BAB II TINJAUAN PUSTAKA. peranan penting dari keseluruhan perekonomian nasional. Hal ini dapat

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. peranan penting dari keseluruhan perekonomian nasional. Hal ini dapat"

Transkripsi

1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pembangunan pertanian Pengertian pertanian Indonesia merupakan Negara pertanian, artinya pertanian memegang peranan penting dari keseluruhan perekonomian nasional. Hal ini dapat ditunjukkan dari banyaknya penduduk atau tenaga kerja yang hidup atau bekerja pada sektor pertanian. Sebagai negara yang terletak di daerah khtulistiwa maka pertanian di indonesia merupakan pertanian tropis. Topografi yang bergunung-gunung menyebabkan terjadinya variasi suhu yang berada pada suatu daerah tertentu sehingga mempengaruhi jenis-jenis tanaman yang cocok ditanami. Kemudian letak indonesia yang berada diantara dua samudra dan dua benua turut mempengaruhi iklim di indonesia terutama di dalam perubahan arah angin yang bertekanan tinggi ke daerah yang bertekanan rendah dari sekilas uraian di atas dapatlah kita pahami tentang pertanian di Indonesia. Definisi ilmu ekonomi pertanian, Mubyarto adalah : Ilmu ekonomi pertanian adalah ilmu kemasyarakatan (social sciences), ilmu yang mempelajari perilaku dan upaya serta hubungan antar manusia. Perilaku yang di pelajari bukan hanya mengenai perilaku manusia secara sempit, misalnya perilaku petani dalam kehidupan pertaniannya, tetapi mencakup persoalan ekonomi lainnya yang langsung maupun tidak langsung berhubungan dengan produksi, pemasaran dan konsumsi petani dan kelompok-kelompok petani.

2 Pertanian adalah suatu proses produksi khas yang didasarkan atas pertumbuhan tanaman dan hewan, para petani mengatur dan menggiatkan perumbuhan tanaman dan hewan tersebut. Kegiatan produksi dalam setiap kegiatan usaha tani merupakan kegiatan usaha (business) dimana biaya dan penerimaan merupakan aspek penting. Dari defenisi ekonomi pertanian diatas maka analisis perusahaanperusahaan pengolahan hasil pertanian, perdagangan internasional atas hasil-hasil pertanian, kebijaksanaan pertanian, hukum-hukum dan hak-hak pertanahan termasuk bidang-bidang yang harus dipelajari oleh ekonomi pertanian Pengertian Pembangunan Pertanian Pembangunan pertanian merupakan proses dinamis yang pada gilirannya akan membawa dampak perubahan sosial ekonomi bagi masyarakat yang hidup dan tinggal di wilayah pedesaan, karena sebagian besar dari mereka menggantungkan hidupnya dari sektor pertanian. Iqbal dan sudaryanto (Dalam Haryono,2008) mendefinisikan pembangunan pertanian sebagai suatu proses perubahan sosial. Implementasinya tidak hanya ditujukan untuk meningkatkan status dan kesejahteraan petani semata, tetapi sekaligus juga di maksudkan untuk mengembangkan potensi sumberdaya manusia baik secara ekonomi, sosial, politik, budaya, lingkungan, maupun melalui perbaikan (improvement), pertumbuhan (growth) dan perubahan (change) Pembangunan Pertanian di Indonesia tetap dianggap terpenting dari keseluruhan pembangunan ekonomi, apalagi semenjak sektor pertanian ini menjadi penyelamat perekonomian nasional karena justru pertumbuhannya

3 meningkat, sementara sektor lain pertumbuhannya negatif. Beberapa alasan yang mendasari pentingnya pertanian di Indonesia : (1) potensi sumberdayanya yang besar dan beragam, (2) pangsa terhadap pendapatan nasional cukup besar, (3) besarnya penduduk yang menggantungkan hidupnya pada sektor ini dan (4) menjadi basis pertumbuhan di pedesaan Potensi pertanian yang besar namun sebagian besar dari petani banyak yang termasuk golongan miskin adalah sangat ironis terjadi di Indonesia. Pembangunan di sektor pertanian juga rentan terhadap perubahan dan dampak-dampak lingkungan yang telah terjadi, seperti hujan asam (acid deposition) akibat pencemaran udara, serta penurunan kualitas tanah akibat penggunaan pupuk kimia yang berlebihan. Beberapa kendala dan masalah lain yang dihadapi adalah: (1) rendahnya kesejahteraan dan relatif tingginya tingkat kemiskinan petani dan nelayan; (2) lahan pertanian yang semakin menyempit; (3) terbatasnya akses ke sumberdaya produktif, terutama akses terhadap sumber permodalan yang diiringi dengan rendahnya kualitas SDM; (4) penguasaan teknologi masih rendah; (5) belum optimalnya pengelolaan sumberdaya, (6) terjadinya penurunan hasil hutan alam sementara hasil hutan tanaman dan hasil non kayu belum dimanfaatkan secara optimal, serta (7) lemahnya infrastruktur (fisik dan non fisik) di sektor pertanian pada khususnya dan pedesaan pada umumnya. Dalam literatur klasik pembangunan pertanian karya Arthur Mosher yang berjudul Getting Agriculture Moving dijelaskan secara sederhana dan jelas tentang syarat pokok dan syarat pelancar dalam pembangunan pertanian. Syarat pokok pembangunan pertanian meliputi : (1) adanya pasar untuk hasil-hasil usaha

4 tani, (2) teknologi yang selalu senantiasa berkembang, (3) tersedianya bahanbahan dan alat-alat produksi secara lokal, (4) adanya perangsang produksi bagi petani, dan (5) tersedainya alat transportasi yang lancer dan kotinyu. Adapun syarat pelancar pembangunan pertanian meliputi : 1) Pendidikan pembangunan 2) Kredit produksi 3) Kegiatan gotong royong petani 4) Perbaikan dan perluasan tanah pertanian dan, 5) Perencanaan nasional pembangunan pertanian. Beberap Negara berkembang, termasuk Indonesia, mengikuti literatur klasik karya Arthur Mosher dalam langkah kebijakan pembangunan pertanian. Tetapi, kondisi pembangunan pertanian saat ini dalam sejarah perekonomian Indonesia sejak Pelita I hingga akhir pemerintahan Orde Reformasi, pentingnya pembangunan pertanian seringkali didengung dengungkan, namun dalam kenyataannya tetap saja pemberdayaan petani kurang diperhatikan. Kondisi pertanian saat ini diuraikan sebagai berikut: 1. Pendapatan petani masih rendah baik secara nominal maupun secara relatif dibandingkan dengan sektor lain. 2. Pembangunan pertanian yang ada kurang terkait dengan pembangunan pedesaan. 3. Kurang mampu bersaing di pasaran, sehingga membanjirnya impor khususnya komoditas hortikultura. 4. Lemahnya peran lembaga penelitian, sehingga temuan atau inovasi benih/ bibit unggul sangat terbatas.

