PRODUKSI GULA REDUKSI DARI BAGASSE TEBU MELALUI HIDROLISIS ENZIMATIK MENGGUNAKAN CRUDE ENZYME SELULASE DAN XILANASE

dokumen-dokumen yang mirip
PRODUKSI GULA REDUKSI DARI BAGASSE TEBU MELALUI HIDROLISIS ENZIMATIK MENGGUNAKAN CRUDE ENZYME SELULASE DAN XYLANASE

LATAR BELAKANG. Bahan bakar Fosil - Persediannya menipis - Tidak ramah lingkungan. Indonesia

STUDI BAHAN BAKU BERLIGNOSELULOSA DARI LIMBAH PERTANIAN UNTUK PRODUKSI GULA XILOSA MURAH DIIKUTI PROSES FERMENTASI MENGHASILKAN ETANOL

APPENDIKS A PROSEDUR KERJA DAN ANALISA

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada Desember 2014 Mei 2015 di. Laboratorium Mikrobiologi FMIPA Universitas Lampung.

PENGGUNAAN PRETREATMENT BASA PADA DEGRADASI ENZIMATIK AMPAS TEBU UNTUK PRODUKSI ETANOL

PENGARUH VARIASI ph DALAM PROSES FERMENTASI BAGAS TEBU MENJADI GAS HIDROGEN MENGGUNAKAN ENTEROBACTER AEROGENES

PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PRODUKSI BIOETANOL GENERASI 2 MELALUI PEMANFAATAN SELULOSA DAN HEMISELULOSA DALAM JERAMI PADI

PRODUKSI XILOSA DARI JERAMI PADI OLEH ENZIM XILANASE

BAB III METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret-November 2012 di

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Maret sampai bulan Agustus 2013 di

BAB I PENDAHULUAN. Advisory (FAR), mengungkapkan bahwa Indonesia adalah penyumbang

BAB III METODE PENELITIAN. variasi suhu yang terdiri dari tiga taraf yaitu 40 C, 50 C, dan 60 C. Faktor kedua

BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Analisis Hasil Pertanian,

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Juli sampai bulan September 2010 di

BAB III METODE PENELITIAN. lengkap (RAL) pola faktorial yang terdiri dari 2 faktor. Faktor pertama adalah variasi

D.8-1. Abstrak. menggunakan limbah. padi sehingga menghasilkan glukosa. dari jerami. sebesar. Disamping itu, bahan. selulosa

Jurnal Keteknikan Pertanian Tropis dan Biosistem Vol. 2 No. 3, Oktober 2014,

PENGGUNAAN PRETREATMENT BASA PADA PROSES DEGRADASI ENZIMATIK AMPAS TEBU UNTUK PRODUKSI ETANOL

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi

BAB III METODE PENELITIAN. dengan mengadakan manipulasi terhadap objek penelitian serta adanya kontrol

BAHAN DAN METODE. Universitas Lampung pada bulan Juli 2009 Oktober 2010.

Hidrolisis Enzimatik Menggunakan Enzim Selulase dari Trichoderma reseei dan Aspergillus niger pada Produksi Bioetanol Jerami Padi

METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Januari-Mei 2015 di Laboratorium

BAB I PENDAHULUAN. Energi (M BOE) Gambar 1.1 Pertumbuhan Konsumsi Energi [25]

METODE PENELITIAN. Penelitian ini di laksanakan di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi

setelah pengeringan beku) lalu dimasukan ke dalam gelas tertutup dan ditambahkan enzim I dan enzim II masing-masing sebanyak 1 ml dan aquadest 8

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini sudah dilaksanakan dari bulan Februari sampai bulan Juli 2013 di

III METODOLOGI PENELITIAN. Nangka yang didapatkan dari Pasar Induk Caringin Kota Bandung dan biakan

I. PENDAHULUAN. Saat ini persediaan Bahan Bakar Minyak (BBM) di Indonesia semakin

III. METODE PENELITIAN. Pertanian, Laboratorium Mikrobiologi Hasil Pertanian, dan Laboratorium

III. METODE KERJA. Penelitian ini telah dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Fakultas

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan akan energi semakin meningkat dengan peningkatan jumlah

Pengaruh Hidrolisa Asam pada Produksi Bioethanol dari Onggok (Limbah Padat Tepung Tapioka) Oleh :

BIOETANOL DARI LIMBAH KULIT SINGKONG MELALUI PROSES HIDROLISIS SDAN FERMENTASI DENGAN N SACCHAROMYCES CEREVISIAE

I. PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang dan Masalah. Kebutuhan energi makin lama makin meningkat. Peningkatan kebutuhan

LOGO. Dosen Pembimbing: Nengah Dwianita Kuswytasari, S.Si, M.Si Dr.rer.nat.Ir. Maya Shovitri, M.Si

BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Analisis Hasil Pertanian,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ervi Afifah, 2014 Produksi Gula Hidrolisat Dari Serbuk Jerami Padi Oleh Beberapa Fungi Selulolitik

Air Panas. Isolat Murni Bakteri. Isolat Bakteri Selulolitik. Isolat Terpilih Bakteri Selulolitik. Kuantitatif

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Analisis Hasil Pertanian,

Optimasi Produksi Enzim Selulase untuk Hidrolisis Jerami Padi

BAB I PENDAHULUAN. samping itu, tingkat pencemaran udara dari gas buangan hasil pembakaran bahan

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. selulosa dan lignin yang terdapat pada dinding sel tumbuhan. Oleh karena

