UJI EFEKTIVITAS REBUSAN BELIMBING WULUH (Averrhoa bilimbi) SEBAGAI PENGAWET ALAMI PADA IKAN TERI JENGKI (Stolephorus heterolobus) ASIN KERING

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. macam belimbing yaitu belimbing manis (Averrhoa carambola) dan

BAB I PENDAHULUAN. Kandungan gizi pada ikan adalah protein, lemak, vitamin-vitamin, mineral,

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan Negara kepulauan terbesar di dunia (archipelagic state).

UJI ORGANOLEPTIK DAN KEAWETAN IKAN TERI ASIN HASIL PENGASINAN MENGGUNAKAN ABU PELEPAH KELAPA

KADAR PHOSPOR (P) DAN ZAT BESI (Fe) IKAN TERI ASIN HASIL PENGASINAN MENGGUNAKAN AIR ABU PELEPAH KELAPA

BAB I PENDAHULUAN. kelompok dari Familia Palmae dan disebut juga Cocos nucifera L dan banyak

CARA PEMINDANGAN DAN KADAR PROTEIN IKAN TONGKOL (Auxis thazard) DI KABUPATEN REMBANG

I. PENDAHULUAN. daratan Malaya. Belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi Linn.) banyak ditemui

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. perikanan yang sangat besar. Oleh karena itu sangat disayangkan bila. sumber protein hewani, tingkat konsumsi akan ikan yang tinggi

I. PENDAHULUAN. Identifikasi Masalah, (1.3) Tujuan Penelitian, (1.4) Manfaat Penelitian, (1.5)

BAB I PENDAHULUAN. seluruh bagian tanaman kelapa mempunyai manfaat yang besar. Demikian. (The Tree of Life) atau pohon yang amat

BAB I PENDAHULUAN. pangan adalah mencegah atau mengendalikan pembusukan, dimana. tidak semua masyarakat melakukan proses pengawetan dengan baik dan

BAB I PENDAHULUAN. makanan yang halal dan baik, seperti makan daging, ikan, tumbuh-tumbuhan, dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Daging ayam merupakan sumber protein hewani yang mudah dimasak

BAB I PENDAHULUAN. makanan sangat terbatas dan mudah rusak (perishable). Dengan pengawetan,

I. PENDAHULUAN. di antara pulau lain, namun tingkat endemik masih kalah dibandingkan dengan

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ikan merupakan salah satu hasil kekayaan alam yang banyak digemari oleh masyarakat Indonesia untuk dijadikan

BAB I PENDAHULUAN. protein hewani yang mengandung omega-3 dan protein yang cukup tinggi sebesar

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. penting dalam pemenuhan kebutuhan gizi, karena memiliki protein yang

BAB I PENDAHULUAN. pertambahan penduduk, perkembangan ekonomi, perubahan gaya hidup serta kesadaran

UJI ORGANOLEPTIK DAN MIKROBIOLOGI TELUR ASIN MENGGUNAKAN PERENDAMAN LUMPUR SAWAH NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

NASKAH PUBLIKASI RISA DHALIA A

PENDAHULUAN. Djoko Poernomo*, Sugeng Heri Suseno*, Agus Wijatmoko**

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Astawan (2008), jambu biji merupakan buah yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. mengkonsumsi buah ini dalam keadaan segar. Harga jual buah belimbing

PENURUNAN TOTAL KOLONI BAKTERI DAGING AYAM PEDAGING

UJI ORGANOLEPTIK DAN KANDUNGAN VITAMIN C PADA PEMBUATAN SELAI BELIMBING WULUH DENGAN PENAMBAHAN BUAH KERSEN DAN BUNGA ROSELA

BAB III METODE PENELITIAN. Laboratorium Pembinaan dan Pengujian Mutu Hasil Perikanan (LPPMHP)

UJI KOMPOSISI BAHAN BAKU TERASI DENGAN MENGGUNAKAN ALAT PENCETAK TERASI

merupakan komponen terbesar dari semua sel hidup. Protein dalam tubuh pembangun, dan zat pengatur dalam tubuh (Diana, 2009). Protein sangat penting

UJI KADAR PROTEIN DAN ORGANOLEPTIK DAGING SAPI REBUS YANG DILUNAKKAN DENGAN SARI BUAH NANAS (Ananas comosus) NASKAH PUBLIKASI