5 5. Terdapat senjang produktivitas dan mutu yang cukup besar sehingga daya saing produk pertanian Indonesia masih mempunyai peluang yang sangat besar untuk ditingkatkan. 6. Kurang memperhatikan aspek keunggulan komparatif yang dimiliki wilayah. Pembangunan agribisnis yang ada masih belum didasarkan kepada kawasan unggulan. 7. Usaha pertanian yang ada didominasi oleh cirri-ciri : (a) skala kecil, (b) modal terbatas, (c) teknologi sederhana, (d) sangat dipengaruhi musim, (e) wilayah pasarnya lokal, (f) umumnya berusaha dengan tenaga kerja keluarga sehingga menyebabkan terjadinya involusi pertanian (pengangguran tersembunyi), (g) akses terhadap kredit, teknologi dan pasar sangat rendah, (h) Pasar komoditi pertanian sifatnya mono/oligopsoni sehingga terjadi eksploitasi harga pada petani. 8. Pendekatan parsial yang yang bertumpu pada peningkatan produktifitas usahatani yang tidak terkait dengan agroindustri. Hal ini menunjukkan fondasi dasar agribisnis belum terbentuk dengan kokoh sehingga system dan usaha agribisnis belum berkembang seperti yang diharapkan, yang terjadi kegiatan agribisnis masih bertumpu pada kegiatan usahatani. 9. Pangsa pasar ekspor produk pertanian Indonesia masih kecil dan sementara kapasitas dan potensi yang dimilikinya lebih besar. 10. Kegiatan agroindustri masih belum berkembang. Produk produk perkebunan semenjak zaman Belanda masih berorentasi pada ekspor komoditas primer (mentah).

6 11. Terjadinya degradasi kualitas sumberdaya pertanian akibat pemanfaatan yang tidak mengikuti pola-pola pemanfaatan yang berkelanjutan. 12. Masih lemahnya kelembagaan usaha dan kelembagaan petani. Usaha agribisnis skala rumahtangga, skala kecil dan agribisnis skala besar belum terikat dalam kerjasama yang saling membutuhkan, saling memperkuat dan saling menguntungkan. Yang terjadi adalah penguasaan pasar oleh kelompok usaha yang kuat sehingga terjadi distribusi margin keuntungan yang timpang (skewed) yang merugikan petani. 13. Lemahnya peran lembaga penyuluhan sebagai lembaga transfer teknologi kepada petani, setelah era otonomi daerah. 14. Kurangnya pemerintah memberdayakan stakeholder seperti perguruan tinggi, LSM, dalam pembangunan pertanian. 15. Lemahnya dukungan kebijakan makro ekonomi baik fiscal maupun moneter seperti kemudahan kredit bagi petani, pembangunan irigasi maupun pasar, dll Menurut suhendra (Dalam Haryono, 2008) di banyak Negara, sektor pertanian yang berhasil merupakan prasyarat bagi pembangunan sektor industri dan jasa. Para perancang pembangunan pada awal pemerintahan Indonesia pada awal masa orde baru menyadari benar hal tersebut, sehingga pembangunan jangka panjang dirancang secara bertahap. Dari defenisi diatas dapat di uraikan pula Pembangunan pada suatu daerah dilakukan dengan mengusahakan agar senantiasa tercipta perubahan-perubahan

7 sosial, dalam arti kata masyarakat di ajak maju, sehingga makin pandai, makin terampil,makin bergairah dan makin bersemangat bekerja. Sasaran pembangunan sektor pertanian Provinsi Sumatera Utara adalah tingkat pertumbuhan rata-rata mencapai 3.6%/tahun dalam kurun waktu Untuk mencapai target tersebut sasaran per subsektor harus ditetapkan. Maka dipandang perlu adanya grand strategi pembangunan pertanian melalui pemberdayaan petani kecil. Melalui konsepsi tersebut, maka diharapkan mampu menumbuhkan sektor pertanian, sehingga pada gilirannya mampu menjadi sumber pertumbuhan baru bagi perekonomian Indonesia, khususnya dalam hal pencapaian sasaran :(1) mensejahterkan petani, (2) menyediakan pangan, (3) sebagai wahana pemerataan pembangunan untuk mengatasi kesenjangan pendapatan antar masyarakat maupun kesenjangan antar wilayah, (4) merupakan pasar input bagi pengembangan agroindustri,(5) menghasilkan devisa, (6) menyediakan lapangan pekerjaan, (7) peningkatan pendapatan nasional, dan (8) tetap mempertahankan kelestarian sumberdaya. Untuk mengerakkan perubahan-perubahan demi meningkatkan kemajuan dalam usahatani dalam rangka pembangunan pertanian, maka perlu diterapkan berupa syarat-syarat pokok yang mutlak harus dilakukan antara lain: 1. Pasaran untuk hasil-hasil usahatani Hasil-hasil usahatani dapat dijual apabila ada permintaan dijual apabila ada permintaan maka yang harus dilakukan agar terjaminnya pasaran usahatani diperlukan peran pemerintah dalam patokan mutu, pengarahan harga, penyaluran hasil usahatani, dan informasi sehingga terbentuk suatu stimulus dalam rangka meningkatkan produksi petani.

8 2. Teknologi yang senantiasa berubah Usaha untuk meningkatkan produksi dapat dari dua segi yaitu kesatuan luas serta mutunya dan untuk melaksanakan diperlukan adanya perubahanperubahan cara salah-satunya adalah teknologi yang cenderung berubah. Dalam pelaksanaan penerapan teknologi khususnya teknologi pangan menurut bentuk fisiknya dibedakan atas: a. teknologi hayati kimia b. teknologi mekanis yang termasuk kedalam teknologi hayati kimiawi adalah benih unggul, pupuk buatan, pestisida serta segala jenis sarana produksi modern yang didasarkan pada proses ilmu-ilmu hayat dan ilmu kimia sedangkan dalam pengertiam teknologi mekanis dapat dikelompokkan segenap alat dan mesin pertanian untuk meningkatkan produktivitas dan efisiensi produksi pertanian. Umumnya teknologi hayati kimia diterapkan untuk meningkatkan produktivitas sumber daya alam proses produksi pangan, teknologi ini sangat cocok pada sumber daya alam terbatas dan teknologi mekanis umumnya dipakai di daerah-daerah yang tenaga kerja terbatas akan tetapi sumber daya alam tersedia dalam jumlah yang cukup banyak. 3. Tersedianya bahan-bahan dan alat-alat produksi secara lokal Bahan baku (input) dalam proses produksi sangat penting karena kombinasi yang digunakan turut menentukan produktivitas hasil pertanian. Disamping itu ketersediaan alat-alat produksi memegang peranan penting dalam proses produksi sehingga keterlibatan masyarakat dalam penyediaan bahan-bahan dan alat-alat secara langsung dapat memberdayakan daerah setempat.