I. PENDAHULUAN. yang tidak dapat diperbaharui) disebabkan oleh pertambahan penduduk dan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan Bahan Bakar Minyak (BBM) saat ini meningkat. Pada tahun

Teknik Bioenergi Dosen Pengampu: Dewi Maya Maharani. STP, M.Sc

BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dalam berbagai industri seperti makanan, minuman, kosmetik, kimia dan

Disusun Oleh: Diyanti Rizki Rahayu Puspita Ardani Ir. Nuniek Hendriani, M.T. Dr. Ir. Sri Rachmania Juliastuti, M.Eng

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dimulai dari bulan April 2010 sampai dengan bulan Januari

HASIL DAN PEMBAHASAN

III. BAHAN DAN METODE

Study of Enzyme Cellulase Production from Trichoderma reesei with Rice Straw Substrate for Enzymatics Hydrolysis Catalyst in Bioethanol Production

Peralatan dan Metoda

BAB III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Balai Riset dan Standarisasi Industri Bandar

UJI KUALITATIF ETANOL YANG DIPRODUKSI SECARA ENZAMATIS MENGGUNAKAN Z. MOBILIS PERMEABEL

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

STUDI BAHAN BAKU BERLIGNOSELULOSA DARI LIMBAH PERTANIAN UNTUK PRODUKSI GULA XILOSA MURAH DIIKUTI PROSES FERMENTASI MENGHASILKAN ETANOL

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian tentang Sintesis Protein Mikroba dan Aktivitas Selulolitik Akibat

3. METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari sampai Juni 2014 bertempat di

III METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Februari sampai Juni 2014 bertempat di

Lampiran 1. Prosedur Analisa Karakteristik Tepung Empulur Sagu

III. METODOLOGI PENELITIAN

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Juli sampai September 2012,

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimen. Termasuk

OPTIMALISASI PRODUKSI ENZIM SELULASE BAKTERI SELULOLITIK DENGAN MEMANFAATKAN LIMBAH AMPAS TEBU SEBAGAI SUBSTRAT

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

7 HIDROLISIS ENZIMATIS DAN ASAM-GELOMBANG MIKRO BAMBU BETUNG SETELAH KOMBINASI PRA-PERLAKUAN SECARA BIOLOGIS- GELOMBANG MIKRO

LAMPIRAN A PROSEDUR ANALISIS. A.1. Pengujian Daya Serap Air (Water Absorption Index) (Ganjyal et al., 2006; Shimelis el al., 2006)

Lampiran 1. Prosedur Analisis Karakteristik Pati Sagu. Kadar Abu (%) = (C A) x 100 % B

BAB III METODE PENELITIAN. adalah variasi jenis kapang yaitu Penicillium sp. dan Trichoderma sp. dan

BAB I PENDAHULUAN. tidak ramah lingkungan dalam bidang industri (Falch, 1991).

BAB I PENDAHULUAN. Segala penciptaan Allah SWT dan fenomena alam yang terjadi pasti terdapat

BAB III METODE PENELITIAN

MATERI DAN METODE PENELITIAN

Ekstraksi dan Pengujian Aktivitas Enzim Amilase (Hidrolisis Pati secara Enzimatis)

BAB III METODE PENELITIAN

Lampiran 1. Tatacara analisis kimia limbah tanaman jagung. Kadar Air (%) = (W1-W2) x 100% W1. Kadar Abu (%) = (C-A) x 100% B

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

TEKNIK FERMENTASI (FER)

Lampiran 1.Diagram alir penelitian proses produksi bioetanol dari hidrolisat fraksi selulosa pod kakao

BAB III METODE PENELITIAN. adalah Bacillus subtilis dan Bacillus cereus yang diperoleh di Laboratorium

PEMBUATAN ETANOL DARI SAMPAH PASAR MELALUI PROSES PEMANASAN DAN FERMENTASI BAKTERI Zymomonas mobilis

PRODUKSI ENZIM AMILASE

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan bahan bakar minyak (BBM) di Indonesia semakin tahun

PENURUNAN KADAR LIGNIN DARI TANDAN KOSONG KELAPA SAWIT (TKKS) DAN PEMECAHAN MATERIAL SELULOSA UNTUK PEMBENTUKAN GLUKOSA DENGAN PROSES FUNGAL TREATMENT

Kodri*, Bambang Dwi Argo, Rini Yulianingsih

Utilization of Microwave Pretreatment Process Degradation of Lignin in Pulp Sugarcane (Bagasse) in Bioethanol Production

LAMPIRAN A DATA PENGAMATAN. A. Pemanfaatan Rumput Ilalang Sebagai Bahan Pembuatan Bioetanol Secara Fermentasi.

Lampiran 1. Kriteria penilaian beberapa sifat kimia tanah

Lampiran 1. Prosedur Karakterisasi Komposisi Kimia 1. Analisa Kadar Air (SNI ) Kadar Air (%) = A B x 100% C

I. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April - Juli 2012 di Laboratorium. Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung.

