BAB I PENDAHULUAN. Liberalisasi perdagangan mulai berkembang dari pemikiran Adam Smith

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. dan liberalisasi perdagangan barang dan jasa semakin tinggi intensitasnya sehingga

Bab 5 Bisnis Global 10/2/2017 1

Bab 5 Bisnis Global P E R T E M U A N 5

ABSTRAK. Kata kunci : WTO (World Trade Organization), Kebijakan Pertanian Indonesia, Kemudahan akses pasar, Liberalisasi, Rezim internasional.

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor pertanian saat ini telah mengalami perubahan

I. PENDAHULUAN. mengalami perubahan relatif pesat. Beberapa perubahan tersebut ditandai oleh: (1)

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses pembangunan yang

SISTEM PERDAGANGAN INTERNASIONAL

I. PENDAHULUAN. secara umum oleh tingkat laju pertumbuhan ekonominya. Mankiw (2003)

RESUME. Liberalisasi produk pertanian komoditas padi dan. biji-bijian nonpadi di Indonesia bermula dari

BAB I PENDAHULUAN. diartikan sebagai nilai tambah total yang dihasilkan oleh seluruh kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. Perdagangan internasional adalah perdagangan yang dilakukan oleh suatu

I. PENDAHULUAN. B. Belanja Negara (triliun Rupiah)

BAB I PENDAHULUAN. nasional adalah melalui perdagangan internasional. Menurut Mankiw. (2003), pendapatan nasional yang dikategorikan dalam PDB (Produk

I. PENDAHULUAN. pertanian berperan besar dalam menjaga laju pertumbuhan ekonomi nasional. Di

I. PENDAHULUAN. Industri TPT merupakan penyumbang terbesar dalam perolehan devisa

BAB I PENDAHULUAN. saat ini. Sekalipun pengaruh aktifitas ekonomi Indonesia tidak besar terhadap

BAB I PENDAHULUAN. seluruh negara sebagian anggota masyarakat internasional masuk dalam blokblok

I. PENDAHULUAN. Industri tekstil bukanlah merupakan sebuah hal baru dalam sektor

ekonomi KTSP & K-13 PERDAGANGAN INTERNASIONAL K e l a s A. Konsep Dasar Tujuan Pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi suatu negara. Menurut Adam Smith melalui perdagangan,

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini perekonomian menjadi semakin terbuka. Kini hampir semua

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. bagaimana keluar dari krisis ekonomi yang berkepanjangan, sementara itu

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Globalisasi menjadi sebuah wacana yang menarik untuk didiskusikan

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian internasional, diantaranya yaitu impor. Kegiatan impor yang dilakukan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Cadangan devisa didefenisikan sebagai saham eksternal aset, yang tersedia

Market Brief. Peluang Produk Sepeda di Jerman. ITPC Hamburg

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan suatu Negara yang mempunyai kekayaan yang

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang menganut sistem perekonomian terbuka, hal ini

Indeks Nilai Tukar Rupiah 2000 = 100 BAB 1 PENDAHULUAN

Pertumbuhan Ekonomi Dunia, (dalam persen)

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan laporan WTO (World Trade Organization) tahun 2007

BAB 3 KONDISI PERDAGANGAN LUAR-NEGERI INDONESIA DENGAN KAWASAN ASEAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Sektor pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan memberikan

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini, perekonomian Indonesia diliput banyak masalah. Permasalahan

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. bidang, tak terkecuali dalam bidang ekonomi. Menurut Todaro dan Smith (2006), globalisasi

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia menetapkan perubahan manajemen nilai tukar dari sistem nilai tukar

IV. GAMBARAN UMUM HARGA MINYAK DUNIA DAN KONDISI PEREKONOMIAN NEGARA-NEGARA ASEAN+3

BAB I PENDAHULUAN. tercermin dari kegiatan perdagangan antar negara. Perdagangan antar negara

