III KERANGKA PEMIKIRAN

dokumen-dokumen yang mirip
III KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN. usahatani, pendapatan usahatani, dan rasio penerimaan dan biaya (R-C rasio).

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

III. KERANGKA PEMIKIRAN

TINJAUAN PUSTAKA,LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

II. LANDASAN TEORI A. Penelitian Terdahulu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu 4.2 Data dan Instrumentasi

III KERANGKA PEMIKIRAN

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS. secara efektif dan efisien untuk tujuan memperoleh keuntungan yang

KERANGKA PEMIKIRAN. 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN

dan produktivitasnya sehingga mampu memenuhi kebutuhan IPS. Usaha

III KERANGKA PEMIKIRAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan, sumber daya alam hayati yang didominasi oleh pepohonan dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN TEORI EKONOMI PRODUKSI PERTANIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. METODE KERJA 1. Lokasi dan Waktu 2. Pengumpulan data

KERANGKA PENDEKATAN TEORI. bangunan. Jika bangunan tersebut rumah, maka disebut pekarangan rumah.

IV. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional. mengenai variabel yang akan diteliti untuk memperoleh dan menganalisis

II. TINJAUAN PUSTAKA. input atau faktor-faktor produksi (tanah, tenaga kerja, modal, teknologi, pupuk,

III. METODE PENELITIAN. memperoleh dan menganalisis data yang berhubungan dengan penelitian,

III. METODE PENELITIAN. Semua konsep dan defenisi operasional ini mencakup pengertian yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

KOMPONEN AGRIBISNIS. Rikky Herdiyansyah SP., MSc

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN

2. TINJAUAN PUSTAKA. π = f (Py; Pxi; ;Pzj)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

III KERANGKA PEMIKIRAN

Kajian Biaya, Penerimaan & Keuntungan Usahatani

III. KERANGKA PEMIKIRAN. Menurut Bachtiar Rivai (1980) yang dikutip oleh Hernanto (1996),

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

III. KERANGKA PEMIKIRAN. elastisitas, konsep return to scale, konsep efisiensi penggunaan faktor produksi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Rancabungur, Desa Pasirgaok, Bogor,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Usahatani dapat diartikan sebagai ilmu yang mempelajari bagaimana. produksi danpendapatanyang diinginkan pada waktu tertentu.

III. KERANGKA PEMIKIRAN

IV. METODE PENELITIAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. Perekonomian padi dan beras merupakan pendukung pesatnya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

IV. METODE PENELITIAN

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI SEHAT

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

IV. METODE PENELITIAN

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Gambaran Program Pembiayaan Pertanian

BAB I PENDAHULUAN. mata pencaharian di bidang pertanian. Sektor pertanian pada setiap tahap

III. KERANGKA PEMIKIRAN. konsep efisiensi penggunaan faktor-faktor produksi, serta konsep penerimaan,

Modal merupakan barang ekonomi yang dapat digunakan untuk memproduksi barang dan jasa Modal pada usahatani mencakup semua barang-barang yang dapat

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Pola kemitraan ayam broiler adalah sebagai suatu kerjasama yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. atau pemasaran hasil pertanian. Padahal pengertian agribisnis tersebut masih jauh dari

IV METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian

IV METODE PENELITIAN. 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

SURYA AGRITAMA Volume I Nomor 1 Maret 2012 KERAGAAN USAHATANI PADI SAWAH PETANI GUREM DI DESA MLARAN KECAMATAN GEBANG KABUPATEN PURWOREJO

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. peranan penting dari keseluruhan perekonomian nasional. Hal ini dapat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

IV. METODOLOGI. merupakan salah satu daerah pertanian produktif di Kabupaten Majalengka.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pembangunan termasuk didalamnya berbagai upaya penanggulangan

IV. METODE PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. Geografi adalah mempelajari gejala-gejala di permukaan bumi secara keseluruhan dengan

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

III. KERANGKA PEMIKIRAN

ANALISIS USAHATANI JAGUNG (Zea Mays L) (Suatu kasus di Desa Pancawangi Kecamatan Pancatengah Kabupaten Tasikmalaya)