1 atm selama 15 menit

BIOETANOL DARI LIGNOSELULOSA: POTENSI PEMANFAATAN LIMBAH PADAT DARI INDUSTRI MINYAK KELAPA SAWIT

PEMBUATAN BIOETANOL DARI RUMPUT GAJAH

Transkripsi:

PRODUKSI GULA REDUKSI DARI BAGASSE TEBU MELALUI HIDROLISIS ENZIMATIK MENGGUNAKAN CRUDE ENZYME SELULASE DAN XILANASE Charlin Inova Sitasari, Yunus Imam Prasetyo dan Arief Widjaja Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111 Indonesia e-mail: arief_w@chem-eng.its.ac.id Abstrak Perkembangan dan kemajuan bidang pertanian di Indonesia telah menimbulkan peningkatan limbah pertanian yang sebagian besar merupakan limbah berlignoselulosa yang mengandung selulosa dan xilan. Limbah berlignoselulosa yang memiliki potensi sebagai bahan baku penghasil gula reduksi seperti glukosa dan xilosa antara lain bagasse tebu, sedangkan sebagian besar masyarakat di Indonesia masih menganggap bagasse tebu sebagai sampah dan pada akhirnya dibakar tanpa ada pemanfaatan yang optimal. Padahal Indonesia merupakan negara agraris yang menghasilkan bagasse tebu dalam jumlah besar setiap tahunnya. Produksi glukosa dan xilosa dari limbah pertanian berlignoselulosa dilakukan untuk mengoptimalkan limbah tersebut dalam rangka mengatasi permasalahan peningkatan penggunaan energi. Salah satu upaya adalah melalui proses degradasi enzimatik dan dilanjutkan proses fermentasi menjadi ethanol atau hidrogen. Tujuan dari penelitian ini adalah menghasilkan crude enzyme selulase dan xilanase dari strain jamur T. reesei dan A. niger, mempelajari pengaruh jenis dan komposisi campuran enzim pada hidrolisis enzimatik bagasse tebu untuk mendapatkan gula reduksi yang optimum, dan mendapatkan perbandingan konsentrasi antara enzim murni dengan crude enzyme selulase dan xilanase dalam menghasilkan gula reduksi. Hasil pretreatment kimia bagasse tebu menggunakan NaOH 1% dengan suhu 80 o C selama 16 jam adalah 63,60% selulosa; 20,78% hemiselulosa, dan 14,26% lignin. Crude enzyme dengan substrat jerami padi dari T. reesei memiliki aktivitas enzim selulase 0,285 U/ml dan xilanase 0,794 U/ml, sedangkan dari A. niger memiliki aktivitas enzim selulase 0,890 U/ml dan xilanase 3,481 U/ml. Crude enzyme dari T. reesei dengan substrat dedak gandum memiliki aktivitas enzim selulase 0,586 U/ml dan xilanase 8,715 U/ml. Hasil hidrolisis terbaik adalah dengan menggunakan enzim selulase murni yaitu didapatkan konsentrasi gula reduksi sebesar 3,566 g/l. Sedangkan hasil hidrolisis terbaik di antara penggunaan crude enzyme adalah dengan menggunakan crude enzyme 2 selulase (2T:1A) / 1 xilanase yaitu didapatkan konsentrasi gula reduksi 3,360 g/l. Kata kunci: Bagasse Tebu, Crude Enzyme, Komersial, Selulase, Xilanase, Hidrolisa, Trichoderma reesei dan Aspergilus niger pemanfaatan yang optimal. Padahal Indonesia sebagai negara agraris merupakan penghasil bagasse tebu yang sangat besar dengan jumlah 95,898 juta ton jerami per tahun (litbang deptan, 2004) [1]. Bagasse tebu merupakan limbah padat berlignoselulosa yang dihasilkan pabrik gula dari tebu yang telah diekstrak niranya pada proses penggilingan. Bagasse tebu mengandung 45% selulosa, 26% hemiselulosa (92% xylose), 20% lignin,2,1% ash, dan komponen lain (garam) (Boussarsar, 2009) [2]. Produksi glukosa dan xilosa dari limbah pertanian berlignoselulosa dilakukan untuk mengoptimalkan limbah tersebut dalam rangka mengatasi permasalahan peningkatan penggunaan energi. Salah satu upaya adalah melalui proses hidrolisis enzimatik yang menghasilkan gula reduksi berupa glukosa dan xilosa dan dapat dilanjutkan dengan proses fermentasi menjadi etanol atau hidrogen. Metode hidrolisis enzimatik merupakan metode yang banyak digunakan dalam mendegradasi selulosa dan hemiselulosa karena kelebihan yang dimilikinya antara lain: ramah lingkungan, kondisi operasi moderat dan sifatnya yang sangat spesifik sehingga menghasilkan yield yang tinggi. Cheng dkk. [3] (2011) memanfaatkan enzim selulase murni untuk mendegradasi selulosa dalam jerami padi. Namun selulase murni yang digunakan tidak dapat mengkonversi hemiselulosa karena tidak mengandung xilanase sehingga hanya dapat menghidrolisis selulosa menjadi glukosa. Padahal di dalam jerami padi terdapat hemiselulosa yang dapat dihidrolisis salah satunya xilan oleh xilanase menghasilkan xilosa. Selain itu harga dari enzim murni yang mahal sehingga kurang ekonomis. Oleh karena itu penelitian ini menggunakan enzim kasar (enzim yang belum dimurnikan) serta penggunaan kondisi optimum proses hidrolisis enzimatik menggunakan enzim kasar sangat perlu untuk dilakukan. I. PENDAHULUAN Perkembangan dan kemajuan bidang pertanian di Indonesia telah menimbulkan peningkatan limbah pertanian yang sebagian besar merupakan limbah berlignoselulosa yang mengandung selulosa dan xilan. Limbah berlignoselulosa yang memiliki potensi sebagai bahan baku penghasil gula reduksi seperti glukosa dan xilosa antara lain bagasse tebu. Sebagian besar masyarakat di Indonesia masih menganggap bagasse tebu sebagai sampah dan pada akhirnya dibakar tanpa ada A. Tahap Pretreatment II. URAIAN PENELITIAN Bahan baku yang dipakai adalah bagasse tebu yang diperoleh di Surabaya. Pretreatment yang digunakan adalah pretreatment mekanik (penggilingan) dan pretreatment kimiawi (basa NaOH). Bagasse tebu dikeringkan terlebih dahulu dengan cara dijemur kemudian digiling dan diayak hingga didapatkan bagasse tebu berukuran 100 mesh-120 mesh. Bubuk bagasse tebu kemudian dilakukan pretreatment

