan, Tahun 2001-2016... 12 Gambar 3.5. Perkembangan Produktivitas Kopi Menurut Status Pengusahaan, Tahun 2003-2016... 13 Gambar 3.6. Provinsi Sentra Produksi Kopi Perkebunan Rakyat di Indonesia, Rata-rata Tahun 2012-2016... 13 Gambar 3.7. Provinsi Sentra Produksi Kopi Robusta Perkebunan Rakyat di Indonesia, Rata-rata Tahun 2012-2016... 14 Gambar 3.8. Kabupaten Sentra Produksi Kopi Robusta Perkebunan Rakyat di Provinsi Sumatera Selatan,Tahun 2014... 15 Gambar 3.9. Kabupaten Sentra Produksi Kopi Robusta Perkebunan Rakyat di ProvinsiLampung, Tahun 2014... 16 Gambar 3.10. Kabupaten Sentra Produksi Kopi Robusta Perkebunan Rakyat di Provinsi Bengkulu, Tahun 2014... 17 Gambar 3.11. Kabupaten Sentra Produksi Kopi Robusta Perkebunan Rakyat di Provinsi Jawa Timur, Tahun 2014... 18 Gambar 3.12. Kabupaten Sentra Produksi Kopi Robusta Perkebunan Rakyat di Provinsi Sumatera Barat, Tahun 2014... 19 Gambar 3.13. Provinsi Sentra Produksi Kopi Arabika Perkebunan Rakyat di Indonesia, Rata-rata Tahun 2012-2016... 20 Gambar 3.14. Kabupaten Sentra Produksi Kopi Arabika Perkebunan Rakyat di Provinsi Sumatera Utara, Tahun 2014... 21 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian xi

2016 OUTLOOK KOPI Gambar 3.15. Kabupaten Sentra Produksi Kopi Arabika Perkebunan Rakyat di Provinsi Aceh, Tahun 2014... 22 Gambar 3.16. Kabupaten Sentra Produksi Kopi Arabika Perkebunan Rakyat di Provinsi Sulawesi Selatan, Tahun 2014... 23 Gambar 3.17. Kabupaten Sentra Produksi Kopi Arabika Perkebunan Rakyat di Provinsi Sumatera Barat, Tahun 2014... 23 Gambar 3.18. Kabupaten Sentra Produksi Kopi Arabika Perkebunan Rakyat di Provinsi Nusa Tenggara Timur, Tahun 2014... 24 Gambar 3.19. Perkembangan Harga Kopi di Pasar Dalam Negeri, Tahun 2008-2015... 25 Gambar 3.20. Perkembangan Konsumsi Kopi Per Kapita Per Tahun, Tahun 2002-2015... 26 Gambar 3.21. Perkembangan Volume Ekspor Kopi Indonesia, Tahun 1980-2015... 26 Gambar 3.22. Perkembangan Volume Impor Kopi Indonesia, Tahun 1980-2015... 27 Gambar 3.23. Perkembangan Nilai Ekspor dan Nilai Impor Perdagangan Kopi Indonesia, Tahun 1980-2015... 28 Gambar 3.24. Negara Tujuan Ekspor Kopi Indonesia Tahun 2015... 29 Gambar 3.25. Asal Impor Kopi Indonesia Tahun 2015... 29 Gambar 3.26. Persentase Biaya Terhadap Produksi Kopi per 100 Pohon Tahun 2014... 30 Gambar 3.27. Persentase Biaya Terhadap Jumlah Pengeluaran Kopi per 100 Pohon Tahun 2014... 31 Gambar 4.1. Perkembangan Luas Tanaman Menghasilkan Kopi di Kawasan ASEAN, Tahun 1980-2013... 33 Gambar 4.2. Sentra Luas Tanaman Menghasilkan Kopi Negara-negara ASEAN, Rata-rata Tahun 2009-2013... 34 Gambar 4.3. Perkembangan Produksi Kopi di Kawasan ASEAN, Tahun 1980-2015... 35 Gambar 4.4. Sentra Produksi Kopi Negara-negara ASEAN, Rata-rata Tahun 2011-2015... 36 xii Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

OUTLOOK KOPI 2016 Gambar 4.5. Perkembangan Produktivitas Kopi di Kawasan ASEAN, Tahun 1980-2013... 37 Gambar 4.6. Produktivitas Kopi Negara-negara ASEAN, Rata-rata Tahun 2009-2013... 37 Gambar 4.7. Perkembangan Luas Tanaman Menghasilkan Kopi Dunia, Tahun 1980-2013... 38 Gambar 4.8. Sentra Luas Tanaman Menghasilkan Kopi Dunia, Rata-rata Tahun 2009-2013... 39 Gambar 4.9. Perkembangan Produksi Kopi Dunia, Tahun 1980-2015... 40 Gambar 4.10. Sentra Produksi Kopi Dunia, Rata-rata Tahun 2011-2015... 40 Gambar 4.11. Perkembangan Produktivitas Kopi Dunia, Tahun 1980-2013... 41 Gambar 4.12. Perkembangan Volume Ekspor dan Impor Kopi di Kawasan ASEAN, Tahun 1980-2012... 42 Gambar 4.13. Negara-negara Eksportir Kopi Terbesar di Kawasan ASEAN, Rata-rata Tahun 2011-2015... 43 Gambar 4.14. Negara-negara Importir Kopi Terbesar di Kawasan ASEAN, Rata-rata Tahun 2011-2015... 44 Gambar 4.15. Perkembangan Nilai Ekspor dan Impor Kopi di Kawasan ASEAN, Tahun 1980-2012... 45 Gambar 4.16. Perkembangan Volume Ekspor dan Impor Kopi Dunia, Tahun 2008-2015... 46 Gambar 4.17. Negara-negara Eksportir Kopi Terbesar Dunia, Rata-rata Tahun 2011-2015... 47 Gambar 4.18. Negara-negara Importir Kopi Terbesar Dunia, Rata-rata Tahun 2011-2015... 48 Gambar 4.19. Perkembangan Nilai Ekspor dan Impor Kopi Dunia, Tahun 1980-2012... 49 Gambar 4.20. Perkembangan Ketersediaan Kopi ASEAN, Tahun 1980-2015... 50 Gambar 4.21. Perkembangan Ketersediaan Kopi Dunia, Tahun 1980-2015... 51 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian xiii

2016 OUTLOOK KOPI xiv Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

OUTLOOK KOPI 2016 DAFTAR LAMPIRAN Halaman Lampiran 1. Lampiran 2. Lampiran 3. Lampiran 4. Lampiran 5. Lampiran 6. Lampiran 7. Lampiran 8. Lampiran 9. Lampiran 10. Lampiran 11. Lampiran 12. Lampiran 13. Perkembangan Luas Areal Kopi di Indonesia Menurut Status Pengusahaan, Tahun 1980-2016.... 65 Perkembangan Luas Areal Kopi di Indonesia Menurut Pengusahaan dan Jenis Kopi Yang Diusahakan, Tahun 2001-2016... 66 Perkembangan Produksi Kopi di Indonesia Menurut Status Pengusahaan, Tahun 1980-2016... 67 Perkembangan Produksi Kopi di Indonesia Menurut Pengusahaan dan Jenis Kopi Yang Diusahakan, Tahun 2001-2016... 68 Perkembangan Produktivitas Kopi di Indonesia Menurut Status Pengusahaan, Tahun 2003-2016... 69 Beberapa Provinsi dengan Produksi Kopi Perkebunan Rakyat Terbesar di Indonesia, Tahun 2012-2016... 70 Beberapa Provinsi dengan Produksi Kopi Robusta Perkebunan Rakyat Terbesar di Indonesia, Tahun 2012-2016... 70 Kabupaten Sentra Produksi Kopi Robusta Perkebunan Rakyat di Sumatera Selatan Tahun 2014... 71 Kabupaten Sentra Produksi Kopi Robusta Perkebunan Rakyat di Lampung Tahun 2014... 71 Kabupaten Sentra Produksi Kopi Robusta Perkebunan Rakyat di Bengkulu Tahun 2014... 72 Kabupaten Sentra Produksi Kopi Robusta Perkebunan Rakyat di Jawa Timur, 2014... 72 Kabupaten Sentra Produksi Kopi Robusta Perkebunan Rakyat di Sumatera Barat Tahun 2014... 73 Beberapa Provinsi dengan Produksi Kopi Arabika Perkebunan Rakyat Terbesar di Indonesia, Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian xv

2016 OUTLOOK KOPI Tahun 2012-2016... 73 Lampiran 14. Kabupaten Sentra Produksi Kopi Arabika Perkebunan Rakyat di Sumatera Utara Tahun 2014... 74 Lampiran 15. Kabupaten Sentra Produksi Kopi Arabika Perkebunan Rakyat di Aceh Tahun 2014... 74 Lampiran 16. Kabupaten Sentra Produksi Kopi Arabika Perkebunan Rakyat di Sulawesi Selatan Tahun 2014... 75 Lampiran 17. Kabupaten Sentra Produksi Kopi Arabika Perkebunan Rakyat di Sumatera Barat Tahun 2014... 75 Lampiran 18. Kabupaten Sentra Produksi Kopi Arabika Perkebunan Rakyat di Nusa Tenggara Timur Tahun 2014... 76 Lampiran 19. Perkembangan Harga Kopi di Pasar Dalam Negeri, Tahun 2008-2015... 76 Lampiran 20. Perkembangan Konsumsi Kopi di Indonesia, Tahun 2002-2015... 77 Lampiran 21. Perkembangan Volume, Nilai dan Neraca Ekspor dan Impor Kopi Indonesia, Tahun 1980-2015... 78 Lampiran 22. Negara Tujuan Ekspor Kopi Indonesia Tahun 2015... 79 Lampiran 23. Negara Asal Impor Kopi Indonesia Tahun 2015... 79 Lampiran 24. Rata-rata Nilai Produksi dan Pengeluaran per 100 Pohon dari Usaha Perkebunan Tanaman Kopi Tahun 2014... 80 Lampiran 25a. Perkembangan Luas Tanaman Menghasilkan, dan Produktivitas Kopi di Negara-negara ASEAN, Tahun 1980-2013... 81 Lampiran 25b. Perkembangan Produksi Kopi di Negara-negara ASEAN dan Dunia, Tahun 1980-2015... 82 Lampiran 26. Sentra Luas Tanaman Menghasilkan Kopi Negara-negara ASEAN, Rata-rata Tahun 2009-2013... 83 Lampiran 27. Sentra Produksi Kopi Negara-negara ASEAN, Rata-rata Tahun 2011-2015... 83 Lampiran 28. Negara-negara dengan Produktivitas Kopi Terbesar di ASEAN, Tahun 2009-2013... 83 xvi Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

OUTLOOK KOPI 2016 Lampiran 29. Lampiran 30. Lampiran 31. Lampiran 32a. Lampiran 32b. Lampiran 33. Lampiran 34. Lampiran 35a. Lampiran 35b. Lampiran 36. Lampiran 37. Lampiran 38. Lampiran 39. Perkembangan Luas Tanaman Menghasilkan, dan Produktivitas Kopi Dunia, Tahun 1980-2013... 84 Negara-negara dengan Luas Tanaman Menghasilkan Kopi Terbesar di Dunia, Tahun 2009-2013... 85 Negara-negara dengan Produksi Kopi Terbesar di Dunia, Tahun 2011-2015... 85 Perkembangan Volume Ekspor dan Impor Kopi ASEAN, Tahun 1980-2015... 86 Perkembangan Nilai Ekspor dan Impor Kopi ASEAN, Tahun 1980-2012... 87 Negara-negara Eksportir Kopi Terbesar di Kawasan ASEAN, Tahun 2011-2015... 88 Negara-negara Importir Kopi Terbesar di Kawasan ASEAN, Tahun 2011-2015... 88 Perkembangan Volume Ekspor dan Impor Kopi Dunia, Tahun 1980-2015... 89 Perkembangan Nilai Ekspor dan Impor Kopi Dunia, Tahun 1980-2012... 90 Negara-negara Eksportir Kopi Terbesar di Dunia, Tahun 2011-2015... 91 Negara-negara Importir Kopi Terbesar di Dunia, Tahun 2011-2015... 91 Perkembangan Ketersediaan Kopi di ASEAN, Tahun 1980-2015... 92 Perkembangan Ketersediaan Kopi di Dunia, Tahun 1980-2015... 93 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian xvii

2016 OUTLOOK KOPI xviii Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

OUTLOOK KOPI 2016 RINGKASAN EKSEKUTIF Berdasarkan Angka Tetap Statistik Perkebunan Indonesia (Ditjen Perkebunan, 2015), produksi kopi Indonesia tahun 2014 tercatat sebesar 643.857 ton. Produksi ini berasal dari 1.230.495 ha luas areal perkebunan kopi dimana 96,19% diantaranya diusahakan oleh rakyat (PR) sementara sisanya diusahakan oleh perkebunan besar milik swasta (PBS) sebesar 1,99% dan perkebunan besar milik negara (PBN) sebesar 1,82%. Jika dilihat dari jenis kopi yang diusahakan, maka kopi robusta mendominasi produksi kopi Indonesia di tahun 2014. Dari 643.857 ton produksi kopi Indonesia, sebanyak 73,57% atau 473.672 ton adalah kopi robusta sementara sisanya sebanyak 26,43% atau 170.185 ton adalah kopi arabika. Sentra produksi kopi robusta di Indonesia pada tahun 2014 adalah Provinsi Sumatera Selatan, Lampung, Bengkulu, Jawa Timur, dan Sumatera Barat. Adapun sentra produksi kopi arabika di tahun yang sama terdapat di Provinsi Sumatera Utara, Aceh, Sulawesi Selatan, Sumatera Barat, dan Nusa Tenggara Timur. Harga kopi tahun 2015 di pasar domestik Indonesia rata-rata adalah Rp.19.135 per kg, sedangkan tingkat konsumsi kopi pada tahun 2015 berdasarkan hasil SUSENAS yang dilakukan oleh BPS mencapai 0,896 kg/kapita/tahun. Berdasarkan data USDA, di antara negara-negara kawasan ASEAN, Indonesia dikenal sebagai produsen dan eksportir kopi terbesar kedua setelah Vietnam. Namun demikian, Indonesia adalah importir kopi terbesar keempat di ASEAN setelah Filipina,Malaysia,dan Thailand. Di dunia, Indonesia tercatat sebagai penghasil kopi terbesar keempat setelah Brazil, Vietnam,dan Kolombia. Tetapi dalam hal ekspor kopi, Indonesia adalah eksportir kopi terbesar keempat di dunia setelah Brazil, Vietnam, dan Kolombia. Hasil proyeksi produksi kopi di tahun 2020 mencapai 692.906 ton. Sementara proyeksi konsumsi langsung kopi di tahun yang sama mencapai 309.771 ton. Proyeksi konsumsi ini belum menggambarkan permintaan kopi dikarenakan proyeksi disusun menggunakan data konsumsi dari SUSENAS. Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian xix

2016 OUTLOOK KOPI xx Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

OUTLOOK KOPI 2016 BAB I. PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Kopi merupakan komoditas tropis utama yang diperdagangkan di seluruh dunia dengan kontribusi setengah dari total ekspor komoditas tropis. Popularitas dan daya tarik dunia terhadap kopi, utamanya dikarenakan rasanya yang unik serta didukung oleh faktor sejarah, tradisi, sosial dan kepentingan ekonomi (Ayelign et al, 2013).Selain itu, kopi adalah salah satu sumber alami kafein (Nawrot et al, 2003) zat yang dapat menyebabkan peningkatan kewaspadaan dan mengurangi kelelahan (Smith, 2002). Minuman kopi, minuman dengan bahan dasar ekstrak biji kopi, dikonsumsi sekitar 2,25 milyar gelas setiap hari diseluruh dunia (Ponte, 2002). Pada tahun 2013, International Coffee Organization (ICO) memperkirakan bahwa kebutuhan bubuk kopi dunia sekitar 8,77 juta ton (ICO, 2015). Tanaman kopi (Coffea spp.) termasuk kelompok tanaman semak belukar dengan genus Coffea. Linnaeus merupakan orang pertama yang mendeskripsikan spesies kopi arabika (Coffea arabica) pada tahun 1753 (Panggabean, 2011). Kini lebih dari 120 spesies kopi telah diidentifikasi namun hanya satu spesies yaitu Coffea canephora atau kopi robusta yang dibudidayakan mendekati kuantitas kopi arabika di seluruh dunia (Hoffman, 2014). Mekuria et al (2004) menyatakan bahwa 66% produksi kopi dunia merupakan jenis kopi arabika dan sisanya berasal dari kopi robusta. Dalam the Coffee Book: Anatomy of an Industry from Crop to the Last Drop disebutkan bahwa kopi pertama kali ditemukan antara tahun 575-850 M oleh suku Galla di Ethiopia yang memanfaatkan kopi sebagai sejenis makanan penambah energi energy bar. Pada masa kejayaan Islam, para pedagang Islam menyebarkan kopi, minuman yang dipercaya memiliki khasiat bagi kesehatan dan penahan rasa kantuk, ke negara-negara di bawah kekaisaran Ottoman. Tahun 1650, Kedai kopi (coffee house) pertama dibuka di London menandakan penyebaran kopi secara luas di dunia, termasuk Indonesia. Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 1

2016 OUTLOOK KOPI Kopi di Indonesia pertama kali dibawa oleh pria berkebangsaan Belanda sekitar tahun 1646 yang mendapatkan biji arabika mocca dari Arab (Prastowo et al, 2010). Tanaman kopi kemudian ditanam hingga tersebar di berbagai provinsi di Indonesia. Namun setelah timbul serangan penyakit karat daun (coffee leaf rust), maka Pemerintah Hindia Belanda saat itu mendatangkan jenis kopi robusta yang berasal dari Kongo, Afrika pada tahun 1900. Kopi jenis ini lebih tahan penyakit dan memerlukan syarat tumbuh serta pemeliharaan yang ringan, dengan hasil produksi yang jauh lebih tinggi. Hal inilah yang menyebabkan kopi jenis ini lebih cepat berkembang di Indonesia (Panggabean, 2011). Lebih dari 80% dari luas areal pertanaman kopi Indonesia saat ini merupakan jenis kopi Robusta (Direktorat Jenderal Perkebunan, 2014). Berdasarkan data dari FAO, pada tahun 2013, Indonesia tercatat sebagai produsen kopi terbesar ketiga di dunia setelah Brazil dan Vietnam. Meskipun demikian, ekspor kopi dari Indonesia diperkirakan tidak lebih banyak daripada ekspor kopi Brazil, Vietnam dan Kolombia. Di dunia, Indonesia dikenal dengan dengan specialty coffee melalui berbagai varian kopi dan kopi luwak. Kopi arabika yang dikenal dari Indonesia diantaranya kopi lintong dan kopi toraja. Dengan keunikan cita rasa dan aroma kopi asal Indonesia, Indonesia memiliki peluang besar untuk meningkatkan perdagangan kopinya di dunia. Outlook komoditas kopi ini, menyajikan keragaan komoditas kopi di Indonesia dan dunia, serta hasil analisis proyeksi penawaran dan permintaan kopi di Indonesia pada periode 2016-2020, yang diharapkan dapat berguna sebagai data mentah maupun bagian dari pengawasan terhadap kebijakan yang telah ada. 1.2. TUJUAN Melakukan Penyusunan Buku Outlook Komoditi Kopi yang berisi keragaan data series secara nasional dan dunia, yang dilengkapi dengan hasil proyeksi penawaran dan permintaan nasional. 2 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

OUTLOOK KOPI 2016 1.3. RUANG LINGKUP Ruang lingkup yang dicakup dalam Buku Outlook Komoditi Kopi adalah: Keragaan luas tanaman menghasilkan, produksi, produktivitas, konsumsi, ekspor, impor, harga, situasi komoditas kopi di dalam dan di luar negeri. Analisis komoditi kopi pada situasi nasional dan internasional serta penyusunan proyeksi komoditi kopi tahun 2016-2020. Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 3

2016 OUTLOOK KOPI 4 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

OUTLOOK KOPI 2016 BAB II. METODOLOGI 2.1. SUMBER DATA DAN INFORMASI Outlook Komoditi Kopi tahun 2016 disusun berdasarkan data dan informasi yang diperoleh dari data primer yang bersumber dari daerah, instansi terkait di lingkup Kementerian Pertanian dan instansi di luar Kementerian Pertanian seperti Badan Pusat Statistik (BPS), Food and Agriculture Organization (FAO), dan United States Department of Agriculture (USDA). Data-data yang digunakan dalam outlook ini dapat dilihat pada Tabel 2.1. Tabel 2.1. Sumber Data dan Informasi yang Digunakan No. Variabel Periode Sumber Data Keterangan 1. 2. 3. 4. 5. 6. Luas Tanaman Menghasilkan, Produktivitas dan Produksi Kopi Indonesia Sentra Produksi Kopi Robusta dan Arabika di Indonesia Konsumsi Kopidi Indonesia Harga Kopi di Pasar Dalam Negeri Volume, Nilai dan Neraca Ekspor dan Impor Kopi Indonesia Luas Tanaman Menghasilkan, Produksi dan Produktivitas Kopi 1980-2016 Ditjen Perkebunan 2009-2014 Ditjen Perkebunan 2002-2015 BPS 2007-2015 BPS - 1980-2014 Ditjen Perkebunan 1980-2013 FAO & USDA - Produksi dalam wujud kopi berasan - Produksi dalam wujud kopi berasan - Berdasarkan Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) - Kode HS : 0901111000; 0901119000; 0901121000; 0901129000; 0901211000; 0901212000; 0901221000; 0901222000; 0901901000; 0901902000. - Produksi dalam wujud biji kopi mentah Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 5

