ANALISIS KEMANDIRIAN KEUANGAN DAERAH PEMERINTAH KABUPATEN PASURUAN PADA ERA OTONOMI DAERAH (PERIODE ) SKRIPSI

dokumen-dokumen yang mirip
ANALISIS INDEKS DESENTRALISASI FISKAL KABUPATEN SAMPANG DAN SUMENEP (PERIODE 2007 DAN 2008) SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dalam menyikapi berbagai permasalahan di daerah akhir-akhir ini,

ANALISIS TINGKAT KEMANDIRIAN KEUANGAN DI KABUPATEN BANYUWANGI, KABUPATEN BLITAR DAN KABUPATEN MADIUN, SERTA KABUPATEN TUBAN SKRIPSI

ANALISIS INDEKS DESENTRALISASI FISKAL PADA SATUAN WILAYAH PEMBANGUNAN (SWP) VII PROPINSI JAWA TIMUR SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. Negara Kesatuan Republik Indonesia. Jadi otonomi daerah merupakan sarana

BAB I PENDAHULUAN. seluruh aspek kehidupan. Salah satu aspek reformasi yang dominan adalah

ANALISIS DESENTRALISASI FISKAL DAN KEMANDIRIAN KEUANGAN DAERAH DI KABUPATEN SIDOARJO, KABUPATEN PACITAN, DAN KABUPATEN MADIUN MENUJU OTONOMI DAERAH

ANALISIS KEMANDIRIAN FISKAL DI SATUAN WILAYAH PEMBANGUNAN ( SWP ) IV JAWA TIMUR SKRIPSI

PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN DAERAH SEBELUM DAN SESUDAH KEBIJAKAN OTONOMI DAERAH KABUPATEN KLATEN

PENGARUH DANA ALOKASI UMUM DAN VARIABEL PENDUKUNG LAINNYA PADA PENINGKATAN PENDAPATAN ASLI DAERAH DI KOTA MADIUN

I. PENDAHULUAN. sebagian masyarakat Indonesia mendukung dengan adanya berbagai tuntutan

EFEKTIFITAS PROGRAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN PERKOTAAN TERHADAP TINGKAT PENDAPATAN MASYARAKAT DI KOTA SURABAYA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. Keuangan pada tahun Pelaksanaan reformasi tersebut diperkuat dengan

SKRIPSI. Oleh : PURNOMO NIM: B

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. peraturan sebagai tujuan, dan bukan sebagai alat untuk

ANALISIS INDEKS DESENTRALISASI FISKAL PADA SATUAN WILAYAH PEMBANGUNAN (SWP) I PROPINSI JAWA TIMUR SKRIPSI

ANALISIS KINERJA KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH PADA KOTA KEDIRI SEBELUM DAN SESUDAH OTONOMI DAERAH SKRIPSI. Oleh :

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi di dalam peraturan perundang-undangan telah

BAB I PENDAHULUAN. sentralisasi menjadi sistem desentralisasi merupakan konsekuensi logis dari

BAB I PENDAHULUAN. daerah dan desentralisasi fiskal. Dalam perkembangannya, kebijakan ini

BAB I PENDAHULUAN. mengelola sumber daya yang dimiliki secara efisien dan efektif.

BAB I PENDAHULUAN. penyerahan wewenang pemerintahan oleh pemerintah pusat kepada daerah otonom untuk

ANALISIS PERAN DESENTRALISASI FISKAL TERHADAP KINERJA EKONOMI DI KABUPATEN / KOTA JAWA TIMUR SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. 22 Tahun 1999 yang diubah dalam Undang-Undang No. 32 Tahun tentang Pemerintah Daerah dan Undang-Undang No. 25 Tahun 1999 yang

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi dalam lingkup negara secara spasial tidak selalu

BAB I PENDAHULUAN. era baru dalam pelaksanaan otonomi daerah dan desentralisasi fiskal. Pembiayaan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sistem negara kesatuan, pemerintah daerah merupakan bagian yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menurut asas otonomi dan tugas pembantuan. Pemberian otonomi luas

INUNG ISMI SETYOWATI B

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia, desentralisasi fiskal mulai hangat dibicarakan sejak

BAB I PENDAHULUAN. daerah yang ditetapkan berdasarkan peraturan daerah tentang APBD.