Pengaruh Kitosan Sebagai Pengawet Terhadap Mutu Ikan Kembung (Rastrelliger kanagurta) Asin Dalam Upaya Memperluas Pemasaran

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN IKAN ASIN DI KELURAHAN SUMBER JAYA KECAMATAN KAMPUNG MELAYU KOTA BENGKULU

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 2 faktor, faktor pertama terdiri dari 3

PENDAHULUAN. sumber protein hewani selain daging. Telur tidak hanya dijual dalam keadaan. sekarang banyak olahan telur yang menggunakan telur puyuh.

Mutu Organoleptik dan Mikrobiologis Ikan Kembung Segar dengan Penggunaan Larutan Lengkuas Merah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Daun Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi Linn.) Daun Belimbing Wuluh mengandung flavonoid, saponin dan tanin yang

KADAR PROTEIN DAN BETAKAROTEN BAKSO IKAN TUNA YANG DIPERKAYA JAMUR MERANG (Volvariella volvaceae) DAN UMBI WORTEL NASKAH PUBLIKASI

Buletin Peternakan Edisi IV 2017 Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Prov. Sulawesi Selatan

Program Studi Teknologi Hasil Perikanan, STITEK Balik Diwa Makassar ABSTRAK

PEMANFAATAN JANTUNG PISANG KEPOK KUNING (Musa paradisiaca) TEPUNG KEDELAI DAN TEPUNG TAPIOKA SEBAGAI BAHAN TAMBAHAN PADA BAKSO DAGING SAPI

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Data hasil penelitian pengaruh penambahan garam terhadap nilai organoleptik

UJI COLIFORM FECAL PADA IKAN LELE (Clarias batracus) DAN IKAN KAKAP. (Lates calcarifer) DI WARUNG TENDA SEA FOOD SEKITAR KAMPUS

PENGARUH PENAMBAHAN EKSTRAK ROSELA

Prosiding Seminar Nasional Kefarmasian Ke-1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. nila (Oreochromis niloticus) merupakan salah satu hasil perikanan budidaya

PEMANFAATAN BIJI TURI SEBAGAI PENGGANTI KEDELAI DALAM BAHAN BAKU PEMBUATAN KECAP SECARA HIDROLISIS DENGAN MENGGUNAKAN EKSTRAK PEPAYA DAN NANAS

STUDI KASUS KADAR FORMALIN PADA TAHU DAN KADAR PROTEIN TERLARUT TAHU DI SENTRA INDUSTRI TAHU DUKUH PURWOGONDO KECAMATAN KARTASURA

KANDUNGAN VITAMIN C DAN ORGANOLEPTIK SELAI JAMBU BIJI DENGAN PENAMBAHAN EKSTRAK KELOPAK BUNGA ROSELLA DAN BUAH BELIMBING WULUH NASKAH PUBLIKASI

II. TINJAUAN PUSTAKA. Limbah adalah kotoran atau buangan yang merupakan komponen penyebab

1) Mahasiswa Program Studi THP STITEK Balik Diwa Makassar 2) Staf Pengajar Program Studi THP STITEK Balik Diwa Makassar ;

PENGARUH LAMA PENYIMPANAN SUSU KEDELAI DALAM LEMARI ES TERHADAP PERTUMBUHAN BAKTERI PSIKROFILIK

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Telur adalah salah satu sumber protein yang dikonsumsi oleh sebagian besar

BAB III METODE PENELITIAN

NASKAH PUBLIKASI. Disusun oleh : PUJI ASTUTI A

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang banyak tersebar diwilayah Asia. Jahe merah (Zingiber officinale var

AKTIVITAS ANTIBAKTERI SARI BUAH BELIMBING WULUH (Averrhoa bilimbi Linn.) TERHADAP BAKTERI PSEUDOMONAS AERUGINOSA DAN STAPHYLOCOCCUS EPIDERMIDIS

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. bahan pengolah bahan-bahan makanan. Minyak goreng berfungsi sebagai

TELUR ASIN 1. PENDAHULUAN

Deskripsi KOMPOSISI EKSTRAK DAUN BELIMBING WULUH (AVERRHOA BILIMBI L) DAN PENGGUNAANNYA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