2016 OUTLOOK KOPI 7. ASEAN dan Dunia Volume Ekspor dan Volume Impor Kopi ASEAN dan Dunia 1980-2015 USDA - Negara Anggota ASEAN : Brunei Darussalam, Kamboja, Indonesia, Laos, Malaysia, Myanmar, Filipina, Singapura, Thailand, Vietnam - Produksi dalam wujud biji kopi mentah - Negara Anggota ASEAN : Brunei Darussalam, Kamboja, Indonesia, Laos, Malaysia, Myanmar, Filipina, Singapura, Thailand, Vietnam 2.2. METODE ANALISIS 2.2.1. Analisis Deskriptif Analisis deskriptif atau perkembangan komoditas kopi dilakukan berdasarkan ketersediaan data series yang yang mencakup indikator luas areal dan luas tanaman menghasilkan, produktivitas, produksi, konsumsi, ekspor-impor serta harga domestik dengan analisis deskriptif sederhana. Analisis keragaan dilakukan baik untuk data series nasional maupun dunia. 2.2.2. Kelayakan Model Ketepatan sebuah model regresi dapat dilihat dari Uji-F, Uji-t, dan koefisien determinasi (R 2 ). Koefisien determinasi diartikan sebagai besarnya keragaman dari peubah tak bebas (Y) yang dapat dijelaskan oleh peubah peubah tak bebas (X). Koefisien determinasi dihitung dengan menggunakan persamaan: 6 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

OUTLOOK KOPI 2016 R 2 SS Regresi SSTotal dimana : SS Regresi adalah jumlah kuadrat regresi SS Total adalah jumlah kuadrat total 2.2.3. Analisis Penawaran Analisis model penawaran daging ayam dilakukan berdasarkan analisis fungsi produksi. Model analisis yang digunakan adalah model Regresi Berganda (Multivariate Regression). Secara teoritis bentuk umum dari model ini adalah: Y b0 b1 X 1 b2 X 2... bn X b 0 n j 1 b j X j n dimana: Y = peubah respons/tak bebas X n = peubah penjelas/bebas n = 1, 2, b 0 = nilai konstanta b n = koefisien arah regresi atau parameter model regresi untuk peubah x n = sisaan Produksi pada periode ke-t merupakan fungsi dari produksi pada periode sebelumnya, luas areal periode sebelumnya, dan harga di tingkat produsen periode sebelumnya. Dengan memperhatikan ketersediaan data, analisis penawaran dilakukan berdasarkan data produksi dalam periode tahunan. Untuk peubahpeubah bebas yang tidak tersedia datanya dalam periode waktu yang bersesuaian maka dilakukan proyeksi terlebih dahulu dengan Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 7

2016 OUTLOOK KOPI menggunakan model analisis trend (Trend Analysis) atau model pemulusan eksponensial berganda (Double Exponential Smoothing). 2.2.4. Analisis Permintaan Analisis permintaan komoditas perkebunan merupakan analisis permintaan langsung masyarakat terhadap komoditas perkebunan yang dikonsumsi oleh rumah tangga konsumen dalam bentuk tanpa diolah dan telah diolah. Oleh karena adanya keterbatasan data, maka analisis permintaan dilakukan dengan menggunakan model analisis trend (Trend Analysis) pada data konsumsi per kapita tahunan. 8 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

OUTLOOK KOPI 2016 BAB III. KERAGAAN KOPI NASIONAL 3.1. PERKEMBANGAN LUAS AREAL, PRODUKSI, DAN PRODUKTIVITAS KOPI DI INDONESIA 3.1.1. Perkembangan Luas Areal Kopi di Indonesia Sistem Pengusahaan kopi di Indonesia 96,19% merupakan perkebunan yang diusahakan oleh rakyat. Hal ini dapat dilihat pada Gambar 3.1, dimana luas areal untuk kopi PR (Perkebunan Rakyat) dari tahun 1980 hingga 2016, berimpit dengan luas areal kopi Indonesia. Luas areal kopi di Indonesia pada periode 1980-2016 cenderung mengalami peningkatan. Jika pada tahun 1980 luas areal kopi Indonesia hanya mencapai 707.464 ha, maka pada tahun 2016, luas areal kopi Indonesia meningkat menjadi 1.233.294 ha atau meningkat sebesar 74,33%. Meskipun demikian, rata-rata laju pertumbuhan luas areal kopi di Indonesia periode 1980-2016 tidak terlalu tinggi, rata-rata hanya meningkat sebesar 1,61% per tahun atau bertambah 14.212 ha per tahun. Data perkembangan luas areal kopi di Indonesia dapat dilihat pada Lampiran 1. Gambar 3.1. Perkembangan Luas Areal Kopi Indonesia Menurut Status Pengusahaan, Tahun 1980 2016 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 9

2016 OUTLOOK KOPI Jika dilihat dari jenis kopi yang diusahakan, pada Gambar 3.2 terlihat bahwa mayoritas pekebun kopi di Indonesia menanam kopi jenis robusta. Meskipun demikian terlihat bahwa luas areal kopi robusta cenderung menurun sementara luas areal kopi arabika cenderung meningkat. Pada tahun 2001, luas areal kopi robusta di Indonesia mencapai 1.232.551 ha dan tahun 2016 menjadi 912.135 ha atau terjadi penurunan sebesar 26,00% dibandingkan luas areal pada tahun 2001. Sementara luas areal kopi arabika pada tahun 2001 hanya mencapai 82.807 ha, kemudian luasan ini meningkat sebesar 287,84% pada tahun 2016 menjadi 321.158 ha. Data luas areal kopi di Indonesia berdasarkan jenis kopi yang diusahakan secara rinci disajikan pada Lampiran 2. Gambar 3.2. Perkembangan Luas Areal Kopi Menurut Jenis Kopi Yang Diusahakan, Tahun 2001 2016 3.1.2. Perkembangan Produksi Kopi di Indonesia Sejalan dengan pola perkembangan luas areal kopi di Indonesia, produksi kopi Indonesia juga mengalami kecenderungan peningkatan produksi pada periode 1980 2016 (Gambar 3.3) dengan rata-rata pertumbuhan produksi kopi mencapai 2,44%. Peningkatan produksi kopi tertinggi pada periode tersebut terjadi pada tahun 1998 sebesar 20,08%, produksi kopi menjadi 514.451 ton dibandingkan produksi kopi 10 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

1980 1981 1982 1983 1984 1985 1986 1987 1988 1989 1990 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015*) 2016**) OUTLOOK KOPI 2016 pada tahun sebelumnya yang mencapai 428.418 ton. Secara lengkap, perkembangan produksi kopi menurut status pengusahaan dapat dilihat pada Lampiran 3. (Ton) 800,000 700,000 600,000 500,000 400,000 300,000 200,000 100,000 - PR PBN PBS INDONESIA Gambar 3.3. Perkembangan Produksi Kopi Menurut Status Pengusahaan, Tahun 1980-2016 Sama halnya dengan pola luas areal kopi, produksi kopi menurut jenis kopi yang diusahakan didominasi oleh kopi dari jenis robusta. Terlihat pada Gambar 3.4, produksi kopi robusta lebih tinggi setiap tahunnya dibandingkan kopi arabika. Secara rata-rata pada tahun 2001-2016, kontribusi kopi robusta terhadap produksi kopi nasional mencapai 82,49% setiap tahunnya. Namun demikian, jika diperhatikan Gambar 3.4, maka produksi kopi robusta di Indonesia periode 2001-2016 memiliki kecenderungan menurun. Adapun untuk kopi arabika menunjukkan adanya trend peningkatan produksi dalam periode yang sama. Hal ini sesuai dengan perkembangan luas areal kopi berdasarkan jenis kopi yang diusahakan. Secara lengkap, produksi kopi Indonesia berdasarkan jenis kopi yang diusahakan dapat dilihat pada Lampiran 4. Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 11

2016 OUTLOOK KOPI (Ton) 700,000 600,000 500,000 400,000 300,000 200,000 100,000 - Robusta Arabika Gambar 3.4. Perkembangan Produksi Kopi Menurut Jenis Kopi yang Diusahakan, Tahun 2001-2016 3.1.3. Perkembangan Produktivitas Kopi di Indonesia Produktivitas kopi di Indonesia terlihat berfluktuasi pada periode 2003-2012, namun selanjutnya cenderung mengalami stagnasi (Gambar 3.5). Fluktuasi sangat kelihatan terutama pada perkebunan besar swasta dan perkebunan besar negara. Meskipun demikian, pertumbuhan produktivitas kopi di Indonesia pada periode 2003-2016 tidak mengalami perubahan signifikan. Hal ini disebabkan oleh meningkatnya luas tanaman menghasilkan yang berakibat pada peningkatan produksi kopi. Pada tahun 2003, produktivitas kopi di Indonesia mencapai 725 kg/ha dan menurun 0,41% di tahun 2016 menjadi 722 kg/ha. Data perkembangan produktivitas kopi di Indonesia pada tahun 2003-2016 disajikan secara lengkap pada Lampiran 5. 12 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

OUTLOOK KOPI 2016 (Kg/Ha) 1,100 1,000 900 800 700 600 500 400 2016**) 2015*) 2014 2013 2012 2011 2010 2009 2008 2007 2006 2005 2004 2003 PR PBN PBS INDONESIA Gambar 3.5. Perkembangan Produktivitas Kopi Menurut Status Pengusahaan, Tahun 2003-2016 3.1.4. Sentra Produksi Kopi di Indonesia Berdasarkan data rata-rata selama 5 tahun (2012-2016), produksi kopi perkebunan rakyat tertinggi di Provinsi Sumatera Selatan sebesar 21,20% atau rata-rata produksi sebesar 135.331 ton (Gambar 3.6). Kedua Provinsi Lampung dengan kontribusi 18,35% atau secara rata-rata mampu menghasilkan 117.168 ton kopi setiap tahunnya. Data provinsi sentra produksi kopi rakyat tahun 2012-2016 dapat dilihat pada Lampiran 6. Lampung; 18,35% Sumatera Utara; 9,23% Bengkulu; 8,78% Aceh; 7,86% Sumatera Selatan; 21,20% Jawa Timur; 5,13% Prov. Lainnya; 29% Gambar 3.6. Provinsi Sentra Produksi Kopi Perkebunan Rakyat di Indonesia, Rata-rata Tahun 2012-2016 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 13

2016 OUTLOOK KOPI Berdasarkan jenis kopi yang dibudidayakan, maka sentra produksi kopi robusta perkebunan rakyat di Indonesia pada periode tahun 2012-2016 dapat dilihat pada Gambar 3.7 dan Lampiran 7. Sentra produksi kopi robusta perkebunan rakyat di Indonesia secara rata-rata tahun 2012-2016 terpusat di 5 provinsi dengan kontribusi sebesar 74,13% terhadap produksi kopi robusta Indonesia. Provinsi Sumatera Selatan merupakan provinsi sentra dengan kontribusi tertinggi yaitu sebesar 28,40%, dengan kata lain setiap tahun Provinsi Sumatera Selatan ratarata menghasilkan kopi robusta sebesar 137.780 ton. Provinsi Lampung di urutan kedua dengan kontribusi sebesar 23,55% atau rata-rata produksi per tahun sebesar 114.280 ton. Produksi kedua provinsi ini secara total menyumbang 51,95% dari produsi kopi robusta di Indonesia. Provinsi penghasil kopi robusta terbesar lainnya adalah Bengkulu berkontribusi sebesar 11,26% dengan rata-rata produksi mencapai 54.648 ton setiap tahun, Jawa Timur berkontribusi sebesar 7,38% dengan rata-rata produksi 35.814 ton per tahun, dan Sumatera Barat berkontribusi sebesar 3,54% dengan rata-rata produksi 17.175 ton per tahun. Gambar 3.7. Provinsi Sentra Produksi Kopi Robusta Perkebunan Rakyat di Indonesia, Rata-rata Tahun 2012-2016 14 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

OUTLOOK KOPI 2016 Sebagai provinsi sentra produksi kopi robusta perkebunan rakyat tertinggi di Indonesia, produksi kopi robusta Provinsi Sumatera Selatan tahun 2014 mencapai 135.287 ton dan tersebar di 5 kabupaten. Kelima kabupaten tersebut adalah Kabupaten OKU Selatan berkontribusi sebesar 24,76% (33.491 ton), Kabupaten Empat Lawang 19,42% (26.275 ton), Kabupaten Muara Enim 18,59% (25.147 ton), Kabupaten Lahat 15,33% (20.735 ton), dan Kabupaten OKU 11,82% (15.992 ton). Kelima kabupaten ini menyumbang 89,91% produksi kopi robusta di Provinsi Sumatera Selatan (Gambar 3.8 dan Lampiran 8). Kab. Lahat; 15.33% Kab. OKU ; 11.82% Lainnya; 10.09% Kab. Muara Enim; 18.59% Kab. OKU Selatan; 24.76% Kab. Empat Lawang; 19.42% Gambar 3.8. Kabupaten Sentra Produksi Kopi Robusta Perkebunan Rakyat di Provinsi Sumatera Selatan, Tahun 2014 Provinsi Lampung sebagai sentra produksi kopi robusta perkebunan rakyat terbesar kedua, produksi pada tahun 2014 sebesar 91.917 ton. Produksi kopi robusta di Provinsi Lampung terkonsentrasi di 5 kabupaten dengan total kontribusi mencapai 92%. Kelimanya meliputi Kabupaten Lampung Barat dengan produksi mencapai 42.745 ton atau 46,50% dari total produksi kopi robusta di Provinsi Lampung. Selanjutnya Kabupaten Tanggamus berkontribusi 19,06% (17.519 ton), Kabupaten Lampung Utara berkontribusi 12,38% (11.383 ton), Kabupaten Way Kanan berkontribusi 9,93% (9.126 ton), dan Kabupaten Pringsewu berkontribusi 4,13% atau produksi sebesar 3.794 ton (Gambar 3.9 dan Lampiran 9). Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 15

2016 OUTLOOK KOPI Kab. Lampung Utara; 12.38% Kab. Way Kanan; 9.93% Kab. Pringsewu; 4.13% Lainnya; 8.00% Kab. Tanggamus; 19.06% Kab. Lampung Barat; 46.50% Gambar 3.9. Kabupaten Sentra Produksi Kopi Robusta Perkebunan Rakyat di Provinsi Lampung, Tahun 2014 Sebagai penghasil kopi robusta perkebunan rakyat terbesar ketiga di Indonesia sejak tahun 2012 hingga 2016, produksi kopi robusta di Provinsi Bengkulu pada tahun 2014 tercatat sebesar 54.800 ton. Sebagian besar dihasilkan dari Kabupaten Kepahiyang dan Kabupaten Rejang Lebong dengan kontribusi produksi kopi robusta dari keduanya mencapai 57,91% dari total produksi kopi robusta di Provinsi Bengkulu (Gambar 3.10). Produksi kopi robusta perkebunan rakyat dari Kabupaten Kepahiyang pada tahun 2014 mencapai 18.330 ton atau 33,45% dari total produksi kopi robusta perkebunan rakyat di Provinsi Bengkulu. Kabupaten Rejang Lebong pada tahun 2014 tercatat sebagai kabupaten dengan produksi kopi robusta terbesar kedua di Provinsi Bengkulu dengan produksi mencapai 13.402 ton atau 24,46% dari total produksi kopi robusta Provinsi Bengkulu. Tiga kabupaten penghasil kopi robusta terbesar lainnya yaitu Kabupaten Kaur, Kabupaten Lebong dan Kabupaten Seluma menyumbang tidak lebih dari 10%, masing-masing sebesar 9,84% (5.390 ton), 9,13% (4.915 ton) dan 8,96% (4.908 ton). Lebih rinci dapat dilihat di Gambar 3.10 dan Lampiran 10. 16 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

OUTLOOK KOPI 2016 Kab. Lebong; 9.13% Kab. Seluma; 8.96% Lainnya; 14.16% Kab. Kaur; 9.84% Kab. Kepahiyang; 33.45% Kab. Rejang Lebong; 24.46% Gambar 3.10. Kabupaten Sentra Produksi Kopi Robusta Perkebunan Rakyat di Provinsi Bengkulu, Tahun 2014 Produksi kopi robusta dengan wujud produksi kopi berasan dari perkebunan rakyat di Provinsi Jawa Timur pada tahun 2014 sebagian besar berasal dari Kabupaten Malang, berkontribusi mencapai 30,60% atau produksi kopi sebesar 8.393 ton (Gambar 3.11 dan Lampiran 11). Sentra produksi lainnya di Provinsi Jawa Timur adalah Kabupaten Banyuwangi dengan kontribusi sebesar 13,58% atau 3.724 ton, Kabupaten Bondowoso berkontribusi 10,88% (2.985 ton), Kabupaten Lumajang sebesar 9,50% (2.605%), dan Kabupaten Jember sebesar 9,23% (2.532 ton). Secara lengkap data kabupaten sentra produksi kopi robusta di Provinsi Jawa Timur dapat dilihat pada Lampiran 11. Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 17

2016 OUTLOOK KOPI Kab. Jember; 9.23% Lainnya; 26.21% Kab. Lumajang; 9.50% Kab. Malang; 30.60% Kab. Bondowoso; 10.88% Kab. Banyuwangi; 13.58% Gambar 3.11. Kabupaten Sentra Produksi Kopi Robusta Perkebunan Rakyat di Provinsi Jawa Timur, Tahun 2014 Sentra kopi robusta di Provinsi Sumatera Barat pada tahun 2014 terkonsentrasi di 5 kabupaten (Gambar 3.12). Dengan wujud produksi kopi berasan, kabupaten produsen kopi robusta terbesar di Provinsi Sumatera Barat pada tahun 2014 adalah Kab. Solok. Kontribusi kabupaten ini terhadap produksi kopi Provinsi Sumatera Barat mencapai 37,33% dengan produksi sebesar 6.707 ton. Kabupaten sentra lainnya berturut-turut adalah Kabupaten Solok Selatan berkontribusi sebesar 16,99% atau produksi 3.053 ton, Kabupaten Agam berkontribusi 11,08% (1.991 ton), Kabupaten Pasaman Barat berkontribusi 11,03% (1.982 ton), dan Kabupaten Tanah Datar berkontribusi 9,07% (1.630 ton). Data lengkap sentra produksi kopi robusta pada tahun 2014 di Provinsi Sumatera Barat disajikan pada Lampiran 12. 18 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

OUTLOOK KOPI 2016 Kab. Pasaman Barat; 11.03% Kab. Agam; 11.08% Kab. Tanah Datar; 9.07% Lainnya; 14.49% Kab. Solok Selatan; 16.99% Kab. Solok; 37.33% Gambar 3.12. Kabupaten Sentra Produksi Kopi Robusta Perkebunan Rakyat di Provinsi Sumatera Barat, Tahun 2014 Untuk kopi arabika, pada tahun 2012-2016, Provinsi Sumatera Utara tercatat sebagai produsen kopi arabika terbesar di Indonesia (Gambar 3.13). Dengan rata-rata produksi kopi arabika sebesar 49.546 ton setiap tahunnya, Provinsi Sumatera Utara berkontribusi 29,99% dari produksi kopi arabika nasional. Provinsi penghasil kopi arabika terbesar lainnya adalah Provinsi Aceh dengan rata-rata produksi sebesar 44.540 ton per tahun dan Provinsi Sulawesi Selatan dengan rata-rata produksi sebesar 20.309 ton per tahun. Secara total, ketiga provinsi ini berkontribusi hingga 69,24% terhadap produksi kopi arabika di Indonesia yang mencapai 165.215 ton setiap tahunnya. Secara lengkap data produksi kopi arabika di 5 provinsi produsen terbesar di Indonesia pada tahun 2012-2016 disajikan pada Lampiran 13. Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 19