BAB I PENDAHULUAN. penduduk perkotaan dan penduduk daerah maka pemerintah membuat kebijakan-kebijakan sebagai usaha

ANALISIS PENGARUH PENERIMAAN PEMERINTAH DAN JUMLAH PENDUDUK TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI JAWA TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka menjalankan fungsi-fungsi pemerintahan, pembangunan di

BAB 1 PENDAHULUAN. otonomi daerah ditandai dengan dikeluarkan Undang-Undang (UU No.22 Tahun

I. PENDAHULUAN. pembangunan secara keseluruhan dimana masing-masing daerah memiliki

BAB I PENDAHULUAN. ketentuan umum UU No. 23 tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Era reformasi memberikan peluang bagi perubahan paradigma

BAB I PENDAHULUAN. mengatur tentang otonomi daerah dan desentralisasi fiskal. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. Tap MPR Nomor XV/MPR/1998 tentang Penyelenggaran Otonomi Daerah, Pengaturan, Pembagian dan Pemanfaatan Sumber Daya Nasional yang

I. PENDAHULUAN. daerahnya sendiri dipertegas dengan lahirnya undang-undang otonomi daerah yang terdiri

BAB I PENDAHULUAN. undang-undang di bidang otonomi daerah tersebut telah menetapkan

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. landasan hukum bagi yang dikeluarkannya UU No. 22 Tahun 1999 tentang

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan dengan meningkatkan pemerataan dan keadilan. Dengan

BAB I PENDHULUAN. kebijakan otonomi daerah yang telah membawa perubahan sangat besar terhadap

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. implikasi pada pelimpahan wewenang antara pusat dan daerah dalam berbagai bidang.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Implementasi desentralisasi menandai proses demokratisasi di daerah

BAB I PENDAHUALUAN. dengan gerakan pembangunan nasioanal. Pembangunan nasional merupakan

KATA PENGANTAR. serta hidayah-nya yang telah dilimpahkan sehinga penulis bisa menyelesaikan

BAB I PENDAHULUAN. provinsi. Dalam provinsi itu dikembangkan kembali dalam kabupaten kota,

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Reformasi sektor publik yang disertai adanya tuntutan demokratisasi

ANALISIS PENGARUH FAKTOR EKONOMI TERHADAP PMA DI INDONESIA SKRIPSI

I. PENDAHULUAN. Lampung Selatan merupakan pusat kota dan ibukota kabupaten. Pembangunan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Prinsip otonomi daerah menggunakan prinsip otonomi seluas-luasnya. (Maryati, Ulfi dan Endrawati, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. Pelaksanaan otonomi yang seluas-luasnya, dalam arti daerah diberikan

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah telah melakukan reformasi di bidang pemerintahan daerah dan

ANALISIS BEBERAPA FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERTUMBUHAN INDUSTRI KECIL DI KOTA SURABAYA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Reformasi tahun 1998 memberikan dampak yang besar dalam bidang

BAB I PENDAHULUAN. otonomi daerah merupakan wujud reformasi yang mengharapkan suatu tata kelola

BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. desentralisasi fiskal dan otonomi daerah telah membawa konsekuensi pada

BAB I PENDAHULUAN. kabupaten dan kota memasuki era baru sejalan dengan dikeluarkannya UU No.

PENDAHULUAN. Belanja daerah, atau yang dikenal dengan pengeluaran. pemerintah daerah dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah

BAB I PENDAHULUAN. pemeliharaan hubungan yang serasi antara pemerintah pusat dan daerah.

BAB I PENDAHULUAN. dampak diberlakukannya kebijakan otonomi daerah. Sistem otonomi daerah

BAB I PENDAHULUAN. Setelah beberapa dekade pola sentralisasi dianut oleh Bangsa Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. Otonomi daerah merupakan peluang dan sekaligus juga sebagai tantangan.

Kata kunci: Kemampuan Keuangan Daerah

PENDAHULUAN. daerah yang saat ini telah berlangsung di Indonesia. Dulunya, sistem

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pengelolaan pemerintah daerah, baik ditingkat propinsi maupun tingkat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. keuangan lembaga publik, diantaranya : Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu

ANALISIS KEMANDIRIAN DAERAH SUBOSUKAWONOSRATEN DALAM PELAKSANAAN SEBELUM DAN SESUDAH OTONOMI DAERAH ( TINJAUAN KEUANGAN DAERAH )*

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. yang dalam perkembangannya seringkali terjadi adalah ketimpangan

BAB I PENDAHULUAN. kapasitas fiskal yaitu pendapatan asli daerah (PAD) (Sidik, 2002)

