PENDAHULUAN. 1 http ://cianjur.go.id (diakses15 Mei 2011)

dokumen-dokumen yang mirip
PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar belakang Dampak dari krisis moneter yang terjadi pada tahun 1997 adalah pertumbuhan ekonomi Indonesia menurun drastis.

METODE PENELITIAN. Keluarga petani yang merupakan anggota Kelompok Tani Padajaya. RW 4 = 7 orang. RW 5 = 23 orang. Gambar 2 Teknik Pengambilan Contoh

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Salah satu masalah pokok yang dihadapi Pemerintah Indonesia sebagai negara

I. PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Nilai sosial budaya dan norma sosial yang berlaku di masyarakat Indonesia

PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. ( kekuatan posisi tawar (Bargaining Power) yang sejajar dengan pengusaha dan

I. PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Penduduk Indonesia usia 15 tahun ke Atas yang Bekerja Menurut Lapangan Pekerjaan Utama, (juta orang) No.

BAB I PENDAHULUAN. memerlukan SDM yang optimal demi meningkatkan pembangunan. pertumbuhan penduduk yang cukup tinggi. Hal ini di karenakan tidak

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi yang dominan, baik

I. PENDAHULUAN. Sumber: Badan Pusat Statistik (2009)

PERAN GENDER, KONTRIBUSI EKONOMI PEREMPUAN DAN KESEJAHTERAAN KELUARGA PETANI HORTIKULTURA

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. bermakana. Peranansektor ini dalam menyerap tenaga kerja tetap menjadi yang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kemiskinan merupakan masalah yang dialami secara global dan telah

I. PENDAHULUAN. dalam proses pembangunan, khususnya di negara-negara berkembang. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kependudukan dan pertumbuhan ekonomi memiliki hubungan yang

BAB I PENDAHULUAN. mengurangi kemiskinan (Madris, 2010). Indikator ekonomi makro (PDRB)

I. PENDAHULUAN. Sejak tahun 2001 Indonesia telah memberlakukan desentralisasi yang lebih

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. akses, bersifat privat dan tergantung kepada pihak lain (laki-laki). Perempuan

I. PENDAHULUAN. Globalisasi dan liberalisasi perdagangan memberikan peluang sekaligus

I. PENDAHULUAN. orang pada tahun (Daryanto 2010). Daryanto (2009) mengatakan

BAB I PENDAHULUAN. dilakukannya di kehidupan sehari-hari, sehingga akan terjadi beberapa masalah

Nilai Tukar Petani Kabupaten Magelang Tahun 2013

I. PENDAHULUAN. Pengembangan sumberdaya manusia merupakan proses untuk. ini juga merupakan proses investasi sumberdaya manusia secara efektif dalam

I. PENDAHULUAN. Kebijakan pembangunan merupakan persoalan yang kompleks, karena

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Kabupaten Ponorogo merupakan daerah di Provinsi Jawa Timur

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan Negara yang kaya dengan Sumber Daya Alam dan

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan yang penting dalam pembangunan ekonomi adalah

BAB I PENDAHULUAN. suatu proses dimana pemerintah daerah dan masyarakatnya mengelola

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia atau lebih dari 100 juta jiwa mengalami beraneka masalah

PENDAHULUAN Latar Belakang

IV. KEADAAN UMUM KABUPATEN KARO

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional merupakan usaha peningkatan kualitas manusia, yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS ANDALAS

BAB I PENDAHULUAN. pertanian meliputi sub-sektor perkebunan, perikanan, dan perikanan.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Faktor yang Mempengaruhi Wanita Bekerja. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Riyani, dkk (2001) mengenai

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan yang sangat serius untuk diperhatikan dan dikaji

BAB I PENDAHULUAN. memberantas kemiskinan yang tujuannya untuk mensejahterakan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. tersebut berdasarkan pada jenis kelamin tentunya terdiri atas laki-laki dan

BAB I PENDAHULUAN. masih memandang mereka sebagai subordinat laki-laki. Salah satu bentuk

Analisis Isu-Isu Strategis

BAB I PENDAHULUAN. dalam pembangunan nasional, khususnya yang berhubungan dengan pengelolaan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Tujuan utama pembangunan ekonomi di negara berkembang adalah

5 GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. penduduk miskin, kepada tingkatan yang lebih baik dari waktu ke waktu.