2016 OUTLOOK KOPI Aceh; 26.96% Sumatera Utara; 29.99% Sulawesi Selatan; 12.29% Prov. Lainnya; 17.30% Nusa Tenggara Timur; 4.19% Sumatera Barat; 9.27% Gambar 3.13. Provinsi Sentra Produksi Kopi Arabika Perkebunan Rakyat di Indonesia, Tahun 2012-2016 Pada tahun 2014, Kabupaten Tapanuli Utara tercatat sebagai kabupaten penghasil kopi arabika terbesar di Provinsi Sumatera Utara (Gambar 3.14). Produksi kopi robusta dari kabupaten ini di tahun 2014 mencapai 10.126 ton dan menyumbang 20,61% dari total produksi kopi arabika di Provinsi Sumatera Utara. Selain Kabupaten Tapanuli Utara, kabupaten sentra penghasil kopi arabika pada tahun 2014 di Provinsi Sumatera Utara adalah Kabupaten Dairi, Kabupaten Simalungun, Kabupaten Karo, dan Kabupaten Hunbang Hasundutan, dengan produksi masing-masing adalah 9.593 ton, 8.485 ton, 6.861 ton, dan 5.912 ton. Produksi kopi arabika dari kelima kabupaten ini menyumbang 83,38% produksi kopi arabika Provinsi Sumatera Utara di tahun 2014. Secara lengkap data produksi kopi arabika tahun 2014 di Provinsi Sumatera Utara dapat dilihat pada Lampiran 14. 20 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

OUTLOOK KOPI 2016 Kab. Hunbang Hasundutan; 12.03% Lainnya; 16.62% Kab. Karo; 13.96% Kab. Simalungun; 17.27% Kab. Dairi; 19.52% Kab. Tapanuli Utara; 20.61% Gambar 3.14. Kabupaten Sentra Produksi Kopi Arabika Perkebunan Rakyat di Provinsi Sumatera Utara, Tahun 2014 Provinsi Aceh sebagai penghasil kopi arabika terbesar kedua di ndonesia, sentra produksi kopi arabika tahun 2014 terdapat di tiga kabupaten yaitu Kabupaten Aceh Tengah, Kabupaten Bener Meriah, dan Kabupaten Gayo Lues (Gambar 3.15). Pada tahun 2014, produksi kopi arabika di Kabupaten Aceh Tengah mencapai 26.851 ton atau berkontribusi 60,44% terhadap total produksi kopi arabika di Provinsi Aceh. Sedangkan produksi kopi arabika dari Kabupaten Bener Meriah dan Kabupaten Gayo Lues, masing-masing sebesar 16.509 ton dan 1.063 ton. Secara lengkap data produksi kopi arabika di Provinsi Aceh tahun 2014 dapat dilihat pada Lampiran 15. Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 21

2016 OUTLOOK KOPI Kab. Bener Meriah; 37.16% Kab. Gayo Lues; 2.39% Kab. Aceh Tengah; 60.44% Gambar 3.15. Kabupaten Sentra Produksi Kopi Arabika Perkebunan Rakyat di Provinsi Aceh, Tahun 2014 Selama tahun 2012-2016, perkebunan rakyat di Provinsi Sulawesi Selatan rata-rata memproduksi 12,29% kopi arabika Indonesia atau setara dengan 20.309 ton per tahun. Untuk tahun 2014 saja, kopi arabika hasil produksi perkebunan rakyat di provinsi ini mencapai 19.534 ton. Produksi ini tersebar hampir di seluruh kabupaten/kota di Provinsi Sulawesi Selatan, namun lima kebupaten dengan produksi kopi arabika terbesar adalah Kabupaten Enrekang, Tana Toraja, Gowa, Toraja Utara, dan Luwu dengan total kontribusi terhadap produksi kopi arabika Provinsi Sulawesi Selatan mencapai 83,18% (Gambar 3.16). Kabupaten Enrekang pada tahun 2014 memproduksi 7.916 ton kopi berasan arabika atau 40,52% produksi kopi arabika Provinsi Sulawesi Selatan. Kabupaten penghasil kopi arabika terbesar lainnya adalah Kabupaten Tana Toraja dengan produksi 2.670 ton (atau 13,67% dari produksi kopi rabika Provinsi Sulawesi Selatan), Kabupaten Gowa dengan produksi 2.328 ton (11,92%), Kabupaten Toraja Utara sebesar 2.066 ton (10,58%), dan Kabupaten Luwu dengan produksi sebesar 1.269 ton (6,50%). Data produksi kopi arabika di 5 kabupaten sentra Provinsi Sulawesi Selatan tahun 2014 dapat dilihat pada Lampiran 16. 22 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

OUTLOOK KOPI 2016 Kab. Toraja Utara; 10.58% Kab. Luwu; 6.50% Lainnya; 16.82% Kab. Gowa; 11.92% Kab. Tana Toraja; 13.67% Kab. Enrekang; 40.52% Gambar 3.16. Kabupaten Sentra Produksi Kopi Arabika Perkebunan Rakyat di Provinsi Sulawesi Selatan,Tahun 2014 Sentra produksi kopi arabika di Provinsi Sumatera Barat pada tahun 2014 dapat dilihat pada Gambar 3.17 dengan data di Lampiran 17. Kabupaten dengan produksi kopi terbesar adalah Kabupaten Solok Selatan sebesar 4.365 ton kopi berasan atau 28,89% dari total produksi kopi arabika di Provinsi Sumatera Barat. Diikuti oleh Kabupaten Pasaman dengan produksi sebesar 2.334 ton (15,45%), Kabupaten Pesisir Selatan sebesar 1.934 ton (12,80%), Kabupaten Solok sebesar 1.727 ton (11,43%), dan Kabupaten Lima Puluh Koto sebesar 1.415 ton (9,36%). Gambar 3.17. Kabupaten Sentra Produksi Kopi Arabika Perkebunan Rakyat di Provinsi Sumatera Barat,Tahun 2014 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 23

2016 OUTLOOK KOPI Perkebunan rakyat di Provinsi Nusa Tenggara Timur pada tahun 2014 memproduksi kopi arabika sebesar 7.115 ton. Seperti terlihat pada Gambar 3.18 dan Lampiran 18, produksi kopi arabika hanya berasal dari 5 (lima) kabupaten yaitu Kabupaten Ngada dengan produksi mencapai 3.301 ton kopi berasan (atau 51,35% dari total produksi kopi arabika di provinsi NTT), Kabupaten Ende dengan produksi sebesar 1.814 ton (25,50%), Kabupaten Manggarai Timur dengan produksi 1.258 ton (17,68%), Kabupaten Manggarai dengan produksi 614 ton (8,53%), dan Kabupaten Nagekeo dengan produksi hanya 128 ton (1,80%). Gambar 3.18. Kabupaten Sentra Produksi Kopi Arabika Perkebunan Rakyat di Provinsi Nusa Tenggara Timur,Tahun 2014 3.2. PERKEMBANGAN HARGA KOPI DI INDONESIA Perkembangan harga kopi pada beberapa pasar dalam negeri di Indonesia berdasarkan data BPS tahun 2008-2015 disajikan pada Lampiran 19 dengan grafik seperti pada Gambar 3.19. Secara umum, harga kopi di Indonesia cenderung meningkat, dengan rata-rata peningkatan sebesar 4,98% per tahun. Dua tahun terakhir harga kopi per kilogramnya terus meningkat, meningkat sebesar 10,24% di tahun 2014 (harga tahun 2013 sebesar Rp. 15.884,- menjadi Rp. 17.510,- di tahun 2014), dan meningkat 9,28% di tahun 2015 menjadi Rp. 19.135,- (Gambar 3.19 dan Lampiran 19). 24 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

OUTLOOK KOPI 2016 Gambar 3.19. Perkembangan Harga Kopi di Pasar Dalam Negeri, Tahun 2008-2015 3.3. PERKEMBANGAN KONSUMSI KOPI DI INDONESIA Berdasarkan hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) oleh BPS, permintaan kopi untuk konsumsi rumah tangga pada umumnya berupa kopi bubuk/kopi biji. Selama tahun 2002-2015, konsumsi kopi per kapita cenderung mengalami penurunan 1,66 per tahun (Gambar 3.20). Pada tahun 2002, konsumsi kopi per kapita per tahun sebesar 1,298 kg/kapita/tahun dan menurun 31,00% atau menjadi 0,896 kg/kapita/tahun pada tahun 2015. Selama periode tersebut, penurunan konsumsi kopi tertinggi terjadi di tahun 2015 sebesar 34,67%, dari 1,347 kg/kapita/tahun di tahun 2014 menjadi 0,896 kg/kapita/tahun di tahun 2015. Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 25

2016 OUTLOOK KOPI Gambar 3.20. Perkembangan Konsumsi Kopi Per Kapita Per Tahun, Tahun 2002 2015 3.4. PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR KOPI INDONESIA 3.4.1. Perkembangan Volume Ekspor Kopi Indonesia Perkembangan volume ekspor kopi Indonesia pada tahun 1980 2015 fluktuatif namun cenderung meningkat dengan pertumbuhan ratarata sebesar 4,39% per tahun (Gambar 3.21). Jika pada tahun 1980 volume ekspor kopi Indonesia sebesar 238.677 ton dengan nilai ekspor sebesar US$ 656 juta, maka tahun 2015 volume ekspor meningkat menjadi 502.021 ton atau senilai US$ 1.198 juta. Gambar 3.21. Perkembangan Volume Ekspor Kopi Indonesia, Tahun 1980 2015 26 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

OUTLOOK KOPI 2016 3.4.2. Perkembangan Volume Impor Kopi Indonesia Gambar 3.22 menyajikan keragaan perkembangan volume impor kopi Indonesia tahun 1980-2015. Dari Gambar 3.22 terlihat bahwa impor kopi Indonesia cenderung meningkat per tahunnya. Pada periode 1980-2015, impor kopi Indonesia meningkat rata-rata 162,40% per tahun atau 7.972 ton per tahun. Impor kopi Indonesia pada tahun 1980 hanya sebesar 46 ton dan meningkat menjadi sebesar 12.462 ton pada tahun 2015. Adapun volume impor kopi tertinggi Indonesia terjadi tahun 2012 mencapai 52.645 ton atau senilai US$ 117.175 ribu. Data volume dan nilai impor kopi Indonesia disajikan pada Lampiran 21. Gambar 3.22. Perkembangan Volume Impor Kopi Indonesia, Tahun 1980 2015 3.4.3. Neraca Perdagangan Kopi Indonesia Perbedaan volume ekspor dan impor yang besar menjadikan Indonesia selalu mengalami surplus pada neraca perdagangan, yang berarti dapat menyumbang devisa negara. Neraca perdagangan kopi Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 27

2016 OUTLOOK KOPI Indonesia dari tahun 1980-2015 mengalami peningkatan, rata-rata per tahun meningkat sebesar 7,85% (Gambar 3.23). Surplus kopi terbesar terjadi pada tahun 2013 sebesar US$ 1.135,2 juta, sedangkan surplus terendah terjadi pada tahun 2001 sebesar US$ 183,41 juta. Perkembangan volume, nilai dan neraca perdagangan kopi Indonesia tahun 1980-2014 secara rinci disajikan pada Lampiran 21. Gambar 3.23. Perkembangan Nilai Ekspor dan Nilai Impor Perdagangan Kopi Indonesia, Tahun 1980-2015 3.4.4. Negara Tujuan Ekspor Kopi Indonesia Tahun 2015 Negara tujuan ekspor kopi Indonesia dengan bentuk total segar dan olahan dengan volume ekspor terbesar pada tahun 2015 adalah USA sebesar 65.509 ton (13,05%). Negara tujuan ekspor berikutnya yang berkontribusi cukup signifikan adalah Jerman sebesar 47.664 ton (9,49%), Itali 43.048 ton (8,58%), Jepang 41.241 ton (8,21%), Malaysia 39.394 ton (7,85%), Thailand 29.305 ton (5,84%), dan Rusia 26.940 ton (5,37%). Rincian negara tujuan ekspor kopi Indonesia disajikan secara rinci pada Gambar 3.24 dan Lampiran 22. 28 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

OUTLOOK KOPI 2016 Gambar 3.24. Negara Tujuan Ekspor Kopi Indonesia Tahun 2015 3.4.5. NEGARA ASAL IMPOR KOPI INDONESIA Kopi impor dari Vietnam dalam bentuk segar dan olahan pada tahun 2015 mendominasi pasar kopi Impor di Indonesia sebesar 62,83% atau volume impor mencapai 7.582 ton. Negara lain yang berkontribusi di atas 1% adalah Brazil sebesar 7,99% (965 ton), Malaysia 1,56% (188 ton), dan United States 1,34% (162 ton). Negara asal impor kopi Indonesia disajikan secara rinci pada Gambar 3.25 dan Lampiran 23. Gambar 3.25. Negara Asal Impor Kopi Indonesia Tahun 2015 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 29

2016 OUTLOOK KOPI 3.5. RATA-RATA NILAI PRODUKSI DAN PENGELUARAN DARI USAHA KOPI TAHUN 2014 Hasil survei rumah tangga usaha perkebunan untuk komoditas kopi pada Tahun 2014 menunjukkan bahwa nilai produksi per 100 pohon kopi sebesar Rp. 689.560 dengan rata-rata pengeluaran Rp. 474.990, dengan kata lain persentase pengeluaran terhadap produksi sebesar 68,90%. Pengeluaran untuk usaha kopi terdiri dari pengeluaran untuk bibit, tanaman pelindung, pupuk, stimulan, pestisida, pekerja, dan pengeluaran lain. Pengeluaran untuk pekerja merupakan biaya terbesar dalam mengusahakan tanaman kopi dibandingkan biaya lain, yaitu sebesar 45,76% atau Rp. 217.340 dari total pengeluaran sebesar Rp. 474.000. Rata-rata nilai produksi dan pengeluaran per 100 pohon dari usaha perkebunan tanaman kopi Tahun 2014 disajikan secara rinci pada Gambar 3.26, Gambar 3.27 dan Lampiran 24. Gambar 3.26. Persentase Biaya Terhadap Produksi Kopi per 100 Pohon Tahun 2014 30 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

OUTLOOK KOPI 2016 Gambar 3.27. Persentase Biaya Terhadap Jumlah Pengeluaran Kopi per 100 Pohon Tahun 2014 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 31

2016 OUTLOOK KOPI 32 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

1980 1981 1982 1983 1984 1985 1986 1987 1988 1989 1990 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 OUTLOOK KOPI 2016 BAB IV. KERAGAAN KOPI ASEAN DAN DUNIA 4.1. PERKEMBANGAN LUAS TANAMAN MENGHASILKAN, PRODUKSI DAN PRODUKTIVITAS KOPI ASEAN DAN DUNIA 4.1.1. Perkembangan Luas Tanaman Menghasilkan Kopi di Negara-negara ASEAN Berdasarkan data yang bersumber dari FAO, secara umum perkembangan luas tanaman menghasilkan (harvested area) kopi di antara negara-negara anggota ASEAN (Brunei Darussalam, Kamboja, Indonesia, Laos, Malaysia, Myanmar, Filipina, Singapura, Thailand, dan Vietnam) selama periode tahun 1980 2013 cenderung meningkat (Gambar 4.1). Tahun 1980 total luas tanaman menghasilkan kopi di negara-negara anggota ASEAN hanya sebesar 649.472 ha dan meningkat menjadi 2.069.144 ha di tahun 2013 atau meningkat sebesar 218,59% dibandingkan dengan tahun 1980. Secara rata-rata laju pertumbuhan luas tanaman menghasilkan kopi di kawasan ASEAN adalah 3,96% per tahun. Data luas tanaman menghasilkan kopi di antara negara-negara anggota ASEAN dapat dilihat pada Lampiran 25a. (Ha) 2.500.000 2.000.000 1.500.000 1.000.000 500.000 - Gambar 4.1. Perkembangan Luas Tanaman Menghasilkan Kopi di Kawasan ASEAN, Tahun 1980-2013 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 33

2016 OUTLOOK KOPI Jika dilihat dari data rata-rata luas tanaman menghasilkan kopi tahun 2009-2013 yang bersumber dari FAO, diantara negara-negara anggota ASEAN, Indonesia tercatat sebagai negara dengan luas tanaman menghasilkan kopi terbesar di kawasan ASEAN dengan rata-rata luas sebesar 912.342 ha atau berkontribusi sebesar 44,39% dari rata-rata total luas tanaman menghasilkan kopi di ASEAN (Gambar 4.2). Posisi Indonesia ini lebih baik dibandingkan dengan Vietnam yang dikenal sebagai salah satu sentra penghasil kopi dunia. Vietnam secara rata-rata dari tahun 2009-2013 hanya memiliki luas tanaman menghasilkan kopi sebesar 544.033 ha atau lebih rendah 40,37% dibandingkan luas tanaman menghasilkan kopi Indonesia. Luas tanaman menghasilkan kopi Vietnam berkontribusi sebesar 26,47% terhadap total luas tanaman menghasilkan kopi di ASEAN. Negara-negara dengan luasan tanaman menghasilkan kopi terbesar selanjutnya adalah Filipina, Laos, dan Thailand dengan kontribusi masing-masing negara hanya 5,84%, 2,65% dan 2,60%. Secara rinci, data negara-negara anggota ASEAN dengan luas tanaman menghasilkan kopi terbesar dapat dilihat pada Lampiran 26. Gambar 4.2. Sentra Luas Tanaman Menghasilkan Kopi Negara-negara ASEAN, Rata-rata Tahun 2009-2013 34 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

OUTLOOK KOPI 2016 4.1.2. Perkembangan Produksi Kopi di Negara-negara ASEAN Perkembangan produksi kopi (wujud produksi biji kopi mentah) negara-negara di kawasan ASEAN sepanjang tahun 1980 2015 menunjukkan pola yang hampir sama dengan perkembangan luas tanaman menghasilkan. Selama periode ini telah terjadi peningkatan produksi kopi diantara negara-negara anggota ASEAN dengan rata-rata peningkatan sebesar 6,16% per tahun (Gambar 4.3 dan Lampiran 25b.). Jika pada tahun 1980 produksi kopi di kawasan ASEAN hanya sebesar 376.320 ton, maka pada tahun 2015 tercatat meningkat menjadi sebesar 2.614.800 ton. Gambar 4.3. Perkembangan Produksi Kopi di Kawasan ASEAN, Tahun 1980-2015 Diantara negara-negara ASEAN, Vietnam menempati urutan pertama sebagai negara dengan produksi kopi terbesar di kawasan ASEAN dengan rata-rata produksi sebesar 1.668.396 ton atau berkontribusi sebesar 68,26% terhadap total produksi kopi di kawasan ASEAN (Gambar 4.4). Indonesia secara rata-rata memproduksi sebesar 572.460 ton kopi pada tahun 2011-2015. Kontribusi produksi kopi Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 35

2016 OUTLOOK KOPI Indonesia di kawasan ASEAN hanya mencapai 23,42%. Negara penghasil kopi terbesar di ASEAN selanjutnya adalah Malaysia dengan rata-rata produksi kopi sebesar 94.800 ton dan berkontribusi sebesar 3,88%. Selanjutnya diikuti oleh Thailand, Laos, dan Filipina dengan produksi masing-masing mencapai 52.200 ton, 28.440 ton, dan 27.720 ton atau berkontribusi sebesar 2,14%, 1,16%, dan 1,13% dari total produksi kopi di kawasan ASEAN. Rata-rata produksi kopi di kawasan ini pada periode 2011-2015 mencapai 2.444.016 ton. Secara rinci, data produksi kopi dari negara-negara di kawasan ASEAN dapat dilihat pada Lampiran 27. Gambar 4.4. Sentra Produksi Kopi Negara-negara ASEAN, Rata-rata Tahun 2011-2015 4.1.3. Perkembangan Produktivitas Kopi di Negara-negara ASEAN Jika ditinjau dari sisi produktivitasnya, tingkat produktivitas kopi di kawasan ASEAN periode tahun 1980-2013, memiliki pola yang berfluktuasi setiap tahunnya (Gambar 4.5) namun cenderung meningkat. Pada periode tersebut, laju pertumbuhan produktivitas kopi hanya sebesar 2,21% per tahun (Lampiran 25a) dengan produktivitas tertinggi dicapai pada tahun 2012 yaitu sebesar 1.189 kg/ha. 36 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

OUTLOOK KOPI 2016 Gambar 4.5. Perkembangan Produktivitas Kopi di Kawasan ASEAN, Tahun 1980-2013 Produktivitas tanaman kopi tertinggi di kawasan ASEAN berdasarkan rata-rata tahun 2009-2013 disajikan pada Gambar 4.6 dan Lampiran 28. Terlihat dari Gambar 4.6, produktivitas kopi tertinggi di kawasan ini terdapat di negara Vietnam dengan produktivitas mencapai 2.365 kg/ha. Indonesia sendiri pada periode yang sama tercatat sebagai negara dengan produktivitas terendah kedua setelah negara Myanmar. Produktivitas kopi Indonesia hanya sebesar 740 kg/ha. Gambar 4.6. Produktivitas Kopi Negara-negara ASEAN, Rata-rata Tahun 2009-2013 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 37