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana yang telah ditetapkan pada Undang-Undang No 32 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. berubah menjadi sistem desentralisasi atau yang sering dikenal sebagai era

BAB I PENDAHULUAN. untuk mengukur keberhasilan pembangunan dan kemajuan perekonomian di

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 yang telah direvisi menjadi Undang-

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. bagi bangsa ini. Tuntutan demokratisasi yang diinginkan oleh bangsa ini yaitu

I. PENDAHULUAN. Pelaksanaan Undang Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang. dan Undang Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan

ANALISIS KEMANDIRIAN KEUANGAN DAERAH PASCA OTONOMI DAERAH TINGKAT KABUPATEN/KOTA DI PROPINSI JAWA TIMUR SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Hal tersebut

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Krisis ekonomi yang terjadi di Indonesia pada awal tahun 1996 dan

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan. Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi. Jurusan Ekonomi Pembangunan.

ANALISIS BEBERA[A FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENANAMAN MODAL ASING (PMA) PERSEKTOR EKONOMI DI INDONESIA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan adalah usaha menciptakan kemakmuran dan kesejahteraan

BAB I PENDAHULUAN. pengelolaan keuangan negara maupun daerah. sumber daya alamnya sendiri. Sumber dana bagi daerah antara lain terdiri dari

I. PENDAHULUAN. pemerintahan termasuk kewenangan daerah. Salah satu bukti adalah Undang-undang

I. PENDAHULUAN. pengelolaan pemerintah daerahnya, baik ditingkat propinsi maupun tingkat kabupaten

BAB I PENDAHULUAN. dasar dalam pelaksanaan pelayanan publik. Di Indonesia, dokumen dokumen

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut pasal 1 ayat (h) Undang-undang RI Nomor Tahun 1999 tentang pemerintah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Mahi (2001)

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Hal tersebut

ANALISIS KINERJA PEMERINTAH DAERAH DALAM MENGHADAPI PELAKSANAAN OTONOMI DAERAH DITINJAU DARI ASPEK KEUANGAN/FISKAL

Transkripsi:

ANALISIS KEMANDIRIAN KEUANGAN DAERAH PEMERINTAH KABUPATEN PASURUAN PADA ERA OTONOMI DAERAH (PERIODE 2001-2008) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Ekonomi Pembangunan Oleh : RAHDUTA PUTRI SARI DEWI 0611010089 /FE /IESP FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN JAWA TIMUR 2010

KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat serta hidayah-nya yang telah dilimpahkan sehingga peneliti bisa menyelesaikan skripsi ini. Penyusunan skripsi ini merupakan salah satu kewajiban mahasiswa untuk memenuhi tugas dan syarat akhir akademis di Perguruan Tinggi Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jawa Timur Fakultas Ekonomi khususnya Jurusan Ilmu Ekonomi Studi Pembangunan. Dalam penelitian skripsi ini peneliti mengambil judul Analisis Kemandirian Keuangan Daerah Pemerintah Kabupaten Pasuruan Pada Era Otonomi Daerah (Periode 2001-2008). Peneliti menyadari sepenuhnya bahwa didalam penyusunan skripsi ini masih banyak kekurangannya. Hal ini disebabkan karena masih terbatasnya kemampuan dan pengetahuan yang ada. Atas terselesaikannya skripsi ini, peneliti menyampaikan rasa hormat dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada : 1. Bapak Prof.Dr.Teguh Sudarto,MP, selaku Rektor Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jawa Timur. 2. Bapak Dr.Dhani Ichsanuddin Nur,SE,MM, selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jawa Timur. 3. Bapak Drs.Ec.Marseto D.S,Msi, selaku Ketua Jurusan Ilmu Ekonomi Studi Pembangunan Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jawa Timur. 4. Bapak Drs.Ec. M. Usman Ali,M.Kes, selaku Dosen Wali yang telah meluangkan waktu dalam membimbing dan mendampingi peneliti selama menempuh pendidikan didalam perkuliahan. i