9 4. Perangsang produksi bagi petani Tujuan pembangunan pertanian bukan sekedar meningkatkan produksi saja juga meningkatkan gairah dan kesejahteraan petani. Karena sifat perangsang dapat diciptakan dalam bebagai bentuk seperti penghargaan, penurunan harga sarana produksi, perbaikan sistem tata niaga, dan perbaikan pelayanan sarana produksi maka sifat perangsang ini harus dilakukan. 5. Pengangkutan Sebagai syarat lagi adalah pengangkutan yang efisien dan murah, dalam hal ini diperlukan jaringan pengangkutan yang digunakan untuk membawa hasil usahatani ke konsumen di kota besar dan kecil serta meningkatkan lalu lintas Usahatani Pengertian Usahatani Usahatani adalah himpunan dari sumber-sumber alam yang terdapat di tempat itu yang diperlukan untuk produksi pertanian seperti tubuh, tanah dan air, perbaikan-perbaikan yang telah dilakukan atas tanah itu, sinar matahari, bangunan-bangunan yang didirikan diatas tanah dan sebagainya (Mubyarto 1989:66). Pada hakekatnya dalam menjalankan usahatani sama dengan menjalankan sebuah perusahaan yang bergerak di bidang pertanian. Dilihat dari tujuannya yang bersifat ekonomis artinya petani memproduksi hasil-hasil pertanian baik untuk dijual maupun untuk konsumsi sendiri. Usahatani sebagai organisasi alam, kerja, dan modal yang ditunjukkan pada produksi di lapangan pertanian. Organisasi ketatalaksanaanya berdiri sendiri atau sengaja diusahakan

10 oleh seseorang atau sekumpulan orang, segolongan sosial yang terikat genologis, teritorial sebagai pengelolaanya (Hernanto, 1993:7). Dalam usahatani petani biasanya tidak terfokus dalam satu komoditi saja, pilihan biasanya ditunjukkan pada komoditi yang menguntungkan. Dalam menentukan komoditi ini banyak faktor yang mempengaruhi, antara lain keadaan fisik (kontur) lahan, jaminan kelangsungan, fluktuasi harga komoditi, modal yang dimiliki, teknologi yang dikuasai, musim tanam dan pertimbangan ekonomis. Usahatani yang dimaksud di atas antara lain meliputi: (a) adanya lahan, tanah usahatani yang diatasnya tumbuh tanaman, ada tanah yang dibuat kolam tambak, sawah dan tegalan, (b) ada bangunan yang berupa rumah petani, gudang, kandang lantai jemur dan lain-lain, (c) ada alat-alat pertanian seperti cangkul, garpu, linggis, sprayer, pencurahan, tenaga kerja untuk mengelola tanah untuk menanam, memelihara dan lain-lain serta (d) ada petani yang menerapkan rencana usahataninya, mengawasi jalanya usahatani dan menikmati hasil usahataninya (Hernanto, 1993:8). Berusahatani merupakan suatu kegiatan untuk memperoleh produk di bidang pertanian yang pada akhirnya akan dinilai dari biaya yang dikeluarkan dan penerimaan yang diperoleh. Selisih keduanya merupakan pendapatan dari kegiatan usahanya. Karena dalam kegiatan itu petani yang bertindak sebagai pengelola, pekerja, dan sebagai penanam modal pada usaha tersebut, maka pendapatan yang tercermin dalam keuntungan digambarkan sebagai balas jasa dari kerjasama faktor-faktor produksi dihitung untuk jangka waktu tertentu. Analisis keuntungan usahatani mempunyai kegunaan bagi petani maupun bagi pemilik faktor produksi, yaitu (1) menggambarkan keadaan sekarang suatu kegiatan usaha,

11 (2) menggambarkan keadaan yang akan datang dari perencanaan atau tindakan. Secara khusus bagi petani, analisis keuntungan usahatani dapat memberikan bantuan untuk mengukur tingkat keberhasilan dalam usaha. Suatu usahatani dapat dikatakan berhasil apabila situasi pendapatannya memenuhi syarat: (1) cukup untuk membayar semua pembelian sarana produksi termasuk biaya angkutan dan administrasi yang mungkin melekat pada pembelian tersebut, (2) cukup untuk membayar bunga modal yang ditanamkan termasuk pembayaran sewa tanah dan pembayaran dana depresiasi modal dan (3) cukup untuk membayar upah tenaga kerja yang dibayar atau bentuk-bentuk upah lainnya untuk tenaga kerja yang tidak diupah. Dalam kaitan ukuran keberhasilan suatu usahatani yang ditentukan oleh tingkat pendapatannya, lebih jauh Hadisapoetro (1973:10-13) menyatakan beberapa syarat minimal yang harus dipenuhi. Syaratsyarat tersebut adalah: 1. Usahatani harus dapat menghasilkan cukup pendapatan untuk membayar biaya semua alat-alat yang diperlukan. 2. Usahatani harus dapat membayar upah tenaga petani dalam keluarganya yang dipergunakan dalam usahatani secara layak. 3. Usahatani harus dapat menghasilkan pendapatan yang dapat di pergunakan untuk membayar bunga modal yang dipergunakan dalam usahatani tersebut. 4. Usahatani yang bersangkutan harus paling sedikit berada dalam keadaan seperti semula. 5. Usahatani harus dapat membayar tenaga petani sebagai manajer.

12 2.2.2 Pendapatan Usahatani Petani yang rasional akan memilih cabang usaha yang pendapatannya tinggi, sehingga dengan adanya perhitungan pendapatan suatu usahatani akan membantu petani untuk menentukan cabang usaha mana yang lebih menjanjikan pendapatan tinggi. Demikian juga halnya dengan petani yang akan memilih bentuk output yang mana menjanjikan keuntungan yang lebih baik. Total pendapatan petani dapat bersumber dari pendapatan petani dari usahataninya dan pendapatan petani dari luar usahataninya. Hadisapoetra (1973:9) menjelaskan bahwa pendapatan petani dari usahataninya adalah sebagian dari pendapatan kotor yang karena tenaga keluarga dan kecakapannya memimpin usahanya dan sebagian bunga dari kekayaannya sendiri yang telah dipergunakan dalam usahataninya menjadi hak dari keluarganya. Oleh karena itu, pendapatan petani dari usahataninya juga dapat diperhitungkan dengan mengurangi pendapatan kotor dengan biaya alat luar. Pendapatan kotor merupakan seluruh pendapatan yang diperoleh dari semua cabang dan sumber di dalam usahatani sekali musim panen, yang dapat diperhitungkan dari hasil penjualan, pertukaran atau penaksiran kembali. Pendapatan kotor ini sering disebut sebagai penerimaan usahatani yang merupakan hasil perkalian dari seluruh faktor produksi yang dihasilkan dengan harga produk. Dalam menganalisis usahatani, terdapat dua unsur data yang harus dikumpulkan, yaitu data mengenai penerimaan usahatani dan pengeluaranpengeluaran dalam melaksanakan usahataninya. Pengeluaran usahatani mencakup beberapa unsur seperti pembelian sarana produksi, upah buruh tani, sewa ternak

13 kerja atau traktor, sewa alat-alat, perbaikan alat, biaya pengangkutan, pembayaran angsuran pokok kredit dan bunganya, pembayaran pajak dan sumbangan wajib lainnya, serta pengurangan nilai investasi (penyusutan). Pengeluaran tersebut sering disebut sebagai pengeluaran usahatani keluarga, selain itu terdapat juga pengeluaran seperti nilai tenaga kerja keluarga yang tidak dibayarkan serta bunga modal sendiri. Jumlah dari keduanya disebut total pengeluaran usahatani. Berdasarkan uraian diatas usahatani, maka struktur pendapatan usahatani jeruk dianalisis menggunakan analisis biaya dan pendapatan dengan rumus : π = TR TC Dimana: π = Pendapatan petani dari usahatani TR = Total penerimaan dari usahatani TC = Total pengeluaran pada usahatani Pada analisis ini akan dilihat seberapa besar pendapatan usahatani dan produksi yang dihasilkan petani. Dampak peningkatan produksi dan pendapatan usahatani akan terlihat dengan menganalisis data dari petani yang memiliki akses yang luas dalam pemasaran komoditas hortikultura ini dan petani yang akses pemasarannya masih terbatas. Penerimaan usahatani disebut sebagai pendapatan kotor usahatani dan selanjutnya dihitung dari jumlah produk dikalikan dengan harga per satuan atau dapat dirumuskan: TR = Y Py Dimana: TR = jumlah penerimaan