2016 OUTLOOK KOPI 4.1.4. Perkembangan Luas Tanaman Menghasilkan Kopi Dunia Perkembangan luas tanaman menghasilkan kopi dunia pada periode tahun 1980 2013 mengalami fluktuasi setiap tahunnya dan terlihat tidak terdapat tren peningkatan yang signifikan (Gambar 4.7). Rata-rata laju pertumbuhan luas tanaman menghasilkan kopi dunia sejak tahun 1980 2013 hanya sebesar 0,05% pertahun. Berdasarkan data dari FAO, total luas tanaman menghasilkan kopi dunia pada tahun 2013 mencapai angka 10.142.885 ha. Luasan ini tidak banyak berubah dari sejak tahun 1999 dengan luas tanaman menghasilkan kopi mencapai 10.209.479 (Lampiran 29). Gambar 4.7. Perkembangan Luas Tanaman Menghasilkan Kopi Dunia, Tahun 1980 2013 Luas tanaman menghasilkan kopi dunia berdasarkan data FAO selama periode 2009-2013, rata-rata terpusat di negara Brazil dengan kontribusi sebesar 21,34% dari luas tanaman menghasilkan kopi dunia atau mencapai 2.129.934 ha (Gambar 4.8). Luas tanaman menghasilkan kopi dunia secara rata-rata tahun 2009-2013 mencapai 9.982.089 ha. Indonesia tercatat sebagai negara dengan luas tanaman menghasilkan kopi terbesar selanjutnya dengan luasan mencapai 912.342 ha atau sekitar setengah dari luas tanaman menghasilkan kopi Brazil. Vietnam, negara anggota ASEAN lainnya, tercatat sebagai sentra luas tanaman menghasilkan kopi terbesar kelima di dunia dengan rata-rata luas 38 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

OUTLOOK KOPI 2016 tanaman menghasilkan mencapai 544.033 ha pada periode yang sama. Secara kumulatif, kelima negara dalam daftar negara-negara dengan luas tanaman menghasilkan kopi terbesar dunia mencakup 50,61% luas tanaman menghasilkan kopi dunia. Data luas tanaman menghasilkan kopi dari negara-negara sentra penanaman kopi dunia dapat dilihat pada Lampiran 30. Gambar 4.8. Sentra Luas Tanaman Menghasilkan Kopi Dunia, Rata-rata Tahun 2009-2013 4.1.5. Perkembangan Produksi Kopi Dunia Perkembangan produksi kopi dunia (wujud produksi biji kopi mentah) dari tahun 1980 hingga 2015 terlihat berfluktuasi namun terus mengalami peningkatan pada setiap tahunnya (Gambar 4.9). Pada tahun 1980, produksi kopi di dunia mencapai 5.144.280 ton dan meningkat di tahun 2015 menjadi 9.007.320 ton. Rata-rata pertumbuhan produksi selama periode tersebut adalah sebesar 2,09%. Menurut data dari USDA, produksi kopi dunia tertinggi pada tahun 2013 yang mencapai 9.340.260 ton (Lampiran 25.b). Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 39

2016 OUTLOOK KOPI Gambar 4.9. Perkembangan Produksi Kopi Dunia, Tahun 1980 2015 Produksi kopi dunia sebagian besar dihasilkan oleh negara Brazil dengan rata-rata produksi selama periode 2011-2015 mencapai 3.212.400 ton atau berkontribusi sebesar 35,51% terhadap rata-rata produksi kopi dunia di periode yang sama (Gambar 4.10). Negara-negara penghasil kopi terbesar selanjutnya adalah Vietnam dengan kontribusi 18,44% atau rata-rata menghasilkan 1.758.000 ton, disusul oleh Kolombia dengan rata-rata produksi sebesar 676.284 ton (7,47%), Indonesia dengan rata-rata produksi mencapai 572.460 ton (6,33%), dan Ethiopia dengan rata-rata produksi 383.580 ton (4,24%). Data negaranegara penghasil kopi terbesar dunia dapat dilihat pada Lampiran 31. Gambar 4.10. Sentra Produksi Kopi Dunia, Rata-rata Tahun 2011-2015 40 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

OUTLOOK KOPI 2016 4.1.6. Perkembangan Produktivitas Kopi Dunia Laju pertumbuhan produktivitas kopi dunia dari tahun 1980 hingga 2013 terus mengalami peningkatan dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 1,99% (Gambar 4.11). Menurut data dari FAO, produktivitas tertinggi kopi dunia tercapai pada tahun 2012 yaitu sebesar 912 kg/ha. Sementara pada tahun 2013, produktivitas kopi dunia mencapai 880 kg/ha atau lebih rendah 3,52% dibandingkan tahun 2012. Data perkembangan produktivitas kopi dunia periode 1980-2013 dapat dilihat pada Lampiran 29. Gambar 4.11. Perkembangan Produktivitas Kopi Dunia, Tahun 1980-2013 4.2. PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR KOPI ASEAN DAN DUNIA 4.2.1. Perkembangan Volume Ekspor dan Impor Kopi ASEAN Berdasarkan data USDA, volume ekspor dan impor kopi dari negara-negara anggota ASEAN pada periode tahun 1980-2015 terlihat sangat berbeda dari tahun ke tahun (Gambar 4.12). Volume ekspor kopi dari kawasan ini terlihat selalu lebih tinggi dibandingkan dengan volume impor kopi ke negara-negara kawasan ini. Sejak tahun 1980 hingga 2003 volume impor kopi ke negara-negara anggota ASEAN sangat rendah jika dibandingkan volume ekspornya. Namun demikian volume impor ke Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 41

2016 OUTLOOK KOPI negara-negara ini meningkat setelah tahun 2003 meskipun tetap jauh dibawah volume ekspornya. Hal ini cukup beralasan mengingat dua negara sentra produksi kopi dunia adalah anggota ASEAN yaitu Vietnam dan Indonesia. Secara rata-rata pertumbuhan volume ekspor kopi dari negara-negara ASEAN pada tahun 1980-2015 mencapai 7,37% per tahunnya. Laju pertumbuhan ini lebih rendah dibandingkan rata-rata pertumbuhan volume impor kopi pada periode yang sama. Rata-rata pertumbuhan volume impor kopi ke negara-negara ASEAN pada tahun 1980-2015 mencapai 17,57% per tahunnya. Data volume ekspor dan volume impor kopi dari dan ke negara-negara anggota ASEAN dapat dilihat pada Lampiran 32a. Gambar 4.12. Perkembangan Volume Ekspor dan Impor Kopi di Kawasan ASEAN, Tahun 1980-2015 Jika dilihat berdasarkan rata-rata volume ekspor kopi diantara negara-negara anggota ASEAN, pada tahun 2011-2015 terdapat hanya dua negara yang mampu melakukan ekspor kopi dengan kontribusi di atas 20% terhadap volume ekspor kopi kawasan ASEAN. Kedua negara tersebut adalah Vietnam dan Indonesia (Gambar 4.13). Pada tahun 42 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

OUTLOOK KOPI 2016 2011-2015, menurut USDA, Vietnam telah mengekspor kopi per tahun rata-rata mencapai 1.538.592 ton atau 69,43% terhadap volume ekspor kopi dari kawasan ASEAN. Di tahun yang sama, Indonesia tercatat mampu mengekspor rata-rata sebesar 471.240 ton per tahun atau 21,26% dari volume ekspor kopi negara-negara anggota ASEAN. Kedua negara tersebut secara rata-rata pada periode tahun 2011-2015 berkontribusi 90,69% dari total volume ekspor kopi di kawasan ini. Secara lengkap data negara-negara eksportir kopi terbesar di kawasan ASEAN disajikan pada Lampiran 33. Gambar 4.13. Negara-negara Eksportir Kopi Terbesar di Kawasan ASEAN, Rata-rata Tahun 2011-2015 Adapun untuk negara importir kopi terbesar di kawasan ASEAN pada periode tahun 2011-2015 dapat dilihat pada Gambar 4.14 dan Lampiran 34. Berdasarkan data USDA, selama periode 2011-2015, Filipina tercatat sebagai negara terbesar dalam melakukan impor kopi dibandingkan negara-negara lain dikawasan ini. Filipina pada tahun 2015 melakukan impor kopi hingga mencapai 227.400 ton. Secara rata-rata, selama tahun 2011 sampai 2015 Filipina telah melakukan impor kopi sebesar 193.440 ton atau 43.43% dari total impor kopi di ASEAN. Negara ASEAN lain yang melakukan impor kopi dengan kontribusi di atas 10% pada periode yang sama adalah Malaysia dengan jumlah impor kopi rata- Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 43

2016 OUTLOOK KOPI rata mencapai 73.800 ton (16,57%), Thailand rata-rata mengimpor sebesar 70.920 ton (15,92%), Indonesia meski tercatat sebagai salah satu eksportir kopi terbesar di kawasan ini, namun disisi lain juga tercatat sebagai negara importir kopi terbesar keempat di ASEAN. Rata-rata volume impor kopi Indonesia mencapai 66.180 ton (14,86%). Vietnam dan Singapore juga melakukan impor kopi, namun tidak sampai 10%, yakni rata-rata sebesar 34.344 ton (7,71%) dan 6.720 ton (1,51%). Secara lengkap negara-negara importir kopi di ASEAN disajikan pada Lampiran 34. Gambar 4.14. Negara-negara Importir Kopi Terbesar di Kawasan ASEAN, Rata-rata Tahun 2011-2015 4.2.2. Perkembangan Nilai Ekspor dan Impor Kopi ASEAN Gambar 4.15 menunjukkan perkembangan nilai ekspor dan impor kopi di kawasan ASEAN pada periode 1980-2012. Sejalan dengan keragaan volume ekspor dan impor kopi dikawasan ASEAN sebelumnya, terlihat bahwa nilai ekspor kopi dikawasan ini lebih tinggi dibandingkan dengan nilai impornya. Surplus neraca perdagangan kopi tertinggi dari negara-negara anggota ASEAN terjadi pada tahun 2012 mencapai US$ 4.521,5 juta. Data nilai ekspor dan impor kopi negara-negara anggota ASEAN disajikan secara lengkap pada Lampiran 32b. 44 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

OUTLOOK KOPI 2016 Gambar 4.15. Perkembangan Nilai Ekspor dan Impor Kopi di Kawasan ASEAN, Tahun 1980-2012 4.2.3. Perkembangan Volume Ekspor dan Impor Kopi Dunia Perkembangan volume ekspor kopi dunia sepanjang tahun 1980-2015 terlihat tidak terlalu berfluktuasi dari tahun ke tahun, sedangkan tren volume impor terlihat mengalami lonjakan cukup tajam meskipun kemudian peningkatannya melandai (Gambar 4.16). Dari Gambar 4.16 terlihat volume ekspor dan impor kopi dunia memiliki kecenderungan meningkat setiap tahunnya. Kecenderungan peningkatan volume ekspor dan impor kopi dunia ini menunjukkan bahwa kopi merupakan komoditi yang relatif aktif diperdagangkan oleh dunia. Lebih jauh, Lampiran 35a menyajikan data perkembangan volume ekspor dan impor kopi dunia. Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 45

2016 OUTLOOK KOPI Gambar 4.16. Perkembangan Volume Ekspor dan Impor Kopi Dunia, Tahun 1980-2015 Jika dilihat volume ekspor kopi per negara di dunia, secara ratarata pada periode tahun 2011-2015, Brazil tercatat sebagai negara eksportir kopi terbesar di dunia dengan rata-rata volume ekspor mencapai 1,97 juta ton per tahun atau berkontribusi sebear 27,27% terhadap total volume ekspor kopi dunia (Gambar 4.17). Negara lainnya yang tercatat sebagai negara eksportir terbesar kopi di dunia adalah Vietnam dengan rata-rata volume ekspor mencapai 1,54 juta ton per tahun atau 21,25% dari total volume ekspor kopi dunia. Indonesia sendiri tercatat sebagai negara eksportir terbesar keempat di dunia dengan rata-rata volume ekspor kopi pada periode tahun 2011-2015 mencapai 471,24 ribu ton per tahun atau 6,51% dari total volume ekspor kopi dunia. Secara lengkap, negara-negara dengan volume ekspor terbesar di dunia disajikan pada Lampiran 36. 46 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

OUTLOOK KOPI 2016 Gambar 4.17. Negara-negara Eksportir Kopi Terbesar Dunia, Rata-rata Tahun 2011-2015 Adapun negara-negara dengan volume impor kopi terbesar di dunia pada tahun 2011-2015 disajikan pada Gambar 4.18. Dari Gambar 4.18 terlihat bahwa Amerika Serikat adalah negara importir kopi terbesar di dunia dengan rata-rata volume impor kopi sebesar 1,45 juta ton per tahun atau 20,91% dari total volume impor kopi dunia sebesar 6,94 juta ton. Negara lainnya adalah Jepang dengan rata-rata volume impor kopi sebesar 467,34 ribu ton per tahun atau 6,73% dari total volume impor kopi dunia. Indonesia sendiri dalam daftar negara-negara dengan volume impor kopi terbesar dunia menempati posisi 14 dengan volume impor kopi mencapai 71,28 ribu ton kopi per tahun atau hanya berkontribusi sebesar 1,03% dari total volume impor kopi dunia. Secara lengkap negara-negara dengan volume impor kopi terbesar di dunia disajikan pada Lampiran 37. Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 47

2016 OUTLOOK KOPI Gambar 4.18. Negara-negara Importir Kopi Terbesar Dunia, Rata-rata Tahun 2011-2015 4.2.4. Perkembangan Nilai Ekspor dan Impor Kopi Dunia Berbeda dengan keragaan nilai ekspor dan impor kopi dari negaranegara anggota ASEAN, nilai impor kopi dunia umumnya lebih tinggi dibandingkan dengan nilai ekspor kopi dunia. Hal ini terlihat pada Gambar 4.19 yang menunjukkan perkembangan nilai ekspor dan impor kopi dunia pada periode 1980-2012. Terlihat dari gambar tersebut bahwa dunia dalam periode tahun 1980-2012 secara umum mencatatkan defisit perdagangan kopi hampir di setiap tahunnya. Nilai impor kopi tertinggi terjadi pada tahun 2011 dengan nilai perdagangan mencapai US$ 28,31 miliar. Data nilai ekspor dan impor kopi dunia disajikan secara lengkap pada Lampiran 35b. 48 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

OUTLOOK KOPI 2016 Gambar 4.19. Perkembangan Nilai Ekspor dan Impor Kopi Dunia, Tahun 1980-2012 4.3. PERKEMBANGAN KETERSEDIAAN KOPI ASEAN DAN DUNIA 4.3.1. Perkembangan Ketersediaan Kopi ASEAN Ketersediaan kopi di antara negara-negara anggota ASEAN diperoleh dari produksi dikurangi ekspor dan ditambah impor kopi ASEAN. Perkembangan ketersediaan kopi di antara negara-negara anggota ASEAN tahun 1980-2015 disajikan dalam Gambar 4.20 dan Lampiran 38. Dari Gambar 4.20 terlihat bahwa diantara negara-negara ASEAN ketersediaan kopi cenderung meningkat meskipun di tahun-tahun tertentu terjadi penurunan ketersediaan. Jika dilihat kembali volume ekspor, volume impor dan produksi kopi di antara negara-negara ASEAN terlihat bahwa sumber utama penurunan ini adalah adanya peningkatan volume ekspor kopi dari negara-negara ASEAN. Sebagai contoh pada tahun 2014 terjadi penurunan ketersediaan kopi sebesar 12,98% atau 247.122 ton dibandingkan tahun sebelumnya. Jika dilihat dari volume ekspor kopi ASEAN pada tahun tersebut, terlihat bahwa volume ekspor kopi dari ASEAN pada tahun tersebut meningkat 14,58% (160.362 ton) Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 49

2016 OUTLOOK KOPI dibandingkan pada tahun sebelumnya. Peningkatan volume ekspor tersebut justru diikuti penurunan produksi kopi sebesar 6,57% (167.880 ton), dan peningkatan volume impor yang relatif kecil sebesar 18,15% (81.120 ton) dari volume ekspor. Gambar 4.20. Perkembangan Ketersediaan Kopi ASEAN, Tahun 1980-2015 4.3.2. Perkembangan Ketersediaan Kopi Dunia Sama halnya dengan ketersediaan kopi di ASEAN, ketersediaan kopi di dunia selama periode tahun 1980-2015 cenderung mengalami kenaikan meskipun pada beberapa tahun ketersediaan kopi dunia mengalami penurunan (Gambar 4.21). Jika diperhatikan Gambar 4.21 dan Lampiran 39 yang menyajikan keragaan dan data ketersediaan kopi di dunia, terdapat kemiripan pola perkembangan ketersediaan kopi. Pada tahun 2014, ketersediaan kopi di dunia mengalami penurunan sebagaimana ketersediaan kopi di ASEAN. 50 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

OUTLOOK KOPI 2016 Gambar 4.21. Perkembangan Ketersediaan Kopi Dunia, Tahun 1980-2015 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 51

2016 OUTLOOK KOPI 52 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

OUTLOOK KOPI 2016 BAB V. ANALISIS PRODUKSI DAN KONSUMSI KOPI 5.1. PROYEKSI PRODUKSI KOPI DI INDONESIA TAHUN 2016-2020 Proyeksi produksi kopi akan dilakukan dengan menggunakan pendekatan produksi kopi total (dalam wujud kopi berasan) dengan metode analisis regresi linier berganda. Peubah yang digunakan adalah produksi itu sendiri, luas areal,dan harga domestik kopi. Adapun data yang digunakan pada proyeksi ini adalah data Angka Tetap produksi dan luas areal kopi tahun 1980-2014, dan data tahun 2015-2016 adalah data Angka Sementara dan Angka Proyeksi bersumber dari Direktorat Jenderal Perkebunan. Data harga domestik diperoleh dari BPS. Hasil analisis data produksi kopi tahun 1980-2014 mendapatkan model analisis yang selanjutnya digunakan sebagai proyeksi produksi kopi tahun 2016-2020, hasil proyeksi produksi kopi dapat dilihat pada Tabel 5.1. Tabel 5.1. Hasil Proyeksi Produksi Kopi di Indonesia, Tahun 2016-2020 Keterangan: *) Angka Estimasi **)Angka Proyeksi Pusdatin Dari Tabel 5.1 terlihat bahwa hingga tahun 2020 diperkirakan produksi kopi Indonesia akan meningkat dengan rata-rata pertumbuhan 2,25% per tahun. Jika dibandingkan dengan produksi kopi tahun 2016 (angka perkiraan Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 53

2016 OUTLOOK KOPI Ditjen Perkebunan) yang mencapai 634.477 ton, maka produksi kopi di tahun 2020 diperkirakan akan meningkat sebesar 9,21% atau menjadi 692.906 ton. 5.2. PROYEKSI KONSUMSI KOPI DI INDONESIA TAHUN 2016-2020 Proyeksi konsumsi kopi diperoleh dengan melakukan analisis deret waktu metode Exponential Growth Trend Analysis terhadap data konsumsi langsung rumah tangga. Data yang digunakan dalam proyeksi ini adalah data konsumsi kopi tahun 2002-2015 yang bersumber dari Hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) BPS seperti terdapat dalam Buletin Konsumsi terbitan Pusdatin. Pemilihan analisis deret waktu Trend Analysis Exponential Growth dikarenakan analisis ini mampu memberikan nilai akurasi terbaik. Permintaan kopi tahun 2016-2020 diperoleh dengan mengalikan proyeksi konsumsi langsung kopi rumah tangga dengan proyeksi jumlah penduduk Indonesia tahun 2016-2020. Proyeksi jumlah penduduk Indonesia tahun 2016-2020 diperoleh dari BPS. Tabel 5.2. Hasil Proyeksi Konsumsi Kopi di Indonesia, Tahun 2016-2020 Tahun Konsumsi (Kg/kap/thn) Jumlah Penduduk (000 orang) Konsumsi Nasional (Ton) Pertumbuhan (%) 2016**) 1,168 258.705 302.176 2017**) 1,162 261.891 304.231 0,68 2018**) 1,155 265.015 306.183 0,64 2019**) 1,149 267.974 307.915 0,57 2020**) 1,143 271.066 309.771 0,60 Rata-rata Pertumbuhan Keterangan : - **) Angka Proyeksi Pusdatin - Konsumsi hasil proyeksi Pusdatin - Penduduk hasil proyeksi BPS 2,49 Hasil analisis deret waktu Exponential Growth Trend Analysis untuk konsumsi kopi tahun 2016-2020 diperoleh nilai MAPE sebesar 8,66. Proyeksi konsumsi kopi tahun 2016-2020 disajikan pada Tabel 5.2. Dari tabel tersebut terlihat bahwa konsumsi langsung rumah tangga untuk kopi diperkirakan akan 54 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