5. Ibu Ir.Hamidah Hendrarini, Msi selaku Dosen Pembimbing yang telah meluangkan waktu dalam membimbing dan mendampingi peneliti selama melakukan penelitian ini. 6. Segenap staf pengajar dan staf kantor Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jawa Timur, yang telah dengan ikhlas memberikan ilmu pengetahuannya dan pelayanan akademik bagi peneliti. 7. Ayah dan Bunda tercinta yang telah sabar mendidik dan membesarkan peneliti dengan penuh kasih sayang baik moral, material, maupun spiritual, dan juga untuk kakak dan adik peneliti, semua perhatianmu tidak akan pernah peneliti lupakan. Akhir kata yang dapat terucapkan semoga penyusunan skripsi ini dapat berguna bagi pembaca dan pihak-pihak lain yang membutuhkan, semoga Allah SWT memberikan balasan setimpal. Wassallamualaikum Wr.Wb. Surabaya, Juni 2010 Peneliti ii

DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... i iii vi DAFTAR GAMBAR... viii DAFTAR LAMPIRAN... ABSTRAKSI... ix xi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Perumusan Masalah... 8 1.3 Tujuan Penelitian... 8 1.4 Manfaat Penelitian... 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian-penelitian Terdahulu... 10 2.2 Landasan Teori... 14 2.2.1 Fungsi Pemerintah Dalam Perekonomian... 14 2.2.2 Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah... 19 2.2.3 Desentralisasi... 19 2.2.3.1 Tujuan Desentralisasi... 22 iii

2.2.3.2 Kelebihan dan Kelemahan Desentralisasi... 22 2.2.4 Dekonsentrasi... 24 2.2.5 Tugas Pembantuan... 25 2.2.6 Otonomi Daerah... 25 2.2.6.1 Pengertian Otonomi Daerah... 25 2.2.6.2 Prinsip Dasar dan Tujuan Otonomi Daerah...... 27 2.2.6.3 Perkembangan Otonomi Daerah... 28 2.2.6.3.1 Masa Reformasi... 28 2.2.7 Sumber-sumber Penerimaan Daerah... 35 2.2.7.1 Pendapatan Asli Daerah (PAD)... 35 2.2.7.2 Dana Perimbangan... 43 2.2.7.3 Pinjaman Daerah... 46 2.2.7.4 Lain-lain Pendapatan yang Sah... 48 2.2.8 Keuangan Daerah... 48 2.2.8.1 Pengelolaan Keuangan Daerah... 49 2.3 Kerangka Pikir... 51 2.4 Hipotesis... 59 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel... 60 3.2 Jenis dan Sumber Data... 62 3.2.1 Jenis Data... 62 iv

3.2.2 Sumber Data... 63 3.3 Teknik Pengumpulan Data... 63 3.4 Teknik Analis... 64 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Obyek Penelitian.. 68 4.1.1 Kondisi Umum Kabupaten Pasuruan... 68 4.1.1.1 Letak Geografis.... 68 4.1.1.2 Penduduk... 69 4.2 Deskripsi Hasil Penelitian... 73 4.3 Analisis dan Pengujian Hipotesa... 82 4.3.1 Uji Analisis Derajat Desentralisasi Fiskal... 82 4.3.2 Uji Analisis Tingkat Kemandirian Keuangan Daerah... 86 4.3.3 Uji Elastisitas Pendapatan Asli Daerah (PAD)... 92 4.4 Pembahasan... 94 BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan... 97 5.2 Saran... 99 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN v

DAFTAR TABEL 2.1 Perbedaan UU No.22 Tahun 1999 dengan UU No.32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah... 33 2.2 Pola Hubungan Keuangan dan Tingkat Kemandirian Daerah... 57 4.1 Luas dan Wilayah Administratif Kabupaten Pasuruan... 69 4.2 Perkembangan Jumlah Penduduk Kabupaten Pasuruan Tahun 2001-2008... 70 4.3 Kondisi Penduduk Kabupaten Pasuruan Menurut Registrasi Penduduk Tahun 2008... 72 4.4 Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Kabupaten Pasuruan Tahun 2001-2008... 77 4.5 Komposisi Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Pasuruan Tahun 2001-2008... 78 4.6 Komposisi Total Penerimaan Daerah (TPD) Kabupaten Pasuruan Tahun 2001-2008... 81 4.7 Rasio PAD terhadap TPD, Rasio BHPBP terhadap TPD, Rasio SB terhadap TPD, dan Rata-rata Derajat Desentralisasi Fiskal Kabupaten Pasuruan Tahun 2001-2008... 84 4.8 Rata-rata Rasio PAD terhadap TPD Ditambah Rasio BHPBP terhadap TPD Kabupaten Pasuruan Tahun 2001-2008... 85 4.9 Rasio PAD terhadap PTD dan Rasio PAD terhadap PRD Kabupaten Pasuruan Tahun 2001-2008... 88 vi

