HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP PERILAKU PASANGAN DENGAN KEPUASAN PERNIKAHAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. sebuah perkawinan seseorang akan memperoleh keseimbangan hidup baik secara

KEPUASAN PERNIKAHAN DITINJAU DARI KEMATANGAN PRIBADI DAN KUALITAS KOMUNIKASI

SUSI RACHMAWATI F

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak pernah terlepas dari

BAB I PENDAHULUAN. pembagian tugas kerja di dalam rumah tangga. tua tunggal atau tinggal tanpa anak (Papalia, Olds, & Feldman, 2008).

PEDOMAN WAWANCARA. Untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi penyesuaian dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. terbatas berinteraksi dengan orang-orang seusia dengannya, tetapi lebih tua,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. perkembangan dan menyelesaikan tugas-tugas perkembangan dimulai dari lahir, masa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam membangun hidup berumah tangga perjalanannya pasti akan

BAB I PENDAHULUAN. Santrock (dalam Dariyo, 2003) masa dewasa awal ditandai dengan adanya transisi

Secara kodrat manusia sebagai makhluk yang tidak dapat hidup tanpa orang lain, saling

HUBUNGAN ANTARA KEPUASAN SEKSUAL DENGAN KEPUASAN PERNIKAHAN SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA INTENSITAS KOMUNIKASI SUAMI ISTRI DENGAN KECENDERUNGAN BERSELINGKUH PADA ISTRI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. hakekat itu, manusia selalu berusaha untuk selalu memenuhi kebutuhannya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berdasarkan agama dan kepercayaan masing-masing untuk menjalani hidup bersama.

memberi-menerima, mencintai-dicintai, menikmati suka-duka, merasakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berpasang-pasangan. Allah SWT telah menentukan dan memilih jodoh untuk

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP PERCERAIAN ORANG TUA DENGAN OPTIMISME MASA DEPAN PADA REMAJA KORBAN PERCERAIAN. Skripsi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dewasa dikatakan waktu yang paling tepat untuk melangsungkan pernikahan. Hal

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. adalah intimancy versus isolation. Pada tahap ini, dewasa muda siap untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kualitas Perkawinan. Definisi lain menurut Wahyuningsih (2013) berdasarkan teori Fowers dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Manusia adalah salah satu individu yang menjadi bagian dari ciptaan-

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa dewasa adalah masa awal individu dalam menyesuaikan diri terhadap

BAB I PENDAHULUAN. penting. Keputusan yang dibuat individu untuk menikah dan berada dalam

Disusun Oleh : EVA NADIA KUSUMA NINGRUM Telah disetujui unuk mengikuti Ujian Skripsi. Menyetujui, Pembimbing Utama

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa (Undang-Undang No.1 Tahun

PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. keluarga yang harmonis. Dalam berumah tangga setiap pasang terkadang

BAB I PENDAHULUAN. seorang laki-laki dan perempuan sama-sama memiliki hak dan kewajiban didalam

BAB I PENDAHULUAN. (laki-laki dan perempuan), secara alamiah mempunyai daya tarik menarik. perkawinan antara manusia yang berlaian jenis itu.

BAB I PENDAHULUAN. ). Sedangkan Semua agama ( yang diakui ) di Indonesia tidak ada yang. menganjurkan untuk menceraikan istri atau suami kita.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Manusia sebagai makhluk sosial tidak terlepas dari individu lain,

BAB I PENDAHULUAN. kompleks. Semakin maju peradaban manusia, maka masalah-masalah yang

A. LATAR BELAKANG Perselingkuhan dalam rumah tangga adalah sesuatu yang sangat tabu dan menyakitkan sehingga wajib dihindari akan tetapi, anehnya hal

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia merupakan makhluk hidup yang lebih sempurna dari

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Di era sekarang perceraian seolah-olah menjadi. langsung oleh Direktorat Jenderal Badan Peradilan Agama Mahkamah

MENGATASI KONFLIK RUMAH TANGGA (STUDI BK KELUARGA)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Maha Esa kepada setiap makhluknya. Kelahiran, perkawinan, serta kematian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Membangun dan mempertahankan hubungan dengan pasangan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya, perkawinan merupakan kehidupan yang berpijak pada rasa