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia

KAJIAN DAMPAK KEBIJAKAN MAKRO EKONOMI DAN PERDAGANGAN TERHADAP SEKTOR PERTANIAN RENI KUSTIARI

I. PENDAHULUAN. jasa. Oleh karena itu, sektor riil ini disebut juga dengan istilah pasar barang. Sisi

Bab 6 TRANSAKSI INTERNASIONAL

I. PENDAHULUAN. menghadapi tantangan yang sangat kompleks dalam memenuhi kebutuhan pangan

BAB I PENDAHULUAN. pesat sesuai dengan kemajuan teknologi. Dalam era globalisasi peran transportasi

BAB I PENDAHULUAN. Sehubungan dengan fenomena shock ini adalah sangat menarik berbicara tentang

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS

BAB VI. KESIMPULAN. integrasi ekonomi ASEAN menghasilkan kesimpulan sebagai berikut: perdagangan di kawasan ASEAN dan negara anggotanya.

BAB I PENDAHULUAN. ruang lingkup kegiatan ekonominya. Globalisasi menuntut akan adanya

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan perekonomian suatu negara di berbagai belahan dunia, termasuk negara

BAB I PENDAHULUAN. tidak ada hambatan. Hal tersebut memberi kemudahan bagi berbagai negara untuk

BAB I PENDAHULUAN. Bentuk piramida penduduk Indonesia yang expansif menyebabkan Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. lebih terbuka (openness). Perekonomian terbuka dalam arti dimana terdapat

I. PENDAHULUAN. Indonesia menurut lapangan usaha pada tahun 2010 menunjukkan bahwa sektor

BAB I PENDAHULUAN. berisi masalah yang diangkat dalam penelitian ini. Tujuan penelitian berisi tentang

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Analisis dampak..., Wawan Setiawan..., FE UI, 2010.

BAB I PENDAHULUAN. cenderung mengakibatkan gejolak ekonomi moneter karena inflasi akan

IV. FLUKTUASI MAKROEKONOMI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Perdagangan internasional merupakan aspek yang sangat penting dalam. perekonomian setiap Negara di dunia. Tanpa adanya perdagangan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Setiap negara di dunia ini pasti akan melakukan interaksi dengan negaranegara

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

V. PERKEMBANGAN MAKROEKONOMI INDONESIA. dari waktu ke waktu. Dengan kata lain pertumbuhan ekonomi merupakan proses

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan serta pengentasan kemiskinan (Todaro, 1997). ekonomi. Indikator ini pada dasarnya mengukur kemampuan suatu negara untuk

BAB I PENDAHULUAN. utama yang dilakukan negara untuk menjalin kerjasama perdagangan. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat pada suatu periode tertentu.pertumbuhan yang positif menunjukkan adanya

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai salah satu negara yang telah menjadi anggota World Trade

III KERANGKA PEMIKIRAN

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan ekonomi sehingga dapat meningkatkan taraf pertumbuhan ekonomi

I. PENDAHULUAN. terlepas dari kegiatan ekonomi internasional. Kegiatan ekonomi internasional

BAB I PENDAHULUAN. ketimpangan dapat diatasi dengan industri. Suatu negara dengan industri yang

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan barang dan jasa, investasi yang dapat meningkatkan barang modal,

PENDAHULUAN. Dalam beberapa dekade belakangan ini, perdagangan internasional telah

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional bagi banyak negara di dunia. Semakin terbuka suatu

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara dengan perkembangan pasar modal yang

I. PENDAHULUAN. Mata uang asing (valuta asing) merupakan suatu komoditas yang memiliki nilai

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan dan pariwisata atau dalam istilah tertentu pariwisata memimpin

BAB I PENDAHULUAN. Neraca perdagangan komoditi perikanan menunjukkan surplus. pada tahun Sedangkan, nilai komoditi ekspor hasil perikanan

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator untuk menilai

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Globalisasi yang terjadi beberapa dasawarsa terakhir, mendorong

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Kebutuhan manusia sangat tidak terbatas sedangkan alat pemenuh kebutuhan

PERDAGANGAN INTERNASIONAL DAN DAMPAKNYA

BAB 1 PENDAHULUAN. Grafik 1.1 Perkembangan NFA periode 1997 s.d 2009 (sumber : International Financial Statistics, IMF, diolah)