4.10 Rasio PAD ditambah BHPBP terhadap PTD dan Rasio PAD ditambah BHPBP terhadap PRD Kabupaten Pasuruan Tahun 2001-2008... 89 4.11 Rasio PAD terhadap PTD, Rasio PAD terhadap PRD, Rasio PAD+BHPBP terhadap PTD, Rasio PAD+BHPBP terhadap PRD, dan Rasio Tingkat Kemandirian Daerah (TKD) Kabupaten Pasuruan Tahun 2001-2008... 91 4.12 Perubahan PAD dan PDRB Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB) Kabupaten Pasuruan Tahun 2001-2008... 93 vii

DAFTAR GAMBAR 1. Gambar Kerangka Pikir... 58 viii

DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 : Penerimaan Pemerintah Kabupaten Pasuruan Tahun 2001-2008. Lampiran 2 : Luas dan Wilayah Administratif Kabupaten Pasuruan. Lampiran 3 : Perkembangan Jumlah Penduduk Kabupaten Pasuruan Tahun 2001-2008. Lampiran 4 : Kondisi Penduduk Kabupaten Pasuruan Menurut Registrasi Penduduk Tahun 2008. Lampiran 5 : Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Kabupaten Pasuruan Tahun 2001-2008. Lampiran 6 : Komposisi Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Pasuruan Tahun 2001-2008. Lampiran 7 : Komposisi Total Penerimaan Daerah (TPD) Kabupaten Pasuruan Tahun 2001-2008. Lampiran 8 : Perhitungan Rasio PAD Terhadap TPD Kabupaten Pasuruan Tahun 2001-2008. Lampiran 9 : Perhitungan Rasio BHPBP Terhadap TPD Kabupaten Pasuruan Tahun 2001-2008. Lampiran 10 : Perhitungan Rasio SB Terhadap TPD Kabupaten Pasuruan Tahun 2001-2008. Lampiran 11 : Perhitungan Rata-rata Rasio PAD Terhadap TPD Ditambah Rasio BHPBP Terhadap TPD Kabupaten Pasuruan Tahun 2001-2008. ix

Lampiran 12 : Perhitungan Rasio PAD Terhadap PTD Kabupaten Pasuruan Tahun 2001-2008. Lampiran 13 : Perhitungan Rasio PAD Terhadap PRD Kabupaten Pasuruan Tahun 2001-2008. Lampiran 14 : Perhitungan Rasio PAD Ditambah BHPBP Terhadap PTD Kabupaten Pasuruan Tahun 2001-2008. Lampiran 15 : Perhitungan Rasio PAD Ditambah BHPBP Terhadap PRD Kabupaten Pasuruan Tahun 2001-2008. Lampiran 16 : Perhitungan Rasio Tingkat Kemnadirian Daerah (TKD) Kabupaten Pasuruan Tahun 2001-2008. Lampiran 17 : Perhitungan Perubahan PAD ADHB Kabupaten Pasuruan Tahun 2001-2008. Lampiran 18 : Perhitungan Perubahan PDRB ADHB Terhadap Kabupaten Pasuruan Tahun 2001-2008. x

ANALISIS KEMANDIRIAN KEUANGAN DAERAH PEMERINTAH KABUPATEN PASURUAN PADA ERA OTONOMI DAERAH (PERIODE 2001-2008) Oleh : RAHDUTA PUTRI SARI DEWI ABSTRAKSI Kinerja keuangan pemerintah daerah dapat digunakan untuk melihat kemampuan daerah dalam melaksanakan otonomi daerah. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar peranan Pendapatan Asli Daerah (PAD) terhadap Total Penerimaan Daerah (TPD), peranan PAD trhadap Pengeluaran Total Daerah (PTD) dan Pengeluaran Rutin Daerah (PRD), dan Elastisitas PAD terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Pasuruan periode 2001-2008. Model analisis yang digunakan adalah model derajat desentralisasi fiskal, tingkat kemandirian daerah, dan elastisitas PAD. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dengan menggunakan model derajat desentralisasi fiskal hasilnya rendah sekali yaitu 8,11 % dan mempunyai pola hubungan keuangan antara pemerintah pusat dengan pemerintah daerah yang bersifat instruktif. Tingkat kemandirian daerah Kabupaten Pasuruan termasuk dalam kategori rendah sekali yaitu 18,01 % dan mempunyai pola hubungan keuangan antara pemerintah pusat dengan pemerintah daerah yang bersifat instruktif. Koefisien elastisitas PAD terhadap PDRB sebesar 0,81 % dinyatakan inelastis (e < 1) artinya perubahan PAD tidak peka terhadap pereubahan PDRB yang terjadi. Kata kunci : otonomi daerah, derajat desntralisasi fiskal, tingkat kemandirian daerah, elastisitas PAD. xi