OUTLOOK KOPI 2016 meningkat di tahun 2016, namun selanjutnya mengalami penurunan hingga tahun 2020. Pada Tabel 5.2 juga disajikan proyeksi jumlah penduduk dengan data yang bersumber dari BPS. Dalam proyeksi ini, jumlah penduduk pada tahun 2016-2020 diperkirakan akan meningkat setiap tahunnya. Dengan demikian permintaan rumah tangga di Indonesia akan kopi akan meningkat setiap tahunnya sejalan dengan peningkatan jumlah penduduk Indonesia. 5.3. PROYEKSI SURPLUS/DEFISIT KOPI DI INDONESIA TAHUN 2016-2020 Dalam menerjemahkan hasil proyeksi konsumsi dalam outlook ini, perlu diingatkan kembali bahwa data konsumsi yang digunakan adalah data konsumsi kopi hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas). Dimana dari survei tersebut, data yang diperoleh hanyalah data konsumsi langsung rumah tangga di Indonesia sementara data permintaan dari sektor industri dan pariwisata belum termasuk dalam data ini. Untuk mengetahui permintaan dari sektor industri dan yang lainnya disarankan untuk menggunakan informasi persentase penggunaan kopi di setiap sektor terkait yang terdapat pada Tabel Input Output tahun 2005 untuk komoditas kopi. Tabel 5.3. Proyeksi Surplus Kopi di Indonesia, Tahun 2016-2020 Tahun Produksi Proyeksi (Ton) Konsumsi Surplus (Ton) 2016*) 667.655 302.176 365.479 2017**) 672.283 304.231 368.052 2018**) 686.344 306.183 380.161 2019**) 689.504 307.915 381.589 2020**) 692.906 309.771 383.136 Rata-rata Keterangan: *) Angka Estimasi **)Angka Proyeksi Pusdatin 375.683 Tabel 5.3 menyajikan hasil proyeksi produksi dan permintaan serta kondisi surplus atau defisit pasokan kopi Indonesia. Dari hasil proyeksi Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 55

2016 OUTLOOK KOPI produksi dan permintaan kopi di Indonesia pada tahun 2016-2020, diketahui bahwa pada periode tersebut Indonesia akan mengalami surplus kopi rata-rata sebesar 375.683 ton per tahunnya. Pada tahun 2016 surplus kopi di Indonesia diperkirakan sebesar 365.479 ton meningkat terus hingga tahun 2020 diproyeksikan surplus menjadi 383.136 ton. 5.4. PROYEKSI KETERSEDIAAN KOPI DI ASEAN TAHUN 2016-2020 Dalam rangka menghadapi era perdagangan bebas dan free trade agreement di antara negara-negara ASEAN, maka diperlukan gambaran mengenai ketersediaan suatu komoditas di masa akan datang. Proyeksi ketersediaan ini akan membantu pegiat ekspor komoditas bersangkutan di dalam negeri untuk ambil bagian dalam perdagangan domestik dan/atau global. Pada outlook ini disediakan proyeksi ketersediaan komoditas kopi di kawasan domestik (Asia Tenggara) dan dunia. Data yang digunakan dalam proyeksi ini adalah data yang bersumber dari USDA dimana negara-negara Asia Tenggara yang dimaksud dalam outlook ini adalah negara-negara anggota ASEAN seperti tercantum dalam Tabel 2.1 pada awal buku outlook ini. Untuk mengetahui proyeksi ketersediaan kopi di negara-negara ASEAN, dalam outlook ini digunakan analisis deret waktu dengan metode Quadratic Trend Analysis. Hasil proyeksi ketersediaan kopi di negara-negara ASEAN dapat dilihat pada Tabel 5.4. Tabel 5.4. Hasil Proyeksi Ketersediaan Kopi di ASEAN, Tahun 2016-2020 Tahun Proyeksi Ketersediaan Pertumbuhan (Ton) (%) 2016 1.551.312 2017 1.673.253 7,86 2018 1.799.797 7,56 2019 1.930.945 7,29 2020 2.066.697 7,03 Rata-rata Pertumbuhan 7,44 56 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

OUTLOOK KOPI 2016 Hasil proyeksi menunjukkan bahwa ketersediaan kopi di antara negaranegara ASEAN pada tahun 2020 diperkirakan meningkat sebesar 33,22% dibandingkan tahun 2016. Pada tahun 2016 ketersediaan kopi diantara negaranegara ASEAN mencapai 1.551.312 ton dan meningkat menjadi 2.066.697 ton di tahun 2020. 5.5. PROYEKSI KETERSEDIAAN KOPI DI DUNIA TAHUN 2016-2020 Tidak berbeda dengan proyeksi ketersediaan kopi ASEAN, dalam melakukan proyeksi ketersediaan kopi di dunia, penulis kembali menggunakan analisis deret waktu dengan metode Linear Trend Analysis. Hasil proyeksi ketersediaan kopi dunia dapat dilihat pada Tabel 5.5. Tabel 5.5. Hasil Proyeksi Ketersediaan Kopi di Dunia, Tahun 2016-2020 Tahun Proyeksi Ketersediaan Pertumbuhan (Ton) (%) 2016 8.888.312 2017 9.158.474 3,04 2018 9.428.636 2,95 2019 9.698.798 2,87 2020 9.968.960 2,79 Rata-rata Pertumbuhan 2,91 Ketersediaan kopi dunia pada periode tahun 2016-2020 secara ratarata diproyeksikan akan meningkat sebesar 2,91% pada setiap tahunnya. Ketersediaan kopi dunia pada tahun 2020 diperkirakan akan mencapai 9,97 juta ton atau meningkat 2,79% dibandingkan ketersediaan tahun 2019 sebesar 9,70 juta ton. Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 57

2016 OUTLOOK KOPI 58 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

OUTLOOK KOPI 2016 BAB VI. KESIMPULAN 6.1. KESIMPULAN Di Indonesia, kopi dibudidayakan sebagian besar oleh perkebunan rakyat dimana jenis kopi yang banyak dibudidayakan adalah jenis kopi robusta. Sentra produksi kopi robusta di Indonesia terdapat di Provinsi Sumatera Selatan, Lampung, Bengkulu, Jawa TImur, dan Sumatera Barat,. Adapun sentra produksi kopi arabika adalah Provinsi Sumatera Utara, Aceh, Sulawesi Selatan, Sumatera Barat, dan Nusa Tenggara Timur. Harga kopi di pasar domestik di Indonesia tahun 2015 rata-rata adalah Rp.19.135 per kg. Konsumsi kopi pada tahun 2015 berdasarkan hasil SUSENAS yang dilakukan oleh BPS mencapai 0,90 kg/kapita. Konsumsi ini lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya yang mencapai 1,35 kg/kapita. Berdasarkan data USDA, di antara negara-negara kawasan ASEAN, Indonesia dikenal sebagai produsen dan eksportir kopi terbesar kedua setelah Vietnam. Namun demikian, Indonesia adalah importir kopi terbesar keempat di ASEAN setelah Filipina, Malaysia, dan Thailand. Di dunia, Indonesia tercatat sebagai penghasil kopi terbesar keempat setelah Brazil, Vietnam, dan Kolombia. Namun demikian dalam hal ekspor kopi, Indonesia adalah eksportir kopi terbesar keempat di dunia setelah Brazil, Vietnam, dan Kolombia. Hasil proyeksi produksi kopi menunjukkan bahwa produksi kopi Indonesia tahun 2020 akan meningkat sebesar 3,78% atau menjadi 692.906 ton dibandingkan produksi kopi tahun 2016 yang hanya mencapai 667.655 ton. Proyeksi produksi ini diperkirakan lebih tinggi dibandingkan permintaan kopi di tahun yang sama. Permintaan kopi Indonesia tahun 2020 diperkirakan mencapai 309.771 ton sehingga diperkirakan akan terjadi surplus pasokan kopi sebesar 383.136 ton. Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 59

2016 OUTLOOK KOPI 60 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

OUTLOOK KOPI 2016 DAFTAR PUSTAKA Ayelign, A., K. Sabally. 2013. Determination of Chlorogenic Acids (CGA) in Coffee Beans Using HPLC. American Journal of Research Communication. Vol 1 (2), halaman 78-91. Dicum, G., Nina Luttinger. 1999.The Coffee Book: Anatomy of an Industry from Crop to the Last Drop. New Press. New York. Direktorat Jenderal Perkebunan. 2010. Statistik Perkebunan Indonesia: Kopi 2009-2011. Kementerian Pertanian. Jakarta. Direktorat Jenderal Perkebunan. 2011. Statistik Perkebunan Indonesia: Kopi 2010-2012. Kementerian Pertanian. Jakarta. Direktorat Jenderal Perkebunan. 2012. Statistik Perkebunan Indonesia: Kopi 2011-2013. Kementerian Pertanian. Jakarta. Direktorat Jenderal Perkebunan. 2013. Statistik Perkebunan Indonesia: Kopi 2012-2014. Kementerian Pertanian. Jakarta. Direktorat Jenderal Perkebunan. 2014. Statistik Perkebunan Indonesia: Kopi 2013-2015. Kementerian Pertanian. Jakarta. Direktorat Jenderal Perkebunan. 2015. Statistik Perkebunan Indonesia: Kopi 2014-2016. Kementerian Pertanian. Jakarta. Ellis, Markman. 2011. The Coffee-House: a Cultural History. Hachette. United Kingdom. Food and Agriculture Organization of United Nation (FAO). 2016. http://faostat.fao.org [terhubung berkala] United States Department of Agriculture (USDA). 2016. http://fas.usda.gov [terhubung berkala] Hoffman, James. 2014. The World Atlas of Coffee: From Beans to Brewing Coffees Explored, Explained and Enjoyed. Octopus Publishing Group Limited. London. International Coffee Organization (ICO). 2015. ICO Annual Review 2013-2014. International Coffee Organization. London. Listyati, Dewi., Bedy Sudjarmoko, Abdul Muis Hasibuan. 2013. Analisis Faktorfaktor yang Mempengaruhi Adopsi Benih Unggul Kopi di Lampung. Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 61

2016 OUTLOOK KOPI Buletin Buletin Riset Tanaman Rempah dan Aneka Tanaman Industri (Ristri). Vol. 4 No. 2, halaman 165-174. Makridakis, Spyros., Steven C. Wheelwright, dan Victor E. McGee. 1999. Metode dan Aplikasi Peramalan. Erlangga. Jakarta. Mekuria, T., Neuhoff, D., Kopke, U. 2004. The Status of Coffee Production and The Potential For Organic Conversion in Ethiopia. Conference on International Agricultural Research for Development. Berlin. Nawrot, P., S. Jordan., J. Eastwood., J. Rotstein., A. Hugenholtz., M. Feeley. 2003. Effects of Caffeine on Human Health. Food Additives and Contaminants. Vol. 20, No. 1, halaman 1-30. Smith, A. 2002. Effects of Caffeine on Human Behavior. Food and Chemical Toxicology. Vol. 40, halaman 1243-1255. Pandergrast, Mark. 1999. Uncommon Grounds: The History of Coffee and How it Transformed Our World. Basic Books. New York. Panggabean, Edy. 2011. Buku Pintar Kopi. PT. AgroMedia Pustaka. Jakarta. Ponte, Stefano. 2002. The Latte Revolution? Rekopition, Markets and Consumption in the Global Coffee Chain. World Development. Vol. 30, No. 7, halaman 1099-1122. Prastowo, Bambang., Elna Karmawati., Rubijo., Siswanto., Chandra Indrawanto., S. Joni Munarso. 2010. Budidaya dan Pasca Panen Kopi. Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan. Bogor. Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian. 2014. Outlook Komoditi Kopi. Kementerian Pertanian. Jakarta. 62 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

OUTLOOK KOPI 2016 LAMPIRAN-LAMPIRAN Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 63

2016 OUTLOOK KOPI 64 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

OUTLOOK KOPI 2016 Lampiran 1. Perkembangan Luas Areal Kopi di Indonesia Menurut Status Pengusahaan, Tahun 1980 2016 Luas Areal (Ha) Tahun PR Pertumb. (%) PBN Pertumb. (%) PBS Pertumb. (%) INDONESIA Pertumb. (%) 1980 663,601-20,925-22,938-707,464-1981 749,829 12.99 23,016 9.99 24,001 4.63 796,846 12.63 1982 759,182 1.25 23,635 2.69 20,211-15.79 803,028 0.78 1983 766,134 0.92 24,426 3.35 24,427 20.86 814,987 1.49 1984 837,488 9.31 22,440-8.13 34,283 40.35 894,211 9.72 1985 874,340 4.40 23,499 4.72 33,290-2.90 931,129 4.13 1986 888,862 1.66 23,593 0.40 22,744-31.68 935,199 0.44 1987 908,584 2.22 24,280 2.91 28,776 26.52 961,640 2.83 1988 969,789 6.74 25,484 4.96 30,674 6.60 1,025,947 6.69 1989 984,234 1.49 21,800-14.46 30,516-0.52 1,036,550 1.03 1990 1,014,125 3.04 25,834 18.50 29,889-2.05 1,069,848 3.21 1991 1,063,289 4.85 25,891 0.22 30,674 2.63 1,119,854 4.67 1992 1,076,474 1.24 26,092 0.78 31,332 2.15 1,133,898 1.25 1993 1,090,050 1.26 26,325 0.89 31,192-0.45 1,147,567 1.21 1994 1,080,532-0.87 26,593 1.02 33,260 6.63 1,140,385-0.63 1995 1,109,499 2.68 25,616-3.67 32,396-2.60 1,167,511 2.38 1996 1,103,615-0.53 24,169-5.65 31,295-3.40 1,159,079-0.72 1997 1,105,114 0.14 32,232 33.36 32,682 4.43 1,170,028 0.94 1998 1,068,064-3.35 39,139 21.43 46,166 41.26 1,153,369-1.42 1999 1,059,245-0.83 39,316 0.45 28,716-37.80 1,127,277-2.26 2000 1,192,322 12.56 40,645 3.38 27,720-3.47 1,260,687 11.83 2001 1,258,628 5.56 26,954-33.68 27,801 0.29 1,313,383 4.18 2002 1,318,020 4.72 26,954 0.00 27,210-2.13 1,372,184 4.48 2003 1,240,222-5.90 26,597-1.32 25,091-7.79 1,291,910-5.85 2004 1,251,326 0.90 26,597 0.00 26,020 3.70 1,303,943 0.93 2005 1,202,392-3.91 26,641 0.17 26,239 0.84 1,255,272-3.73 2006 1,255,104 4.38 26,644 0.01 26,983 2.84 1,308,731 4.26 2007 1,243,429-0.93 23,721-10.97 28,761 6.59 1,295,911-0.98 2008 1,236,842-0.53 22,442-5.39 35,826 24.56 1,295,110-0.06 2009 1,217,506-1.56 22,794 1.57 25,935-27.61 1,266,235-2.23 2010 1,162,810-4.49 22,681-0.50 24,873-4.09 1,210,364-4.41 2011 1,184,967 1.91 22,572-0.48 26,159 5.17 1,233,698 1.93 2012 1,187,669 0.23 22,565-0.03 25,056-4.22 1,235,290 0.13 2013 1,194,081 0.54 22,556-0.04 25,076 0.08 1,241,713 0.52 2014 1,183,664-0.87 22,369-0.83 24,462-2.45 1,230,495-0.90 2015*) 1,185,366-0.73 22,509-0.21 25,352 1.10 1,233,227-0.68 2016**) 1,185,369 0.14 22,525 0.70 25,399 3.83 1,233,294 0.23 Rata-rata Laju Pertumbuhan (%) 1980-2016**) 1.68 0.73 1.56 1.61 1980-2014 1.80 0.75 1.51 1.72 1980-2000 3.06 3.86 2.77 3.01 2001-2016**) -0.03-3.19 0.05-0.14 Sumber : Direktorat Jenderal Perkebunan, diolah Pusdatin Ket : PR : Perkebunan Rakyat PBN : Perkebunan Besar Negara PBS : Perkebunan Besar Swasta *) : Tahun 2015 Angka Sementara **) : Tahun 2016 Angka Estimasi Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 65

2016 OUTLOOK KOPI Lampiran 2. Tahun Perkembangan Luas Areal Kopi di Indonesia Menurut Pengusahaan dan Jenis Kopi Yang Diusahakan, Tahun 2001 2016 Luas Areal Kopi Robusta (Ha) PR PBN PBS Robusta PR PBN PBS Arabika 2001 1,182,693 26,928 22,930 1,232,551 75,935 26 6,846 82,807 2002 1,232,857 26,928 21,106 1,280,891 85,163 26 6,104 91,293 2003 1,241,932 26,928 21,106 1,289,966 85,589 26 6,149 91,764 2004 1,135,114 19,925 21,705 1,176,744 116,212 6,672 4,315 127,199 2005 1,112,597 19,969 21,393 1,153,959 89,795 6,672 4,846 101,313 2006 1,089,951 19,972 21,699 1,131,622 165,154 6,672 5,284 177,110 2007 1,018,573 16,549 23,355 1,058,477 153,884 6,500 2,457 162,841 2008 970,677 15,270 23,266 1,009,213 266,165 7,172 12,560 285,897 2009 946,791 15,622 22,425 984,838 270,715 7,172 3,510 281,397 2010 920,790 15,509 22,483 958,782 242,021 7,172 2,390 251,583 2011 902,341 15,400 22,443 940,184 282,626 7,172 3,716 293,514 2012 902,548 15,404 22,448 940,400 282,691 7,174 3,717 293,582 2013 879,117 15,384 21,552 916,053 314,963 7,172 3,524 325,659 2014 863,731 15,197 20,880 899,808 319,932 7,172 3,583 330,687 2015*) 869,866 15,337 21,760 906,963 315,500 7,172 3,592 326,264 2016**) 875,006 15,353 21,776 912,135 310,363 7,172 3,623 321,158 Rata-rata 1,009,037 18,480 22,020 1,049,537 211,044 5,697 4,764 221,504 Share (%) 96.14 1.76 2.10 100.00 95.28 2.57 2.15 100.00 Sumber : Direktorat Jenderal Perkebunan, diolah Pusdatin Luas Areal Kopi Arabika (Ha) 66 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

OUTLOOK KOPI 2016 Lampiran 3. Perkembangan Produksi Kopi di Indonesia Menurut Status Pengusahaan, Tahun 1980 2016 Produksi (Ton) Tahun PR Pertumb. (%) PBN Pertumb. (%) PBS Pertumb. (%) INDONESIA Pertumb. (%) 1980 276,295-13,212-5,466-294,973-1981 290,401 5.11 16,189 22.53 8,309 52.01 314,899 6.76 1982 262,247-9.69 13,297-17.86 5,707-31.32 281,251-10.69 1983 287,183 9.51 10,147-23.69 8,318 45.75 305,648 8.67 1984 291,291 1.43 14,775 45.61 9,423 13.28 315,489 3.22 1985 288,404-0.99 12,635-14.48 10,359 9.93 311,398-1.30 1986 329,605 14.29 17,664 39.80 9,553-7.78 356,822 14.59 1987 367,835 11.60 13,043-26.16 7,791-18.44 388,669 8.93 1988 362,311-1.50 16,072 23.22 12,712 63.16 391,095 0.62 1989 376,579 3.94 13,466-16.21 11,003-13.44 401,048 2.54 1990 384,464 2.09 15,566 15.59 12,737 15.76 412,767 2.92 1991 399,088 3.80 16,755 7.64 12,462-2.16 428,305 3.76 1992 408,808 2.44 16,890 0.81 11,232-9.87 436,930 2.01 1993 410,048 0.30 17,266 2.23 11,554 2.87 438,868 0.44 1994 421,682 2.84 17,468 1.17 11,041-4.44 450,191 2.58 1995 429,569 1.87 16,824-3.69 11,408 3.32 457,801 1.69 1996 435,757 1.44 13,184-21.64 10,265-10.02 459,206 0.31 1997 396,155-9.09 21,050 59.66 11,213 9.24 428,418-6.70 1998 469,671 18.56 25,759 22.37 19,021 69.63 514,451 20.08 1999 493,940 5.17 26,208 1.74 11,539-39.34 531,687 3.35 2000 514,896 4.24 29,754 13.53 9,924-14.00 554,574 4.30 2001 541,476 5.16 18,111-39.13 9,647-2.79 569,234 2.64 2002 654,281 20.83 18,128 0.09 9,610-0.38 682,019 19.81 2003 644,657-1.47 17,007-6.18 9,591-0.20 671,255-1.58 2004 618,227-4.10 17,025 0.11 12,134 26.51 647,386-3.56 2005 615,556-0.43 17,034 0.05 7,775-35.92 640,365-1.08 2006 653,261 6.13 17,017-0.10 11,880 52.80 682,158 6.53 2007 652,336-0.14 13,642-19.83 10,498-11.63 676,476-0.83 2008 669,942 2.70 17,332 27.05 10,742 2.32 698,016 3.18 2009 653,918-2.39 14,387-16.99 14,385 33.91 682,690-2.20 2010 657,909 0.61 14,065-2.24 14,947 3.91 686,921 0.62 2011 616,429-6.30 9,099-35.31 13,118-12.24 638,646-7.03 2012 661,827 7.36 13,577 49.21 15,759 20.13 691,163 8.22 2013 645,346-2.49 13,945 2.71 16,591 5.28 675,882-2.21 2014 612,877-5.03 14,293 2.50 16,687 0.58 643,857-4.74 2015*) 632,460-2.00 14,562 4.42 17,438 5.11 664,460-1.69 2016**) 634,477 3.52 15,145 5.96 18,033 8.07 667,655 3.70 Rata-rata Laju Pertumbuhan (%) 1980-2016**) 2.48 2.90 6.38 2.44 1980-2013 2.81 2.78 6.54 2.75 1980-2000 3.37 6.61 6.71 3.41 2001-2016**) 1.37-1.73 5.97 1.24 Sumber : Direktorat Jenderal Perkebunan, diolah Pusdatin Ket : PR : Perkebunan Rakyat PBN : Perkebunan Besar Negara PBS : Perkebunan Besar Swasta *) : Tahun 2015 Angka Sementara **) : Tahun 2016 Angka Estimasi Wujud Produksi : Kopi berasan Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 67