BAB I PENDAHULUAN. setiap negara bertujuan agar posisi ekonomi negara tersebut di pasar internasional

I. PENDAHULUAN. penting dalam perekonomian nasional. Ditinjau dari kontribusinya terhadap

BAB I PENDAHULUAN. yang penuh patriotisme, Indonesia berusaha membangun perekonomiannya. Sistem perekonomian Indonesia yang terbuka membuat kondisi

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan bisnis yang berkembang sangat pesat. perhatian dunia usaha terhadap kegiatan bisnis

I. PENDAHULUAN. hambatan lain, yang di masa lalu membatasi perdagangan internasional, akan

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi di suatu negara (trade as engine of growth).

I. PENDAHULUAN. Inflasi dapat didefinisikan sebagai suatu proses kenaikan harga-harga yang berlaku dalam

BAB I PENDAHULUAN. Dalam mewujudkan pembangunannya, suatu negara membutuhkan biaya yang

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. beredar juga mempengaruhi perekonomian. Dengan berkurangnya jumlah yang. mengganggu aktivitas perekonomian nasional.

VIII. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN. dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan net ekspor baik dalam

I. PENDAHULUAN. Perdagangan internasional adalah salah satu komponen penting yang dapat

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Liberalisasi perdagangan mulai berkembang dari pemikiran Adam Smith yang mengusung perdagangan bebas dan intervensi pemerintah yang seminimal mungkin. Kemudian paham ini mulai berkembang pesat pada abad 19 di Eropa yang memberikan keuntungan yang besar pada perekonomiannya. Namun liberalisasi perdagangan mulai mengalami fragmentasi pada tahun 1914 karena menghadapi berbagai distorsi sebagai akibat diterapkannya larangan impor, subsidi dan peningkatan tarif. Sehingga pada tahun 1930 berbagai upaya dilakukan untuk menghidupkan kembali sistem perdagangan yang lebih terbuka, hingga pada akhirnya terbentuklah General Agreement on Tariffs and Trade (GATT) yang kemudian bertransformasi menjadi World Trade Organization (WTO), yang diprakarsai oleh Amerika Serikat dan Inggris. Berdirinya General Agreement on Tariffs and Trade (GATT) pada tahun 1947 yang kemudian digantikan oleh World Trade Organization (WTO) tahun 1993 adalah sebuah organisasi dunia yang membantu negara anggota melakukan perdagangan dengan lancar dan sebebas mungkin. Liberalisasi perdagangan nampaknya telah dianut oleh hampir seluruh negara yang ada di dunia, ini terbukti dengan jumlah keanggoataan WTO yang terus bertambah, hingga tahun 2008 diketahui sebanyak 153 negara (WTO, 2008). Kebijakan WTO yang mengusung liberalisasi perdagangan ini, berwujud keterbukaan pasar perdagangan dunia yang cenderung memperkecil hambatan

perdagangan seperti tarif dan non tarif. Berdasarkan salah satu putaran perundingan di WTO, yaitu Putaran Uruguay pada tahun 1986-1994. Negara maju memotong besaran tarif sampai sepertiga, sedangkan negara berkembang memotong tarif paling besar hanya 40%. Sebelum Putaran Uruguay, rata-rata tarif produk manufaktur di negara maju adalah 6,2% dan negara berkembang adalah 20,5%. Sesudah Putaran Uruguay, rata-rata tarif di negara maju 3,7% dan di negara berkembang 14,4%. Selain itu hambatan non tarif seperti kuota, juga secara bertahap dihapuskan tetapi tidak secepat penurunan tarif. Tujuan utama negara-negara di dunia mengurangi atau bahkan menghapuskan berbagai hambatan perdagangan adalah untuk mendapatkan keuntungan yang kemudian menjadi pendorong bagi pertumbuhan ekonomi. Keuntungan perdagangan tidaklah sama pada masing-masing negara yang melakukan liberalisasi perdagangan. Tergantung karakteristik produksi serta permintaan produk yang diperdagangankan dan kebijakan ekonomi yang diterapkan oleh suatu negara. Menurut Thirwall tahun 1995 setiap perdagangan yang terjadi antara negara berkembang dan negara maju menghasilkan keuntungan yang berbeda. Hal ini disebabkan negara berkembang yang masih memproduksi komoditas ekspor utama yang masih berbentuk bahan baku atau setengah jadi. Padahal harga komoditas primer telah memburuk sekitar 0,5% pertahun. Berbeda yang dengan negara maju yang menghasilkan produk yang bisa bersaing dalam perdagangan internasional baik dari segi harga, kualitas dan teknologi yang digunakan. Keuntungan yang berbeda bagi setiap negara yang melakukan perdagangan memotivasi beberapa negara untuk mendapatkan keuntungan yang