menggunakan basa NaOH kosentrasi 1 % pada suhu 80 o C selama 16 jam. Hasil dari pretreatment disaring dan padatannya dikeringkan menggunakan oven. Setelah kering, padatan bagasse tebu hasil pretreatment dianalisa kandungan lignoselulosanya menggunakan analisa Chesson [4]. B. Produksi Selulase dan Xilanase dari Strain Jamur T. reesei dan A. niger yang digunakan dalam penelitian ini adalah crude enzyme dari Aspergillus niger dan Trichoderma reesei dengan substrat jerami padi, crude enzyme dari Trichoderma reesei dengan substrat dedak gandum, dan enzim selulase murni dari Aspergillus niger. Produksi crude enzyme selulase adalah dengan cara menginokulasi masing-masing Aspergillus niger dan Trichoderma reesei dari agar miring sebanyak kurang lebih 2 cm 2 ke dalam erlenmeyer yang berisi substrat (jerami padi 100-120 mesh) dan larutan garam mineral yang telah disterilisasikan. Sedangkan produksi crude enzyme xilanase adalah dengan cara menginokulasi Trichoderma reesei dari agar miring sebanyak kurang lebih 2 cm 2 ke dalam erlenmeyer yang berisi substrat (dedak gandum 100-120 mesh) dan larutan garam mineral yang telah disterilisasikan. Jerami padi dan dedak gandum berfungsi sebagai sumber karbon dan substrat yang merangsang aktivitas dan produktifitas enzim. Jerami padi dipilih sebagai substrat untuk memproduksi crude enzyme selulase karena dapat menghasilkan enzim selulase dengan aktivitas enzim yang tinggi (Milala dkk., 2005) [5]. Dedak gandum dipilih sebagai substrat untuk memproduksi crude enzyme karena dedak gandum merupakan media terbaik untuk pertumbuhan jamur penghasil enzim xilanase (Gawande dan Kamat, 1999) [6]. Garam-garam mineral merupakan nutrisi medium fermentasi yang berisi larutan mineral yang dibutuhkan bagi pertumbuhan jamur. Kebutuhan akan mineral Mg 2+, Ca 2+ dan Fe 2+ diperlukan untuk meningkatkan aktivitas enzim xilanase. Sedangkan unsur N, P,dan K dapat berfungsi sebagai mineral penginduksi (Ratanakhanokchai, 1999) [7]. Substrat dan larutan garam mineral yang telah diinokulasikan jamur diinkubasi pada suhu 30 C selama 8 hari. Setelah itu, enzim yang dihasilkan diekstrak dengan menambahkan buffer sitrat 0,1 M ph 3 sebanyak 100 ml yang mengandung 0,1% Tween 80, lalu di-shaker dengan kecepatan 175 rpm selama 135 menit. Tween 80 ini berperan sebagai surfaktan yang fungsinya untuk menurunkan tegangan permukaan sel, sehingga sel dapat dengan mudah mengeluarkan cairan metabolit yang ada di dalamnya. Kemudian dilakukan sentrifugasi dengan centrifuge pada suhu 4 C dan kecepatan 8.000 rpm selama 15 menit untuk mendapatkan cairan crude enzyme. Setelah itu melakukan filtrasi dengan kertas saring untuk memisahkan filtrat dengan mycelia beserta endapan media. Hasil filtrasi berupa supernatan yaitu cairan bening yang berfungsi sebagai crude enzyme dan digunakan dalam penelitian ini. Sedangkan untuk enzim selulase murni dari A. niger dapat dibuat dengan cara dilarutkan dalam buffer sitrat ph 3. Lalu diuji aktivitas enzimnya menggunakan metode DNS (Dinitrosalicylic Acid) selulase dan xilanase yang diuji aktivitasnya setelah ditambahkan CMC (untuk selulase) dan larutan xilan (untuk xilanase) maka dihasilkan glukosa dan xilosa. Setelah terbentuk glukosa dan xilosa, maka ditambahkan DNS untuk menghentikan reaksi. Bila DNS tersebut bercampur dengan gula reduksi yaitu glukosa dan xilosa, maka akan dihasilkan zat warna merah yang selanjutnya akan diukur dengan menggunakan spektrofotometri dengan panjang gelombang 540 nm sehingga didapatkan nilai aktivitas enzim. Satu unit aktivitas enzim selulase/xilanase didefinisikan sebagai jumlah enzim yang memproduksi 1 µmol glukosa/xilosa per menit. Sebelum menguji aktivitas enzim, harus membuat kurva standar glukosa dan xilosa terlebih dahulu. Kurva standar glukosa dapat dibuat dengan cara melarutkan 0,367 gram glukosa dalam 100 ml buffer sitrat ph 5,5. Lalu larutan induk glukosa tersebut diencerkan pada berbagai macam konsentrasi (0:5; 1:4; 2:3; 3:2; 4:1; 5:0) dengan buffer sitrat ph 5,5. Kemudian 0,2 ml dari tiap konsentrasi standar glukosa diambil dan ditambahkan 1,8 ml CMC. Lalu diinkubasi selama 10 menit pada suhu 35 C dan ditambahkan 3 ml DNS. Setelah itu dipanaskan ke dalam air mendidih selama 10 menit dan didinginkan ke dalam air es selama 10 menit, setelah itu absorbansinya diukur menggunakan spektrofotometer dengan panjang gelombang 540 nm. Dari absorbansi yang didapatkan kemudian membuat kurva kalibrasi antara absorbansi dengan konsentrasi glukosa, sehingga didapatkan kurva standar glukosa untuk menguji keaktifan enzim selulase. Untuk kurva standar xilosa dilakukan dengan cara yang sama namun menggunakan larutan induk xilosa yang terdiri dari campuran 0,367 gram xilosa dalam 100 ml buffer sitrat ph 5,5. Kemudian setelah larutan induk xilosa diencerkan pada berbagai macam konsentrasi (0:5; 1:4; 2:3; 3:2; 4:1; 5:0) dengan buffer sitrat ph 5,5 diambil 0,2 ml dari tiap konsentrasi standar xilosa dan ditambahkan 1,8 ml larutan xilan. Lalu diinkubasi selama 10 menit pada suhu 35 C dan ditambahkan 3 ml DNS. Setelah itu dipanaskan ke dalam air mendidih selama 10 menit dan didinginkan ke dalam air es selama 10 menit, setelah itu absorbansinya diukur menggunakan spektrofotometer dengan panjang gelombang 540 nm. Dari absorbansi yang didapatkan kemudian membuat kurva kalibrasi antara absorbansi dengan konsentrasi xilosa, sehingga didapatkan kurva standar xilosa untuk menguji keaktifan enzim xilanase. C. Tahap Hidrolisis Seluruh bagasse tebu hasil pretreatment dihidrolisis menggunakan beberapa variabel enzim, yaitu crude enzyme selulase (2T:1A), crude enzyme xilanase T. reesei, crude enzyme 2 selulase (2T:1A) / 1 xilanase dan enzim selulase murni A. niger. yang dilarutkan dengan buffer sitrat 0,1 M dengan ph = 3 sampai voluenya 60 ml. Ratio enzim yang ditambahkan sebesar 37,2 U/2 gram bagasse tebu. Hidrolisis dilakukan pada suhu 60 0 C selama 48 jam. Kemudian hidrolisat dari masing-masing proses hidrolisis dianalisa kadar gula reduksinya menggunakan analisa DNS (dinitrosalicylic acid). III. HASIL DAN DISKUSI A. Analisa Kandungan Lignoselulosa Hasil Pretreatment Pretreatment bagasse tebu secara kimiawi bertujuan untuk menghilangkan kadar lignin karena struktur lignin pada bagasse tebu bersifat kokoh sehingga dapat menghalangi kinerja enzim dalam mendegradasi selulosa dan hemiselulosa. Oleh sebab itu, dalam penghilangan lignin diperlukan

