MEREPOSISI HUBUNGAN YUDIKATIF DENGAN EKSEKUTIF DAN LEGISLATIF DALAM KONTEKS AMANDEMEN UUD 1945

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. susunan organisasi negara yang terdiri dari organ-organ atau jabatan-jabatan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. membuat UU. Sehubungan dengan judicial review, Maruarar Siahaan (2011:

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 36/PUU-XV/2017

BAB I PENDAHULUAN. di dunia berkembang pesat melalui tahap-tahap pengalaman yang beragam disetiap

Pengujian Peraturan Perundang-undangan. Herlambang P. Wiratraman Fakultas Hukum Universitas Airlangga 30 Oktober 2017

Tugas dan Fungsi MPR Serta Hubungan Antar Lembaga Negara Dalam Sistem Ketatanegaraan

BAB I PENDAHULUAN. kehakiman diatur sangat terbatas dalam UUD Buku dalam pasal-pasal yang

Hubungan Antar Lembaga Negara IRFAN SETIAWAN, S.IP, M.SI

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 29/PUU-XV/2017 Perintah Penahanan yang Termuat dalam Amar Putusan

SKRIPSI. Diajukan Guna Memenuhi Sebagai Salah Satu Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Hukum. Oleh : Nama : Adri Suwirman.

KEWEWENANGAN PRESIDEN DALAM BIDANG KEHAKIMAN SETELAH AMANDEMEN UUD 1945

REKONSTRUKSI KEDUDUKAN DAN HUBUNGAN ANTARA MAHKAMAH AGUNG, MAHKAMAH KONSTITUSI DAN KOMISI YUDISIAL DI INDONESIA. Oleh: Antikowati, S.H.,M.H.

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 70/PUU-XV/2017

BAB III GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN

DR. R. HERLAMBANG P. WIRATRAMAN MAHKAMAH KONSTITUSI FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS AIRLANGGA, 2015

PERBAIKAN RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor 26/PUU-VII/2009 Tentang UU Pemilihan Presiden & Wakil Presiden Calon Presiden Perseorangan

Pengujian Peraturan. R. Herlambang Perdana Wiratraman Departemen Hukum Negara Fakultas Hukum Universitas Airlangga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kita memiliki tiga macam dokumen Undang-undang Dasar (konstitusi) yaitu: 1

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 5/PUU-XIII/2015 Pengecualian Pembina dalam Menerima Gaji, Upah, atau Honorarium Pengurus

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 45/PUU-XV/2017 Kewajiban Pengunduran Diri Bagi Anggota DPR, DPD dan DPRD Dalam PILKADA

LEMBAGA NEGARA BERDASARKAN FILOSOFI NEGARA HUKUM PANCASILA. Oleh :

OBJEK PERMOHONAN Pengujian Materiil Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara terhadap Undang-Undang Dasar 1945.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

MELAHIRKAN HAKIM REFORMIS Oleh: Arfan Faiz Muhlizi, S.H.,M.H. *

RANCANGAN UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR. TAHUN. TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL

BAB II KOMISI YUDISIAL, MAHKAMAH KONSTITUSI, PENGAWASAN

KARAKTERISTIK PENGAWASAN YANG DIMILIKI OLEH MAHKAMAH KONSTITUSI SEBAGAI LEMBAGA PENGAWAS UNDANG-UNDANG DI NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. The Constitution is made for men, and not men for the Constitution. (Soekarno, dalam pidato tanggal 17 Agustus 1959)

IMPLIKASI AMANDEMEN UUD 1945 TERHADAP SISTEM HUKUM NASIONAL

KUASA HUKUM Fathul Hadie Ustman berdasarkan surat kuasa hukum tertanggal 20 Oktober 2014.

KOMISI YUDISIAL BARU DAN PENATAAN SISTEM INFRA-STRUKTUR ETIKA BERBANGSA DAN BERNEGARA. Oleh Prof. Dr. Jimly Asshiddiqie, SH 1.