14 Y = produk Py = harga produk per satuan Menurut Soekartawi et al, (1993:99), pendapatan kotor usahatani secara operasional dapat dihitung. Pendapatan kotor untuk tanaman meliputi (1) nilai hasil yang dijual, (2) nilai hasil yang dikonsumsi dalam rumah tangga petani, (3) nilai hasil yang digunakan untuk bibit, (4) nilai hasil yang digunakan untuk pembayaran, dan (5) nilai hasil yang masih disimpan. Pengeluaran usahatani meliputi seluruh biaya yang digunakan dalam proses produksi. Biaya dapat berwujud biaya variabel dan biaya tetap. Biaya variabel adalah biaya faktor-faktor produksi variabel yaitu faktor produksi yang terpakai proses produksi atau habis terpakai dalam jangka waktu analisis usahatani. Biaya variabel sangat mempengaruhi jumlah produk yang dihasilkan. Biaya tetap adalah biaya faktorfaktor produksi tetap yaitu faktor produksi yang tidak habis terpakai dalam proses produksi atau tidak habis terpakai selama jangka waktu analisis usahatani. Dalam analisis jangka panjang hampir tidak terdapat biaya tetap karena semua faktor produksi bersifat variabel. Biaya tetap merupakan biaya penyusutan alat-alat, sedangkan yang temasuk biaya variabel antara lain biaya pupuk, pestisida, biaya tenaga kerja harian, dan biaya bibit Efisiensi Usahatani Dalam kehidupan sehari-hari kita sering menyebut usahatani yang baik adalah usahatani yang produktif dan efisien. Usahatani yang produktif berarti bahwa usahatani tersebut mempunyai produktivitas yang tinggi. Pengertian produktivitas ini sebenarnya merupakan penggabungan antara konsepsi efisiensi

15 usaha (fisik) dan kapasitas tanah. Efisiensi fisik mengukur banyaknya hasil produksi (output) yang dapat diperoleh dari satu kesatuan input. Dalam kaitannya dengan efisiensi usahatani ada beberapa cara pengukuran tingkat efisiensi yaitu: 1. efisiensi teknis, berkenaan dengan jumlah hasil fisik yang dihasilkan. 2. efisiensi alokatif (harga), berkenaan dengan harga dan nilai marginal. 3. efisiensi ekonomi, merupakan gabungan antara efisiensi teknis dan efisiensi harga. Luas lahan pertanian akan mempengaruhi skala usahatani yang pada akhirnya akan mempengaruhi efisiensi usahatani tersebut. Sering dijumpai bahwa ketidakefisienan yang terjadi justru pada lahan yang luas, hal ini didasarkan pada pemikiran bahwa luasnya lahan mengakibatkan upaya untuk melakukan tindakan yang mengarah pada segi efisiensi akan berkurang karena: 1. rendahnya pengawasan terhadap penggunaan faktor produksi seperti bibit, pupuk, pestisida, dan tenaga kerja. 2. terbatasnya persediaan tenaga kerja daerah setempat pada akhirnya akan mempengaruhi efisiensi usahatani tersebut. 3. terbatasnya persediaan modulasi untuk membiayai usaha pertanian dalam skala yang luas. Sebaliknya pada lahan yang sempit, upaya pegawasan terhadap produksi semakin baik, penggunaan tenaga kerja terpenuhi, dan ketersediaan modal yang dibutuhkan juga tidak terlalu besar sehingga usaha pertanian yang seperti ini lebih efisien. Tetapi walaupun demikian lahan yang sempit kadangkala menghasilkan usaha yang tidak efisien juga.

16 Dalam prinsip hasil yang semakin berkurang (the law of diminishing return) digambarkan tentang produksi marginal (marginal product). Produk marginal adalah tambahan produksi dari penambahan suatu unit faktor produksi (cateris paribus). Mula-mula marginal produk akan menaik, kemudian menurun bahkan dapat mencapai negatif apabila faktor produksi ditambah terus. Marginal produk mencerminkan produktivitas dari faktor produksi yang bersangkutan dalam kerjasamanya dengan faktor produksi lain Teori Produksi Pengertian Produksi Produksi adalah suatu kegiatan yang mengubah input menjadi output. Kegiatan tersebut dalam ekonomi biasa dinyatakan dalam fungsi produksi. Fungsi produksi menunjukkan jumlah maksimum output yang dapat dihasilkan dari pemakaian sejumlah input dengan mengubah teknologi tertentu. Produksi dapat digambarkan sebagai berikut: input (kapital, tenaga kerja, tanah dan sumber alam, Keahlian keusahawanan) atau Fungsi produksi (dengan teknologi tertentu) Gambar 2.1 Proses Produksi output (barang jasa) Untuk menghasilkan jumlah output tertentu, suatu usaha harus menentukan kombinasi pemakaian input yang sesuai. Jangka waktu analisis terhadap suatu usaha yang melakukan kegiatan produksi dapat dibedakan menjadi jangka pendek dan jangka panjang. Analisis terhadap kegiatan produksi dikatakan

17 berada dalam jangka pendek apabila sebagian dari faktor produksi dianggap tetap jumlahnya (fixed input). Dalam jangka pendek tersebut suatu usaha tidak dapat menambah jumlah faktor produksi yang dianggap tetap. Faktor produksi yang dianggap tetap biasanya adalah modal seperti mesin dan peralatannya, bangunan, dll. Sedangkan faktor produksi yang dapat mengalami perubahan (variable input) misalnya adalah tenaga kerja. Dalam jangka panjang semua faktor produksi dapat mengalami perubahan. Berarti dalam jangka panjang setiap faktor produksi dapat ditambah jumlahnya kalau memang diperlukan. Dalam jangka panjang suatu usaha dapat melakukan penyesuaian terhadap perubahan-perubahan yang terjadi di pasar. Jumlah alat-alat produksi dapat ditambah, penggunaan mesin-mesin dapat dirombak dan ditingkatkan efisiensinya, jenis-jenis komoditi baru dapat dihasilkan, dsb. Secara umum, konsep produksi dapat dibedakan menjadi 3 bagian (Kadariah, 1994; 100), yaitu: 1. Produk Total (Total Product) Produk total adalah jumlah total produksi yang dihasilkan oleh sebuah perusahaan selama kurun waktu tertentu dengan menggunakan sejumlah input yang dimiliki oleh perusahaan yang bersangkutan. Dengan demikian produk total ini merupakan fungsi dari input/faktor-faktor produksi yang tersedia, sehingga besarnya sangat dipengaruhi oleh kepemilikan terhadap input yang diperlukan. Dalam hal ini fungsi produksi total dapat dirumuskan sebagai berikut: TP = f (FP)

18 Artinya bahwa produksi total itu merupakan variabel dependen terhadap faktor produksi (FP) yang dijadikan sebagai variabel independen, dimana: TP = Total Product (produk total) 2. Produksi Rata-rata (Average Product) FP = Factor of Production (factor produksi) Produksi rata-rata adalah jumlah produksi yang dihasilkan oleh setiap unit (satuan) faktor-faktor produksi. Konsep ini diperoleh dengan cara membagikan total produksi dengan jumlah faktor produksi (input) yang dimiliki oleh sebuah perusahaan. Berdasarkan penjelasan tersebut, konsep ini dapat dirumuskan sebagai berikut: TP AP = FP Dimana: AP = average product (produksi rata-rata) TP = total product (total produksi) FP = jumlah faktor produksi yang digunakan 3. Produksi Marginal (Marginal Product) Produk marginal merupakan perubahan (pertambahan atau penurunan) produksi yang diperoleh seiring dengan dilakukannya penambahan input. Dengan demikian konsep ini dapat dirumuskan sebagai berikut: MP = Q = Q a Q a - 1 Dimana: MP = produksi marginal (marginal product) Q a = total produksi setelah penambahan faktor produksi Q a - 1 = total produksi sebelum penambahan faktor produksi