2016 OUTLOOK KOPI Lampiran 4. Tahun Perkembangan Produksi Kopi di Indonesia Menurut Pengusahaan dan Jenis Kopi Yang Diusahakan, Tahun 2001 2016 PR PBN PBS Robusta PR PBN PBS Arabika 2001 519,262 26,928 22,930 569,120 22,214-857 23,071 2002 629,962 18,128 8,813 656,903 24,319-797 25,116 2003 606,386 12,549 8,964 627,899 38,271 4,458 627 43,356 2004 569,104 12,564 10,492 592,160 49,123 4,460 1,642 55,225 2005 560,979 12,574 6,557 580,110 54,576 4,460 1,218 60,254 2006 565,234 12,559 9,592 587,385 88,027 4,458 2,288 94,773 2007 532,010 8,974 8,101 549,085 120,326 4,668 2,397 127,391 2008 529,794 12,617 8,509 550,920 140,148 4,715 2,233 147,096 2009 512,211 9,634 13,116 534,961 141,707 4,753 1,170 147,630 2010 517,397 9,262 13,621 540,280 140,512 4,803 1,326 146,641 2011 472,022 5,741 12,045 489,809 144,407 3,358 1,073 148,838 2012 485,689 5,907 12,394 503,990 148,588 3,455 1,104 153,147 2013 486,421 8,796 14,340 509,557 158,925 5,149 2,251 166,325 2014 450,051 9,069 14,552 473,672 162,826 5,224 2,135 170,185 2015*) 467,458 9,062 15,257 491,777 165,002 5,500 2,181 172,683 2016**) 467,381 9,145 15,807 492,333 167,096 6,000 2,226 175,322 Rata-rata 523,210 11,469 12,193 546,873 110,379 4,091 1,595 116,066 Share (%) 95.67 2.10 2.23 100.00 95.10 3.52 1.37 100.00 Sumber : Direktorat Jenderal Perkebunan, diolah Pusdatin Wujud Produksi : Kopi Berasan Produksi Kopi Robusta (Ton) Produksi Kopi Arabika (Ton) 68 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

OUTLOOK KOPI 2016 Lampiran 5. Perkembangan Produktivitas Kopi di Indonesia Menurut Status Pengusahaan, Tahun 2003-2016 Produktivitas (Kg/Ha) Tahun Pertumb. Pertumb. Pertumb. PR PBN PBS INDONESIA Pertumb. (%) (%) (%) (%) 2003 728-696 - 589-725 - 2004 664-8.79 697 0.14 702 19.19 666-8.14 2005 687 3.46 697 0.00 449-36.04 683 2.55 2006 697 1.46 696-0.14 655 45.88 696 1.90 2007 702 0.72 721 3.59 502-23.36 714 2.59 2008 729 3.85 985 36.62 515 2.59 729 2.10 2009 734 0.69 797-19.09 706 37.09 734 0.69 2010 780 6.21 946 18.73 763 8.07 796 8.43 2011 707-9.31 531-43.86 652-14.55 717-9.95 2012 744 5.21 774 45.62 671 2.91 761 6.15 2013 736-1.02 783 1.16 828 23.41 739-2.84 2014 712-3.29 785 0.31 841 1.56 716-3.13 2015*) 716-2.75 824 5.29 845 2.05 721-2.46 2016**) 716 0.56 855 8.96 864 2.73 722 0.84 Rata-rata Laju Pertumbuhan (%) 1980-2016**) -0.23 4.41 5.50-0.10 1980-2013 0.25 4.28 6.52 0.35 1980-2000 1.08 5.69 7.63 1.45 2001-2016**) -1.77 2.91 3.02-1.90 Sumber : Direktorat Jenderal Perkebunan, diolah Pusdatin Ket : PR : Perkebunan Rakyat PBN : Perkebunan Besar Negara PBS : Perkebunan Besar Swasta *) : Tahun 2014 Angka Sementara **) : Tahun 2015 Angka Estimasi Wujud Produksi : Kopi berasan Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 69

2016 OUTLOOK KOPI Lampiran 6. Beberapa Provinsi dengan Produksi Kopi Perkebunan Rakyat Terbesar di Indonesia, Tahun 2012-2016 No. Provinsi 2012 2013 2014 2015 2016 Rata-rata Share (%) Kumulatif Share (%) 1 Sumatera Selatan 131,086 139,754 135,287 135,279 135,251 135,331 21.20 21.20 2 Lampung 148,711 127,073 92,111 108,964 108,983 117,168 18.35 39.55 3 Sumatera Utara 58,479 57,604 58,175 60,179 60,310 58,949 9.23 48.78 4 Bengkulu 55,376 56,142 56,316 56,233 56,227 56,059 8.78 57.56 5 Aceh 53,795 48,282 49,823 49,540 49,498 50,188 7.86 65.42 6 Jawa Timur 38,479 30,022 31,387 31,693 32,278 32,772 5.13 70.56 7 Prov. Lainnya 171,215 186,469 189,778 190,572 191,930 187,987 29.44 100.00 Indonesia 657,141 645,346 612,877 632,460 634,477 638,455 100.00 Sumber : Direktorat Jenderal Perkebunan, diolah Pusdatin Wujud Produksi : Kopi berasan Lampiran 7. Beberapa Provinsi dengan Produksi Kopi Robusta Perkebunan Rakyat Terbesar di Indonesia, Tahun 2012-2016 No. Provinsi Tahun 2012 2013 2014 2015 2016 Rata-rata Share (%) Kumulatif Share (%) 1 Sumatera Selatan 143,328 139,754 135,287 135,279 135,251 137,780 28.40 28.40 2 Lampung 134,701 127,057 91,917 108,755 108,969 114,280 23.55 51.95 3 Bengkulu 54,228 54,664 54,800 54,796 54,751 54,648 11.26 63.21 4 Jawa Timur 24,422 26,677 27,427 49,786 50,759 35,814 7.38 70.59 5 Sumatera Barat 15,259 16,697 17,966 17,974 17,978 17,175 3.54 74.13 7 Prov. Lainnya 133,571 121,570 122,654 125,187 124,625 125,521 25.87 100.00 Indonesia 505,509 486,419 450,051 491,777 492,333 485,218 100.00 Sumber : Direktorat Jenderal Perkebunan, diolah Pusdatin Wujud Produksi : Kopi berasan 70 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

OUTLOOK KOPI 2016 Lampiran 8. Kabupaten Sentra Produksi Kopi Robusta Perkebunan Rakyat di Sumatera Selatan, Tahun 2014 No. Kab/Kota Produksi (ton) Share (%) Share Kumulatif (%) 1 Kab. OKU Selatan 33,491 24.76 24.76 2 Kab. Empat Lawang 26,275 19.42 44.18 3 Kab. Muara Enim 25,147 18.59 62.77 4 Kab. Lahat 20,735 15.33 78.09 5 Kab. OKU 15,992 11.82 89.91 Lainnya 13,647 10.09 100.00 Sumatera Selatan 135,287 100.00 Sumber : Direktorat Jenderal Perkebunan, diolah Pusdatin Wujud Produksi : Kopi Berasan Lampiran 9. Kabupaten Sentra Produksi Kopi Robusta Perkebunan Rakyat di Lampung, Tahun 2014 No. Kab/Kota Produksi (ton) Share (%) Share Kumulatif (%) 1 Kab. Lampung Barat 42,745 46.50 46.50 2 Kab. Tanggamus 17,519 19.06 65.56 3 Kab. Lampung Utara 11,383 12.38 77.95 4 Kab. Way Kanan 9,126 9.93 87.88 5 Kab. Pringsewu 3,794 4.13 92.00 Lainnya 7,350 8.00 100.00 Lampung 91,917 100.00 Sumber : Direktorat Jenderal Perkebunan, diolah Pusdatin Wujud Produksi : Kopi Berasan Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 71

2016 OUTLOOK KOPI Lampiran 10. Kabupaten Sentra Produksi Kopi Robusta Perkebunan Rakyat di Bengkulu, Tahun 2014 Sumatera Selatan No. Kab/Kota Produksi (ton) Share (%) Share Kumulatif (%) 1 Kab. Kepahiyang 18.330 33,45 33,45 2 Kab. Rejang Lebong 13.402 24,46 57,91 3 Kab. Kaur 5.392 9,84 67,74 4 Kab. Lebong 5.005 9,13 76,88 5 Kab. Seluma 4.909 8,96 85,84 Lainnya 7.762 14,16 100,00 Bengkulu 54.800 100,00 Sumber : Direktorat Jenderal Perkebunan, diolah Pusdatin Wujud Produksi : Kopi Berasan Lampiran 11. Kabupaten Sentra Produksi Kopi Robusta Perkebunan Rakyat di Jawa Timur, Tahun 2014 Kalimantan Timur No. Kab/Kota Produksi Share Share (ton) (%) Kumulatif (%) 1 Kab. Malang 8.393 30,60 30,60 2 Kab. Banyuwangi 3.724 13,58 44,18 3 Kab. Bondowoso 2.985 10,88 55,06 4 Kab. Lumajang 2.605 9,50 64,56 5 Kab. Jember 2.532 9,23 73,79 Lainnya 7.188 26,21 100,00 Jawa Timur 27.427 100,00 Sumber : Direktorat Jenderal Perkebunan, diolah Pusdatin Wujud Produksi : Kopi Berasan 72 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

OUTLOOK KOPI 2016 Lampiran 12. Kabupaten Sentra Produksi Kopi Robusta Perkebunan Rakyat di Sumatera Barat, Tahun 2014 Sulawesi Selatan No. Kab/Kota Produksi (ton) Share (%) Share Kumulatif (%) 1 Kab. Solok 6.707 37,33 37,33 2 Kab. Solok Selatan 3.053 16,99 54,32 3 Kab. Agam 1.991 11,08 65,41 4 Kab. Pasaman Barat 1.982 11,03 76,44 5 Kab. Tanah Datar 1.630 9,07 85,51 Lainnya 2.603 14,49 100,00 Sumatera Barat 17.966 100,00 Sumber : Direktorat Jenderal Perkebunan, diolah Pusdatin Lampiran 13. Beberapa Provinsi dengan Produksi Kopi Arabika Perkebunan Rakyat Terbesar di Indonesia, Tahun 2012-2016 No. Provinsi Tahun 2012 2013 2014 2015 2016 Rata-rata Share (%) Kumulatif Share (%) 1 Sumatera Utara 48,813 49,052 49,143 50,315 50,405 49,546 29.99 29.99 2 Aceh 47,784 42,079 44,423 44,209 44,206 44,540 26.96 56.95 3 Sulawesi Selatan 20,270 19,333 19,534 20,606 21,802 20,309 12.29 69.24 4 Sumatera Barat 14,877 15,068 15,111 15,591 15,930 15,315 9.27 78.51 5 Nusa Tenggara Timur 6,255 6,422 7,115 7,329 7,496 6,923 4.19 82.70 6 Prov. Lainnya 18,318 26,971 27,500 34,633 35,483 28,581 17.30 100.00 Indonesia 156,317 158,925 162,826 172,683 175,322 165,215 100.00 Sumber : Direktorat Jenderal Perkebunan, diolah Pusdatin Wujud Produksi : Kopi berasan Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 73

2016 OUTLOOK KOPI Lampiran 14. Kabupaten Sentra Produksi Kopi Arabika Perkebunan Rakyat di Sumatera Utara, Tahun 2014 No Kab/Kota Share Produksi Share Kumulatif (ton) (%) (%) 1 Kab. Tapanuli Utara 10,126 20.61 20.61 2 Kab. Dairi 9,593 19.52 40.13 3 Kab. Simalungun 8,485 17.27 57.39 4 Kab. Karo 6,861 13.96 71.35 5 Kab. Hunbang Hasundutan 5,912 12.03 83.38 Lainnya 8,166 16.62 100.00 Sumatera Utara 49,143 100.00 Sumber : Direktorat Jenderal Perkebunan, diolah Pusdatin Wujud Produksi : Kopi Berasan Lampiran 15. Kabupaten Sentra Produksi Kopi Arabika Perkebunan Rakyat di Aceh, Tahun 2014 No Kab/Kota Share Produksi Share Kumulatif (ton) (%) (%) 1 Kab. Aceh Tengah 26,851 60.44 60.44 2 Kab. Bener Meriah 16,509 37.16 97.61 3 Kab. Gayo Lues 1,063 2.39 100.00 Aceh 44,423 100.00 Sumber : Direktorat Jenderal Perkebunan, diolah Pusdatin Wujud Produksi : Kopi Berasan 74 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

OUTLOOK KOPI 2016 Lampiran 16. Kabupaten Sentra Produksi Kopi Arabika Perkebunan Rakyat di Sulawesi Selatan, Tahun 2014 No Kab/Kota Share Produksi Share Kumulatif (ton) (%) (%) 1 Kab. Enrekang 7,916 40.52 40.52 2 Kab. Tana Toraja 2,670 13.67 54.19 3 Kab. Gowa 2,328 11.92 66.11 4 Kab. Toraja Utara 2,066 10.58 76.69 5 Kab. Luwu 1,269 6.50 83.18 Lainnya 3,285 16.82 100.00 Sulawesi Selatan 19,534 100.00 Sumber : Direktorat Jenderal Perkebunan, diolah Pusdatin Wujud Produksi : Kopi Berasan Lampiran 17. Kabupaten Sentra Produksi Kopi Arabika Perkebunan Rakyat di Sumatera Barat, Tahun 2014 No Kab/Kota Produksi (ton) Share (%) Share Kumulatif (%) 1 Kab. Solok Selatan 4,365 28.89 28.89 2 Kab. Pasaman 2,334 15.45 44.33 3 Kab. Pesisir Selatan 1,934 12.80 57.13 4 Kab. Solok 1,727 11.43 68.56 5 Kab. Lima Puluh Koto 1,415 9.36 77.92 Lainnya 3,336 22.08 100.00 Sumatera Barat 15,111 100.00 Sumber : Direktorat Jenderal Perkebunan, diolah Pusdatin Wujud Produksi : Kopi Berasan Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 75

2016 OUTLOOK KOPI Lampiran 18. Kabupaten Sentra Produksi Kopi Arabika Perkebunan Rakyat di Nusa Tenggara Timur, Tahun 2014 No Kab/Kota Produksi (ton) Share (%) Share Kumulatif (%) 1 Kab. Ngada 3,301 46.39 46.39 2 Kab. Ende 1,814 25.50 71.89 3 Kab. Manggarai Timur 1,258 17.68 89.57 4 Kab. Manggarai 614 8.63 98.20 5 Kab. Nagekeo 128 1.80 100.00 Nusa Tenggara Timur 7,115 100.00 Sumber : Direktorat Jenderal Perkebunan, diolah Pusdatin Wujud Produksi : Kopi Berasan Lampiran 19. Perkembangan Harga Kopi di Pasar Dalam Negeri, Tahun 2008-2015 Tahun Harga Kopi Pertumbuhan (Rp/kg) (%) 2008 13,722-2009 14,007 2.08 2010 14,217 1.50 2011 15,672 10.23 2012 16,406 4.68 2013 15,884-3.18 2014 17,510 10.24 2015 19,135 9.28 Rata-rata Laju Pertumbuhan (%) 2007-2015 4.98 Sumber : BPS 76 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

OUTLOOK KOPI 2016 Lampiran 20. Perkembangan Konsumsi Kopi di Indonesia, Tahun 2002-2015 Tahun Konsumsi Pertumbuhan (ons/kapita/minggu) (kg/kapita/tahun) (%) 2002 0.249 1.298 2003 0.221 1.152-11.24 2004 0.233 1.215 5.43 2005 0.246 1.283 5.58 2006 0.220 1.147-10.57 2007 0.246 1.283 11.82 2008 0.238 1.241-3.25 2009 0.227 1.184-4.62 2010 0.247 1.288 8.81 2011 0.262 1.366 6.07 2012 0.204 1.064-22.14 2013 0.263 1.371 28.92 2014 0.258 1.347-1.75 2015 0.17 0.896-34.67 Rata-rata 0.235 1.224-1.66 Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS), Badan Pusat Statistik Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 77

2016 OUTLOOK KOPI Lampiran 21. Perkembangan Volume, Nilai dan Neraca Ekspor dan Impor Kopi Indonesia, Tahun 1980-2015 Ekspor Impor Neraca Tahun Volume Pertumb. Nilai Pertumb. Volume Pertumb. Nilai Pertumb. Nilai Pertumb. (Ton) (%) (000 US$) (%) (Ton) (%) (000 US$) (%) (000 US$) (%) 1980 238.677 8,39 656.005 6,80 46-8,00 349 48,51 655.656 6,78 1981 210.595-11,77 345.943-47,27 71 54,35 492 40,97 345.451-47,31 1982 226.985 7,78 341.701-1,23 54-23,94 301-38,82 341.400-1,17 1983 241.238 6,28 427.258 25,04 36-33,33 227-24,58 427.031 25,08 1984 294.471 22,07 265.261-37,92 19-47,22 151-33,48 265.110-37,92 1985 282.671-4,01 556.203 109,68 41 115,79 83-45,03 556.120 109,77 1986 298.124 5,47 818.387 47,14 75 82,93 259 212,05 818.128 47,11 1987 286.316-3,96 535.566-34,56 103 37,33 207-20,08 535.359-34,56 1988 298.998 4,43 550.237 2,74 42-59,22 113-45,41 550.124 2,76 1989 357.035 19,41 493.549-10,30 39-7,14 112-0,88 493.437-10,30 1990 421.833 18,15 377.154-23,58 96 146,15 273 143,75 376.881-23,62 1991 380.666-9,76 372.431-1,25 1.365 1.321,88 820 200,37 371.611-1,40 1992 269.352-29,24 236.774-36,42 1.208-11,50 1.081 31,83 235.693-36,58 1993 349.916 29,91 344.208 45,37 1.663 37,67 915-15,36 343.293 45,65 1994 289.288-17,33 745.744 116,66 901-45,82 1.238 35,30 744.506 116,87 1995 230.201-20,42 606.369-18,69 377-58,16 1.299 4,93 605.070-18,73 1996 366.602 59,25 595.268-1,83 309-18,04 573-55,89 594.695-1,71 1997 313.430-14,50 511.284-14,11 10.226 3.209,39 13.890 2.324,08 497.394-16,36 1998 357.550 14,08 584.244 14,27 2.825-72,37 3.962-71,48 580.282 16,66 1999 352.967-1,28 467.858-19,92 2.917 3,26 3.303-16,63 464.555-19,94 2000 340.887-3,42 326.256-30,27 13.748 371,31 11.227 239,90 315.029-32,19 2001 250.818-26,42 188.493-42,23 8.294-39,67 5.085-54,71 183.408-41,78 2002 325.009 29,58 223.916 18,79 7.637-7,92 4.413-13,22 219.503 19,68 2003 323.520-0,46 258.795 15,58 4.396-42,44 5.892 33,51 252.903 15,22 2004 344.077 6,35 294.113 13,65 5.690 29,44 6.867 16,55 287.246 13,58 2005 445.829 29,57 503.836 71,31 3.195-43,85 6.220-9,42 497.616 73,24 2006 413.500-7,25 586.877 16,48 6.404 100,44 11.406 83,38 575.471 15,65 2007 321.404-22,27 636.319 8,42 49.994 680,67 78.314 586,60 558.005-3,04 2008 468.749 45,84 991.458 55,81 7.582-84,83 18.442-76,45 973.016 74,37 2009 433.600-7,50 814.300-17,87 19.760 160,62 34.850 88,97 779.450-19,89 2010 433.595 0,00 814.311 0,00 19.755-0,03 34.852 0,01 779.459 0,00 2011 346.493-20,09 1.036.671 27,31 18.108-8,34 49.119 40,94 987.552 26,70 2012 448.591 29,47 1.249.520 20,53 52.645 190,73 117.175 138,55 1.132.345 14,66 2013 534.023 19,04 1.174.029-6,04 15.800-69,99 38.838-66,85 1.135.191 0,25 2014 384.816-27,94 1.039.341-11,47 19.111 20,95 46.768 20,42 992.573-12,56 2015 502.021 30,46 1.197.735 15,24 12.462-34,79 31.492-32,66 1.166.243 17,50 Rata-rata Laju 4,39 7,66 7.972,04 162,40 101,93 7,85 Pertumbuhan (%) Sumber : Direktorat Jenderal Perkebunan, diolah Pusdatin Kode HS : 0901111000; 0901119000; 0901121000; 0901129000; 0901211000; 0901212000; 0901221000; 0901222000; 0901901000; 0901902000 78 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