lebih besar. Banyak negara yang berhasil dalam liberalisasi perdagangan bahkan menjadikan perdagangan sebagai salah satu sumber pendapatan yang paling utama. China adalah satu negara yang memiliki pangsa pasar ekspor terbesar di dunia. Semenjak China mulai mereformasi perekonomiannya pada tahun 1970 pertumbuhan ekonomi berorientasi ekspor menjadi kuat, dengan PDB riil meningkat 23 kali lipat sejak tahun 1977. Namun Sebelum masuknya Cina ke dalam World Trade Organization (WTO), China menghadapi tarif mahal dan kuota yang menghambat pertumbuhan ekspornya. Setelah bergabung dengan WTO China pada tahun 2001 kemudian menerapkan berbagai strategi kebijakan perdagangan hingga pada tahun 2009, China telah menjadi eksportir terbesar di dunia (Berger dan Martin, 2011). Ekspor utama China adalah tekstil, furniture, logam (baja), dan mesin-mesin. Antara tahun 2000 dan 2007, nilai ekspor Cina lebih dari empat kali lipat dan naik dari 20 persen menjadi 35 persen dan nilia neraca perdagangan tahun 2007 telah meningkat lebih dari 11 kali lipat dibanding tahun 2000 (world bank). Pada contoh diatas dipaparkan negara yang memiliki keberhasilan dengan menerapkan liberalisasi perdagangan, namun bagaimana dengan negara yang masih dalam tahap perkembangan dan merupakan negara yang berpendapatan rendah. Contohnya Indonesia, ketika harga 1986 minyak turun drastis dan memaksa pemerintah untuk mereformasi kebijakan perdagangannya antara lain dengan menurunkan tingkat tarif dan mengkonversi beberapa lisensi impor (Santos-Paulino & Thirwall, 2002). Namun kebijakan pemerintah yang meliberalisasi perdagangan dalam kurun waktu 1980 sampai 2007 menyebabkan laju pertumbuhan impor lebih cepat daripada ekspor, dengan pertumbuhan impor

sebesar 0,79 pertahun dan ekspor hanya 0,26 pertahun (Flora, 2007). Tercatat neraca perdagangan Indonesia beberapa kali mengalami surplus namun kembali memburuk pada awal tahun 2012 hingga 2014 dengan nilai -0,6% pertahun (World Bank). Berdasarkan fenomena yang telah dijelaskan diatas, penulis tertarik untuk membahas masalah ini melalui penelitian yang dituangkan dalam judul Dampak Liberalisasi Perdagangan Terhadap Neraca Perdagangan di Negara Berkembang: Pendekatan Generalized Method of Moment (GMM). 1.2 Perumusan Masalah Liberalisasi perdagangan tidak secara otomatis dapat meningkatkan pertumbuhan ekspor dan juga pertumbuhan ekonomi. Kecuali ketika faktor ekonomi dan struktur institusional lainnya mendukung. Hal ini mencakup kebijakan ekonomi yang mendukung, infrastrukur yang layak, sistem hukum yang memadai, serta lembaga yang efesien. Sehingga sebuah negara yang menerapkan kebijakan ini harus melakukan beberapa persiapan. Jika tidak, liberalisasi yang menghilangkan segala bentuk hambatan akan menjadi bumerang dalam perekonomian. Untuk itu perlu menganalisis terkait beberapa permasalahan liberalisasi perdagangan di negara yang tergolong berpendapatan rendah, yaitu: 1. Bagaimana dampak dari liberalisasi perdagangan terhadap pertumbuhan ekspor dan impor dibeberapa negara berpendapatan rendah? 2. Apakah efek liberalisasi perdagangan lebih kuat pada eksport atau import?