19 2.3.2 Produksi Dalam Usahatani Usahatani sesungguhnya tidak sekedar hanya terbatas pada pengambilan hasil melainkan nyata merupakan suatu usaha produksi. Dalam hal ini akan berlangsung pendayahgunaan tanah, modal, tenaga kerja, dan keterampilan sebagai faktor produksi tersebut. Jika pendayagunaannya dilakukan dengan baik akan menghasilkan hasil yang baik pula dan sebaliknya jika pengelolaanya tidak berjalan dengan baik maka hasilnya tidak dapat diandalkan. Jika hasil-hasilnya tersebut sangat baik ditinjau dari segi kuantitas dan kualitas akan menghasilkan suatu kepuasan bagi produsen itu sendiri. Dengan demikian dalam produksi komoditi pertanian terdapat berbagai kegiatan dan hubungan antara sumbersumber produksi yang digunakan dengan hasil komoditasnya. Ditinjau dari pengertian teknis maka produksi merupakan suatu proses pendayagunaan sumber-sumber yang telah tersedia dan hasilnya dimiliki akan lebih besar dari pengorbanan yang diberikan. Sedangkan bila ditinjau dari segi ekonomi maka pengertian produksi merupakan suatu proses pendayagunaan sumber-sumber yang telah tersedia sehingga memperoleh suatu hasil yang kualitas dan kuantitasnya baik, sehingga menjadi komoditi yang layak diperdagangkan. Agar lebih jelas tentang pengertian produksi maka kita dapat melihat pengertian produksi menurut Sofyan Assauri (1992:25) yang mengatakan: yang dimaksud dengan produksi adalah segala kegiatan dalam rangka menciptakan dan menambah kegunaan atau utility sesuatu barang dan jasa untuk kegiatan mana dibutuhkan faktor-faktor produksi yang didalam ilmu ekonomi terdiri dari tanah,modal,tenaga kerja, dan keterampilan. Sehingga dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa produksi ialah suatu kegiatan atau aktifitas yang dapat menambah nilai guna dan manfaat barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan manusia. Dari uraian diatas dapat pula diperoleh

20 pengertian produksi pada usahatani jeruk secara khusus yaitu suatu proses produksi sehingga menghasilkan jeruk yang dapat disebut sebagai komoditi (output) Tahapan produksi 90 P TP L E II III D I AP L Tenaga Kerja MP L Gambar 2.2 Kurva Tahapan Produksi, Produksi Rata-rata dan Produksi Marginal Berdasarkan data dan grafik pada gambar 2.2 dapat ditemukan tahapan (stage) produksi, apakah sebagai tahap I, tahap II, dan tahap III. Tahap I ditunjukkan dari penggunaan 1 input tenaga kerja sampai pada perpotongan marginal product dengan average product. Tahap II dimulai dari MP = AP sampai pada maksimum total product dengan MP = 0. Tahap III dimulai total

21 product mengalami penurunan dan diikuti oleh marginal product yang negatif. Tahap I penggunaan tenaga kerja relative kecil sehingga total produksi masih memungkinkan untuk ditingkatkan, tahapan ini merupakan irrational stage sebagaimana tahap III dimana penambahan jumlah input tenaga kerja justru menurunkan jumlah produksi. Tahap II merupakan rational stage dimana penambahan input tenaga kerja dapat meningkatkan jumlah produksi. Dengan demikian berdasarkan ketiga tahapan produksi diatas, terbaik terdapat pada tahap produksi II (Nasution, S. H., 2007; 59) Faktor produksi Dalam suatu kegiatan usahatani selalu melibatkan faktor-faktor produksi (input) untuk menghasilkan suatu produk (output). Menurut Mosher (1965), produksi pertanian dalam pengusahaanya selalu menggunakan input untuk menghasilkan output, dimana input merupakan segala sesuatu yang diikutsertakan dalam proses produksi seperti penggunaan tanah (lahan), tenaga kerja, modal, sarana produksi, dan pengelolaan. Oleh karena itu, perkembangan usahatani atau tingkat dari suatu produksi tidak terlepas dari perkembangan faktor-faktor tersebut Lahan Luas lahan adalah luas tanah yang mampu menghasilkan hasil panen. Luas panen di sini adalah mencakup semua luas tanah atau lahan yang mampu menghasilkan hasil panen untuk tanaman bahan pangan. Proses produksi pertanian pada dasarnya berlangsung pada sebidang tanah atau lahan karena dalam tanah tersebut terjadi proses kimia, proses kehidupan

22 biologi dan fisika yang dapat mendukung pertumbuhan tanaman atau budi daya tanaman. Dalam hubungannya dengan kebutuhan hidup tanaman tersebut tanah berfungsi sebagai: tunjangan mekanis sebagai tempat tanaman tegak dan tumbuh, penyedia unsur hara dan air, dan lingkungan tempat akar atau batang dalam tanah melakukan aktivitas fisiologinya. Lahan termasuk dalam modal tetap dan merupakan salah-satu faktor produksi yang sangat berperan dalam setiap usaha yang dilakukan. Menurut Mubyarto (1989) lahan merupakan salah-satu faktor produksi yang merupakan pabrik hasil-hasil pertanian yaitu dimana tempat produk itu berjalan dan darimana hasil produksi itu keluar. Dalam hubungannya dengan faktor produksi, jumlah produksi ditentukan oleh keadaan lahan usahatani yang meliputi kualitas (kesuburan) dan kuantitas (luas lahan). Kualitas dan kuantitas lahan tersebut akan mempengaruhi produktivitas, lahan yang subur akan memberikan hasil yang lebih baik jika dibandingkan dengan lahan yang kurang subur. Pada lahan-lahan yang tingkat kesuburannya sama namun luas lahan yang diusahakan berbeda maka produksi yang dihasilkan akan berbeda pula. Lahan mempunyai sifat yang khusus sehingga dikatakan sebagai faktor produksi. Sifat khusus tersebut diantaranya luasnya relatif tetap atau dianggap tetap, tidak dapat dipindah-pindahkan dan dapat dipindahtangankan atau dijualbelikan. Semakin luas lahan yang diusahakan maka produksi yang dihasilkan secara kuantitas akan cenderung meningkat. Di samping itu, ada kemungkinan sebidang tanah tidak secara langsung dipakai oleh pemiliknya sebagai modal untuk usahatani tetapi dipakai sebagai alat