KAJIAN KEPUSTAKAAN. Peternakan adalah kegiatan usaha dalam memanfaatkan kekayaan alam biotik

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. bermata pencaharian sebagai petani. Tercatat bahwa dari 38,29 juta orang

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang benar tentang konsep agribisnis itu sendiri. Sering ditemukan bahwa

METODE PENELITIAN. merupakan penelitian yang dimaksudkan untuk mengumpulkan informasi

Oleh: 1 Haris Hermawan, 2 Soetoro, 3 Cecep Pardani

PROPOSAL POTENSI, Tim Peneliti:

Transkripsi:

III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis merupakan merupakan suatu rancangan kerja penelitian yang digunakan untuk mengungkapkan konsep dan teori dalam menjawab dan memecahkan pokok permasalahan suatu penelitian percobaan tertentu yang ilmiah. 3.1.1. Struktur Biaya Biaya dalam arti luas adalah pengorbanan sumber ekonomi yang diukur dalam satuan uang yang telah terjadi atau kemungkinan akan terjadi untuk mencapai tujuan tertentu. Komposisi biaya yang terjadi pada suatu usaha disebut struktur biaya. Struktur biaya berdasarkan perilaku biaya yang dibedakan menjadi biaya tetap dan biaya variabel (Mulyadi, 1999). Perilaku biaya berhubungan dengan periode produksi. Dalam jangka pendek ada faktor produksi tetap yang menimbulkan biaya tetap, yaitu biaya produksi yang besarnya tidak tergantung pada besar kecilnya produksi yang diperoleh. Pengusaha harus tetap membayarnya berapapun jumlah komoditi yang dihasilkan usahanya. Biaya tetap terdiri dari gaji tenaga kerja administrasi, penyusutan kandang, penyusutan ternak dan lahan tempat pengelolaan ternak yang dianggap sebagai biaya yang diperhitungkan sebagai sewa lahan. Dalam jangka panjang, karena semua faktor produksi dianggap variabel, maka biaya juga variabel. Artinya, besarnya biaya produksi dapat berubah apabila skala usaha berubah. Biaya variabel terdiri dari biaya tenaga kerja langsung, pakan, obat-obatan, dan penyusutan peralatan tidak tahan lama. Konsep biaya jangka panjang diperlukan oleh pengusaha untuk menentukan skala usaha dari suatu perusahaan. Pengusaha dapat menyesuaikan besarnya skala usaha agar keuntungan yang diperoleh maksimal. Dalam membuat keputusan jangka panjang, pengusaha harus mengetahui biaya produksi yang minimum pada berbagai tingkat produksi. Biaya minimum perusahaan dalam jangka panjang dapat diketahui dengan kurva biaya rata-rata jangka panjang. 20

Hernanto (1989) mengungkapkan bahwa biaya produksi dalam usahatani dapat dibedakan : 1) Berdasarkan jumlah output yang dihasikan terdiri dari : a) Biaya tetap adalah biaya yang besar kecilnya tidak tergantung pada besar kecilnya produksi, misalnya pajak tanah, sewa tanah, penyusutan alat-alat bangunan pertanian dan bunga pinjaman. b) Biaya variabel adalah biaya yang berhubungan langsung dengan jumlah produksi, misalkan pengeluaran untuk bibit, pupuk, obat-obatan dan biaya tenaga kerja. 2) Berdasarkan yang langsung dikeluarkan dan diperhitungkan terdiri dari : a) Biaya tunai adalah biaya tetap dan biaya variabel yang dibayar tunai. Biaya tetap misalnya pajak tanah dan bunga pinjaman, sedangkan biaya variabel misalnya pengeluaran untuk bibit, pupuk, obat-obatan dan tenagan kerja luar keluarga. Biaya tunai berguna untuk melihat pengalokasian modal yang dimiliki oleh petani. b) Biaya tunai (diperhitungkan) adalah biaya penyusutan alat-alat pertanian, sewa lahan milik sendiri (biaya tetap) dan tenaga dalam keluarga (biaya variabel). Biaya tidak tunai ini melihat bagaimana manajemen suatu usahatani. Menurut Suratiyah (2009) faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya biaya sangatlah kompleks. Namun demikian, faktor tersebut dapat dibagi dibagi ke dalam dua golongan sebagai berikut : 1) Faktor internal dan eksternal Faktor internal antara lain umur petani, pendidikan, pengetahuan, pengalaman dan keterampilan, jumlah tenaga kerja keluarga, luas lahan dan modal. Sementara itu, faktor eksternal yang mempengaruhi biaya adalah input (ketersediaan dan harga) dan output (permintaan dan harga). 2) Faktor manajemen Di samping faktor internal dan eksternal maka manajemen juga sangat menentukan. Dengan faktor internal tertenu maka petani harus dapat mengantisipasi faktor eksternal yang selalu berubah-ubah dan tidak sepenuhnya dapat dikuasai. Petani harus dapat melaksanakan usahataninya 21