BAB I PENDAHULUAN. peranan penting dari keseluruhan perekonomian nasional. Wilayah Indonesia

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS

I. PENDAHULUAN. melalui nilai tambah, lapangan kerja dan devisa, tetapi juga mampu

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK INDUSTRI KECIL KERUPUK

I. PENDAHULUAN. perekonomian di Bali. Sektor ini menyumbang sebesar 14,64% dari total Produk

I. PENDAHULUAN. dan pengurangan kemiskinan. Untuk mencapai tujuan tersebut perlu

I. PENDAHULUAN. Indonesia. Pada tahun 2010 diperhitungkan sekitar 0,8 juta tenaga kerja yang

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi yang disertai terjadinya perubahan struktur ekonomi. Menurut Todaro

BAB I PENDAHULUAN. saat ini masih dalam proses pembangunan disegala bidang baik dari sektor

BAB 1 PENDAHULUAN. cepat dimasa yang akan datang terutama di negara-negara berkembang.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. petani, mengisyaratkan bahwa produk pertanian yang dihasilkan harus memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. berkembang adalah adanya kegiatan ekonomi subsistence, yakni sebagian besar

I. PENDAHULUAN. untuk meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan suatu bangsa. Dalam upaya

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

ANALISIS PENYERAPAN TENAGA KERJA PERDESAAN LAHAN KERING BERBASIS PERKEBUNAN

1. PENDAHULUAN. Tabel 1. Batas Kemiskinan, Jumlah dan Persentase Masyarakat Miskin ( ) Presentase Penduduk Miskin. Kota& Desa Kota Desa

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. rumahtangga yang mengusahakan komoditas pertanian. Pendapatan rumahtangga

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris, artinya kegiatan pertanian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pada umumnya pembangunan ekonomi selalu diartikan sebagai

PERAN SEKTOR PERTANIAN DALAM PENYERAPAN TENAGA KERJA DI INDONESIA. Oleh: Iwan Setiawan*)

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 -

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan pada pengembangan dan peningkatan laju pertumbuhan

V. STRUKTUR PASAR TENAGA KERJA INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG. Sejarah pembangunan di wilayah pedesaan di Indonesia memperlihatkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. kontribusi positif terhadap pertumbuhan Produk Domestik Bruto Indonesia.

I. PENDAHULUAN. Pembangunan yang dilakukan di negara-negara dunia ketiga masih menitikberatkan

I. PENDAHULUAN. titik berat pada sektor pertanian. Dalam struktur perekonomian nasional sektor

I. PENDAHULUAN. Indonesia selama ini dikenal sebagai negara yang memiliki sumber daya alam

I. PENDAHULUAN. Distribusi Persentase PDRB Kota Bogor Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun

I. PENDAHULUAN. lebih dari dua pertiga penduduk Propinsi Lampung diserap oleh sektor

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah

I. PENDAHULUAN. pertanian berperan besar dalam menjaga laju pertumbuhan ekonomi nasional. Di

I. PENDAHULUAN. Keberhasilan perekonomian suatu negara dapat diukur melalui berbagai indikator

I. PENDAHULUAN. (1) pertumbuhan, (2) penanggulangan kemiskinan, (3) perubahan atau

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penduduk Indonesia yang sebagian besar tinggal di daerah pedesaan

I. PENDAHULUAN. peningkatan penduduk dari tahun 2007 sampai Adapun pada tahun 2009

Transkripsi:

PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan pertanian mempunyai peranan yang strategis dalam penyerapan tenaga kerja yang ada di Indonesia, yaitu dengan tingginya penyerapan tenaga kerja sekitar 44 persen dari 91 juta penduduk yang bekerja (BPS 2004). Selanjutnya berdasarkan data Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) tahun 2009 menunjukkan bahwa dari sejumlah 104 juta penduduk berumur 15 tahun ke atas, terdapat 43 juta orang yang lapangan pekerjaan utamanya di sektor pertanian. Pentingnya sektor pertanian dalam penurunan jumlah penduduk miskin dan dalam penyediaan lapangan kerja menyebabkan banyaknya program-program pemerintah yang menunjang perkembangan sektor pertanian di tiap daerah. Kabupaten Cianjur merupakan salah satu kabupaten dengan sektor unggulan pertanian. Berdasarkan data Pemerintah Kabupaten Cianjur, lapangan pekerjaan utama penduduk Kabupaten Cianjur di sektor pertanian yaitu sekitar 62,99 persen dan sektor pertanian merupakan penyumbang terbesar terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Cianjur yaitu sekitar 42,80 persen 1. Sebagai daerah beriklim tropis, di wilayah Cianjur tumbuh subur tanaman sayuran dan tanaman hias. Salah satu daerah yang mendominasi tanaman sayuran dan tanaman hias berupa bunga potong adalah Kecamatan Cipanas. Sebagian besar penduduk di daerah ini menggantungkan hidup dari sektor pertanian, baik tanaman pangan maupun hortikultura dengan komoditas sayuran dan tanaman bunga potong. Hal ini berkorelasi dengan ketersediaan produksi untuk konsumsi penduduk yang cenderung mengalami peningkatan. Kemiskinan di Indonesia merupakan masalah utama. Meskipun pemerintah selalu berupaya mengkaitkan program pembangunan dengan penanggulangan kemiskinan tetapi hingga saat ini kelompok masyarakat atau rumah tangga miskin masih belum dapat dihilangkan. 1 http ://cianjur.go.id (diakses15 Mei 2011)

2 Populasi penduduk miskin menurut data BPS (2010) di Indonesia pada bulan Maret 2010 adalah sebesar 31.02 juta orang (13.33%), dan jika dibandingkan dengan penduduk miskin pada bulan Maret 2009 yang berjumlah 32.53 juta (14.15%), berarti terdapat penurunan sebesar 1.51 juta orang. Angka ini menunjukkan bahwa setiap tahunnya terjadi pengurangan penduduk yang berada di bawah garis kemiskinan. Selama periode Maret 2009-Maret 2010, penduduk miskin di daerah perkotaan berkurang sebanyak 0.81 juta (dari 11.91 juta pada Maret 2009 menjadi 11.10 juta pada Maret 2010), sementara di daerah perdesaan berkurang sebesar 0.69 juta orang (dari 20.62 juta pada Maret 2009 menjadi 19.93 juta pada Maret 2010). Analisis yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistika Indonesia (BPS) mengenai penurunan angka kemiskinan yang terjadi diakibatkan oleh beberapa faktor, salah satu diantaranya adalah sekitar 70 persen penduduk miskin yang berada di daerah pedesaan bekerja di sektor pertanian, baik tanaman pangan maupun tanaman hortikultura seperti sayuran, tanaman buah- buahan, tanaman hias dan obat-obatan. Hal ini didukung dengan data BPS (2006), yaitu lapangan usaha yang paling banyak menyerap tenaga kerja secara berturut-turut adalah pertanian, perdagangan, dan industri dengan proporsi masing-masing sebesar 44,5 persen, 19,5 persen, dan 12,2 persen. Tekanan ekonomi dan semakin meningkatnya kebutuhan rumahtangga, menyebabkan banyak perempuan yang ikut bekerja untuk menambah penghasilan keluarga. Dalam keluarga miskin, peran perempuan di sektor publik diharapkan dapat membantu mengatasi masalah ekonomi keluarga, dan peran perempuan atau istri di sektor domestik diharapkan dapat mewujudkan kesejahteraan keluarga. Keterlibatan seluruh keluarga dalam mengelola usaha tani mutlak dibutuhkan. Keterlibatan perempuan memiliki peran yang besar dalam keluarga baik untuk kegiatan rumah tangga maupun kegiatan ekonomi yang dapat menunjang pendapatan rumahtangga. Perempuan (istri petani) secara langsung maupun tidak langsung ikut terlibat dan bertanggung jawab dalam mengelola kegiatan usaha yang berhubungan dengan peningkatan kesejahteraan keluarga. Namun, perempuan umumnya dihargai dengan upah yang lebih rendah dibandingkan laki-laki. Seringkali upah yang dihasilkan istri untuk keluarga