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 selanjutnya

BAB I PENDAHULUAN. perubahan konstitusi yang memberikan jaminan kemandirian dan akuntabilitas

Mengenal Mahkamah Agung Lebih Dalam

POLITIK HUKUM MAHKAMAH KONSTITUSI SEBAGAI PERADILAN PEMILU DALAM SISTEM KETATANEGARAAN INDONESIA

REFORMULASI PROSES REKRUITMEN HAKIM MAHKAMAH KONSTITUSI INDONESIA Oleh: Meirina Fajarwati * Naskah diterima: 03 Juni 2016; disetujui: 27 Juni 2016

Kuasa Hukum Prof. Dr. Yusril Ihza Mahendra, S.H., M.Sc., dkk, berdasarkan surat kuasa khusus tanggal 2 Maret 2015.

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN

Komisi Yudisial. R. Herlambang Perdana Wiratraman Departemen Hukum Tata Negara Fakultas Hukum Universitas Airlangga 25 Juni 2008

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 5/PUU-XIII/2015 Pengecualian Pembina dalam Menerima Gaji, Upah, atau Honorarium Pengurus

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA

BAB II MAHKAMAH KONSTITUSI SEBAGAI BAGIAN DARI KEKUASAAN KEHAKIMAN DI INDONESIA. A. Penyelenggaraan Kekuasaan Kehakiman Sebelum Perubahan UUD 1945

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 47/PUU-XV/2017 Hak Angket DPR Terhadap KPK

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI No (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 155)

Kuasa Hukum : - Fathul Hadie Utsman, berdasarkan Surat Kuasa Khusus tertanggal 20 Oktober 2014;

5. Kosmas Mus Guntur, untuk selanjutnya disebut sebagai Pemohon V; 7. Elfriddus Petrus Muga, untuk selanjutnya disebut sebagai Pemohon VII;

RINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 96/PUU-XIII/2015 Penundaan Pelaksanaan Pemilihan Kepala Daerah (Calon Tunggal)

BAB II TINJAUAN TENTANG KEKUASAAN KEHAKIMAN DI INDONESIA

Pajak Kontemporer Peradilan Pajak

EKSEKUTIF, LEGISLATIF, DAN YUDIKATIF

PANCASILA DAN EMPAT PILAR KEHIDUPAN BERBANGSA. Oleh Prof. Dr. Jimly Asshiddiqie, SH 1.

MAHKAMAH KONSTITUSI. R. Herlambang Perdana Wiratraman Departemen Hukum Tata Negara Fakultas Hukum Universitas Airlangga Surabaya, 19 Juni 2008

BAB I PENDAHULUAN. hukum dikenal adanya kewenangan uji materiil (judicial review atau

I. PENDAHULUAN. Perubahan Undang-Undang Dasar tahun 1945 (UUD tahun 1945) tidak hanya

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor : 37/PUU-X/2012 Tentang Peraturan Perundang-Undangan Yang Tepat Bagi Pengaturan Hak-Hak Hakim

PENDAHULUAN. kendatipun disebut sebagai karya agung yang tidak dapat terhindar dari

PUTUSAN Nomor 16/PUU-XII/2014 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 125/PUU-XIII/2015 Penyidikan terhadap Anggota Komisi Yudisial

UU & Lembaga Pengurus Tipikor L/O/G/O

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR:...TAHUN... TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 14 TAHUN 1985 TENTANG MAHKAMAH AGUNG

BAB I PENDAHULUAN. selanjutnya disebut UUD 1945 secara tegas menyatakan bahwa. berada di tangan rakyat dan dilaksanakan menurut Undang-Undang Dasar

POLITIK HUKUM POKOK BAHASAN (1) Dosen: Prof. Dr. Guntur Hamzah, SH., MH.

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 72/PUU-XV/2017

IMPLIKASI PUTUSAN MK ATAS PENGGUNAAN HAK ANGKET DPR TERHADAP KPK

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 40/PUU-XV/2017 Hak Angket DPR Terhadap KPK

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 108/PUU-XIV/2016 Peninjauan Kembali (PK) Lebih Satu Kali

e. Senat diharuskan ada, sedangkan DPR akan terdiri dari gabungan DPR RIS dan Badan Pekerja KNIP;

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 57/PUU-XV/2017

Nomor 005/PUU-IV/2006 Perbaikan Tgl. 29 Maret 2006

RechtsVinding Online

KUASA HUKUM Heru Widodo, S.H., M.Hum., dkk berdasarkan surat kuasa hukum tertanggal 22 Januari 2015.