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tuntutan reformasi di segala bidang yang didukung oleh sebagian masyarakat Indonesia dalam menyikapi berbagai permasalahan di daerah akhir-akhir ini, membawa dampak terhadap hubungan keuangan antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Salah satu unsur reformasi total tersebut adalah tuntutan pemberian otonomi yang luas kepada daerah (Pemerintah Daerah), yang di kenal dengan kebijakan otonomi daerah. Dalam pelaksanaan diharapkan sesuai dengan prinsip-prinsip demokrasi, peran serta masyarakat, pemerataan, keadilan, potensi dan keanekaragaman daerah dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia. Jadi, otonomi daerah merupakan sarana untuk meningkatkan pelayanan dan kesejahteraan masyarakat yang semakin membaik. Alasan-alasan yang menyebabkan lahirnya tuntutan tersebut adalah; pertama, intervensi pemerintah pusat yang terlalu besar di masa yang lalu telah menimbulkan masalah rendahnya kapabilitas dan efektifitas pemerintah daerah dalam mendorong proses pembangunan dan kehidupan demokrasi di daerah. Hal tersebut menyebabkan inisiatif dan prakarsa daerah cenderung mati sehingga pemerintah daerah 1

2 seringkali menjadikan pemenuhan peraturan sebagai tujuan, dan bukan sebagai alat untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat. Kedua, otonomi daerah merupakan jawaban untuk memasuki era new game yang membawa new rules pada semua aspek kehidupan manusia di masa yang akan datang. Di era seperti ini, dimana globalization cascade sudah semakin meluas, pemerintah akan semakin kehilangan kendali pada banyak persoalan, seperti pada perdagangan internasional, informasi, serta transaksi keuangan (Mardiasmo, 2002:3-4). Pelaksanaan otonomi daerah sebagai implementasi Undang-Undang No.22 Tahun 1999 tentang pemerintahan daerah dan Undang-Undang No.25 Tahun 1999 tentang perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan daerah telah digulirkan pada 1 Januari 2001. Adanya Undang-Undang tersebut telah mengakibatkan pergeseran paradigma penyelenggaraan pemerintah dari paradigma sentralistis ke arah desentralisasi yang ditandai dengan pemberian otonomi yang luas dan nyata kepada daerah. Perubahan paradigma juga merupakan kesempatan yang penting bagi pemerintah daerah untuk membuktikan kesanggupannya dalam melaksanakan urusan-urusan pemerintahan lokal sesuai dengan keinginan dan kebutuhan masyarakat lokal. Banyak harapan yang dimungkinkan dari penerapan otonomi daerah, seiring dengan itu tidak sedikit pula masalah, tantangan, dan kendala yang dihadapi daerah. Oleh karena itu, pemerintah mengeluarkan Undang-Undang No.32 Tahun 2004 tentang pemerintahan daerah dan Undang-Undang No.33 Tahun 2004 tentang perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan

3 pemerintah daerah. Kebijakan otonomi daerah ini memberikan kewenangan yang luas, nyata, dan bertanggung jawab, tiap-tiap pemerintah kabupaten/kota mempunyai hak untuk mengatur dan mengurusi sendiri urusan pemerintahan menurut asas otonomi dan tugas pembantuan, sebagaimana tercantum dalam pasal 2 ayat (2) Undang-Undang No.32 Tahun 2004 (Hermansyah, 2007:2). Pengalihan pembiayaan atau desentralisasi fiskal secara singkat dapat diartikan sebagai suatu proses distribusi anggaran dari tingkat pemerintahan yang lebih tinggi kepada pemerintahan yang lebih rendah, untuk mendukung fungsi atau tugas pemerintahan dan pelayanan publik sesuai dengan banyaknya kewenangan bidang pemerintahan yang dilimpahkan (Saragih, 2003: 83). Dalam desentralisasi fiskal, komponen dana perimbangan merupakan sumber penerimaan daerah yang sangat penting. Dana perimbangan merupakan inti dari desentralisasi fiskal. Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah merupakan salah satu bentuk hubungan dari sekian banyak hubungan antara pemerintah pusat dan daerah. Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah merupakan suatu sistem hubungan keuangan yang bersifat vertikal antara pemerintah pusat dan daerah (intergovernmental fiscal relations system), sebagai konsekuensi dari pelaksanaan otonomi daerah dalam bentuk penyerahan sebagian wewenang pemerintahan. Ada perbedaan sudut pandang di dalam menyikapi masalah dana perimbangan ini. Di satu sisi, adanya dana perimbangan dalam otonomi