23 mencari kredit atau membayar hutang-hutang. Sebagai faktor produksi, tanah mendapat bagian dari hasil produksi karena jasanya dalam produksi itu. Pembayaran atas jasa produksi ini dikatakan sewa tanah (rent). David Ricardo, seorang ahli ekonomi berkebangsaan Inggris dikenal sebagai salah seorang penulis terkemuka dalam soal sewa tanah dengan teorinya mengenai sewa tanah differensial, dimana ditunjukkan bahwa tinggi rendahnya sewa tanah adalah disebabkan oleh kesuburan tanah, makin subur tanah makin tinggi sewa tanah. Dari beberapa pendapat yang telah disebutkan, dapat diketengahkan sebuah simpulan mengenai tanah sebagai komponen hidup dari lingkungan yang sangat penting terutama bagi hidupnya tumbuhan bahan pangan. Karena tanah merupakan salah satu usaha pada bidang pertanian yang memiliki kandungan nutrisi yang sangat diperlukan oleh tumbuh-tumbuhan dan dipengaruhi oleh beberapa faktor penting lainnya. Oleh sebab itu luas panen atau sering disebut luas tanah yang mampu memberikan hasil panen atau produktivitas pertanian sebagai suatu proses dalam produksi bidang pertanian Modal Modal dalam pengertian ekonomi adalah barang atau uang yang bersama-sama faktor produksi lahan dan tenaga kerja digunakan untuk menghasilkan suatu barang baru atau hasil pertanian dalam suatu proses produksi. Sedangkan modal merupakan bentuk kekayaan berupa uang tunai ataupun barang yang akan digunakan untuk menghasilkan suatu barang. Pengertian barang disini meliputi alat-alat produksi dan sarana produksi pertanian lainnya seperti pupuk, bibit, dan obat-obatan (Mubyarto,1989).

24 Menurut hernanto (1991), modal menurut sifatnya dibedakan menjadi modal tetap (fixed cost) yaitu modal yang tidak habis dipakai dalam satu kali proses produksi, seperti tanah, bangunan dan alat pertanian. Sedangkan modal bergerak (variable cost) yaitu modal yang habis terpakai dalam satu kali proses produksi seperti uang tunai yang dibayarkan kepada tenaga kerja. Sumber modal petani bisa berasal dari petani itu sendiri maupun dari luar usahatani Tenaga kerja Tenaga kerja dalam kegiatan usahatani merupakan faktor produksi kedua selain tanah, modal dan teknologi. Soehardjo dan patong (dalam Daniel.2002) menyatakan bahwa tenaga kerja dalam ilmu ekonomi diartikan sebagai daya manusia untuk melakukan usaha yang dijalankan. Ditinjau dari segi umum pengertian tenaga kerja menyangkut manusia yang mampu bekerja untuk menghasilkan barang dan jasa dan mempunyai nilai ekonomi yang dapat berguna bagi kebutuhan masyarakat, secara fisik kemampuan bekerja diukur dengan usia. Tenaga kerja adalah pengertian tentang potensi yang terkandung dalam diri manusia yang dikaitkan dengan perdagangan di berbagai kegiatan atau usaha yang ada keterlibatan manusia, yang dimaksud adalah keterlibatan unsur-unsur jasa atau tenaga kerja. Yang biasa disebut sebagai tenaga kerja pada dasarnya adalah penduduk pada usia kerja (15-64 tahun), dan dapat pula dikatakan bahwa tenaga kerja itu adalah penduduk yang secara potensial dapat bekerja. Faktor produksi tenaga kerja merupakan faktor produksi yang penting dan memiliki pengaruh yang besar terhadap kegiatan usaha pertanian. Jumlah kerja yang dicurahkan untuk tiap kegiatan berbeda-beda, dimana semakin banyak tenaga kerja yang tersedia dan dicurahkan dalam kegiatan usaha pertanian maka

25 jumlah produk yang dihasilkan semakin besar yang akan berdampak pada pendapatan yang semakin besar pula Curahan Kerja Peningkatan jumlah produksi dalam suatu lahan, selain bibit, pupuk, dan pestisida diperlukan sejumlah tenaga kerja. Tenaga kerja yang ada bisa berasal dari dalam dan luar keuarga. Tanpa orang bekerja tidak dapat dicapai produksi yang baik. Faktor tenaga kerja disini dapat dilihat dari jumlah curahan kerja. Dalam usahatani tenaga kerja dibedakan atas dua macam yaitu menurut sumber dan jenisnya. Menurut sumbernya tenaga kerja berasal dari dalam keluarga dan tenaga kerja dari luar keluarga. Sedangkan menurut jenisnya didasarkan atas spesialis pekerjaan kemampuan fisik dan keterampilan dalam bekerja yang dikenal tenaga kerja pria, wanita, dan anak-anak. Penggunaan tenaga kerja dalam keluarga dan luar keluarga dipengaruhi oleh skala usaha yang dilakukan, semakin besar skala usaha maka penggunaan tenaga kerja cenderung semakin meningkat. Penilaian terhadap penggunaan tenaga kerja biasanya digunakan standarisasi satuan tenaga kerja yang biasanya disebut dengan Hari Kerja Pria atau HKP. Namun, tidak selamanya penambahan dan pengurangan tenaga kerja mempengaruhi produksi, karena walaupun jumlah tenaga kerja tidak berubah tetapi kualitas dari tenaga kerja lebih baik maka dapat mempengaruhi produksi Kualitas Tenaga Kerja Tenaga kerja manusia dapat mengerjakan segala jenis pekerjaan usahatani berdasarkan tingkat kemampuannya. Menurut Hernanto (1991), kerja

26 manusia tersebut dipengaruhi oleh (a) umur, (b) tingkat pendidikan, (c) pengalaman, (d) faktor alam seperti iklim dan kondisi lahan usahatani, dan (e) keterampilan Keterampilan (skill) Untuk memperoleh hasil tani yang baik, petani berusaha mempunyai keahlian dalam produksi pertaniannya, keahlian ini yang disebut dengan skill yang merupakan syarat mutlak dari peningkatan hasil pertanian yang diinginkan, menurut Soemitro Djoyohadikusumo pengertian pembangu nan ekonomi adalah suatu usaha untuk memperbesar pendapatan perkapita dan menaikkan produktivitas perkapita dengan jalan menambah peralatan modal dan keterampilan agar satu sama lainnya menambah pendapatan yang lebih besar dan produktivitas yang lebih tinggi. Dari pengertian tersebut menjelaskan bahwa keterampilan dan modal mempunyai peranan yang sejalan dalam pembangunan ekonomi. Dahulu, masa pertanian di mana keterampilan kurang mendapat perhatian atau disebut dengan petani tradisional, petani memproduksi hasil-hasil pertanian dengan mengkesampingkan aspek keahlian dan pengetahuan, sehingga hasil pertanian mereka tidak berkembang dengan baik. Oleh karena itu, keterampilan sangat penting dalam proses produksi, sebab di Indonesia sendiri keterampilan kurang ditekankan dan tenaga kerja sektor pertanian masih didominasi oleh tenaga kerja yang mengolah pertanian berdasarkan pengalaman turun-temurun.