BAB I PENDAHULUAN. Zat gizi dalam makanan yang telah dikenal adalah karbohidrat, lemak,

BAB I PENDAHULUAN. terdapat pada tepung adalah kapang, khamir, dan bakteri. Bakteri yang biasa

I PENDAHULUAN. Bab ini menjelaskan mengenai : (1) Latar Belakang Penelitian, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat

BAB I PENDAHULUAN. berupa pengawet yang berbahaya (Ismail & Harahap, 2014). Melihat dari

SIFAT KIMIA TEPUNG DAGING SAPI YANG DIBUAT DENGAN METODE PENGERINGAN YANG BERBEDA DAN SIFAT MIKROBIOLOGISNYA SELAMA PENYIMPANAN

BAB 1 PENDAHULUAN. disukai oleh masyarakat mulai dari anak-anak, remaja, dewasa, hingga

BAB I PENDAHULUAN. Kasus luka pada mulut baik yang disebabkan oleh trauma fisik maupun kimia

BAB I PENDAHULUAN. Penelitian, (6) Hipotesis Penelitian dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

Pengaruh Lama Perendaman Ikan Tuna (Thunus albacares) dengan Air Rebusan Daun Sirih (Piper betle) Terhadap Pertumbuhan Koloni Bakteri

UJI PROTEIN DAN LEMAK PADA TELUR ASIN HASIL PENGASINAN DENGAN ABU PELEPAH KELAPA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian uji organoleptik dilaksanakan di kampus Universitas Negeri Gorontalo,

PENGARUH KADAR GARAM DAN LAMA PENYIMPANAN TERHADAP KUALITAS MIKROBIOLOGI BAKASANG SEBAGAI BAHAN MODUL PEMBELAJARAN BAGI MASYARAKAT PENGRAJIN BAKASANG

I. PENDAHULUAN. Buah naga (Hylocereus polyrhizus) merupakan buah yang saat ini cukup populer

BAB I PENDAHULUAN. pada 2002, konsumsi kalsium di kalangan masyarakat baru mencapai rata-rata

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Umur Simpan Ikan Asin Sepat Siam (Trichogaster Pectoralis) Duri Lunak Dengan Pengemasan Vakum Dan Non Vakum Pada Penyimpanan Suhu Ruang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN. amino esensial yang lengkap dan dalam perbandingan jumlah yang baik. Daging broiler

UJI VITAMIN DAN MINERAL PADA TELUR ASIN HASIL PENGASINAN TANPA GARAM DAPUR

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. umumnya, teh berasal dari tanaman teh (Camellia sinensis). Teh Camellia

UJI PROTEIN DAN ORGANOLEPTIK PADA TEMPE DENGAN BAHAN DASAR JAGUNG MANIS (Zea mays saccharata)

UJI KUALITAS YOGHURT SUSU SAPI DENGAN PENAMBAHAN MADU dan Lactobacillus bulgaricus PADA KONSENTRASI YANG BERBEDA NASKAH PUBLIKASI

BAB V PEMBAHASAN. aktivitas antimikroba ekstrak daun panamar gantung terhadap pertumbuhan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilakukan Laboratorium Peternakan Universitas

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. batok sabut kelapa (lunggabongo). Sebelum dilakukan pengasapan terlebih dahulu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

KANDUNGAN VITAMIN C DAN UJI ORGANOLEPTIK FRUITHGURT KULIT BUAH SEMANGKA DENGAN PENAMBAHAN GULA AREN DAN KAYU SECANG NASKAH PUBLIKASI

Transkripsi:

UJI EFEKTIVITAS REBUSAN BELIMBING WULUH (Averrhoa bilimbi) SEBAGAI PENGAWET ALAMI PADA IKAN TERI JENGKI (Stolephorus heterolobus) ASIN KERING Lilla Puji Lestari 1), Evy Ratnasari Ekawati 2) 1),2) Dosen Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Maarif Hasyim Latif Sidoarjo Email : lillafikesumaha@gmail.com ABSTRACT This study aims to look at the effect of the boiling water treatment by dosage variation star fruit and storage of dried salted anchovy dungarees from microbiological aspects. This research used experimental laboratories methods, using factorial RAL. The results showed that the higher the dosage of boiling water star fruit significantly affect the number of bacteria (p<0, 05). While for the treatment of storage time of 6, 12 and 24 hours significantly effect of bacterial growth (p<0, 05). Keyword: Averrhoa bilimbi, Stolephorus heterolobus, Natural preservatives. PENDAHULUAN Protein ikan sangat diperlukan manusia, hal ini karena selain mudah dicerna, juga mengandung asam amino dengan struktur yang hamper sama dengan asam amino dalam tubuh manusia. Kandungan protein dan air pada ikan cukup tinggi, sehingga ikan termasuk komoditi yang mudah rusak dan busuk. Setelah dipanen, setiap spesies ikan mengalami penurunan mutu biologi, fisik, kesegaran dan nilai gizi dari ikan. Ikan memiliki kandungan lemak yang rendah, sehingga ikan sering digunakan sebagai pengganti daging yang umumnya mengandung kolesterol dalam jumlah banyak (Pakaya, et al. 2014). Ikan teri merupakan salah satu jenis ikan yang banyak terdapat di perairan laut Indonesia. Ikan ini banyak ditangkap oleh nelayan, karena memiliki arti penting sebagai bahan makanan yang dapat dimanfaatkan sebagai ikan segar maupun ikan kering. Sumber daya ikan teri yang cukup potensial ini merupakan suatu peluang untuk mengembagan usaha ikan teri kering yang telah banyak dikerjakan oleh pengolahan tradisional (Pakaya, et al. 2014). Ikan teri merupakan salah satu makanan yang biasa diawetkan dengan cara diasinkan dan dikeringkan. Ikn teri banyak dikonsumsi oleh kalangan menengah ke bawah ternyata merupakan salah satu sumber kalsium terbaik untuk mencegah pengeroposan tulang (Amrullah, 50

2012). Menurut Hendradi (2009) ikan teri merupakan sumber kalsium yang tahan dan tidak mudah larut dalam air. Ikan teri sangat baik sebagai sumber kalsium yang murah dan mudah didapat. Menurut Astawan (2008) ikan teri sangat tinggi kandungan proteinnya, yaitu 42 g/100 g teri kering asin. Sumbangan zat gizi yang sangat berarti dari ikan teri adalah mineral, kalsium, fosfor dan zat besi. Pengawetan ikan teri dengan cara penggaraman terdiri dari dua proses, yaitu proses penggaraman dan proses pengeringan. Ikan yang mengalami proses penggaraman akan menjadi lebih awet karena garam yang terdapat pada ikan kering dapat menghambat atau membunuh mikroba penyebab pembusukan ikan. Proses pengeringan ikan teri asin akan semakin menambah penurunan kadar air dalam tubuh ikan, sekaligus menjadi factor penghambat pertumbuhan mikroba (Afrianto dan Liviawati, 2010).. Belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi) merupakan tanamana buah-buahan yang mempunyai rasa asam yang sering digunakan sebagai pengawet ikan, daging, makanan ataupun sebagai bumbu sayuran. Belimbing wuluh juga telah banyak digunakan masyarakat sebagai obat batuk (Salsa, et al, 2004). Berbagai khasiat yang dimiliki oleh belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi) tersebut disebabkan karena tumbuhan ini memiliki banyak sekali kandungan senyawa antara lain saponin, flavonoid dan polifenol (mursito, etal., 2004). Terkit hal tersebut di atas, penulis terdorong untuk melakukan penelitian mengenai manfaat pemberian rebusan belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi) dengan variasi dosis dan waktu terhadap pengawetan ikan teri jengki asin kering. METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen laboratorium. Untuk mengetahui pengaruh dosis dan lama penyimpanan digunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) faktorial dengan 3 kali ulangan. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan selama 4 bulan, dimulai bulan September sampai dengan bulan Desember 2016. Penelitian dilakukan di Laboratorium Kimia Analisa Makanan dan Minuman, Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Maarif Hasyim Latif Sidoarjo Alat dan Bahan Penelitian Kompor, panci, ember plastik, plastik, pinset, pipet ukur, beaker glass, cawan petri, colony counter, mikro pipet 1000 µl, blue tip, PZ steril, MHA Prosedur Konsentrasi rebusan belimbing wuluh yang digunakan adalah 60%, 80% dan 100%. Sedangkan lama penyimpanan yang dilakukan adalah 6 jam, 12 jam dan 24 jam. Parameter uji mikrobiologi yang dilakukan adalah Total Plate Count (TPC). HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Hasil Total Plate Count (TPC) bakteri pada ikan teri jengki (Stolephorus heterolobus) asin kering yang direndam dalam berbagai variasi dosis rebusan 51

belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi) dan pada berbagai waktu penyimpanan disajikan pada Tabel 1. Tabel 1. Jumlah Bakteri pada Ikan Teri Jengki Asi Kering pada Perlakuan dengan Variasi Dosis dan Waktu Penyimpanan Waktu Hasil TPC (koloni/gram) Dosis Penyimpanan (%) TJ1 TJ2 TJ3 Rata-rata (jam) 6 6,2 x 10 4 6,0 x 10 4 6,2 x 10 4 6,1 x 10 4 60 12 4,4 x 10 4 4,9 x 10 4 4,2 x 10 4 4,5 x 10 4 24 3,4 x 10 4 4,4 x 10 4 4,0 x 10 4 3,9 x 10 4 6 5,2 x 10 4 5,8 x 10 4 5,4 x 10 4 5,5 x 10 4 80 12 4,4 x 10 4 3,5 x 10 4 4,0 x 10 4 4,0 x 10 4 24 3,3 x 10 4 3,0 x 10 4 3,3 x 10 4 3,2 x 10 4 6 4,0 x 10 4 3,9 x 10 4 3,5 x 10 4 3,8 x 10 4 100 12 3,2 x 10 4 3,2 x 10 4 3,3 x 10 4 3,2 x 10 4 24 2,5 x 10 4 2,0 x 10 4 2,4 x 10 4 2,3 x 10 4 Gambar 1. Koloni bakteri pada teri jengki asin kering yang ditumbuhkan pada MHA Pada air rebusan belimbing wuluh dosis 60% dengan masa penyimpanan 6 jam jumlah koloni bakteri yang tumbuh sebanyak 6,1 x 10 4 koloni/gram sampel. Pada masa penyimpanan 12 jam jumlah koloni bakteri yang tumbuh sebanyak 4,5 x 10 4 koloni/gram sampel dan pada masa penyimpanan 24 jam jumlah koloni bakteri yang tumbuh sebanyak 3,9 x 10 4 koloni/gram sampel. Pada air rebusan belimbing wuluh dosis 80% dengan masa penyimpanan 6 jam jumlah koloni bakteri yang tumbuh 5,5 x 10 4 koloni/gram sampel, penyimpanan 12 jam jumlah bakteri 4,0 x 10 4 koloni/gram sampel dan pada penyimpanan 24 jam jumlah koloni bakteri 3,2 x 10 4 koloni/gram sampel. Pada air rebusan belimbing wuluh dosis 100% dengan lama penyimpanan 6 jam, jumlah bakteri 3,8 x 10 4 koloni/gram sampel, penyimpanan 12 jam jumlah bakteri 3,2 x 10 4 koloni/gram sampel dan penyimpanan 24 jam jumlah bakteri 2,3 x 10 4 koloni/gram sampel. Jumlah bakteri dari 6 jam, 12 jam sampai 24 jam masa penyimpanan mengalami penurunan baik pada dosis 60%, 80% dan 100% air rebusan belimbing wuluh. Jika dibandingkan dengan standar mutu ikan teri asin kering (SNI 01-2708- 52