4 daerah merupakan bentuk tanggung jawab dari pemerintah pusat atas berjalannya proses otonomi daerah. Hal ini juga sebagai wujud bahwa walaupun sistem yang diterapkan adalah sistem otonomi daerah, akan tetapi tetap dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia. Namun di sisi yang lain, adanya dana perimbangan yang terlalu besar akan menimbulkan persepsi bahwa daerah tersebut tidak mandiri secara fiskal dan akan sampai pada kesimpulan akhir bahwa otonomi daerah tidak efektif untuk dilaksanakan. Pengalaman selama ini menunjukkan bahwa hampir di semua daerah prosentase Pendapatan Asli Daerah (PAD), relatif lebih kecil, sekitar 25% dari Total Penerimaan Daerah (TPD). Pada umumnya APBD (Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah) suatu daerah didominasi oleh sumbangan pemerintah pusat dan sumbangan-sumbangan lain, yang diatur dengan peraturan perundang-undangan, yaitu sekitar 75% dari Total Penerimaan Daerah (TPD). Hal ini menyebabkan daerah masih tergantung kepada pemerintah pusat, sehingga kemampuan daerah untuk mengembangkan potensi yang mereka miliki menjadi sangat terbatas. Rendahnya Pendapatan Asli Daerah (PAD) suatu daerah bukanlah disebabkan oleh karena secara struktural daerah memang miskin atau tidak memiliki sumber-sumber keuangan yang potensial, tetapi lebih banyak disebabkan oleh kebijakan pemerintah pusat. Selama ini sumber-sumber keuangan yang potensial dikuasai oleh pusat (Yani, 2002: 3). Kiranya sangat disadari arti pentingnya faktor kemampuan keuangan dalam menunjang penyelenggaraan otonomi daerah, sehingga mendapatkan

5 perhatian yang besar dan sungguh-sungguh baik oleh Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota itu sendiri maupun oleh Pemerintah Daerah Provinsi di seluruh Indonesia. Berkaitan dengan ciri kemampuan suatu daerah dalam berotonomi seperti yang diuraikan di atas maka diharapkan tingkat ketergantungan kepada pemerintah pusat mempunyai proporsi yang semakin kecil dan Pendapatan Asli Daerah (PAD) harus menjadi bagian terbesar dalam memobilisasi dana dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah. Sumbangan Pendapatan Asli Daerah (PAD) terhadap Total Penerimaan Daerah (TPD) merupakan salah satu tolak ukur dalam pelaksanaan otonomi daerah. Kabupaten Pasuruan merupakan salah satu daerah otonom yang berada di wilayah Jawa Timur yang juga menyusun Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) setiap tahunnya sebagaimana yang dilaksanakan oleh daerah lain baik di Jawa Timur maupun di Indonesia. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) digunakan untuk mengidentifikasi jenis dan besar penerimaan yang diterima serta belanja yang harus dikeluarkan oleh pemerintah Kabupaten Pasuruan agar perencanaan keuangan daerahnya dapat dilaksanakan secara efektif dan efisien. Total Penerimaan Daerah (TPD) yang terdapat dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Kabupaten Pasuruan tahun 2001 sampai dengan tahun 2003, secara garis besar terdiri dari sisa lebih perhitungan anggaran tahun lalu, Pendapatan Asli Daerah (PAD), dana perimbangan, lain-lain pendapatan yang sah, serta pinjaman pemerintah