3. Bagaimana dampak liberalisasi perdagangan pada neraca perdagangan secara keseluruhan? 1.3 Tujuan penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Mendeskripsikan dampak dari liberalisasi perdagangan terhadap pertumbuhan ekspor dan impor di beberapa negara berpendapatan rendah. 2. Menjelaskan efek liberalisasi perdagangan yang lebih kuat pada ekspor atau impor. 3. Mendeskripsikan dampak liberalisasi perdagangan terhadap neraca perdagangan secara keseluruhan. 1.4 Manfaat Penelitian Adapun manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini di antaranya adalah: 1. Bagi pembuat kebijakan dan pengambil keputusan, dapat digunakan dalammerumuskan kebijakan bagi kalangan praktisi, pemerintah dan pelaku dalam dunia bisnis yang melakukan kegiatan di bidang perdagangan internasional. 2. Bagi penulis, penelitian ini menjadi sarana pengembangan wawasan dalam suatu permasalahan dan menambah pengetahuan mengenai akibat liberalisasi perdagangan terhadap neraca perkembanga di delapan negara berpendapatan rendah.

1.5 Ruang Lingkup Penulis memfokuskan penelitian ini pada pengaruh liberalisasi perdagangan terhadap neraca perdagangan. Objek penelitian ini adalah negaranegara yang tergolong low income dan lower middle income yang diklasifikasikan oleh World Bank. Periode waktu penelitian dari tahun 1990-2014 dengan menggunakan Dynamic Panel Data Techniques berdasarkan Generalized Method of Moment (GMM). Variabel dependen dari penelitian ini adalah ekspor (X), impor (M) dan juga neraca perdagangan (TB). Sedangkan variabel independennya real effective exchange rate (RER), ukuran liberalisasi perdagangan (LIB), keseimbangan fiscal (FIS), term of trade (TOT), pertumbuhan GDP asing (W) dan pertumbuhan GDP real (Y). 1.6 Sistematika Penulisan Sistematika penulisan disusun penulis guna memberikan gambaran yang menyeluruh tentang penelitian ini. tulisan ini disusun atas enam bab, yaitu: BAB I : Pendahuluan Pendahuluan terdiri dari enam sub bab yang meliputi latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian,ruang lingkup penelitian. BAB II : Tinjauan Literatur Di dalam bab ini dibahas tentang teori- teori dan literature pendukung yang berkaitan dengan variabel makroekonomi dan nilai tukar. Selain itu, dalam bab ini juga dijelaskan beberapa penelitian terdahulu yang

ada kaitannya dengan penelitian ini. Kemudian disusun sebuah hipotesa yang merupakan jawaban sementara dari rumusan masalah. BAB III : Metologi Penelitian Bab ini terdiri dari beberapa sub bab yang meliputi data dan sumber data, identifikasi variabel, metode analisis data dan uji data yang terdiri dari uji stasioneritas, uji kointegrasi, uji kausalitas, estimasi GMM serta uji auto korelasi Arellano- Bond (AR) dan uji overidentifying restriction. BAB IV : Gambaran Umum Merupakan bab yang menguraikan tentang gambaran umum daerah penelitian yang terdiri dari indikator makro ekonomi, perkembangan perdagangan dan juga gambaran umum masing-masing variabelnya. BAB V : Hasil dan Pembahasan Pada bab ini dijelaskan mengenai analisis data dan pembahasan yang terdiri dari deskriptif awal, hasil analisis data, pengujian hipotesis dan implikasi penelitian. BAB VI : Penutup Pada bab terakhir dijelaskan mengenai kesimpulan yang diambil dari penemuan empiris berdasarkan uraian yang terdapat pada pembahasan masalah, beserta saran-saran.