dengan sebaik-baiknya yaitu penggunaan faktor produksi dan tenaga kerja secara efisien sehingga akan diperoleh manfaat yang setinggi-tingginya. Dalam pelaksanaanny sangat diperlukan berbagai informasi tentang kombinasi faktordan informasi harga baik harga faktor produksi maupun produk. Dengan bekal informasi tersebut petani dapat segera mengantisipasi perubahan yang ada agar tidak salah pilih dan merugi. 3.1.2 Konsep Usahatani. Ilmu usahatani biasanya diartikan sebagai ilmu yang mempelajari bagaimana seseorang mengalokasikan sumberdaya yang ada secara efektif dan efisien untuk tujuan memperoleh keuntungan yang maksimal pada waktu tertentu (Soekartawi 2002). Usahatani dikatakan efektif apabila petani atau produsen dapat mengalokasikan sumberdaya yang dimiliki secara tepat dan baik. Sedangkan dikatakan efisien bila pemanfaatan sumberdaya tersebut menghasilkan keluaran (output) yang melebihi masukan (input). Usahatani adalah himpunan dari sumber-sumber alam yang terdapat di tempat itu yang diperlukan untuk produksi pertanian seperti tubuh, tanah dan air, perbaikan-perbaikan yang telah dilakukan atas tanah itu, sinar matahari, bangunan-bangunan yang didirikan di atas tanah dan sebagainya (Mubyarto 1989). Pada hakekatnya dalam menjalankan usahatani sama dengan menjalankan sebuah perusahaan yang bergerak di bidang pertanian. Dilihat dari tujuannya yang bersifat ekonomis artinya petani memproduksi hasil-hasil pertanian baik untuk dijual maupun untuk konsumsi sendiri. Usahatani sebagai organisasi alam, kerja dan modal yang ditunjukkan pada produksi di lapangan pertanian. Organisasi ketatalaksanaannya berdiri sendiri dan sengaja diusahakan oleh seseorang atau sekumpulan orang, segolongan sosial yang terikat genologis, teritorial sebagai pengelolanya (Hernanto 1989). Dalam usahatani petani biasanya tidak terfokus dalam satu komoditi saja, pilihan biasanya ditunjukkan pada komoditi yang menguntungkan. Dalam menentukan komoditi ini banyak faktor yang mempengaruhi, antara lain keadaan fisik lahan, jaminan kelangsungan, fluktuasi harga komoditi, modal yang dimiliki, teknologi yang dikuasai, musim tanam dan pertimbangan ekonomis. 22