treatment lanjutan selain treatment mekanik yaitu menggunakan treatment kimiawi [8]. Pada pretreatment ini digunakan NaOH 1%. NaOH dapat menurunkan derajat polimerisasi, meningkatkan kristalinitas dan memutus ikatan antara lignin dan karbohidrat. Pretreatment bagasse tebu secara kimiawi ini selain untuk menghilangkan lignin juga untuk meningkatkan kereaktifan dari polisakarida yang masih terkandung di dalam bagasse tebu [8]. Untuk mengetahui jumlah lignoseslulosa sebelum dan sesudah pretreatment maka di lakukan analisa Chesson. Tabel 1. Kadar Selulosa, Hemiselulosa dan Lignin dalam presentase massa (%w/w) dengan Metode Chesson dari Bagasse Tebu Sebelum dan Sesudah Pretreatment pada Tekanan 1 atm No Variabel kadar hemiselulosa (%w/w) kadar selulosa (%w/w) kadar lignin (%w/w) 1. Sebelum 20,4 32,8 17,4 2. Sesudah 20,8 63,6 14,3 Dari tabel 1 dapat diperoleh bahwa konsentrasi selulosa, hemiselulosa dan lignin mengalami perubahan dari sebelum dipretreatment dengan sesudah dipretreatment dengan menggunakan NaOH 1%, dimana konsentrasi ini ditunjukkan dalam prosentase berat (%w/w). Berdasarkan tabel 1 diperoleh bahwa konsentrasi selulosa dan hemiselulosa mengalami peningkatan setelah mengalami pretreatment, sedangkan konsentrasi lignin mengalami penurunan. B. Analisa Aktivitas Crude Enzyme T. reesei dan A. niger Untuk mengukur aktivitas enzim diperlukan kurva standar glukosa dan xilosa. Berikut ini merupakan kurva standar glukosa dan kurva standar xilosa yang digunakan untuk mengukur aktivitas enzim. Gambar 2. Kurva Standar Xilosa (dengan Xilan) untuk Menguji Aktivitas Xilanase Dari gambar 2 didapatkan persamaan regresi linier y = 2,785x dengan y sebagai konsentrasi xilosa (μmol/ml) dan x sebagai absorbansi. dari persamaan tersebut akan berfungsi sebagai konversi data dari absorbansi menjadi konsentrasi xilosa yang digunakan untuk mengukur aktivitas enzim pada langkah selanjutnya. Dari kurva standar glukosa dan xilosa yang telah didapat, langkah selanjutnya adalah menguji aktivitas enzim. Aktivitas enzim diuji dengan metode DNS dan pengukuran absorbansi dengan panjang gelombang 540 nm. Panjang gelombang yang digunakan untuk mengukur absorbansi dari enzim selulosa dan xilanase adalah 540 nm karena pada tersebut, reaksi gula reduksi dengan reagen Dinitrosalicylic Acid (DNS) akan menghasilkan warna merah atau jingga setelah dipanaskan dan didinginkan sehingga dapat terbaca absorbansinya oleh gelombang 540 nm (Miller, 1959). Tabel 2. Pengukuran Aktivitas Crude Enzyme dari T. reesei dengan Selulase 0,12 0,08 0,035 3,25 0,28 Xilanase 0,72 0,60 0,114 2,78 0,79 Gambar 1. Kurva Standar Glukosa (dengan CMC) untuk Menguji Aktivitas Selulase Dari gambar 1 didapatkan persamaan regresi linier y = 3,255x dengan y sebagai konsentrasi glukosa (μmol/ml) dan x sebagai absorbansi. dari persamaan tersebut akan berfungsi sebagai konversi data dari absorbansi menjadi konsentrasi glukosa yang digunakan untuk mengukur aktivitas enzim pada langkah selanjutnya. Dari tabel 2 didapatkan crude enzyme T. reesei memiliki aktivitas xilanase yang lebih tinggi daripada aktivitas selulasenya. Hal ini berbeda dengan harapan awal aktivitas selulase yang lebih tinggi karena dengan substrat jerami padi dapat menghasilkan enzim selulase dengan aktivitas enzim yang tinggi (Milala dkk., 2005) [5]. Pada penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Mufnaiti Prihartini [9] (2012) crude enzyme T. reesei substrat jerami padi yang dihasilkan memiliki aktivitas selulase sebesar 1,320 U/ml dan aktivitas xilanase 0,249 U/ml. substrat jerami padi juga digunakan pada penelitian lain yang dilakukan oleh Lutfiana dan Winda [10] (2011) dan memiliki aktivitas selulase sebesar 1,36 U/ml. Perbedaan ini dikarenakan oleh perbedaan strain jamur Trichoderma reesei yang digunakan.