I. PEMOHON Perkumpulan Tukang Gigi (PTGI) Jawa Timur yang dalam hal ini di wakili oleh Mahendra Budianta selaku Ketua dan Arifin selaku Sekretaris

PUTUSAN PUTUSAN Nomor 91/PUU-XI/2013 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA

MELEPAS SANDERA POLITIK CALON HAKIM AGUNG Oleh: Muh. Ilham F. Putuhena *

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA

CONTOH SOAL DAN JAWABAN UKG PKN SMP Berikut ini contoh soal beserta jawaban Uji Kompetensi Guru PKn SMP

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 103/PUU-XIII/2015 Penolakan Pendaftaran Calon Peserta Pemilukada

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA

BAB I PENDAHULUAN. Negara dan Konstitusi merupakan dua lembaga yang tidak dapat dipisahkan.

Perkara Nomor 47/PUU-XV/2017 Denny Indrayana

KUASA HUKUM Veri Junaidi, S.H., M.H., dkk berdasarkan surat kuasa khusus tanggal 18 Agustus 2014.

BAB I PENDAHULUAN. dikelola salah satunya dengan mengimplementasikan nilai-nilai demokrasi

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah Negara hukum. 1 Konsekuensi

BAB XIII AMANDEMEN UNDANG UNDANG DASAR 1945

BAB IV ANALISIS KEDUDUKAN PERATURAN MAHKAMAH AGUNG SEBAGAI DASAR HUKUM DALAM MEMUTUS PERKARA PERDATA DI LINGKUNGAN PENGADILAN AGAMA

RANCANGAN KESIMPULAN/KEPUTUSAN

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 51/PUU-XIV/2016 Hak Konstitusional untuk Dipilih Menjadi Kepala Daerah di Provinsi Aceh

Prof. Dr. Maria Farida Indrati, S.H., M.H.

Pemetaan Kedudukan dan Materi Muatan Peraturan Mahkamah Konstitusi. Rudy, dan Reisa Malida

BAB V PENUTUP. Berdasarkan pembahasan pada bab-bab terdahulu, dapat ditarik. 1. Lembaga Negara independen adalah lembaga yang dalam pelaksanaan

Aji Wicaksono S.H., M.Hum. Modul ke: Fakultas DESAIN SENI KREATIF. Program Studi DESAIN PRODUK

RINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 79/PUU-XII/2014 Tugas dan Wewenang DPD Sebagai Pembentuk Undang-Undang

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR...TAHUN... TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR...TAHUN... TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL

AMANDEMEN (amendment) artinya perubahan atau mengubah. to change the constitution Contitutional amendment To revise the constitution Constitutional

I. PENDAHULUAN. praktik ketatanegaraan Indonesia. Setiap gagasan akan perubahan tersebut

I. PENDAHULUAN. Kedaulatan rakyat menjadi landasan berkembangnya demokrasi dan negara republik.

Tinjauan Konstitusional Penataan Lembaga Non-Struktural di Indonesia 1

Transkripsi:

Kembalinya Unsur Agama ke dalam Hukum Perkawinan di Indonesia MEREPOSISI HUBUNGAN YUDIKATIF DENGAN EKSEKUTIF DAN LEGISLATIF DALAM KONTEKS AMANDEMEN UUD 1945 Abdul Bari Azed, S.H.,M.H. Semangat reformasi telah melahirkan tuntutan pembaharuan dalam hubungan yudikatif dengan eksekutif di satu pihak dan yudikatif dengan legislali! Reposisi hubungan tersebut diharapkan dapa! melahirkan suatu kekuasaan kehakiman yang independen. Pembenahan keberadaan kekuasaan yudikatif ini dikaitkan dengan kebutuhan pembenahan sejumlah peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan kekuasaan kehakiman yaitu, antara lain UU Kekuasaan Kehakiman, UU Mahkamah Agung, dan UU Peradilan Umum. Reposisi hubungan antara lembaga yudikatif dengan lembaga eksekutif dan legislatif menjadi salah satu agenda dalam pembahasan amandemen UUD 1945. Kebutuhan melakukan reposisi tersebut sejalan dengan agenda reformasi politik dan hukum sebagaimana gencargencarnya diteriakan oleh para mahasiswa. Reposisi hubungan yudikatif dengan eksekutif dan legislatif juga menjadi agenda keprihatinan di kalangan akademisi dan praktisi hukum. I M ereka menghendaki agar reposisi hubungan antara lembaga yudikatif dengan eksekutif dan legislatif akan memperkuat tuntutan bagi kemandirian kekuasaan kehakiman. Reposisi hubungan antara lembaga yudikatif dengan eksekutif terutama dikaitkan dengan perjuangan bagi kemandirian kekuasaan kehakiman-' Sejak masa Pemerintahan Presiden Soekarno dan Pemerintahan Presiden Soeharto kekuasaan kehakiman dikebiri melalui mekanisme I Laporan Penelitian PMB-LIPI, Jakarta, 28 Maret 200 I. 2 Untuk mendapatkan gambaran yang jelas tentang intervensi kekuasaan eksekutif terhadap kekuasan legislatif. baca Benny K. Harman, Konjigurasi Politik dan Kekuasaan Kehakiman di Indonesia (Jakarta: Eisam, 1997) Baca juga Sebastian Pompe, The Indonesian Supreme Court: Fifty Years of Judicial development (Leiden: van Vollenhoven Institute for Law and Adminstration in Non Western Countries, Faculty of Law, Leiden University, disertasi. 1996). Nomor 1 Tahun XXXi

2 Hukum dan Pembangunan melegalkan intervensi kekuasaan eksekutif terhadap pelaksanaan kekuasaan kehakiman. Intervensi terhadap kekuasaan kehakiman dilegalkan melalui Undang-undang Nomor 19 Tahun 1964 pada masa Pemerintahan Presiden Soekarno dan Undang-undang Nomor 14 Tahun 1970 pada masa Pemerintahan Soeharto. Dualisme administrasi peradilan telah mengebiri kemandirian kekuasaan kehakiman. Baik di bawah pemerintahan Soekarno melalui Undang-undang Nomor 19 Tahun 1964 dan juga pemerintahan Soeharto melalui Undang-undang Nomor 14 Tahun 1970 telah menempatkan kekuasaan kehakiman di bawah subordinasi atau setidaknya di bawah pengaruh kekuasaan eksekutif. Dalam konteks pelaksanaan kekuasaan kehakiman yang mandiri, maka penyerahan administrasi peradilan kepada Mahkamah Agung tidak saja akan lebih memudahkan pengawasan internal terhadap hakim-hakim bawahan, tetapi juga akan lebih terencana pelaksanaan rekruitmen hakim, promosi dan mutasi hakim. DuaJisme kekuasaan kehakiman memang telah dikoreksi dengan diundangkannya Undang-undang Nomor 35 Tahun 1999. yang mengoreksi Pasal 11 Undang-undang Nomor 14 Tahun 1970 sebagai payung hukum bagi dualisme administrasi peradilan. Namun. Undang-undang Nomor 35 Tahun 1999 mensyaratkan periode transisi selama lima tahun untuk menempatkan segenap urusan administrasi pengadilan di bawah Mahkamah Agung. Rekruitmen Hakim Agung dan Pimpinan MA Pembahasan reposisi hubungan lembaga yudikatif dengan legislatif terkait dengan proses rekruitmen hakim agung dan pimpinan Mahkamah Agung (MA). Proses rekruitmen terhadap hakim-hakim agung. Wakil Ketua MA dan Ketua MA telah dilaksanakan oleh DPR. Namun, pengangkatan Ketua MA belum terlaksana sampai saat ini, karena Presiden Abdurrahman Wahid menolak untuk menetapkan usulan DPR untuk memilih Prof. Dr. Muladi, SH atau Prof. Dr. Bagir Manan, SH sebagai Ketua MA. Penolakan presiden tersebut menimbulkan perdebatan tajam yang menyudutkan presiden karena dinilai telah menempatkan DPR sebagai subordinasi eksekutif. Karena itu, ada pemikiran bahwa seharusnya UUD yang baru nanti menetapkan presiden hanya mensahkan saja satu diantara dua calon Ketua MA atau Wakil Ketua MA yang diajukan oleh DPR. Pembahasan yang juga penting dilakukan adalah pemberian wewenang untuk mengurus administrasi pengadilan. di samping teknis lanuari - Maret 2001