Usahatani yang dimaksud di atas antara lain meliputi : (a) adanya lahan, tanah usahatani yang di atasnya tumbuh tanaman, ada tanah yang dibuat kolam tambak, sawah dan tegalan, (b) ada bangunan yang berupa rumah petani, gudang, kandang lantai jemur dan lain-lain, (c) ada alat-alat pertanian seperti cangkul, garpu, linggis, sprayer, pencurahan, tenaga kerja untuk mengelola tanah untuk menanam, memelihara dan lain-lain serta (d) ada petani yang menerapkan rencana usahataninya, mengawasi jalannya usahatani dan menikmati hasil usahataninya (Hernanto 1989). Berusahatani merupakan suatu kegiatan untuk memperoleh produk di bidang pertanian yang pada akhirnya akan dinilai dari biaya yang dikeluarkan dan penerimaan yang diperoleh. Selisih keduanya merupakan pendapatan dari kegiatan usahanya. Karena dalam kegiatan itu petani yang bertindak sebagai pengelola, pekerja, dan sebagai penanam modal pada usaha tersebut, maka pendapatan itu digambarkan sebagai balas jasa dari kerjasama faktor-faktor produksi dihitung untuk jangka waktu tertentu. Analisis pendapatan usahatani mempunyai kegunaan bagi petani maupun bagi pemilik faktor produksi, yaitu (1) menggambarkan keadaan sekarang suatu kegiatan usaha, (2) menggambarkan keadaan yang akan datang dari perencanaan atau tindakan. Usahatani didefinisikan sebagai satuan organisasi produksi di lapangan pertanian dimana terdapat unsur lahan yang mewakili alam, unsur tenaga kerja yang bertumpu pada anggota keluarga tani, unsur modal yang beraneka ragam jenisnya dan unsur pengelolaan atau manajemen yang peranannya dibawakan oleh seorang yang disebut petani (Hernanto 1989). Keempat unsur ini tidak dapat dipisahkan karena kedudukannya dalam usahatani sama-sama penting. Pengenalan dan pemahaman keempat unsur pokok tersebut diperlukan karena berkaitan dengan kepemilikan dan penguasaan faktor produksi. Ilmu yang mempelajari tentang usahatani dikenal dengan ilmu usahatani. Menurut Soekartawi (1995) ilmu usahatani diartikan sebagai ilmu yang mempelajari bagaimana seseorang mengalokasikan sumberdaya yang ada di lapangan pertanian secara efektif dan efisien untuk tujuan memperoleh keuntungan yang tinggi pada waktu tertentu. Dikatakan efektif bila petani atau produsen dapat mengalokasikan sumberdaya yang mereka miliki sebaik-baiknya 23

bila pemanfaatan sumberdaya tersebut menghasilkan keluaran (output) yang melebihi masukan (input). Hernanto (1989) berpendapat bahwa selalu ada empat unsur pokok dalam usahatani atau sering juga disebut sebagai faktor-faktor produksi. Keempat unsur tersebut antara lain adalah : 1) Lahan Lahan merupakan faktor produksi yang mewakili unsur alam dan merupakan jenis modal yang sangat penting. Lahan usahatani dapat berupa tanah pekarangan, tegalan, sawah dan sebagainya. Lahan tersebut dapat diperoleh dengan cara membuka lahan sendiri, membeli, menyewa, bagi hasil, pemberian negara, warisan ataupun wakaf. Penggunaan lahan dapat diusahakan secara monokultur maupun polikultur ataupun tumpangsari. 2) Tenaga kerja Tenaga kerja dalam usahatani sangat diperlukan dalam menyelesaikan berbagai macam kegiatan produksi. Jenis tenaga kerja manusia dibedakan menjadi tenaga kerja pria, wanita dan anak-anak yang dipengaruhi oleh umur, pendidikan, keterampilan, pengalaman, tingkat kesehatan dan faktor alam seperti iklim dan kondisi lahan. Jika terjadi kekurangan tenaga kerja maka petani mempekerjakan buruh yang berasal dari luar keluarga dengan member balas jasa atau upah. Berdasarkan hal tersebut, menurut sumbernya tenaga kerja dalam usahatani dapat berasal dari dalam dan luar keluarga. 3) Modal Modal adalah faktor produksi dalam usahatani setelah lahan dan tenaga kerja. Penggunaan modal berfungsi membantu meningkatkan produktivitas, baik lahan maupun tenaga kerja untuk menciptakan kekayaan dan pendapatan usahatani. Modal dalam suatu usahatani digunakan untuk membeli sarana produksi serta pengeluaran selama kegiatan usahatani berlangsung. Sumber modal diperoleh dari milik sendiri, pinjaman atau kredit, warisan, usaha lain ataupun kontrak sewa. 4) Pengelolaan (manajemen) usahatani Pengelolaan usahatani adalah kemampuan petani untuk menentukan, mengorganisir dan mengkoordinasikan faktor-faktor produksi yang 24