BAB l PENDAHULUAN. berikut : pernikahan adalah ikatan lahir batin antara suami istri denga tujuan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia diciptakan sebagai makhluk sosial yang memiliki dorongan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Kelahiran, perkawinan serta kematian merupakan suatu estafet kehidupan

BAB 1 PENDAHULUAN. Sepanjang sejarah kehidupan manusia, pernikahan merupakan

HUBUNGAN KEMATANGAN EMOSI DENGAN PENYESUAIAN DIRI PADA MASA PERNIKAHAN AWAL

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan orang lain, atau dengan kata lain manusia mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. mahluk Allah SWT, tanpa perkawinan manusia tidak akan melanjutkan sejarah

LAMPIRAN I GUIDANCE INTERVIEW Pertanyaan-pertanyaan : I. Latar Belakang Subjek a. Latar Belakang Keluarga 1. Bagaimana anda menggambarkan sosok ayah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Kehidupan manusia seringkali terjadi konflik yang tidak dapat

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 1989, dan telah diubah dengan Undang-undang No. 3 Tahun 2006,

BAB I PENDAHULUAN. keluarga. Sebagai unit terkecil dalam masyarakat, keluarga memerlukan organisasi

PERBEDAAN PENYESUAIAN SOSIAL PASCA PERCERAIAN ANTARA WANITA BEKERJA DAN WANITA TIDAK BEKERJA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebahagiaan merupakan keadaan psikologis yang ditandai dengan tingginya

BAB IV ANALISIS YURIDIS TERHADAP ALASAN-ALASAN MENGAJUKAN IZIN PERCERAIAN PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN KANTOR PEMERINTAHAN KABUPATEN GRESIK

BAB I PENDAHULUAN. 40 tahun. Pada masa ini, orang-orang mencari keintiman emosional dan fisik

BAB I PENDAHULUAN. didambakan tersebut menjadi hukum alam dalam diri tiap manusia. Akan tetapi,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terdiri dari ayah, ibu, dan anak. Keluarga merupakan sekumpulan orang yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. (UU No. 1 tahun 1974 tentang perkawinan dalam Libertus, 2008). Keputusan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. di dalamnya terdapat komitmen dan bertujuan untuk membina rumahtangga serta

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia memiliki fitrah untuk saling tertarik antara laki-laki dan

BAB I PENDAHULUAN. penuh kedamaian, kesejukan, dan ketenangan lahir batin dalam lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang terlahir di dunia ini pasti akan mengalami pertumbuhan dan proses

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. tugas dan sumber-sumber ekonomi (Olson and defrain, 2006).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tahap perkembangan psikososial Erikson, intimacy versus isolation, merupakan isu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Purwadarminta (dalam Walgito, 2004, h. 11) menjelaskan

BAB I PENDAHULUAN. ini adalah bagian dari jenjang atau hierarki kebutuhan hidup dari Abraham Maslow, yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Aji Samba Pranata Citra, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Manusia merupakan makhluk individu dan sosial. Makhluk individu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menikah merupakan saat yang penting dalam siklus kehidupan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian tentang peranan Peradilan Agama dalam

BAB 5 SIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sarana untuk bergaul dan hidup bersama adalah keluarga. Bermula dari keluarga

BAB I PENDAHULUAN. istri adalah salah satu tugas perkembangan pada tahap dewasa madya, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kemudian dilanjutkan ke tahapan selanjutnya. Salah satu tahapan individu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori subjective well-being

BAB I PENDAHULUAN. matang baik secara mental maupun secara finansial. mulai booming di kalangan anak muda perkotaan. Hal ini terjadi di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. karena adanya hubungan darah, perkawinan atau adopsi dan saling berinteraksi satu sama

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. cinta dan tanggung jawab terhadap orang yang dicintai. Perkawinan idealnya

PERKAWINAN USIA MUDA DAN PENGARUHNYA TERHADAP TINGKAT PERCERAIAN DI WILAYAH HUKUM PENGADILAN AGAMA SUKOHARJO

BAB II KAJIAN PUSTAKA. proses penyesuaian diri seseorang dalam konteks interaksi dengan lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. agar kehidupan di alam dunia berkembang biak. Perkawinan merupakan salah