Tabel 3. Pengukuran Aktivitas Crude Enzyme dari A.niger dengan Selulase 0,18 0,07 0,11 3,25 0,89 Xilanase 0,67 0,17 0,50 2,78 3,48 Dari tabel 3, didapatkan crude enzyme A. niger memiliki aktivitas xilanase yang lebih tinggi daripada aktivitas selulasenya. Hal ini berbeda dengan harapan awal aktivitas selulase yang lebih tinggi karena dengan substrat jerami padi dapat menghasilkan enzim selulase dengan aktivitas enzim yang tinggi (Milala dkk., 2005) [5]. Pada penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Lutfiana dan Winda [10] (2011) crude enzyme A. niger substrat jerami padi yang dihasilkan memiliki aktivitas selulase sebesar 0,71 U/ml. Jika dibandingkan dengan hasil penelitian ini, menunjukkan aktivitas enzim selulase yang lebih baik daripada penelitian sebelumnya. Tabel 4. Pengukuran Aktivitas Crude Enzyme dari T. reesei dengan Substrat Dedak Gandum Selulase 0,40 0,33 0,07 3,25 0,59 Xilanase 1,69 0,44 1,25 2,78 8,72 Dari tabel 4, dapat didapatkan crude enzyme T. reesei memiliki aktivitas xilanase yang lebih tinggi daripada aktivitas selulasenya. Hal ini sesuai dengan harapan awal aktivitas xilanase yang lebih tinggi karena dengan substrat dedak gandum merupakan media terbaik untuk pertumbuhan jamur penghasil enzim xilanase (Gawande dan Kamat, 1999) [6]. Pada penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Mufnaiti Prihartini [9] (2012) crude enzyme T. reesei dedak gandum yang dihasilkan memiliki aktivitas xilanase sebesar 5,31 U/ml dan aktivitas selulase 2,21 U/ml. Jika dibandingkan dengan hasil penelitian ini, menunjukkan aktivitas enzim xilanase yang lebih baik daripada penelitian sebelumnya. Tabel 5. Pengukuran Aktivitas Selulase Murni dari A. niger Selulase 0,54 0,22 0,32 3,25 2,58 Xilanase 1,29 0,80 0,49 2,78 3,43 Dari tabel 5, didapatkan enzim selulase murni A. niger memiliki aktivitas xilanase yang lebih tinggi daripada aktivitas selulasenya. Pada penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Alfariesta dan Andika [11] (2013), enzim selulase murni A. niger yang digunakan memiliki aktivitas selulase sebesar 2,08 U/ml dan aktivitas xilanase sebesar 3,28 U/ml. Jika dibandingkan dengan hasil penelitian ini, menunjukkan aktivitas enzim selulase yang tidak jauh berbeda dengan penelitian sebelumnya. Dari hasil perhitungan aktivitas enzim tersebut, dapat dilakukan perhitungan untuk kebutuhan enzim dalam penelitian ini dimana akan digunakan empat macam variabel enzim untuk proses hidrolisis dan setiap variabel memiliki jumlah kebutuhan enzim yang berbeda-beda. Dari perhitungan didapat kebutuhan enzim untuk masing-masing variabel pada Tabel 6. Tabel 6. Kebutuhan pada Setiap Variabel untuk Hidrolisis Variabel Komposisi Aktivitas Kebutuhan Total Crude enzyme selulase (2T:1A) Crude enzyme xilanase T. reesei Crude enzyme 2 Selulase (2T:1A) : 1 Xilanase selulase murni A. niger Crude enzyme A. niger Substrat Dedak Gandum Crude enzyme A. niger Substrat Dedak Gandum selulase murni A. niger (U/ml) (ml) Volume (ml) 0,28 87,08 0,89 13,94 101,01 8,72 4,27 4,27 0,28 58,05 0,89 9,29 8,72 1,42 68,76 2,58 14,42 14,42 Pada prosedur untuk tahap hidrolisis, ditetapkan untuk konsentrasi enzim yang digunakan sebesar 37,2U/2 gram bagasse tebu maka larutan total enzim beserta buffer sitrat ph 3 yang digunakan pada hidrolisis adalah 60 ml. Namun karena aktivitas crude enzyme yang relatif rendah maka volume larutan menjadi semakin besar. Hal ini dapat dilihat pada tabel IV.11 yang berdasarkan aktivitas crude enzyme maka total kebutuhan enzim untuk variabel crude enzyme selulase (2T:1A) dan crude enzyme 2 selulase (2T:1A) / 1 xilanase membutuhkan masing-masing enzim sebanyak 101,01 ml dan 68,76 ml. Oleh karena itu untuk kedua variabel tersebut tanpa diberikan tambahan buffer sitrat ph 3. C. Analisa Kadar Gula Reduksi Hasil Hidrolisis Bagasse Tebu Dalam hidrolisis bagasse tebu ini yang perlu dipersiapkan pertama kali yaitu kurva standar glukosa yang berfungsi untuk menguji konsentrasi gula reduksi pada saat proses hidrolisis berlangsung. Dalam pembuatan kurva ini, tidak digunakan Carboxymetil Cellulose (CMC), tetapi hanya menggunakan aquadest. Hal ini dikarenakan CMC hanya