dikuasainya dengan sebaik-baiknya sehingga memberikan produksi pertanian sebagaimana yang diharapkan. Manajemen merupakan tindakan manusia (petani) dengan kemampuan dan keterampilannya mengkombinasikan faktorfaktor produksi lahan, tenaga kerja dan modal dalam proses produksi pertanian untuk tujuan menghasilkan barang-barang yang dibutuhkan secara maksimum. Untuk dapat menjadi pengelola yang berhasil, maka pemahaman terhadap prinsip teknik dan prinsip ekonomis menjadi syarat bagi seorang pengelola. Pengenalan dan pemahaman prinsip teknik meliputi perilaku cabang usaha yang diputuskan, perkembangan teknologi, tingkat teknologi yang dikuasai dan cara budidaya atau alternatif lain berdasar pengalaman orang lain. Pengenalan pemahaman prinsip ekonomis antara lain penentuan perkembangan harga, kombinasi cabang harga, pemasaran hasil, pembiayaan usahatani, penggolongan modal dan pendapatan serta ukuran-ukuran keberhasilan yang lazim. Panduan penerapan kedua prinsip itu tercermin dari keputusan yang diambil agar risiko tidak menjadi tanggungan si pengelola. Kesediaan risiko sangat tergantung kepada tersedianya modal, status petani, umur, lingkungan usaha, perubahan posisi, pendidikan dan pengalaman petani. 3.1.3 Pendapatan Usahatani Menurut Soekartawi (1995), penerimaan usahatani adalah perkalian antara produksi dengan harga jual, biaya usahatani adalah semua pengeluaran yang dipergunakan dalam suatu usahatani. Penerimaan usahatani disebut sebagai pendapatan kotor usahatani dan selanjutnya dihitung dari jumlah produk dikalikan dengan harga per satuan atau dapat dirumuskan : TR = Y. Py di mana : TR = Jumlah penerimaan Y = Produk Py = Harga produk per satuan Secara khusus bagi petani, analisis pendapatan usahatani dapat memberikan bantuan untuk mengukur tingkat keberhasilannya dalam usaha. Suatu 25

usahatani dapat dikatakan berhasil apabila situasi pendapatannya memenuhi syarat: (1) cukup untuk membayar semua pembelian sarana produksi termasuk biaya angkutan dan administrasi yang mungkin melekat pada pembelian tersebut, (2) cukup untuk membayar bunga modal yang ditanamkan termasuk pembayaran sewa tanah dan pembayaran dana depresiasi modal dan (3) cukup untuk membayar upah tenaga kerja yang dibayar atau bentuk-bentuk upah lainnya untuk tenaga kerja yang tidak diupah. Dalam kaitan ukuran keberhasilan suatu usahatani yang ditentukan oleh tingkat pendapatannya, lebih jauh menyatakan beberapa syarat minimal yang harus dipenuhi. Syarat- syarat tersebut adalah : (1) usahatani harus dapat menghasilkan cukup pendapatan untuk membayar biaya semua alat-alat yang diperlukan; (2) usahatani harus dapat menghasilkan pendapatan yang dapat dipergunakan untuk membayar bunga modal yang dipergunakan dalam usahatani tersebut; (3) usahatani harus dapat membayar upah tenaga petani dalam keluarganya yang dipergunakan dalam usahatani secara layak; (4) usahatani yang bersangkutan harus paling sedikit berada dalam keadaan seperti semula dan (5) usahatani harus dapat membayar tenaga petani sebagai manajer (Sagala dalam Hadisapoetro, 2010). Petani yang rasional akan memilih cabang usaha yang pendapatannya tinggi, sehingga dengan adanya perhitungan pendapatan suatu usahatani akan membantu petani untuk menentukan pilihan cabang usaha mana yang lebih menjanjikan pendapatan tinggi. Demikian juga halnya dengan petani gambir yang akan memilih bentuk output yang mana yang menjanjikan keuntungan lebih besar. Total pendapatan petani dapat bersumber dari pendapatan petani dari usahataninya dan pendapatan petani dari luar usahataninya. Pendapatan petani dari usahataninya adalah sebagian dari pendapatan kotor yang karena tenaga keluarga dan kecakapannya memimpin usahanya dan sebagian bunga dari kekayaannya sendiri yang telah dipergunakan di dalam usahataninya menjadi hak dari keluarganya. Oleh karena itu, pendapatan petani dari usahataninya juga dapat diperhitungkan dengan mengurangi pendapatan kotor dengan biaya alat luar (Sagala dalam Hadisapoetra, 2010). 26