1992) yang menyebutkanbahwa jumlah bakteri (TPC) maksimal 1 x 10 5 koloni/gram sampel, menunjukkan bahwa jumlah bakteri yang tumbuh pada hasil penelitian ini pada air rebusan belimbing wuluh dosis 60%, 80% dan 100% dengan lama penyimpanan 6 jam, 12 jam dan 24 jam semuanya berada di bawah batas maksimalyang dipersyaratkan. Semakin besar dosis air rebusan belimbing wuluh semakin berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan bakteri (p<0,05), artinya semakin besar dosis air rebusan belimbing wuluh yang dipergunakan maka akan semakin kecil pertumbuhan bakteri. Untuk perlakuan lama penyimpanan ikan teri jengki asin kering yang telah direndam dalam air rebusan belimbing wuluh berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan bakteri (p<0,05), artinya semakin lama waktu penyimpanan ikan teri jengki kering asin yang telah direndak air rebusan belimbing wuluh, maka akan semakin kecil pertumbuhan bakteri. Pembahasan Belimbing wuluh sejenis tanaman yang mengandung senyawa-senyawa yang berfungsi sebagai antimikroba sehingga secara langsung dapat menghambat pertumbuhan mikroba. Zat asam pada belimbing wuluh dapat membuat metabolism bakteri menjadi terganggu. Terganggunya metabolism ini disebabkan oleh terjadinya pertukaran ion asam (H + ) dari lingkungan dengan tubuh bakteri. Dinding bakteri bersifat permeable dengan komponen kimiawi seperti komponen lipid dan protein, namun sifat tersebut akan hilang jika terdapat perbedaan jumlah ion H di dalam dan di luar tubuh sel bakteri, sehingga mengakibatkan membrane sel bakteri menjadi asam. Kondisi asam membuat DNA tidak melakukan proses metabolism karena membutuhkan suasana yang netral (Pakaya, et al, 2014). Menurut Afrianto dan Liviawaty (2010), membrane sitoplasma bakteri akan bersifat impermeable terhadap ion hidrogen dan ion hidroksil dan senyawasenyawa utama dari sel, seperti DNA dan ATP membutuhkan kondisi netral untuk bekerja. Kondisi ini membuat banyak bakteri yang tidak bermetabolisme sehingga tidak terjadi pertumbuhan bakteri dan berdampak pada menurunnya jumlah koloni seiring dengan lama penyimpanan. Sejalan dengan Pelczar dan Chan (1988), mekanisme kerja antimikroba dapat terjadi mealui lima cara, yaitu hambatan sintesis dinding sel, perubahan permeabilitas sel, perubahan molekul dan asam nukleat, penghambatan kerja enzim, dan hambatan sintesis asam nukleat dan protein. KESIMPULAN Dari penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa air rebusan belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi) dapat dimanfaatkan sebagai pengawet alami pada ikan teri jengki (Stolephorus heterolobus). UCAPAN TERIMAKASIH Penulis mengucapkan terimakasih yang tak terhingga kepada tim dan semua pihak yang telah banyak membantu hingga penelitian ini selesai. 53

DAFTAR PUSTAKA Afrianto, E. dan E. Liviawaty. 2010. Pengawetan dan Pengolahan Ikan. Kanisius. Yogyakarta. Amrullah, F. 2012. Kandungan Protein dan Kalsium (Ca) pada Ikan Teri Asin Hasil Pengasinan Menggunakan Abu Pelepah Kelapa. Naskah Publikasi Ilmiah. FKIP. Univ. Muhammadiyah Surakarta. Astawan, Made. 2008. Sehat dengan Hidangan Hewani. Swadaya. Jakarta. Hendradi. 2009. Ikan Teri Cegah Osteoporosis. http://www.gizi.net/cgibin/berita/fullnews.cgi?newsid10763 88924,5402. Diakses September 2016. Mursito in Andanarudin, A., Winarsih, S. dan Widayat M. 2004. Uji Efektivitas Dekok Bunga Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi) sebagai Antimikroba Terhadap Bakteri Salmonella typhii secara in vitro. Jurnal Kedokteran Brawijaya. 20 (1) : 30-34. Pakaya, Y.T., A.H., Olli dan S. Nursinar. 2014. Pemanfaatan Belimbing Wuluh Sebagai Pengawet Alami pada Ikan Teri Asin Kering. Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan. 2(2) : 93-96. Pelczar, M.J. dan E.C.S. Chan. 1988. Dasar-dasar Mikrobiologi 2. UI Press. Jakarta. Salsa in Andanarudin, A., Winarsih, S. dan Widayat M. 2004. Uji Efektivitas Dekok Bunga Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi) sebagai Antimikroba Terhadap Bakteri Salmonella typhii secara in vitro. Jurnal Kedokteran Brawijaya. 20 (1) : 30-34. SNI 01-2708-1992. Standar Nasional Indonesia : Ikan Teri Asin Kering. Bimbingan dan Pengujian Mutu Hasil Perikanan. Ditjen Perikanan. Jakarta. 54