27 2.4. Hukum Hasil Lebih Yang semakin Berkurang Hukum hasil lebih yang semakin berkurang merupakan suatu hal yang tidak dapat dipisahkan dari teori produksi. Hukum tersebut menjelaskan sifat pokok dari hubungan diantara tingkat produksi dan tenaga kerja yang digunakan untuk mewujudkan produksi tersebut. Hukum hasil lebih yang semakin berkurang menyatakan bahwa apabila faktor produksi yang dapat diubah jumlahnya (tenaga kerja) terus menerus ditambah sebanyak satu unit, pada mulanya produksi total akan semakin banyak pertambahannya, tetapi sesudah mencapai suatu tingkat tertentu produksi tambahan akan semakin berkurang dan akhirnya akan mencapai nilai negatif. Sifat pertambahan produksi seperti ini menyebabkan pertambahan produksi total semakin lambat dan akhirnya mencapai tingkat yang maksimum dan kemudian menurun. Dengan demikian hukum hasil lebih yang semakin berkurang dapat dibedakan menjadi tiga tahap yaitu: a. Tahap pertama: Produksi total mengalami pertambahan yang semakin kuat b. Tahap kedua: Produksi total pertambahannya semakin lambat c. Tahap ketiga: Produksi total semakin lama semakin berkurang BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian adalah langkah dan prosedur yang dilakukan dalam pengumpulan data atau informasi empiris, agar diketahui pokok permasalahan apa yang sedang dihadapi dan bagaimana memecahkan permasalahan tersebut.

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis merupakan merupakan suatu rancangan kerja penelitian yang digunakan untuk mengungkapkan konsep dan teori dalam menjawab

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN. usahatani, pendapatan usahatani, dan rasio penerimaan dan biaya (R-C rasio).

III. KERANGKA PEMIKIRAN. usahatani, pendapatan usahatani, dan rasio penerimaan dan biaya (R-C rasio). III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis penelitian ini meliputi konsep usahatani, biaya usahatani, pendapatan usahatani, dan rasio penerimaan dan biaya (R-C

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Petani dan Usahatani Menurut Hernanto (1995), petani adalah setiap orang yang melakukan usaha untuk memenuhi sebagian atau seluruh kebutuhan kehidupannya di bidang pertanian

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Teori Produksi Produk total (TP) adalah jumlah total yang diproduksi selama periode waktu tertentu. Jika jumlah semua input kecuali satu faktor

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Teori Organisasi Produksi Usahatani Menurut Rivai dalam Hernanto (1989) mendefinisikan usahatani sebagai organisasi dari alam, kerja dan modal

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Konsep Usahatani Usahatani adalah proses pengorganisasian faktor-faktor produksi yaitu alam, tenaga kerja, modal dan pengelolaan yang diusahakan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN Tinjauan Pustaka Sistem pertanian polikultur didefinisikan sebagai sebuah metode pertanian yang memadukan lebih dari 4 jenis tanaman lokal bernilai

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Konsep Usahatani Usahatani didefinisikan sebagai satuan organisasi produksi di lapangan pertanian dimana terdapat unsur lahan yang mewakili

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Pengertian Usahatani Rifai (1973) dalam Purba (1989) mendefinisikan usahatani sebagai pengorganisasian dari faktor-faktor produksi alam, tenaga kerja, modal dan manajemen,

Lebih terperinci

TINJAUAN TEORI EKONOMI PRODUKSI PERTANIAN

TINJAUAN TEORI EKONOMI PRODUKSI PERTANIAN TINJAUAN TEORI EKONOMI PRODUKSI PERTANIAN Prinsip-Prinsip Efisiensi Usahatani Usahatani ilmu yang mempelajari bagaimana seseorang menentukan, mengorganisasikan, dan mengkoordinasikan faktor-faktor produksi

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS. pertanian yang memberikan arti sebagai berikut. Suatu ilmu yang mempelajari

BAB II URAIAN TEORITIS. pertanian yang memberikan arti sebagai berikut. Suatu ilmu yang mempelajari BAB II URAIAN TEORITIS 2.1 Definisi Ekonomi Pertanian Ekonomi pertanian merupakan gabungan dari ilmu ekonomi dengan ilmu pertanian yang memberikan arti sebagai berikut. Suatu ilmu yang mempelajari dan

Lebih terperinci

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN BAB III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Konsep Fungsi Produksi Produksi adalah kegiatan menghasilkan barang dan jasa, adapun sumberdaya yang digunakan untuk memproduksi barang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang artinya bahwa pertanian memegang peranan penting dari keseluruhan perekonomian nasional. Hal ini dapat ditunjukkan dari banyaknya

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Konsep Usahatani Definisi usahatani ialah setiap organisasi dari alam, tenaga kerja dan modal yang ditujukan kepada produksi di lapangan

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Pembiayaan dalam dunia usaha sangat dibutuhkan dalam mendukung keberlangsungan suatu usaha yang dijalankan. Dari suatu usaha yang memerlukan pembiayaan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan pertanian dapat diartikan sebagai perubahan status sosial, bukan hanya bertujuan untuk meningkatkan status dan kesejahteraan petani semata, tetapi sekaligus

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. atau pemasaran hasil pertanian. Padahal pengertian agribisnis tersebut masih jauh dari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. atau pemasaran hasil pertanian. Padahal pengertian agribisnis tersebut masih jauh dari BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Agribisnis Sering ditemukan bahwa agribisnis diartikan secara sempit, yaitu perdagangan atau pemasaran hasil pertanian. Padahal pengertian agribisnis tersebut masih

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. ilmu tersendiri yang mempunyai manfaat yang besar dan berarti dalam proses

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. ilmu tersendiri yang mempunyai manfaat yang besar dan berarti dalam proses BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Pembangunan Pertanian Dalam memacu pertumbuhan ekonomi sektor pertanian disebutkan sebagai prasyarat bagi pengembangan dan pertumbuhan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. input atau faktor-faktor produksi (tanah, tenaga kerja, modal, teknologi, pupuk,

II. TINJAUAN PUSTAKA. input atau faktor-faktor produksi (tanah, tenaga kerja, modal, teknologi, pupuk, 10 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Teori Usahatani Usahatani adalah ilmu yang mempelajari tentang cara petani mengelola input atau faktor-faktor produksi (tanah, tenaga kerja, modal, teknologi, pupuk, benih,

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Konsep Ekonomi 3.1.1. Fungsi Produksi Dalam proses produksi terkandung hubungan antara tingkat penggunaan faktor-faktor produksi dengan produk atau hasil yang akan diperoleh.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ilmu ekonomi pertanian adalah termasuk dalam kelompok ilmu-ilmu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ilmu ekonomi pertanian adalah termasuk dalam kelompok ilmu-ilmu BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Ekonomi Pertanian Ilmu ekonomi pertanian adalah termasuk dalam kelompok ilmu-ilmu kemasyarakatan (social science), ilmu yang mempelajari prilaku dan upaya serta

Lebih terperinci

KOMPONEN AGRIBISNIS. Rikky Herdiyansyah SP., MSc

KOMPONEN AGRIBISNIS. Rikky Herdiyansyah SP., MSc KOMPONEN AGRIBISNIS Rikky Herdiyansyah SP., MSc KOMPONEN AGRIBISNIS Tujuan Instruksional Umum: Mahasiswa mengetahui tentang komponen agribisnis Tujuan Instruksional Khusus: Setelah menyelesaikan pembahasan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1. Tinjauan Pustaka Tanaman kopi rakyat sebagian besar merupakan tanaman tua, tanaman semaian dari bibit tanaman lokal

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka Di Indonesia, tanaman jagung sudah dikenal sekitar 400 tahun yang lalu, didatangkan oleh orang Portugis dan Spanyol. Daerah sentrum produksi jagung di Indonesia

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1. Tinjauan Pustaka Beberapa faktor produksi yang dapat mempengaruhi tinggi rendahnya produksi meliputi: (1) luas

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Kombinasi Produk Optimum Penentuan kombinasi produksi dilakukan untuk memperoleh lebih dari satu output dengan menggunakan satu input. Hal ini