6 daerah. Sedangkan dari tahun 2004 sampai dengan tahun 2008 seiring dengan perubahan laporan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD), secara garis besar Total Penerimaan Daerah (TPD) terdiri dari total pendapatan daerah yang meliputi Pendapatan Asli Daerah (PAD), dana perimbangan, dan lain-lain pendapatan yang sah ditambah dengan penerimaan pembiayaan. Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Pasuruan mengalami peningkatan dari tahun 2001 sampai dengan 2003. Sedangkan pada Tahun 2004 mengalami penurunan sebesar Rp 61.382,59 juta. Kemudian pada tahun 2005 sampai dengan 2008 kembali mengalami peningkatan. Dana perimbangan yang terdiri dari Bagi Hasil Pajak dan Bukan Pajak (BHPBP), Dana Alokasi Umum (DAU), Dana Alokasi Khusus (DAK), dan dana perimbangan dari provinsi juga mengalami peningkatan dari tahun 2001 sampai dengan 2003. Sedangkan pada tahun 2004 dan 2005 mengalami penurunan menjadi Rp 467.324,32 juta dan Rp 463.836,23 juta. Kemudian pada tahun 2006 sampai dengan 2008 kembali mengalami peningkatan. Total Penerimaan Daerah (TPD) Kabupaten Pasuruan mengalami peningkatan dari tahun 2001 sampai dengan 2003. Pada tahun 2004 dan 2005 mengalami penurunan sebesar Rp 685.544,39 juta dan Rp 661.693,97 juta. Total Penerimaan Daerah (TPD) kembali meningkat pada tahun 2006 sampai dengan 2008. Dapat dicermati bahwa selama delapan tahun periode pengamatan pada laporan penerimaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD), Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana perimbangan yang terdiri dari Bagi

7 Hasil Pajak dan Bukan Pajak (BHPBP), Dana Alokasi Umum (DAU), dan Dana Alokasi Khusus (DAK), serta Total Penerimaan Daerah (TPD) pada tahun 2001 sampai dengan dengan tahun 2008 mengalami fluktuasi. Meskipun Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Pasuruan mengalami fluktuasi perlu diketahui lebih lanjut seberapa besar kemampuan keuangan Kabupaten Pasuruan dalam melaksanakan otonomi daerah. Oleh karena itu, perlu diketahui pula besarnya Bagi Hasil Pajak dan Bukan Pajak (BHPBP), sumbangan dan bantuan, total penerimaan, serta pinjaman daerah yang merupakan komponen dari alat ukur untuk mengetahui besarnya kemampuan keuangan daerah dalam melaksanakan otonomi yang berupa derajat desentralisasi fiskal dan tingkat kemandirian keuangan. Kinerja keuangan daerah selain dapat dilihat dari derajat desentralisasi fiskal dan tingkat kemandirian keuangan, juga dapat dilihat dari elastisitas Pendapatan Asli Daerah (PAD) terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Berdasarkan uraian di atas, untuk dapat mengetahui kemampuan keuangan Kabupaten Pasuruan dalam melaksanakan otonomi daerah selama tahun 2001 sampai dengan 2008, oleh karena itu penulis melakukan penelitian dengan judul Analisis Kemandirian Keuangan Daerah Pemerintah Kabupaten Pasuruan pada Era Otonomi Daerah (Periode 2001-2008)

8 1.2 Rumusan Masalah Rumusan masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini antara lain : 1. Seberapa besar derajat desentralisasi fiskal Kabupaten Pasuruan pada era otonomi daerah? 2. Seberapa besar tingkat kemandirian keuangan daerah Kabupaten Pasuruan pada era otonomi daerah? 3. Seberapa besar elastisitas PAD terhadap PDRB Kabupaten Pasuruan pada era otonomi daerah? 1.3 Tujuan Penelitian Adapun tujuan yang diharapkan dari penelitian ini antara lain adalah untuk mengetahui : 1. Seberapa besar derajat desentralisasi fiskal Kabupaten Pasuruan pada era otonomi daerah. 2. Seberapa besar tingkat kemandirian keuangan daerah Kabupaten Pasuruan pada era otonomi daerah. 3. Seberapa besar elastisitas PAD terhadap PDRB Kabupaten Pasuruan pada era otonomi daerah.

9 1.4 Manfaat Penelitian Manfaat yang didapatkan dari penelitian ini antara lain : 1. Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi sumbangan bagi pengembangan Ilmu Ekonomi, khususnya Ilmu Ekonomi Publik. 2. Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi gambaran dan masukan bagi Pemerintah Kabupaten Pasuruan dalam melaksanakan otonomi daerah yang lebih baik. 3. Hasil penelitian diharapkan dapat dimanfaatkan sebagai bahan informasi serta bahan perbandingan bagi peneliti lain dalam penelaahan lebih lanjut.