OUTLOOK KOPI 2015 Lampiran 22. Negara Tujuan Ekspor Kopi Indonesia Tahun 2015 2015 No. Negara Tujuan Volume Ekspor Nilai Ekspor (Ton) (000 US$) Share Volume Ekspor (%) 1 United States 65.509 281.159 13,05 2 Germany 47.664 88.424 9,49 3 Italy 43.048 84.005 8,58 4 Japan 41.241 104.962 8,21 5 Malaysia 39.394 70.809 7,85 6 Thailand 29.305 52.319 5,84 7 Russia Federation 26.940 54.640 5,37 8 Lainnya 208.919 461.418 41,62 Total 502.021 1.197.735 100,00 Sumber: BPS diolah Pusdatin Lampiran 23. Negara Asal Impor Kopi Indonesia Tahun 2015 2015 No. Negara Asal Volume Impor Nilai Impor (Ton) (000 US$) Share Volume Impor (%) 1 Viet Nam 7.582 22.073 62,83 2 Brazil 965 11.039 7,99 3 Malaysia 188 2.307 1,56 4 United States 162 939 1,34 5 Lainnya 3.170 7.200 26,27 Total 12.067 43.559 100,00 Sumber: BPS diolah Pusdatin Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 79

2016 OUTLOOK KOPI Lampiran 24. Rata-rata Nilai Produksi dan Pengeluaran per 100 Pohon dari Usaha Perkebunan Tanaman Kopi Tahun 2014 Rincian Persentase Biaya Persentase Biaya thd. thd. Produksi Jumlah Pengeluaran (000 Rp) (%) (%) Produksi 689,56 100,00 Jumlah Pengeluaran 474,99 56,90 100,00 1. Bibit 7,17 1,04 1,51 2. Tanaman Pelindung 4,53 0,66 0,95 3. Pupuk 41,37 6,00 8,71 a. Urea 15,21 2,21 3,20 b. TSP/SP36 3,91 0,57 0,82 c. ZA 3,26 0,47 0,69 d. KCL 1,77 0,26 0,37 e. NPK 7,81 1,13 1,65 f. Pupuk Organik (Kandang/Kompos) 8,14 1,18 1,71 g. Lainnya 1,27 0,18 0,27 4. Stimulan 0,09 0,01 0,02 a. Stimulan/Zat Pengatur Tumbuh Padat 0,02 - - b. Stimulan/Zat Pengatur Tumbuh Cair 0,07 0,01 0,02 5. Pestisida 8,83 1,28 1,86 a. Pestisida Padat 0,10 0,01 0,02 b. Pestisida Cair 8,73 1,27 1,84 6. Pekerja 217,34 31,53 45,76 a. Pengolahan Lahan 9,76 1,42 2,06 b. Penanaman Pohon Pelindung 0,95 0,14 0,20 c. Penanaman Tanaman Perkebunan 3,24 0,47 0,68 d. Pemeliharaan (Pemangkasan, Penyiangan, dll 54,10 7,85 11,39 e. Pemupukan 11,78 1,71 2,48 f. Pengendalian Hama/OPT 7,19 1,04 1,51 g. Pemanenan 102,20 14,82 21,52 h. Pengeringan 28,12 4,08 5,92 7. Pengeluaran Lain 195,66 28,38 41,19 a. Sewa Lahan 5,91 0,66 1,24 b. Perkiraan Sewa Lahan Bebas Sewa/Milik Send 130,30 18,90 27,43 c. Sewa Alat/Sarana Usaha 0,49 0,07 0,10 d. Perkiraan Sewa Alat/Sarana Usaha 6,09 0,88 1,28 e. Bunga Kredit 1,61 0,23 0,34 f. Pajak Tidak Langsung 3,42 0,50 0,72 g. Retribusi/Pungutan/Iuran (Pengairan, dll) 3,14 0,46 0,66 h. Penyusutan Barang Modal 6,65 0,96 1,40 i. Bahan Bakar Minyak 7,61 1,10 1,60 j.biaya Transportasi 12,24 1,78 2,58 k. Jasa Pertanian 12,33 1,79 2,60 l. Lainnya (Wadah, dll) 5,87 0,85 1,24 Sumber: BPS Nilai 80 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

OUTLOOK KOPI 2015 Lampiran 25a. Perkembangan Luas Tanaman Menghasilkan, dan Produktivitas Kopi di Negara-negara ASEAN, Tahun 1980-2013 Tahun Luas Tanaman Menghasilkan (Ha) Pertumb. Produktivitas Pertumb. (%) (Kg/Ha) (%) 1980 649.472 11,17 698 (1,04) 1981 700.972 7,93 707 1,23 1982 711.766 1,54 694 (1,77) 1983 739.343 3,87 669 (3,62) 1984 745.045 0,77 636 (4,91) 1985 836.982 12,34 602 (5,36) 1986 881.161 5,28 653 8,37 1987 890.394 1,05 674 3,23 1988 966.165 8,51 651 (3,36) 1989 994.416 2,92 675 3,67 1990 1.046.676 5,26 684 1,32 1991 1.081.220 3,30 664 (2,92) 1992 1.130.167 4,53 691 4,01 1993 1.145.485 1,36 690 (0,14) 1994 1.148.177 0,24 744 7,83 1995 1.211.503 5,52 752 1,16 1996 1.247.836 3,00 774 2,94 1997 1.265.352 1,40 858 10,78 1998 1.331.453 5,22 867 1,12 1999 1.448.898 8,82 891 2,76 2000 2.028.824 40,03 794 (10,91) 2001 2.079.442 2,49 805 1,43 2002 2.161.208 3,93 748 (7,16) 2003 2.160.471 (0,03) 782 4,51 2004 2.080.780 (3,69) 861 10,16 2005 2.038.862 (2,01) 837 (2,83) 2006 2.080.915 2,06 904 8,04 2007 2.058.628 (1,07) 1.040 15,05 2008 2.065.449 0,33 954 (8,25) 2009 2.038.044 (1,33) 963 0,95 2010 2.041.254 0,16 981 1,89 2011 2.079.640 1,88 1.020 3,94 2012 2.049.059 (1,47) 1.217 19,29 2013 2.069.144 (0,50) 1.161 13,84 Rata-rata Pertumbuhan (%) 1980-2014 3,96 2,21 Sumber : FAO, diolah Pusdatin Wujud Produksi : Biji kopi mentah berbagai bentuk Negara ASEAN : Brunei Darussalam, Kamboja, Indonesia, Laos, Malaysia, Negara ASEAN : Filipina, Singapura, Thailand, Vietnam, Myanmar. Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 81

2016 OUTLOOK KOPI Lampiran 25b. Perkembangan Produksi Kopi di Negara-negara ASEAN dan DUNIA, Tahun 1980-2015 DUNIA ASEAN Tahun Produksi Pertumb. Produksi Pertumb. (Ton) (%) (Ton) (%) 1980 5,144,280 376,320 1981 5,851,680 13.75 410,160 8.99 1982 4,887,240-16.48 363,060-11.48 1983 5,301,840 8.48 396,720 9.27 1984 5,393,580 1.73 423,180 6.67 1985 5,717,820 6.01 448,860 6.07 1986 4,735,980-17.17 457,080 1.83 1987 6,167,700 30.23 478,980 4.79 1988 5,630,100-8.72 595,920 24.41 1989 5,799,600 3.01 594,600-0.22 1990 5,994,660 3.36 621,000 4.44 1991 6,227,340 3.88 655,800 5.60 1992 5,561,340-10.69 696,000 6.13 1993 5,531,880-0.53 727,320 4.50 1994 5,810,520 5.04 733,800 0.89 1995 5,325,960-8.34 722,280-1.57 1996 6,221,280 16.81 974,700 34.95 1997 5,859,120-5.82 978,180 0.36 1998 6,535,140 11.54 990,960 1.31 1999 6,848,040 4.79 1,211,700 22.28 2000 7,030,920 2.67 1,519,320 25.39 2001 6,695,700-4.77 1,298,580-14.53 2002 7,616,400 13.75 1,253,040-3.51 2003 6,652,260-12.66 1,512,360 20.70 2004 7,293,600 9.64 1,553,640 2.73 2005 7,049,580-3.35 1,708,200 9.95 2006 8,015,820 13.71 1,767,000 3.44 2007 7,437,300-7.22 1,709,100-3.28 2008 8,171,760 9.88 1,767,900 3.44 2009 7,716,060-5.58 1,892,100 7.03 2010 8,425,020 9.19 1,899,000 0.36 2011 8,632,920 2.47 2,250,300 18.50 2012 9,295,980 7.68 2,409,900 7.09 2013 9,340,260 0.48 2,556,480 6.08 2014 8,972,100-3.94 2,388,600-6.57 2015 9,007,320 0.39 2,614,800 9.47 Rata-rata Pertumb. 1980-2015 2.09 6.16 Sumber : USDA, diolah Pusdatin Negara ASEAN : Brunei Darussalam, Kamboja, Indonesia, Laos, Malaysia, Negara ASEAN : Filipina, Singapura, Thailand, Vietnam, Myanmar. 82 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

OUTLOOK KOPI 2015 Lampiran 26. Sentra Luas Tanaman Menghasilkan Kopi Negara-negara ASEAN, Rata-rata Tahun 2009-2013 No Negara Luas Tanaman Menghasilkan (Ha) Share Kumulatif 2009 2010 2011 2012 2013 Rata-rata (%) Share (%) 1 Indonesia 929,530 881,391 909,162 927,220 914,407 912,342 44.39 44.39 2 Vietnam 507,200 511,900 543,865 572,600 584,600 544,033 26.47 70.86 3 Filipina 122,645 121,399 119,657 119,999 116,532 120,046 5.84 76.70 4 Laos 52,430 50,595 54,775 56,875 57,500 54,435 2.65 79.34 5 Thailand 58,454 57,518 51,663 48,978 51,000 53,523 2.60 81.95 Lainnya 367,785 418,451 400,518 323,387 345,105 371,049 18.05 100.00 ASEAN 2,038,044 2,041,254 2,079,640 2,049,059 2,069,144 2,055,428 100.00 Sumber : FAO, diolah Pusdatin Negara ASEAN : Brunei Darussalam, Kamboja, Indonesia, Laos, Malaysia, Negara ASEAN : Filipina, Singapura, Thailand, Vietnam, Myanmar. Lampiran 27. Sentra Produksi Kopi Negara-negara ASEAN, Rata-rata Tahun 2011-2015 No 2011 2012 2013 2014 2015 Rata-rata 1 Vietnam 1,560,000 1,590,000 1,789,980 1,644,000 1,758,000 1,668,396 68.26 68.26 2 Indonesia 498,000 630,000 570,000 528,000 636,300 572,460 23.42 91.69 3 Malaysia 87,000 84,000 90,000 105,000 108,000 94,800 3.88 95.57 4 Thailand 51,000 51,000 51,000 54,000 54,000 52,200 2.14 97.70 5 Laos 27,000 27,600 28,500 29,100 30,000 28,440 1.16 98.87 6 Filipina 27,300 27,300 27,000 28,500 28,500 27,720 1.13 100.00 ASEAN Negara Sumber : USDA, diolah Pusdatin 2,250,300 2,409,900 2,556,480 2,388,600 2,614,800 2,444,016 100.00 Wujud Produksi : Biji kopi mentah berbagai bentuk Produksi (Ton) Negara ASEAN : Brunei Darussalam, Kamboja, Indonesia, Laos, Malaysia, Negara ASEAN : Filipina, Singapura, Thailand, Vietnam, Myanmar. Kumulatif Share (%) Share (%) Lampiran 28. Negara-negara dengan Produktivitas Kopi Terbesar di ASEAN, Tahun 2009-2013 No Negara 2009 2010 2011 2012 2013 Rata-rata 1 Vietnam 2,085 2,160 2,347 2,734 2,499 2,365 2 Malaysia 817 786 2,930 2,438 2,925 1,979 3 Laos 878 915 950 1,535 1,548 1,165 4 Thailand 963 851 821 847 980 892 5 Kamboja 833 850 832 849 920 857 6 Filipina 786 779 740 741 672 744 7 Indonesia 734 779 702 745 739 740 8 Myanmar 670 676 694 667 660 673 ASEAN Sumber : FAO, diolah Pusdatin Wujud Produksi : Biji kopi mentah berbagai bentuk 963 981 1,020 1,217 1,161 1,068 Negara ASEAN : Brunei Darussalam, Kamboja, Indonesia, Laos, Malaysia, Negara ASEAN : Filipina, Singapura, Thailand, Vietnam, Myanmar. Produktivitas (Kg/Ha) Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 83

2016 OUTLOOK KOPI Lampiran 29. Perkembangan Luas Tanaman Menghasilkan, dan Produktivitas Kopi Dunia, Tahun 1980-2013 Tahun Luas Tanaman Pertumb. Produktivitas Pertumb. Menghasilkan (Ha) (%) (Kg/Ha) (%) 1980 10,070,964 2.91 481-5.44 1981 10,402,252 3.29 585 21.70 1982 9,818,634-5.61 503-13.95 1983 10,142,877 3.30 550 9.37 1984 10,163,535 0.20 514-6.65 1985 10,350,551 1.84 563 9.53 1986 10,515,268 1.59 498-11.49 1987 10,741,073 2.15 594 19.36 1988 11,037,982 2.76 511-13.96 1989 11,131,913 0.85 531 3.77 1990 11,157,067 0.23 543 2.39 1991 10,876,561-2.51 561 3.22 1992 10,432,234-4.09 583 4.01 1993 10,093,304-3.25 550-5.69 1994 9,857,708-2.33 581 5.60 1995 9,675,269-1.85 572-1.60 1996 9,716,962 0.43 639 11.83 1997 9,744,938 0.29 615-3.82 1998 9,942,679 2.03 667 8.50 1999 10,209,479 2.68 665-0.33 2000 10,696,238 4.77 712 7.03 2001 10,643,702-0.49 694-2.46 2002 10,409,589-2.20 767 10.43 2003 10,310,536-0.95 688-10.24 2004 10,878,173 5.51 728 5.77 2005 10,680,066-1.82 698-4.15 2006 10,764,661 0.79 757 8.56 2007 10,773,085 0.08 756-0.22 2008 10,622,901-1.39 800 5.86 2009 10,537,388-0.80 739-7.62 2010 10,561,154 0.23 802 8.47 2011 10,143,063-3.96 828 3.23 2012 10,102,319-0.40 912 10.15 2013 10,142,835 0.40 880-3.52 Rata-rata Pertumbuhan 1980-2013 0.14 1.99 Sumber : FAO, diolah Pusdatin Wujud Produksi : Biji kopi mentah berbagai bentuk 84 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

OUTLOOK KOPI 2015 Lampiran 30. Negara-negara dengan Luas Tanaman Menghasilkan Kopi Terbesar di Dunia, Tahun 2009-2013 No Negara Luas Tanaman Menghasilkan (Ha) Share Kumulatif 2009 2010 2011 2012 2013 Rata-rata (%) Share (%) 1 Brazil 2.135.508 2.159.785 2.148.775 2.120.080 2.085.522 2.129.934 21,34 21,34 2 Indonesia 929.530 881.391 909.162 927.220 914.407 912.342 9,14 30,48 3 Kolombia 765.345 778.052 723.921 696.023 771.728 747.014 7,48 37,96 4 Meksiko 765.697 741.410 688.208 695.350 700.117 718.156 7,19 45,16 5 Vietnam 507.200 511.900 543.865 572.600 584.600 544.033 5,45 50,61 Lainnya 5.119.933 5.126.538 4.774.844 4.822.166 4.809.568 4.930.610 49,39 100,00 Total 10.223.213 10.199.076 9.788.775 9.833.439 9.865.942 9.982.089 100,00 Sumber : FAO, diolah Pusdatin Lampiran 31. Negara-negara dengan Produksi Kopi Terbesar di Dunia, Tahun 2011-2015 No. Negara Produksi (Ton) Kumulatif Share (%) 2011 2012 2013 2014 2015 Rata-rata Share (%) 1 Brazil 2.952.000 3.456.000 3.432.000 3.258.000 2.964.000 3.212.400 35,51 35,51 2 Vietnam 1.560.000 1.590.000 1.789.980 1.644.000 1.758.000 1.668.396 18,44 53,95 3 Kolombia 459.300 595.620 724.500 798.000 804.000 676.284 7,47 61,42 4 Indonesia 498.000 630.000 570.000 528.000 636.300 572.460 6,33 67,75 5 Ethiopia 379.200 379.500 380.700 388.500 390.000 383.580 4,24 71,99 Lainnya 2.784.420 2.634.360 2.443.080 2.355.600 2.455.020 2.534.496 28,01 100,00 Dunia 8.632.920 9.285.480 9.340.260 8.972.100 9.007.320 9.047.616 100,00 Sumber : USDA, diolah Pusdatin Wujud Produksi : Biji kopi mentah berbagai bentuk Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 85

2016 OUTLOOK KOPI Lampiran 32a. Perkembangan Volume Ekspor dan Impor Kopi ASEAN, Tahun 1980-2015 Ekspor Impor Tahun Volume Pertumb. Volume Pertumb. (Ton) (%) (Ton) (%) 1980 261,600 8,820 1981 249,060-4.79 12,420 40.82 1982 287,160 15.30 14,280 14.98 1983 301,140 4.87 13,080-8.40 1984 365,700 21.44 9,360-28.44 1985 373,560 2.15 7,140-23.72 1986 374,460 0.24 7,560 5.88 1987 357,900-4.42 7,920 4.76 1988 442,440 23.62 16,320 106.06 1989 510,300 15.34 8,100-50.37 1990 530,760 4.01 7,620-5.93 1991 473,940-10.71 10,440 37.01 1992 510,360 7.68 9,300-10.92 1993 558,180 9.37 9,000-3.23 1994 542,580-2.79 18,600 106.67 1995 550,680 1.49 27,960 50.32 1996 795,060 44.38 27,300-2.36 1997 762,900-4.04 37,680 38.02 1998 823,380 7.93 60,540 60.67 1999 1,139,760 38.42 49,320-18.53 2000 1,374,900 20.63 59,520 20.68 2001 1,123,620-18.28 69,180 16.23 2002 1,105,020-1.66 67,920-1.82 2003 1,304,580 18.06 63,360-6.71 2004 1,411,140 8.17 129,600 104.55 2005 1,549,080 9.78 112,440-13.24 2006 1,637,760 5.72 189,300 68.36 2007 1,439,700-12.09 157,380-16.86 2008 1,515,600 5.27 173,700 10.37 2009 1,791,300 18.19 273,000 57.17 2010 1,898,520 5.99 299,700 9.78 2011 2,099,700 10.60 450,000 50.15 2012 2,212,380 5.37 502,440 11.65 2013 2,360,340 6.69 446,880-11.06 2014 1,986,120-15.85 528,000 18.15 2015 2,422,320 21.96 445,200-15.68 Rata-rata Pertumb. 1980-2015 7.37 17.57 Sumber : USDA, diolah Pusdatin Negara ASEAN : Brunei Darussalam, Kamboja, Indonesia, Laos, Malaysia, Negara ASEAN : Filipina, Singapura, Thailand, Vietnam, Myanmar. 86 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