diperlukan untuk mengetahui aktivitas enzim. Gambar 3. Kurva Standar Glukosa (tanpa CMC) untuk Menguji Konsentrasi Gula Reduksi Hasil Hidrolisis Bagasse Tebu Dari gambar 3 didapatkan persamaan regresi linier y = 0,634x dengan y sebagai konsentrasi gula reduksi (gram/l) dan x sebagai absorbansi. dari persamaan tersebut akan berfungsi sebagai konversi data dari absorbansi menjadi konsentrasi gula reduksi yang digunakan untuk mengukur konsentrasi gula reduksi hasil hidrolisis bagasse tebu pada langkah selanjutnya. (2T:1A) dengan konsentrasi gula reduksi 2,393 g/l, dan crude enzyme xilanase T. reesei dengan konsentrasi gula reduksi 0,808 g/l. Dapat dilihat bahwa hidrolisis menggunakan enzim selulase murni A. niger menghasilkan konsentrasi gula reduksi paling tinggi. Perolehan konsentrasi gula reduksi ini lebih baik daripada variabel enzim yang lain disebabkan adanya aktivitas enzim yang tinggi dari A. niger, sehingga makin tinggi pula konsentrasi gula yang dihasilkan. Ditunjukkan pula pada gambar tersebut bahwa konsentrasi gula reduksi yang dihasilkan pada hidrolisis bagasse tebu oleh tiap enzim berbeda meskipun konsentrasi enzim dalam massa bagasse tebu sama, yaitu 37,2 U/ 2 gram bagasse tebu. Selain itu, dari gambar IV.6 juga dapat diketahui bahwa di antara variabel crude enzyme yang digunakan, konsentrasi gula reduksi tertinggi dicapai oleh penggunaan crude enzyme 2 selulase (2T:1A) / 1 xilanase dengan konsentrasi gula reduksi 3,360 g/l. Hasil yang didapat tidak jauh berbeda dengan hasil konsentrasi gula reduksi yang didapat dengan menggunakan enzim murni selulase dari A. niger. Namun karena volume larutan hidrolisis yang berbeda maka belum dapat ditarik kesimpulan bahwa enzim selulase murni A.niger yang terbaik dalam menghidrolisis bagasse tebu. Dari penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Mufnaiti Prihartini [9] (2012) enzim yang terbaik dalam menghidrolisis jerami padi adalah enzim murni A. niger dengan konsentrasi gula reduksi sebesar 6 gram/l dalam 150 ml larutan hidrolisis dengan substrat sebanyak 5 gram jerami padi. Dibandingkan dengan penelitian yang dilakukan Arief dan Aliyah [12] (2013) enzim yang terbaik dalam menghidrolisis bagasse tebu adalah campuran enzim murni selulase A. niger dan xilanase T. longibrachiatum dengan konsentrasi gula reduksi sebesar 10,123 gram/l dalam 700 ml larutan hidrolisis dengan substrat sebanyak 23 gram bagasse tebu. Jika dibandingkan dengan kedua penelitian tersebut, penelitian ini menghasilkan konsentrasi gula reduksi yang lebih kecil dikarenakan perbedaan enzim dari strain jamur yang digunakan. Selain itu volume larutan hidrolisis yang digunakan juga lebih besar akibat aktivitas enzim yang rendah sehingga menimbulkan konsentrasi gula yang lebih rendah. IV. KESIMPULAN Gambar 4. Kurva Perbandingan Konsentrasi Gula Reduksi Hasil Hidolisis Tiap Variabel pada Bagasse Tebu Pretreatment NaOH 1% Dari gambar 4 terlihat bahwa nilai konsentrasi gula reduksi mengalami peningkatan yang sangat signifikan pada jam ke-1 lalu sedikit demi sedikit terus meningkat hingga jam ke-42. Pada keseluruhan variabel enzim, memiliki kecenderungan peningkatan untuk menghasilkan gula reduksi yang berarti enzim yang digunakan mampu menghidrolisis bagasse tebu. Peningkatan tertinggi dari masing-masing variabel terjadi pada jam ke-42. Dari gambar 4 urutan enzim terbaik yang digunakan untuk hidrolisis bagasse tebu dilihat dari perolehan konsentrasi gula reduksi berturut- turut yaitu enzim selulase murni A. niger dengan konsentrasi gula reduksi 3,566 g/l, crude enzyme 2 selulase (2T:1A) / 1 xilanase dengan konsentrasi gula reduksi 3,360 g/l, crude enzyme selulase Dari hasil penelitian dan hasil analisa yang dilakukan maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut : Bagasse tebu yang digunakan memiliki konsentrasi selulosa, hemiselulosa, dan lignin berturut turut sebesar 32,8%, 20,4%, dan 17,4%. Kondisi pretreatment NaOH 1% pada suhu 80 o C, dan selama 16 jam yang menunjukkan hasil selulosa, hemiselulosa, dan lignin berturut turut sebesar 63,60%, 20,78%, dan 14,26%. Dari penelitian ini dihasilkan crude enzyme dengan substrat jerami padi dari T. reesei memiliki aktivitas enzim selulase 0,285 U/ml dan xilanase 0,794 U/ml, sedangkan dari A. niger memiliki aktivitas enzim selulase 0,890 U/ml dan xilanase 3,481 U/ml. Crude enzyme dari T. reesei dengan substrat dedak gandum memiliki aktivitas enzim selulase 0,586 U/ml dan xilanase 8,715 U/ml. Hasil hidrolisis terbaik dilihat dari perolehan konsentrasi gula reduksi adalah dengan menggunakan enzim selulase murni dari A. niger yaitu didapatkan konsentrasi gula reduksi sebesar 3,566 g/l. Hasil hidrolisis terbaik di antara penggunaan crude enzyme adalah dengan menggunakan crude