GAMBARAN KEPUASAN PERNIKAHAN PADA ISTRI YANG TELAH MENIKAH TIGA TAHUN DAN BELUM MEMILIKI ANAK KEUMALA NURANTI ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. tentang orang lain. Begitu pula dalam membagikan masalah yang terdapat pada

PENYESUAIAN PERKAWINAN PADA JANDA YANG MENIKAH LAGI DI KALANGAN ETNIS ARAB

METODE PENELITIAN Disain, Lokasi, dan Waktu Penelitian Teknik Penarikan Contoh

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkawinan dalam agama Islam disebut Nikah yang berarti

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. interpersonal sebagai kemampuan-kemampuan yang dimiliki seseorang dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Perselingkuhan sebagai..., Innieke Dwi Putri, FIB UI, Universitas Indonesia

perkawinan yang buruk dimana apabila antara suami istri tidak mampu lagi mencari jalan penyelesaian masalah yang dapat memuaskan kedua belah pihak (Hu

BAB I PENDAHULUAN. pernikahan. Berdasarkan Undang Undang Perkawinan no.1 tahun 1974,

BAB I PENDAHULUAN. Manusia memerlukan mitra untuk mengembangkan kehidupan yang layak bagi

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI KEHARMONISAN KELUARGA DENGAN KENAKALAN REMAJA. NASKAH PUBLIKASI Diajukan kepada Fakultas Psikologi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam pelaksanaan upacara perkawinan, setiap suku bangsa di Indonesia memiliki

BAB IV ANALISIS DATA

Transkripsi:

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP PERILAKU PASANGAN DENGAN KEPUASAN PERNIKAHAN SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta Untuk memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh Derajad Sarjana S-1 Psikologi Disusun Oleh : AJI SURYONO PUTRO F 100 050 269 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2010

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia senantiasa hidup, berkembang sesuai dengan pengalaman yang diperoleh melalui proses belajar dalam hidupnya. Manusia tercipta sebagai makhluk individu dan makhluk sosial. Sebagai makhluk sosial manusia senantiasa membutuhkan orang lain, selalu berinteraksi, saling bersosialisasi maupun bertukar pengalaman serta untuk meneruskan keturunan. Meneruskan keturunan dapat ditempuh melalui proses pernikahan, yang kemudian terbentuklah sebuah keluarga. Keluarga yang tidak terjaga keutuhan susunan organisasi rumahtangganya akan melahirkan anak-anak yang tidak atau berkualitas, karena anak-anak memperoleh pendidikan yang tidak tepat dari orang tuanya. Keluarga ideal bukanlah kehidupan keluarga tanpa riak, gelombang, ombak dan pasang surut. Melainkan keluarga yang mampu mengenali riak, gelombang, dan pasang surut tersebut. Sebagaimana keluarga tersebut dapat mengenali masalah yang terjadi, mengelola masalah kemudian menyelesaikannya dengan tetap mengandalkan kekompakan anggota keluarga (Musdalifah, 2007). Mereka yang telah menjadi suami-istri perlu dapat saling menghargai dan menghormati, saling mencintai dan menyayangi dan terus berusaha menciptakan keluarga yang rukun bahagia, dengan demikian perkawinan tidak diarahkan kepada aspek untuk mendapatkan keturunan saja tetapi lebih diarahkan kepada 1

2 aspek pengembangan pribadi suami-istri sebagai pelaku perkawinan (Janssen, dalam Angeline dan Masli, 2000). Hal senada diungkapkan oleh Greertz (1983) yang menyatakan bahwa hakekat perkawinan adalah pengaturan perilaku kehidupan antara pria-wanita yang diartikan sebagai suatu cara hidup bersama dalam hubungan perkawinan. Sehingga dalam hidup bersama inilah masingmasing pribadi berkembang sesuai kepriaan dan kewanitaanya masing-masing. Dalam kehidupan nyata tidak semua hidup perkawinan dapat berjalan sebagaimana mestinya. Banyak di antara mereka yang tidak sejalan, yaitu antara suami-istri tidak dapat saling menyesuaikan dan bahkan tidak dapat menerima lagi suami atau istri sebagai pasangan hidupnya. Banyak orang terlalu cepat merasa tidak puas dalam kehidupan perkawinan yang mungkin baru saja dijalani beberapa saat. Seringkali mereka tidak sadar, bahwa mereka sendirilah yang membuka peluang bagi ketidakpuasan tersebut karena sejak awal mereka sudah menaruh harapan dan impian yang terlalu tinggi baik terhadap pasangan maupun terhadap kehidupan perkawinan itu sendiri. Setelah mereka menghadapi kenyataan hidup yang sebenarnya, mereka lantas merasa kecewa dan mulai menyalahkan pasangannya. Perkawinan yang memuaskan adalah perkawinan yang membahagiakan ke dua belah pihak (Knok, 1988). Kepuasaan itu bersifat subjektif, kepuasan yang dirasakan oleh seseorang berbeda dengan yang lainnya. Perkawinan merupakan suatu proses yang dinamis. Dalam perkawinan akan tercipta relasi yang memuaskan apabila terdapat kebersamaan dalam melakukan aktivitasnya, saling