Analisis pendapatan tunai dan pendapatan total produksi usahatani merupakan bentuk analisis dalam usahatani yang digunakan untuk melihat keuntungan relatif dari suatu kegiatan cabang usahatani berdasarkan perhitungan finansial. Dalam analisis ini dilakukan dua pendekatan, yaitu perhitungan pendapatan atas dasar biaya tunai dan perhitungan atas dasar biaya total (biaya tunai dan biaya yang diperhitungkan) Pengeluaran usahatani mencakup beberapa unsur seperti pembelian sarana produksi, upah buruh tani, sewa ternak kerja atau traktor, sewa alat-alat, bangunan dan lahan (apabila lahan bukan milik sendiri), pembelian alat-alat, perbaikan alat, biaya pengangkutan, pembayaran angsuran pokok kredit dan bunganya, pembayaran pajak dan sumbangan wajib lainnya, serta pengurangan nilai investasi (penyusutan). Pengeluaran tersebut sering disebut sebagai pengeluaran usahatani keluarga. Selain itu terdapat juga pengeluaran serperti nilai tenaga kerja keluarga yang tidak dibayarkan serta bunga modal sendiri. Jumlah dari keduanya disebut total pengeluaran usahatani. Berdasarkan cara perhitungan pendapatan usahatani, dikenal dua jenis pendapatan, yaitu pendapatan bersih usahatani (net farm income) dan pendapatan kotor (gross farm income). Pendapatan bersih dihitung dari hasil pengurangan antara jumlah penerimaan (total revenue) dengan jumlah biaya (total cost) yang dikeluarkan dalam proses produksi. Dapat dikemukakan bahwa pendapatan bersih usahatani merupakan keuntungan usahatani (profit) dan dapat dirumuskan sebagai berikut : π = TR TC di mana : π = Keuntungan (Pendapatan Usahatani) TR = Total revenue TC = Total cost Menurut Soekartawati et al (1986), pendapatan kotor usahatani secara operasional dapat dihitung. Pendapatan kotor untuk tanaman meliputi (1) nilai hasil yang dijual, (2) nilai hasil yang dikonsumsi dalam rumah tangga petani, (3) nilai hasil yang digunakan untuk bibit, (4) nilai hasil yang digunakan untuk pembayaran, dan (5) nilai hasil yang masih disimpan. Pengeluaran usahatani meliputi seluruh biaya yang digunakan dalam proses produksi. Biaya dapat 27

berwujud biaya variabel dan biaya tetap. Biaya variabel adalah biaya faktorfaktor produksi variabel yaitu faktor produksi yang terpakai proses produksi atau habis terpakai dalam jangka waktu analisis usahatani. Data produksi meliputi hasil (produksi) yang diperoleh dan yang diberikan kepada pihak lain karena jasanya dalam kegiatan usahatani tersebut. Biaya variabel sangat mempengaruhi jumlah produk yang dihasilkan. Biaya tetap adalah biaya faktor-faktor produksi tetap yaitu faktor produksi yang tidak habis terpakai dalam proses produksi atau tidak habis terpakai selama jangka waktu analisis usahatani. Dalam analisis jangka panjang hampir tidak terdapat biaya tetap karena semua faktor produksi bersifat variabel. Biaya tetap merupakan biaya penyusutan alat-alat, sedangkan yang termasuk biaya variabel antara lain biaya pupuk, pestisida, tenaga kerja harian dan biaya bibit. Jadi biaya tetap ini tergantung pada besar-kecilnya produksi yang diperoleh. Kesulitan dalam menghitung biaya usahatani biasanya timbul bila tanaman yang diusahakan itu lebih dari satu komoditi, misalnya tanaman tumpangsari jagung dan kedelai. Hal ini menyebabkan jumlah input yang dipakai tidak diketahui persis diarahkan untuk tanaman jagung atau kedelai. Besaran pendapatan yang diperoleh dari usahatani tergantung pada: luas lahan usahatani, efisiensi kerja dan efisiensi produksi. Pendapatan usahatani adalah selisih antara penerimaan dan biaya yang telah dikeluarkan. Pendapatan usahatani dibedakan menjadi dua yaitu pendapatan tunai dan pendapatan atas biaya total yang sering disebut yang sering disebut sebagai pendapatan total. Tingkat pendapatan usahatani dapat dinyatakan dalam persamaan matematika sebagai berikut: Itunai = NP BT Itotal = NP (BT+BD) Keterangan: I tunai = Tingkat Pendapatan Bersih Tunai I total = Tingkat Pendapatan Bersih Total NP = Nilai produk; Hasil Perkalian Jumlah Output Dengan Harga Satuan BT = Biaya tunai BD = Biaya diperhitungkan 28