Kembalinya Unsur Agama ke dalam Hukum Perkawinan di Indonesia 3 peradilan, kepada Mahkamah Agung adalah sejalan dengan semangat yang dikandung dalam UUD 1945. Mahkamah Agung (MA) menjadi lembaga puncak dari pelaksana kekuasaan kehakiman. MA nantinya akan menjadi lembaga penentu dalam hal penyaringan calon-calon hakim, promosi dan mutasi hakim untuk pengadilan-pengadilan di tingkat bawahan MA. Untuk pengisian jabatan Hakim Agung, sejak tumbangnya Pemerintahan Soeharto telah diadakan pembaharuan yang radikal. Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) telah melakukan penyaringan terhadap caloncalon hakim agung yang diusulkan oleh pemerintah. DPR juga kemudian menyaring dua cal on wakil ketua MA dan Ketua MA, dimana presiden dalam kedudukan sebagai kepala negara harus memilih satu di antara dua calon tersebut untuk masing-masing jabatan Ketua dan Wakil Ketua MA. Para nara sumber dalam penelitian LIPI menyatakan kesetujuannya terhadap mekanisme terhadap calon-calon hakim agung sebagaimana telah dilaksanakan di OPR. 3 Menurut mereka. penyaringan calon-calon hakim agung melalui fit and proper test akan lebih menjamin munculnya hakim-hakim agung yang memiliki integritas pribadi yang tinggi dan l11el11iliki latar belakang pengetahuan hukum yang memadai. Namun, para nara sumber juga menginginkan agar pemeriksaan kekayaan hakim agung tetap dilakukan di akhir tahun dan di akhir masa jabatannya. Hal ini untuk menghindarkan munculnya hakim-hakim yang korup di MA. Belum diputuskannya Ketua MA telah membawa pel11ikiran baru bahwa perlu ada Undang-undang yang secara tegas memberi batas kepada presiden untuk hanya memilih satu diantara dua calon Ketua dan Wakil Ketua MA yang diusulkan OPR. Bisa saja pengangkatan dan pemberhentian Ketua MA dimuat dalam UUO. Pengaturan pengangkatan dan pemberhentian Ketua MA dalam UUO sebagai upaya untuk l11enghindar dari praktek penyalahgunaan kekuasaan (abuse a/power) oleh presiden. Pembaruan Undang-undang Nomor 14 Tahun 1985 tentang Mahkamah Agung. Pembaruan undang-undang tersebut diharapkan akan memperbaiki kinerja MA dan lebih l11el11pertegas MA sebagai pelaksanaan tertinggi kekuasaan kehakiman yang independen. Undang-undang itu juga akan secara tegas mengatur status hakim agung sebagai pejabat negara dengan segenap hak-hak yang seharusnya dimiliki oleh seorang pejabat negara. Dalam konteks hubungan antara MA dengan lembaga-iel11baga tinggi negara lainnya, terutal11a OPR dan Presiden, perlu ada penegasan dalal11 UUD yang baru. UUO tersebut perlu l11engatur secara rinci.' Laporan Penelitian PMB-LIPI, op cit., hal. I 12. Nomor I Tahun XXXI