3 dianggap sebagai hasil kontribusi suami terhadap pendapatan keluarga. Kontribusi ekonomi perempuan masih dianggap sekunder dan hanya sebagai pelengkap hasil dari laki-laki (Sobari 1992). Hal ini dikarenakan perempuan seringkali dipandang sebagai orang kedua yang hanya membantu pasangan (subordinat), berpendidikan rendah, dan memiliki keterbatasan keterampilan untuk menghasilkan kontribusi ekonomi bagi keluarga. Sejauh ini, berbagai hasil penelitian menunjukkan bahwa peran dan kontribusi perempuan terhadap kesejahteraan keluarga cukup memegang peranan penting. Namun demikian, pada kenyataanya perempuan masih saja dipandang sebelah mata dalam masyarakat (Zehra 2008). Untuk itu, peneliti tertarik untuk melihat bagaimana peran gender, kontribusi ekonomi perempuan dan kesejahteraan subjektif keluarga petani hortikultura di Kampung Padajaya, Kabupaten Cianjur. Perumusan Masalah Pada tahun 2004 tingkat kemiskinan di Kabupaten Cianjur adalah 26,7 persen dari total jumlah penduduk, tetapi pada tahun 2008 telah mencapai 34,01 persen dari total jumlah penduduk. Data dari Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Cianjur menunjukkan pada tahun 2005 tingkat kemiskinan naik menjadi 28,34 persen, tahun 2006 naik menjadi 35,92 persen, dan tahun 2007 sempat turun menjadi 32,44 persen, tetapi kemudian pada tahun 2008 kembali naik menjadi 34,01 persen. Pada tahun 2008, jumlah penduduk Kabupaten Cianjur tercatat 2.138.465 jiwa dengan jumlah penduduk miskin 727.291 jiwa. Tingkat pengangguran walaupun masih banyak tetapi sudah mengalami penurunan. Sebab sebagian besar sudah dan dapat diserap melalui berbagai kegiatan. Penyerapan tenaga kerja terbanyak ada di sektor pertanian sebesar 48,12 persen, dan sektor perdagangan 23,73 persen 2. Dampak keluarga miskin dan banyaknya pengangguran dalam era globalisasi menuntut perempuan untuk memberikan sumbangan yang lebih bagi keluarga, tidak hanya terbatas pada pekerjaan domestik, seperti melayani suami, mengurus rumah tangga, dan merawat anak. Hal ini menyebabkan banyak wanita 2 http ://cianjur.go.id (diakses 15 Mei 2011)