3 berbagi secara menguntungkan bagi ke dua belah pihak, dan menggunakan waktu bersama yang menyenangkan. Tidak selamanya mudah untuk bisa memahami perilaku suami atau istri, perlu waktu yang lama bahkan bantuan dari pihak lain. Sehingga ada beberapa hal yang bisa membantu suami istri agar dapat memahami perilaku pasangannya, diantaranya: Menyamakan pandangan, Memahami latar belakang dan karakter pasangan, Meluruskan persepsi, membangun empati, bersikap asertif, dan yang terakhir mendekatkan diri pada Allah (Ama, 2005). Untuk memahami diri sendiri ajaran jawa mengajarkan pada seseorang untuk melalui lima tahapan yaitu nanding sariro yaitu membandingkan diri sendiri dengan orang lain, ngukur sariro yaitu menjadikan diri sendiri sebagai tolak ukur, tepo saliro yaitu bagaimana sesorang seharusnya memperlakukan orang lain sesuai dengan perlakuan yang pernah diterimanya, mawas diri yaitu mengamati atau niteni perasaan sendiri, dan mulat sariro yaitu seseorang diharapkan mampu melepaskan diri dari diri sendiri, mengambil jarak agar mampumengawasi diri sendiri (jatman, 1985). Lima tahapan tersebut menunjukkan bahwa untuk mengembangkan diri dan mampu mengawasi diri sendiri seorang suami maupun istri harus mempersepsikan perilaku pasangannya. Pertengkaran suami Istri disebabkan oleh seribu satu penyebab. Sejujurnya bisa dengan mudah ditemukan sederet daftar panjang sumber pertengkaran hanya dari masalah komunikasi, masalah seks, masalah keuangan, masalah mendidik anak, masalah ekonomi. Namun kita perlu ketahui bahwa hampir semua konflik atau pertengkaran pasangan suami istri memiliki satu akar yang hampir mirip

4 yaitu tak terpenuhinya harapan dan kebutuhan. Di sinilah letak pangkal masalahnya yaitu persepsi tentang pasangan akan menumbuhkan harapan-harapan tertentu terhadap kebutuhan dalam pernikahan. Resiko dari setiap harapan adalah kekecewaan, dan kekecewaan itulah yang akan mempertajam perselisihan dan memperlemah kemampuan menyesuaikan diri. Sebagai suami-istri segala kebutuhan yang berbada harus diarahkan untuk kebutuhan bersama. Suami-istri tidak lagi saling menutup diri, tidak ada yang mementingkan diri sendiri dan semua kebutuhan rumah tangga seharusnya didiskusikan bersama. Untuk dapat melakukan hal itu suami-istri harus terus saling belajar dan saling menyesuaikan diri supaya tujuan keluarga tidak saling bertentangan. Ikatan perkawinan mestinya berlangsung seumur hidup, dan diharapkan pasangan suami-istri mampu menjaga dan mengembangkan ikatan tersebut. Lingren (1996) menyatakan bahwa setiap pasangan suami-istri setiap saat memiliki kesempatan untuk membangun kehidupan perkawinannya. Pasangan suami-istri itu dapat diibaratkan sebagai pematung yang berusaha memahat, membentuk dan membangun kehidupan mereka bersama-sama. Baik suami maupun istri memiliki keterbatasan baik dalam imajinasi, keberanian dan keterampilan, serta perbedaan tingkat kebebasan untuk menciptakan bentuk dari kehidupan perkawinannya. Oleh karena itu untuk dapat menuju kepada bentuk yang diinginkan bersama harus dilakukan pendekatan, sebelum menciptakan bentuk tertentu.