3.1.4 Imbangan Penerimaan dan Biaya Menurut Hernanto (1989), tingkat keuntungan relatif dari suatu kegiatan usahatani berdasarkan perhitungan finansial dapat diketahui dengan melakukan analisis imbangan penerimaan dan biaya (R/C rasio). R/C rasio menunjukkan berapa besarnya penerimaan usahatani yang akan diperoleh petani untuk setiap rupiah biaya yang dikeluarkan dalam kegiatan usahatani. Apabila usahatani memiliki nilai R/C rasio lebih besar dari satu dapat dikatakan menguntungkan. Sebaliknya, apabila nilai R/C rasio lebih kecil dari satu, berarti penerimaan biaya satu satuan akan mengurangi penerimaan biaya satu satuan akan mengurangi penerimaan sebesar satu satuan, atau dapat dikatakan bahwa usahatani tersebut belum menguntungkan. Sedangkan jika kegiatan usahatani memiliki nilai R/C rasio sama dengan satu, maka kegiatan usahatani tersebut berada pada keuntungan normal. Artinya setiap satu satuan biaya yang dikeluarkan, maka kegiatan usaha mampu menghasilkan manfaat bersih sebesar satu satuan atau dapat dikatakan impas. 3.1.5 Evaluasi Program PUAP Keberhasilan program ini dalam rangka pemberdayaan potensi agribisnis desa akan memberikan pengaruh berupa manfaat yang optimal terutama bagi petani yang membudidayakan atau mengusahakan tanaman pangan padi. Oleh karena itu, evaluasi terhadap pelaksanaan program ini perlu dilakukan untuk memberikan masukan terhadap program PUAP lanjutan tahun ini. Adapun indikator-indikator dari keberhasilan PUAP berdasarkan pedoman atau juknisnya antara lain 9 : 1. Indikator keberhasilan output yaitu : a. Tersalurkannya dana BLM-PUAP kepada petani, buruh tani dan rumah tangga tani miskin dalam melakukan usaha produktif pertanian; dan b. Terlaksananya fasilitas Gapoktan, Penyuluh Pendamping dan Penyelia Mitra Tani 2. Indikator keberhasilan outcome yaitu : 9 PSDM/Tim PUAP Pusat 2008, Pedoman PUAP 29