4 yang terdorong untuk ikut bekerja mencari nafkah yang dimotivasi oleh ekonomi keluarganya, namun mayoritas perempuan yang bekerja di daerah perdesaan berada pada status pekerja keluarga tidak dibayar. Rasio perempuan di bidang pertanian yang mengubah tenaga kerja mereka menjadi uang tunai sangat rendah (Gulcubuk 2010). Daerah Cianjur, terutama Desa Padajaya memiliki potensi pertanian dengan komoditas utama yaitu sayuran dan tanaman bunga potong. Lahan untuk menanam sayuran biasanya di kebun yang pekerjaannya dominan dilakukan oleh suami dan tanaman bunga potong ditanam di daerah pekarangan yang pekerjaannya dominan dilakukan oleh istri. Di Dusun Padajaya, istri ikut memberikan kontribusi ekonomi dalam peran publik, dengan memanfaatkan lahan pekarangan yaitu menanam tanaman bunga potong yang kemudian dijual untuk menambah penghasilan keluarga. Namun, adanya kendala terhadap lahan yang masih sempit, terbatasnya modal, akses dan pengetahuan mengenai pertanian, menyebabkan potensi yang dimiliki tersebut kurang optimal. Penghasilan yang diperoleh oleh keluarga petani, cenderung dipengaruhi oleh besarnya lahan yang mereka miliki, termasuk lahan pekarangan. Istri yang memiliki lahan pekarangan luas, dapat ditanami oleh berbagai tanaman bunga potong yang lebih bervariasi dan bernilai jual tinggi, sebaliknya, perempuan yang memiliki lahan pekarangan yang sempit, akan lebih terbatas dalam meningkatkan kuantitas produksi hasil pekarangannya. Masalah utama perempuan yang bekerja dalam bidang pertanian diantaranya, tidak memiliki akses berkualitas seperti rendahnya akses pendidikan dan kesehatan, melakukan pekerjaan berstatus dan penghasilan rendah, tidak adanya jaminan sosial, besarnya peran tradisional terutama dalam hal aktivitas domestik, dan rendahnya kesempatan (Gulcubuk 2010). Dalam aktivitas publik secara umum, pada petani sayuran, istri kurang terlihat ikut terlibat dalam pemasaran secara ekonomi, sehingga akses istri terbatas. Berdasarkan latar belakang masalah yang ada, maka masalah-masalah dapat diidentifikasikan sebagai berikut : 1. Bagaimana pembagian gender dalam keluarga? 2. Bagaimana kontribusi ekonomi perempuan terhadap pendapatan total keluarga?

5 3. Bagaimana tingkat kesejahteraan objektif dan subjektif keluarga contoh? 4. Bagaimana hubungan antara karakteristik contoh dan keluarga, peran gender, kontribusi ekonomi perempuan dan kesejahteraan keluarga contoh secara objektif dan subjektif? Tujuan Tujuan Umum Penelitian ini secara umum bertujuan untuk mengetahui peran gender, kontribusi ekonomi perempuan dan kesejahteraan keluarga petani hortikultura (studi kasus di Kampung Padajaya, Desa Sindangjaya, Kecamatan Cipanas, Kabupaten Cianjur). Tujuan Khusus 1. Mengidentifikasi pembagian peran gender dalam keluarga. 2. Mengidentifikasi kontribusi ekonomi perempuan terhadap pendapatan total keluarga. 3. Mengidentifikasi tingkat kesejahteraan objektif dan subjektif keluarga contoh. 4. Menganalisis hubungan antara karakteristik contoh dan keluarga, peran gender, kontribusi ekonomi perempuan dan kesejahteraan keluarga contoh secara objektif dan subjektif. Kegunaan Penelitian Penelitian ini berguna untuk : 1. Sarana untuk mengembangkan diri dan memperluas pengetahuan serta wawasan peneliti mengenai pentingnya peran gender dan kontribusi ekonomi perempuan terhadap kesejahteraan keluarga. 2. Sumbangan informasi bagi pengembangan IPTEK di Indonesia terutama yang berkaitan dengan keluarga. 3. Bahan masukan bagi pemerintah dan pihak terkait yang peduli dengan keluarga, sehingga akan bermanfaat bagi pembangunan dan kemajuan bangsa Indonesia.

6 4. Bagi masyarakat, penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai peran dan kedudukan istri yang membantu perekonomian keluarganya dan mengetahui kontribusinya terhadap kesejahteraan ekonomi keluarga. 5. Menambah wawasan dan pengetahuan pembaca khususnya mengenai peran gender dan kontribusi ekonomi perempuan terhadap kesejahteraan keluarga serta dapat berguna sebagai literatur bagi penelitian selanjutnya.