5 Dalam perkawinan terdapat dua orang yang berbeda persepsi terhadap relasi perkawinan, berbeda kebutuhan, serta terdapat dua set harapan-harapan yang terlibat di dalamnya. Bagi dua orang yang berkemauan positif, mereka akan mendiskusikan kemungkinan masa depan mereka secara bersama, dan memperbaiki perbedaan-perbedaan yang muncul. Dengan persepsi yang positif terhadap pasangan maka permasalahan perkawinan mudah teratasi dan kepuasan pernikahan lebih dapat diharapkan. Pasangan suami-istri yang mempunyai tingkat kepuasaan tinggi lebih mampu menyesuaikan diri dengan pasangannya, sehingga dapat mengurangi kebingungan dan kesalahan serta mampu memahami bagaimana proses pesan disampaikan dan diterima (Laswell dan Laswell, 1987). Hubungan pasangan suami-istri tidak selalu membuahkan hubungan yang selaras dan serasi. Terdapat pula perkawinan-perkawinan yang sejak awal dipenuhi dengan perbedaanperbedaan, baik perbedaan status sosial ekonomi, perbedaan tingkat pendidikan, hobi, agama maupun perbedaan yang lain. Ketika terjadi ketidak cocokan minat atau kemauan antara ke duanya maka hal ini harus dipecahkan dengan melibatkan pemikiran yang sadar, serta penuh pertimbangan. Seseorang (baik suami maupun istri) mungkin akan mempertimbangkan kemungkinan-kemungkinan pemecahan yang ada, menginterpretasikan situasi, mempertimbangkan perasaan-perasaannya, dan akhirnya mengambil keputusan apakah akan berperilaku menuruti kemauan diri sendiri atau bersedia berkurban demi menjaga keberlangsungan hubungan (Van Lange, dkk., 1997a).

6 Kepuasan perkawinan secara umum di pengaruhi oleh kesediaan berkorban suami maupun istri (Van Lange, dkk., 1997a). Lebih jauh Van lange mengatakan bahwa kesediaan berkorban berhubungan dengan fungsi pasangan yang oleh sebagian orang disebut sebagai penyesuaian diadik, karena semakin baik fungsi pasangan otomatis semakin baik pula penyesuaian diadiknya. Dari uraian di atas, peneliti tertarik untuk meneliti lebih lanjut tentang kaitan antara persepsi terhadap pasangan dengan kepuasan pernikahan. Oleh karena itu dirumuskan masalah sebagai berikut Apakah Ada Hubungan Antara Persepsi Terhadap Perilaku Pasangan Dengan Kepuasan Pernikahan. Dari rumusan masalah peneliti mengambil judul Korelasi Antara Persepsi Terhadap Perilaku Pasangan Dengan Kepuasan Pernikahan. B. Tujuan Penelitian Penelitian ini memiliki tujuan untuk : 1. Mengetahui Hubungan antara persepsi terhadap pasangan dengan kepuasan pernikahan. 2. Mengetahuin Tingkat persepsi terhadap pasangan 3. Mengetahui Tingkat Kepuasan pernikahan subjek penelitian.

7 C. Manfaat Penelitian Penelitian ini bermanfaat sebagai berikut : 1. Bagi Subjek : Hasil penelitian ini diharapkan membantu memberikan informasi atau pengetahuan tentang bagaimana pernikahan yang memuaskan bagi pasangan suami-istri agar hubungan di antara mereka lebih berkembang 2. Fakultas Psikologi : Hasil penelitian ini diharapkan membantu memberikan informasi bagi Fakultas Psikologi dalam menberikan penyuluhan-penyuluhan yang berkaitan dengan hidup perkawinan 3. Peneliti yang lain : Hasil penelitian ini diharapkan membantu memberikan informasi dan pengetahuan yang baru bagi peneliti yang ingin meneliti kepuasan pernikahan. 4. Bagi ilmuan Psikologi : Hasil penelitian ini diharapkan membantu memberikan informasi atau pengetahuan bagi ilmuan psikologi yang lain tentang bagaiman membina sebuah keluarga yang bisa memuaskan.