4 Hukum dan Pembangunan mekanisme hubungan antara MA dengan OPR dengan Presiden. Hubungan tersebut dianggap penting untuk diatur dalam UUO sebagai upaya memberi batasan hukum bagi proses check and balance antar lembaga tinggi negara. Pelaksanaan Hak Uji Materiil Hak uji material atau judicial review juga menjadi bahasan penting dalam penelitian ini. Pada masa pemerintahan Presiden Soeharto, hak uji material diberikan kepada MA melalui Undang-undang Nomor 14 Tahun 1970. Namun, kewenangan melakukanjudicial review hanya dapat dilakukan di tingkat MA setelah adanya permintaan dari masyarakat. Judicial review dilakukan hanya terhadap peraturan di tingkat undang-undang. Tidak dipungkiri juga bahwa adanya tuntutan perubahan yang mendasar terhadap hak uji material MA tersebut. Tuntutan-tuntutan hak uji material MA tidak lagi bersifat pasif menanti gugatan masyarakat, tetapi bersifat aktif. Kemudian, hak uji material tidak lagi dibatasi hanya pada peraturan perundang-undangan di bawah undang-undang, tetapi diperluas menjadi melingkupi undang-undang. Hanya saja. perubahan undang-undang tetap di tangan OPR. Mahkamah Agung diharapkan tidak lagi dalam posisi penonton. namun turun langsung dengan wewenang lebih besar. Selain memiliki hak judicial review, MA berhak memberi interpretasi final terhadap UUO dan produk UU lain. Wewenang tersebut membawa perubahan bahwa MA berhak menafsirkan UUD. Agar lebih terarah dan spesifik wewenang itu dapat diberikan kepada Mahkamah Konstitusi. Pembentukan Komite Yudisiil Komite Yustisial dianggap sebagai lembaga yang mampu untuk melakukan pengawasan terhadap putusan-putusan pengadilan. Namun, sekalipun demikian, lembaga tersebut tidak berada di atas MA. Keputusan lembaga tersebut hanya bersifat rekomendasi kepada MA. Komite Yustisial diharapkan dapat menampung pengaduan para pencari keadilan terhadap suatu putusan yang dianggap bertentangan dengan kepastian hukum dan rasa keadilan. Putusan yang dikeluarkan tersebut tidak akan diubah sekalipun ada pengaduan masyarakat. Komisi Yustisial akan melakukan dengar pendapat dengan pihak pelapor dan majelis hakim yang memutus perkara tersebut. Rekomendasi yang disampaikan kepada MA nantinya maksimal berupa usulan pemecatan lanuari - Maret 2OU!

Kembalinya Unsur Agama ke dalam Hukum Perkawinan di Indonesia 5 seorang hakim agung, yang kemudian diteruskan kepada DPR. Pengangkatan dan pemberhentian anggota Komisi Yustisial mi dilakukan oleh DPR atas usul pemerintah. Pengaturan lebih rinci tentang Komisi ini harus dimuat dalam Undang-undang Mahkamah Agung yang baru. Komisi ini berkantor di lingkungan MA. dengan harapan akan lebih memudahkan kerja mereka. Namun, lembaga ini bukan lah bagian dari struktur MA atau pun berada di atas MA. DAFfAR PUSTAKA Suny, Ismail. Pembagian Kekuasaan Negara. Jakarta : Aksara Baru. 1985. Pompe, Sebastian. The Indonesian Supreme COUrl : Fifty Years of Judicial Development. Leiden : Van Vollenhoven Institute for Law and Administration in Non-Western Countries, Faculty of Law, Leiden University, disertasi. 1996. Harman, Benny K. Konfigurasi PoUlik dan Kekuasaan Kehakiman di Indonesia. Jakarta: Eisam. 1997. Adji, Oemar Seno. Peradilan Bebas Negara Hukum. Jakarta : Penerbit Erlangga, Cetakan kedua, 1985...., Hukum-Hakim Pidana. Jakarta: Penerbit Erlangga, Cetakan Kedua. 1984. Affandi, Wahyu. Hakim dan Penegakan Hukum. Bandung : Penerbit Alumni. 1981. Nusantara, Abdul Hakim Garuda. PoUlik Hukum Indonesia. Jakarta : Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia. 1988. Suwarno, PJ. Tala Negara Baru, Sistem Pemerinlahan yang Demokratis dan Konstitusional. Yogyakarta : Penerbit Kanisius. 1999. Wahjono, Padmo. Indonesia Negara Berdasarkan alas Hukum. Jakarta : Ghalia Indonesia. Cetakan Kedua, 1986. Wignjosoebroto, Soetandyo. Dari Hukllm Kolonial ke Hukum Nasional. Dinamika Sosial-PoUtik dalam Perkembangan Hukllm di Indonesia. Jakarta: Penerbit C.V. Rajawali. 1994. Wiriadinata, Loekman. Kemandirian Kekuasaan Kehakiman. (Ed : Luhut Pangaribuan dan Paul S. Baut) Jakarta: Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia. 1989. Nomor I Tahun XXXI