OUTLOOK KOPI 2015 Lampiran 32b. Perkembangan Nilai Ekspor dan Impor Kopi ASEAN, Tahun 1980-2012 Tahun Volume Pertumb. Nilai Pertumb. Volume Pertumb. Nilai Pertumb. Nilai Pertumb. (Ton) (%) (000 US$) (%) (Ton) (%) (000 US$) (%) (000 US$) (%) 1980 291,493 6.78 801,501 6.28 9,039-46.36 25,167-30.59 776,334 8.14 1981 287,361-1.42 491,055-38.73 23,820 163.52 41,803 66.10 449,252-42.13 1982 325,181 13.16 516,301 5.14 36,856 54.73 67,079 60.46 449,222-0.01 1983 331,212 1.85 617,763 19.65 45,417 23.23 94,724 41.21 523,039 16.43 1984 409,173 23.54 835,902 35.31 65,411 44.02 148,486 56.76 687,416 31.43 1985 406,224-0.72 824,265-1.39 50,115-23.38 119,547-19.49 704,718 2.52 1986 475,943 17.16 1,332,962 61.72 74,279 48.22 218,227 82.54 1,114,735 58.18 1987 419,722-11.81 803,861-39.69 47,327-36.28 94,882-56.52 708,979-36.40 1988 468,757 11.68 874,164 8.75 33,331-29.57 62,755-33.86 811,409 14.45 1989 534,237 13.97 763,567-12.65 25,131-24.60 35,662-43.17 727,905-10.29 1990 654,861 22.58 606,090-20.62 67,121 167.08 63,591 78.32 542,499-25.47 1991 591,716-9.64 565,384-6.72 70,371 4.84 61,736-2.92 503,648-7.16 1992 536,434-9.34 449,013-20.58 94,320 34.03 72,496 17.43 376,517-25.24 1993 622,556 16.05 587,992 30.95 90,883-3.64 80,712 11.33 507,280 34.73 1994 699,074 12.29 1,479,867 151.68 107,485 18.27 201,191 149.27 1,278,676 152.07 1995 652,482-6.66 1,663,878 12.43 57,928-46.11 155,735-22.59 1,508,143 17.95 1996 767,517 17.63 1,211,431-27.19 40,252-30.51 59,146-62.02 1,152,285-23.60 1997 835,508 8.86 1,169,773-3.44 66,612 65.49 90,101 52.34 1,079,672-6.30 1998 837,997 0.30 1,331,114 13.79 48,604-27.03 77,987-13.44 1,253,127 16.07 1999 898,050 7.17 1,132,076-14.95 44,473-8.50 59,602-23.57 1,072,474-14.42 2000 1,159,929 29.16 888,895-21.48 59,693 34.22 51,730-13.21 837,165-21.94 2001 1,273,508 9.79 629,185-29.22 57,509-3.66 38,735-25.12 590,450-29.47 2002 1,074,321-15.64 567,147-9.86 71,889 25.00 45,059 16.33 522,088-11.58 2003 1,099,630 2.36 782,655 38.00 36,201-49.64 29,641-34.22 753,014 44.23 2004 1,259,992 14.58 966,751 23.52 49,901 37.84 43,257 45.94 923,494 22.64 2005 1,375,273 9.15 1,281,863 32.59 74,826 49.95 90,650 109.56 1,191,213 28.99 2006 1,436,617 4.46 1,860,458 45.14 72,088-3.66 113,429 25.13 1,747,029 46.66 2007 1,588,434 10.57 2,612,399 40.42 129,298 79.36 239,672 111.30 2,372,727 35.81 2008 1,551,625-2.32 3,161,778 21.03 93,934-27.35 218,170-8.97 2,943,608 24.06 2009 1,699,860 9.55 2,581,046-18.37 104,792 11.56 172,152-21.09 2,408,894-18.17 2010 1,674,465-1.49 2,726,732 5.64 133,089 27.00 225,902 31.22 2,500,830 3.82 2011 1,636,968-2.24 3,902,122 43.11 155,409 16.77 384,968 70.41 3,517,154 40.64 2012 2,206,926 34.82 5,008,099 28.34 202,959 30.60 486,556 26.39 4,521,543 28.56 Rata-rata Pertumb. 1980-2012 Sumber : FAO, diolah Pusdatin Ekspor Negara ASEAN : Brunei Darussalam, Kamboja, Indonesia, Laos, Malaysia, Negara ASEAN : Filipina, Singapura, Thailand, Vietnam, Myanmar. Impor 7.16 10.87 17.44 19.43 Neraca 10.76 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 87

2016 OUTLOOK KOPI Lampiran 33. Negara-negara Eksportir Kopi Terbesar di Kawasan ASEAN, Tahun 2011-2015 Ekspor (Ton) Share Kumulatif No. Negara 2011 2012 2013 2014 2015 Rata-rata (%) Share (%) 1 Vietnam 1.469.700 1.478.580 1.697.340 1.324.320 1.723.020 1.538.592 69,43 69,43 2 Indonesia 447.000 534.000 468.000 422.400 484.800 471.240 21,26 90,69 3 Malaysia 117.000 129.000 126.600 166.800 141.000 136.080 6,14 96,83 4 Thailand 45.000 49.200 46.500 49.500 49.500 47.940 2,16 98,99 5 Laos 21.000 21.600 21.900 23.100 24.000 22.320 1,01 100,00 Total 2.099.700 2.212.380 2.360.340 1.986.120 2.422.320 2.216.172 100,00 Sumber : USDA, diolah Pusdatin Negara ASEAN : Brunei Darussalam, Kamboja, Indonesia, Laos, Malaysia, Negara ASEAN : Filipina, Singapura, Thailand, Vietnam, Myanmar. Lampiran 34. Negara-negara Importir Kopi Terbesar di Kawasan ASEAN, Tahun 2010-2015 No. Negara Impor (Ton) Share Kumulatif 2011 2012 2013 2014 2015 Rata-rata (%) Share (%) 1 Philippines 119.100 196.800 232.800 191.100 227.400 193.440 43,43 14,86 2 Malaysia 61.800 67.500 82.500 76.200 81.000 73.800 16,57 31,43 3 Thailand 62.400 57.600 66.000 71.100 97.500 70.920 15,92 74,86 4 Indonesia 33.900 92.100 64.800 62.400 77.700 66.180 14,86 76,37 5 Vietnam 21.000 27.000 49.440 38.880 35.400 34.344 7,71 92,29 6 Singapore 1.500 9.000 6.900 7.200 9.000 6.720 1,51 100,00 Total 299.700 450.000 502.440 446.880 528.000 445.404 100,00 Sumber : USDA, diolah Pusdatin Negara ASEAN : Brunei Darussalam, Kamboja, Indonesia, Laos, Malaysia, Negara ASEAN : Filipina, Singapura, Thailand, Vietnam, Myanmar. 88 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

OUTLOOK KOPI 2015 Lampiran 35a. Perkembangan Volume Ekspor dan Impor Kopi Dunia, Tahun 1980 2015 Ekspor Impor Tahun Volume Pertumb. Volume Pertumb. (Ton) (%) (Ton) (%) 1980 3,657,300 40,500 1981 3,921,540 7.23 45,300 11.85 1982 3,963,540 1.07 43,980-2.91 1983 4,091,460 3.23 36,360-17.33 1984 4,339,320 6.06 27,360-24.75 1985 4,228,680-2.55 23,820-12.94 1986 4,018,920-4.96 15,720-34.01 1987 4,050,240 0.78 17,760 12.98 1988 4,282,260 5.73 24,900 40.20 1989 5,004,120 16.86 15,480-37.83 1990 4,569,780-8.68 19,860 28.29 1991 4,853,220 6.20 17,460-12.08 1992 4,672,140-3.73 42,780 145.02 1993 4,577,040-2.04 35,100-17.95 1994 4,120,320-9.98 64,200 82.91 1995 4,446,180 7.91 64,740 0.84 1996 5,070,540 14.04 65,460 1.11 1997 4,676,340-7.77 73,200 11.82 1998 5,107,980 9.23 86,100 17.62 1999 5,607,840 9.79 78,180-9.20 2000 5,450,820-2.80 89,280 14.20 2001 5,297,520-2.81 425,640 376.75 2002 5,686,560 7.34 5,395,320 1,167.58 2003 5,465,760-3.88 5,391,360-0.07 2004 5,691,780 4.14 5,502,240 2.06 2005 5,702,460 0.19 5,599,140 1.76 2006 6,383,280 11.94 5,963,760 6.51 2007 6,006,600-5.90 6,012,480 0.82 2008 6,175,860 2.82 6,006,420-0.10 2009 6,288,780 1.83 6,210,600 3.40 2010 6,919,140 10.02 6,545,040 5.38 2011 6,984,120 0.94 6,707,580 2.48 2012 7,144,440 2.30 6,961,440 3.78 2013 7,413,180 3.76 6,979,440 0.26 2014 7,157,760-3.45 7,013,820 0.49 2015 7,506,900 4.88 7,045,080 0.45 Rata-rata Pertumb. 1980-2015 2.28 50.55 Sumber : USDA, diolah Pusdatin Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 89

2016 OUTLOOK KOPI Lampiran 35b. Perkembangan Nilai Ekspor dan Impor Kopi Dunia, Tahun 1980 2012 Tahun Nilai Pertumb. Nilai Pertumb. Nilai Pertumb. (000 US$) (%) (000 US$) (%) (000 US$) (%) 1980 12,081,220 2.73 13,650,468 3.83-1,569,248 13.15 1981 8,193,761-32.18 9,865,288-27.73-1,671,527 6.52 1982 8,961,209 9.37 9,964,024 1.00-1,002,815-40.01 1983 9,018,151 0.64 10,159,677 1.96-1,141,526 13.83 1984 10,502,088 16.46 11,146,624 9.71-644,536-43.54 1985 10,822,005 3.05 11,412,820 2.39-590,815-8.33 1986 14,563,861 34.58 16,095,458 41.03-1,531,597 159.23 1987 9,799,965-32.71 11,583,279-28.03-1,783,314 16.43 1988 9,942,559 1.46 10,960,183-5.38-1,017,624-42.94 1989 9,034,170-9.14 10,525,128-3.97-1,490,958 46.51 1990 7,004,524-22.47 8,081,607-23.22-1,077,083-27.76 1991 6,627,766-5.38 7,790,658-3.60-1,162,892 7.97 1992 5,359,040-19.14 6,766,984-13.14-1,407,944 21.07 1993 5,786,884 7.98 6,570,074-2.91-783,190-44.37 1994 10,782,829 86.33 11,211,548 70.65-428,719-45.26 1995 12,286,744 13.95 14,465,252 29.02-2,178,508 408.14 1996 10,408,663-15.29 11,592,395-19.86-1,183,732-45.66 1997 13,208,964 26.90 14,352,434 23.81-1,143,470-3.40 1998 11,959,867-9.46 13,105,610-8.69-1,145,743 0.20 1999 9,786,470-18.17 10,283,078-21.54-496,608-56.66 2000 8,460,087-13.55 9,142,737-11.09-682,650 37.46 2001 5,435,203-35.75 6,271,515-31.40-836,312 22.51 2002 5,086,706-6.41 5,629,261-10.24-542,555-35.13 2003 5,710,124 12.26 6,465,560 14.86-755,436 39.24 2004 7,162,231 25.43 7,549,408 16.76-387,177-48.75 2005 9,733,251 35.90 10,276,227 36.12-542,976 40.24 2006 11,439,208 17.53 11,870,120 15.51-430,912-20.64 2007 13,596,997 18.86 13,876,824 16.91-279,827-35.06 2008 16,587,722 22.00 17,031,689 22.73-443,967 58.66 2009 14,366,572-13.39 15,187,111-10.83-820,539 84.82 2010 17,929,507 24.80 18,157,606 19.56-228,099-72.20 2011 27,145,582 51.40 28,311,642 55.92-1,166,060 411.21 2012 24,198,307-10.86 24,800,797-12.40-602,490-48.33 Rata-rata Pertumb. 1980-2012 Ekspor Sumber : FAO, diolah Pusdatin Impor Neraca 5.08 4.48 23.31 90 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

OUTLOOK KOPI 2015 Lampiran 36. Negara-negara Eksportir Kopi Terbesar di Dunia, Tahun 2011-2015 No. Negara Ekspor (Ton) Share Kumulatif 2011 2012 2013 2014 2015 Rata-rata (%) Share (%) 1 Brazil 1,790,580 1,839,600 2,048,760 2,194,200 1,999,800 1,974,588 27.27 27.27 2 Vietnam 1,469,700 1,478,580 1,697,340 1,324,320 1,723,020 1,538,592 21.25 48.52 3 Kolombia 441,600 531,300 662,400 727,500 733,800 619,320 8.55 57.07 4 Indonesia 447,000 534,000 468,000 422,400 484,800 471,240 6.51 63.58 5 India 313,380 291,480 298,980 282,000 300,000 297,168 4.10 67.68 6 Honduras 317,400 268,800 236,400 282,000 336,000 288,120 3.98 71.66 7 Guatemala 230,400 226,200 190,500 184,200 181,200 202,500 2.80 74.46 8 Ethiopia 188,400 196,800 197,100 210,000 211,200 200,700 2.77 77.23 9 Mexico 201,900 216,960 163,500 152,100 147,000 176,292 2.43 79.66 10 Malaysia 117,000 129,000 126,600 166,800 141,000 136,080 1.88 81.54 Lainnya 1,466,760 1,431,720 1,323,600 1,212,240 1,249,080 1,336,680 18.46 100.00 Total 6,984,120 7,144,440 7,413,180 7,157,760 7,506,900 7,241,280 100.00 Sumber : USDA, diolah Pusdatin Lampiran 37. Negara-negara Importir Kopi Terbesar di Dunia, Tahun 2011-2015 No Negara Impor (Ton) Share Kumulatif 2011 2012 2013 2014 2015 Rata-rata (%) Share (%) 1 Amerika Serikat 1,429,500 1,422,000 1,494,900 1,440,600 1,470,000 1,451,400 20.91 20.91 2 Jepang 400,800 500,700 472,200 484,500 478,500 467,340 6.73 27.64 3 Kanada 250,200 253,800 276,300 270,300 288,000 267,720 3.86 31.50 4 Rusia 231,900 247,800 253,800 243,000 244,500 244,200 3.52 35.02 5 Filipina 196,800 232,800 191,100 227,400 247,500 219,120 3.16 38.17 6 Swiss 128,400 138,600 138,000 145,200 144,000 138,840 2.00 40.17 7 Algeria 136,200 116,700 138,000 129,300 136,800 131,400 1.89 42.07 8 Korea Selatan 107,100 109,500 129,600 138,300 141,000 125,100 1.80 43.87 9 Australia 96,000 99,600 96,900 106,500 108,000 101,400 1.46 45.33 10 China 63,600 93,600 102,300 116,400 115,500 98,280 1.42 46.75 Lainnya 3,667,080 3,746,340 3,686,340 3,712,320 3,671,280 3,696,672 53.25 100.00 Total 6,707,580 6,961,440 6,979,440 7,013,820 7,045,080 6,941,472 100.00 Sumber : USDA, diolah Pusdatin Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 91

2016 OUTLOOK KOPI Lampiran 38. Perkembangan Ketersediaan Kopi di ASEAN, Tahun 1980 2015 Tahun Produksi Pertumb. Vol. Ekspor Pertumb. Vol. Impor Pertumb. Keter. Pertumb. (Ton) (%) (Ton) (%) (Ton) (%) (Ton) (%) 1980 376,320 291,493 8,820 93,647 1981 410,160 8.99 287,361-1.42 12,420 40.82 135,219 44.39 1982 363,060-11.48 325,181 13.16 14,280 14.98 52,159-61.43 1983 396,720 9.27 331,212 1.85 13,080-8.40 78,588 50.67 1984 423,180 6.67 409,173 23.54 9,360-28.44 23,367-70.27 1985 448,860 6.07 406,224-0.72 7,140-23.72 49,776 113.02 1986 457,080 1.83 475,943 17.16 7,560 5.88-11,303-122.71 1987 478,980 4.79 419,722-11.81 7,920 4.76 67,178-694.34 1988 595,920 24.41 468,757 11.68 16,320 106.06 143,483 113.59 1989 594,600-0.22 534,237 13.97 8,100-50.37 68,463-52.28 1990 621,000 4.44 654,861 22.58 7,620-5.93-26,241-138.33 1991 655,800 5.60 591,716-9.64 10,440 37.01 74,524-384.00 1992 696,000 6.13 536,434-9.34 9,300-10.92 168,866 126.59 1993 727,320 4.50 622,556 16.05 9,000-3.23 113,764-32.63 1994 733,800 0.89 699,074 12.29 18,600 106.67 53,326-53.13 1995 722,280-1.57 652,482-6.66 27,960 50.32 97,758 83.32 1996 974,700 34.95 767,517 17.63 27,300-2.36 234,483 139.86 1997 978,180 0.36 835,508 8.86 37,680 38.02 180,352-23.09 1998 990,960 1.31 837,997 0.30 60,540 60.67 213,503 18.38 1999 1,211,700 22.28 898,050 7.17 49,320-18.53 362,970 70.01 2000 1,519,320 25.39 1,159,929 29.16 59,520 20.68 418,911 15.41 2001 1,298,580-14.53 1,273,508 9.79 69,180 16.23 94,252-77.50 2002 1,253,040-3.51 1,074,321-15.64 67,920-1.82 246,639 161.68 2003 1,512,360 20.70 1,099,630 2.36 63,360-6.71 476,090 93.03 2004 1,553,640 2.73 1,259,992 14.58 129,600 104.55 423,248-11.10 2005 1,708,200 9.95 1,375,273 9.15 112,440-13.24 445,367 5.23 2006 1,767,000 3.44 1,436,617 4.46 189,300 68.36 519,683 16.69 2007 1,709,100-3.28 1,588,434 10.57 157,380-16.86 278,046-46.50 2008 1,767,900 3.44 1,551,625-2.32 173,700 10.37 389,975 40.26 2009 1,892,100 7.03 1,699,860 9.55 273,000 57.17 465,240 19.30 2010 1,899,000 0.36 1,674,465-1.49 299,700 9.78 524,235 12.68 2011 2,250,300 18.50 1,636,968-2.24 450,000 50.15 1,063,332 102.83 2012 2,409,900 7.09 2,206,926 34.82 502,440 11.65 705,414-33.66 2013 2,556,480 6.08 1,099,630-50.17 446,880-11.06 1,903,730 169.87 2014 2,388,600-6.57 1,259,992 14.58 528,000 18.15 1,656,608-12.98 2015 2,614,800 9.47 1,375,273 9.15 445,200-15.68 1,684,727 1.70 Rata-rata 1980-2015 6.16 5.80 17.57-11.87 Sumber : USDA, diolah Pusdatin Wujud Produksi : Biji kopi mentah berbagai bentuk Negara ASEAN : Brunei Darussalam, Kamboja, Indonesia, Laos, Malaysia, Negara ASEAN : Filipina, Singapura, Thailand, Vietnam, Myanmar. 92 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

OUTLOOK KOPI 2015 Lampiran 39. Perkembangan Ketersediaan Kopi di Dunia, Tahun 1980 2015 Tahun Produksi Pertumb. Vol. Ekspor Pertumb. Vol. Impor Pertumb. Keter. Pertumb. (Ton) (%) (Ton) (%) (Ton) (%) (Ton) (%) 1980 5,144,280 3,657,300 40,500 1,527,480 1981 5,851,680 13.75 3,921,540 7.23 45,300 11.85 1,975,440 29.33 1982 4,887,240-16.48 3,963,540 1.07 43,980-2.91 967,680-51.01 1983 5,301,840 8.48 4,091,460 3.23 36,360-17.33 1,246,740 28.84 1984 5,393,580 1.73 4,339,320 6.06 27,360-24.75 1,081,620-13.24 1985 5,717,820 6.01 4,228,680-2.55 23,820-12.94 1,512,960 39.88 1986 4,735,980-17.17 4,018,920-4.96 15,720-34.01 732,780-51.57 1987 6,167,700 30.23 4,050,240 0.78 17,760 12.98 2,135,220 191.39 1988 5,630,100-8.72 4,282,260 5.73 24,900 40.20 1,372,740-35.71 1989 5,799,600 3.01 5,004,120 16.86 15,480-37.83 810,960-40.92 1990 5,994,660 3.36 4,569,780-8.68 19,860 28.29 1,444,740 78.15 1991 6,227,340 3.88 4,853,220 6.20 17,460-12.08 1,391,580-3.68 1992 5,561,340-10.69 4,672,140-3.73 42,780 145.02 931,980-33.03 1993 5,531,880-0.53 4,577,040-2.04 35,100-17.95 989,940 6.22 1994 5,810,520 5.04 4,120,320-9.98 64,200 82.91 1,754,400 77.22 1995 5,325,960-8.34 4,446,180 7.91 64,740 0.84 944,520-46.16 1996 6,221,280 16.81 5,070,540 14.04 65,460 1.11 1,216,200 28.76 1997 5,859,120-5.82 4,676,340-7.77 73,200 11.82 1,255,980 3.27 1998 6,535,140 11.54 5,107,980 9.23 86,100 17.62 1,513,260 20.48 1999 6,848,040 4.79 5,607,840 9.79 78,180-9.20 1,318,380-12.88 2000 7,030,920 2.67 5,450,820-2.80 89,280 14.20 1,669,380 26.62 2001 6,695,700-4.77 5,297,520-2.81 425,640 376.75 1,823,820 9.25 2002 7,616,400 13.75 5,686,560 7.34 5,395,320 1,167.58 7,325,160 301.64 2003 6,652,260-12.66 5,465,760-3.88 5,391,360-0.07 6,577,860-10.20 2004 7,293,600 9.64 5,691,780 4.14 5,502,240 2.06 7,104,060 8.00 2005 7,049,580-3.35 5,702,460 0.19 5,599,140 1.76 6,946,260-2.22 2006 8,015,820 13.71 6,383,280 11.94 5,963,760 6.51 7,596,300 9.36 2007 7,437,300-7.22 6,006,600-5.90 6,012,480 0.82 7,443,180-2.02 2008 8,171,760 9.88 6,175,860 2.82 6,006,420-0.10 8,002,320 7.51 2009 7,716,060-5.58 6,288,780 1.83 6,210,600 3.40 7,637,880-4.55 2010 8,425,020 9.19 6,919,140 10.02 6,545,040 5.38 8,050,920 5.41 2011 8,632,920 2.47 6,984,120 0.94 6,707,580 2.48 8,356,380 3.79 2012 9,295,980 7.68 7,144,440 2.30 6,961,440 3.78 9,112,980 9.05 2013 9,340,260 0.48 7,413,180 3.76 6,979,440 0.26 8,906,520-2.27 2014 8,972,100-3.94 7,157,760-3.45 7,013,820 0.49 8,828,160-0.88 2015 9,007,320 0.39 7,506,900 4.88 7,045,080 0.45 8,545,500-3.20 Rata-rata 1980-2015 2.09 2.28 50.55 16.30 Sumber : USDA, diolah Pusdatin Wujud Produksi : Biji kopi mentah berbagai bentuk Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 93