enzyme 2 selulase (2T:1A) / 1 xilanase yaitu didapatkan konsentrasi gula reduksi 3,360 g/l. DAFTAR PUSTAKA [1] Badan Penelitian dan pengembangan Pertanian, Departemen Pertanian Indonesia. 2004, Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Tebu, http://www.litbang.deptan.go.id/special/komoditas/files, 26 Desember 2013 13.18 wib [2] Boussarsar H., Roge B., Mathlouthi M. 2009. Optimization of sugarcane bagasse conversion by hydrothermal treatment for the recovery of xylose, Bioresource Technology 100, 6537 6542. [3] Cheng, J., H. Su, J. Zhou, W. Song, K. Cen. 2011. Microwave-Assisted Alkali Pretreatment of Rice Straw to Promote Enzymatic Hydrolysis and Hydrogen Production in Dark and Photo Fermentation, International journal of hydrogen energy, 36, 2093 2101. [4] Datta, R. 1981, Acidogenic Fermentation of Lignocellulose, Biotechnology and Bioengineering, 23, 2167-2170. [5] Milala, M.A., A. Shugaba, A. A. Gidado, A.C. Ene, J.A. Wafar. 2005. Studies on the Use of Agricultural Wastes for Cellulase Enzyme Production by Aspegillus niger, Research Journal of Agriculture and Biological Sciences, 1, 325-328. [6] Gawande, P.V dan Kamat, M.Y. 1999. Production of Aspergillus Xylanase by Lignocellulosic Waste Fermentation and its Application, J. of Applied Microbiology, 87, 511 519. [7] Ratanakhanokchai K, Kyu K.Y., Uttapap D, Tanticharoen M. 1994. Induction of xylanase in Bacillus circullans B 6, Biosource Technology 48: 163-167. [8] Maeada, R.N, dkk. 2011. Enzymatic Hydrolisis of Pretreated Sugar Cane Using Penicillium funiculosum and Trichoderma harzianum Cellulases, Process Biochemistry, 46, 1196-1201 [9] Mufnaiti Prihartini. 2012. Produksi Hidrogen dari Jerami Padi Melalui Hidrolisis atik dan Fermentasi. Laporan Thesis TK-2305. [10] Lutfiana, Winda. 2011. Hidrolisis Jerami Padi Secara atik Dengan Pretreatment Basa Untuk Produksi Hidrogen. Teknik Kimia ITS Surabaya. [11] Alfariesta, Andika. 2013. Perbandingan Pretreatment Asam dan Basa Pada Degradasi atik Bagas Tebu Untuk Produksi Hidrogen. Teknik Kimia ITS Surabaya. [12] Arief, Aliyah, dan Arief Widjaja. Pengaruh Variasi ph Dalam Proses Fermentasi Bagas Tebu Menjadi Gas Hidrogen Menggunakan Enterobacter Aerogenes, Jurnal Teknik POMITS Vol. 1, No. 2, (2013) ISSN: 2301-9271