a. Meningkatnya kemampuan Gapoktan dalam memfasilitasi dan mengelola bantuan modal usaha untuk petani anggota baik pemilik, petani penggarap, buruh tani maupun rumah tangga tani; b. Meningkatnya jumlah petani, buruh tani dan rumah tangga tani yang mendapatkan bantuan modal usaha; c. Meningkatnya aktivitas kegiatan agribisnis (budidaya dan hilir) di perdesaan; dan d. Meningkatnya pendapatan petani (pemilik dan atau penggarap), buruh tani dan rumah tangga tani dalam berusaha tani sesuai dengan potensi daerah. 3. Indikator benefit dan Impact antara lain : a. Berkembangnya usaha agribisnis dan usaha ekonomi rumah tangga tani di lokasi desa peserta PUAP; b. Berfungsinya Gapoktan sebagai lembaga ekonomi yang dimiliki dan dikelola oleh petani; dan c. Berkurangnya jumlah petani miskin dan pengangguran Berdasarkan dari indikator tersebut dapat dinilai keberhasilan program PUAP dalam memberikan pengaruh terhadap pendapatan petani peserta. Dengan digunakannya salah satu indikator keberhasilan, maka program PUAP berpengaruh nyata terhadap peningkatan pendapatan petani peserta. Salah satu yang menjadi indikator dari keberhasilan penerapan program PUAP adalah dapat dilihat dari dimensi moneter yaitu pendapatan dan pengeluaran. Indikator yang dimaksud adalah menilai tingkat pendapatan. Pemilihan indikator ini dengan pertimbangan bahwa pendapatan merupakan salah satu parameter yang bisa digunakan untuk menilai tingkat kesejahteraan seseorang. 3.2 Kerangka Pemikiran Operasional Program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) merupakan salah satu program terobosan dari Departemen Pertanian yang menitikberatkan pada pengembangan agribisnis dengan melihat pontensi komoditi yang dimiliki desa peserta PUAP. Sejak februari 2008 program ini dirancang dengan tujuan untuk mewujudkan Indonesia sebagai negara yang memiliki lumbung pangan mandiri, sehingga hal ini berdampak pada pengurangan penggunaan devisa akibat 30

dari impor beras atau bahan baku pertanian. Pada awal digulirkannya program ditujukan untuk terlebih dahulu memberdayakan sektor on farm terlebih dahulu dan dalam rangka mempertahankan predikat swasembada pangan tahun 2008, hal ini dikarenakan untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri yang masih kekurangan baik itu sektor pertanian dan peternakan. Komoditi tanaman pangan merupakan sektor komoditi on farm yang terbesar dibiayai oleh dana BLM PUAP terutama di wilayah Propinsi Jawa Barat. Hal ini dikarenakan tanaman pangan merupakan komoditi yang menjadi prioritas dari pemerintah untuk dapat dikembangkan yang dalam jangka panjangnya nanti Indonesia tidak lagi menjadi importir bahan baku pertanian Alokasi dana yang sebagian besar ditujukan untuk tanaman pangan, maka dapat disimpulkan bahwa untuk wilayah Propinsi Jawa Barat, pemerintahan pusat mempunyai tujuan untuk menjadikan propinsi ini sebagai lumbung pangan. Dengan melihat dasar yang jelas tersebut, maka komoditi tanaman pangan dapat menjadi indikator dari keberhasilan program PUAP dapat memberikan pengaruh nyata terhadap pendapatan petani di desa. Salah satu penilaian keberhasilan atau pengaruh dari program PUAP adalah dengan melihat dari salah satu indikator yang diberikan oleh Departemen Pertanian dalam pedoman PUAP yang diantaranya adalah adanya peningkatan kesejahteraan atau pendapatan petani dari sebelum mendapatkan dana BLM PUAP dengan pendapatan sesudah memperoleh dana BLM PUAP. Penilaian keberhasilan ini adalah dengan mengambil sampel salah satu komoditi pertanian yang mayoritas dibiayai PUAP yaitu tanaman pangan. Perbedaan mencolok dalam melihat pengaruh program ini adalah tingkat hasil produktivitas padi yang meningkat dari sebelum memperoleh dana ini. 31

Permasalahan pertanian di Perdesaan 1. SDM Petani 2. Kemampuan Permodalan 3. Akses Informasi Program PUAP 1. Pengentasan Kemiskinan 2. Lapangan Kerja 3. Pemerataan Pembangunan di Desa 4. Penguatan Modal Usaha Penyaluran melalui Gapoktan dengan kredit PUAP Lembaga Keuangan Mikro Agribisnis (LKMA) Rukun Makmur Pelaksanaan Program PUAP dilihat dari tingkat pendapatan dengan metode Analisis Usahatani Pendapatan petani padi Sebelum PUAP bergulir Pendapatan Petani Padi Setelah PUAP bergulir Pengaruh Keberhasilan Program PUAP Terhadap Pendapatan Petanipetani Tanaman Pangan (Padi) Gambar 2. Bagan Alur Kerangka Pemikiran Operasional 32