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Tingkat Produksi Kedelai Peluang peningkatan produksi kedelai di dalam negeri masih terbuka

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Konsep Usahatani Menurut Hernanto (1989) mendefinisikan usahatani sebagai organisasi dari alam, kerja, dan modal yang ditujukan kepada produksi

Lebih terperinci

MEMPERCEPAT PEMBANGUNAN PERTANIAN: KAJIAN TEORITIS

MEMPERCEPAT PEMBANGUNAN PERTANIAN: KAJIAN TEORITIS dwijenagro Vol. 3 No. 2 : ISSN : 1979-3901 MEMPERCEPAT PEMBANGUNAN PERTANIAN: KAJIAN TEORITIS MADE WIJANA Alumni Fakultas Pertanian Universitas Dwijendra I PENDAHULUAN Di Indonesia, sektor pertanian merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Isu strategis yang kini sedang dihadapi dunia adalah perubahan iklim

BAB I PENDAHULUAN. Isu strategis yang kini sedang dihadapi dunia adalah perubahan iklim BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Isu strategis yang kini sedang dihadapi dunia adalah perubahan iklim global, krisis pangan dan energi yang berdampak pada kenaikan harga pangan dan energi, sehingga

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1. Tinjauan Pustaka Alam Indonesia sangat kaya akan aneka tanaman yang cocok dibonsaikan. Bahan bonsai sebaiknya berupa

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Peranan Kredit dalam Kegiatan Usahatani Ada dua sumber permodalan usaha yaitu modal dari dalam (modal sendiri) dan modal dari luar (pinjaman/kredit).

Lebih terperinci

II. LANDASAN TEORI A. Penelitian Terdahulu

II. LANDASAN TEORI A. Penelitian Terdahulu II. LANDASAN TEORI A. Penelitian Terdahulu Penelitian Gaol (2011) yang berjudul Analisis Luas Lahan Minimum untuk Peningkatan Kesejahteraan Petani Padi Sawah di Desa Cinta Damai, Kecamatan Percut Sei Tuan,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Pertanian Menurut Mubyarto (1995), pertanian dalam arti luas mencakup pertanian rakyat atau pertanian dalam arti sempit disebut perkebunan (termasuk didalamnya perkebunan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian mempunyai peranan yang sangat penting bagi perekonomian Indonesia. Peran pertanian antara lain adalah (1) sektor pertanian menyumbang sekitar 22,3 % dari

Lebih terperinci

dan produktivitasnya sehingga mampu memenuhi kebutuhan IPS. Usaha

dan produktivitasnya sehingga mampu memenuhi kebutuhan IPS. Usaha III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Teoritis 3.1.1 Manajemen Usaha Ternak Saragih (1998) menyatakan susu merupakan produk asal ternak yang memiliki kandungan gizi yang tinggi. Kandungan yang ada didalamnya

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Populasi Kambing Kambing sangat digemari oleh masyarakat untuk diternakkan karena ukuran tubuhnya yang tidak terlalu besar, perawatannya mudah, cepat berkembang biak, jumlah anak

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Konsep Ekonomi 3.1.1.1 Fungsi Produksi Dalam proses produksi terkandung hubungan antara tingkat penggunaan faktorfaktor produksi dengan produk

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Perekonomian padi dan beras merupakan pendukung pesatnya

II. TINJAUAN PUSTAKA. Perekonomian padi dan beras merupakan pendukung pesatnya II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ekonomi Padi Perekonomian padi dan beras merupakan pendukung pesatnya pertumbuhan ekonomi Indonesia. Menurut Kasryno dan Pasandaran (2004), beras serta tanaman pangan umumnya berperan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Provinsi Jawa Tengah merupakan salah satu daerah di Indonesia yang memiliki kekayaan sumberdaya ekonomi melimpah. Kekayaan sumberdaya ekonomi ini telah dimanfaatkan

Lebih terperinci

BAB V PERUSAHAAN dan PRODUKSI

BAB V PERUSAHAAN dan PRODUKSI BAB V PERUSAHAAN dan PRODUKSI 5.1. Perilaku Produsen Jika konsumen didefinisikan sebagai orang atau pihak yang mengkonsumsi (pengguna) barang dan jasa maka produsen adalah orang atau pihak yang memproduksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Nainggolan K. (2005), pertanian merupakan salah satu sektor

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Nainggolan K. (2005), pertanian merupakan salah satu sektor BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menurut Nainggolan K. (2005), pertanian merupakan salah satu sektor yang sangat dominan dalam pendapatan masyarakat di Indonesia karena mayoritas penduduk Indonesia

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Pustaka Setiap petani dalam pengelolaan usahataninya mempunyai tujuan yang berbedabeda. Ada tujuannya untuk memenuhi kebutuhan keluarga yang disebut usahatani subsisten,

Lebih terperinci

I. TINJAUAN PUSTAKA. A. Lahan Sawah. memberikan manfaat yang bersifat individual bagi pemiliknya, juga memberikan

I. TINJAUAN PUSTAKA. A. Lahan Sawah. memberikan manfaat yang bersifat individual bagi pemiliknya, juga memberikan I. TINJAUAN PUSTAKA A. Lahan Sawah Lahan sawah dapat dianggap sebagai barang publik, karena selain memberikan manfaat yang bersifat individual bagi pemiliknya, juga memberikan manfaat yang bersifat sosial.

Lebih terperinci

PROPOSAL POTENSI, Tim Peneliti:

PROPOSAL POTENSI, Tim Peneliti: PROPOSAL PENELITIAN TA. 2015 POTENSI, KENDALA DAN PELUANG PENINGKATAN PRODUKSI PADI PADA LAHAN BUKAN SAWAH Tim Peneliti: Bambang Irawan PUSAT SOSIAL EKONOMI DAN KEBIJAKAN PERTANIAN BADAN PENELITIAN DAN

Lebih terperinci

PERANAN SEKTOR PERTANIAN DALAM PEMBANGUNAN PEREKONOMIAN

PERANAN SEKTOR PERTANIAN DALAM PEMBANGUNAN PEREKONOMIAN PERANAN SEKTOR PERTANIAN DALAM PEMBANGUNAN PEREKONOMIAN PENDAHULUAN Pembangunan pertanian merupakan bagian integral dari pembangunan ekonomi secara keseluruhan yang dilaksanakan secara terencana rencana

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Konsep Usahatani Ilmu usahatani pada dasarnya memperhatikan cara-cara petani memperoleh dan memadukan sumberdaya (lahan, kerja, modal, waktu,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Penduduk Indonesia usia 15 tahun ke Atas yang Bekerja Menurut Lapangan Pekerjaan Utama, (juta orang) No.

I. PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Penduduk Indonesia usia 15 tahun ke Atas yang Bekerja Menurut Lapangan Pekerjaan Utama, (juta orang) No. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yaitu negara pertanian dengan daratannya yang subur dan didukung oleh iklim yang menguntungkan. Usaha pertanian, budidaya tanaman dan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. banyak dibicarakan dan dianjurkan. Hal ini terjadi karena munculnya isu

II. TINJAUAN PUSTAKA. banyak dibicarakan dan dianjurkan. Hal ini terjadi karena munculnya isu II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi dan Penerapan Agroekologi Pertanian agroekologi atau pertanian ramah lingkungan saat ini mulai banyak dibicarakan dan dianjurkan. Hal ini terjadi karena munculnya isu

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Saat ini pertanian organik menjadi suatu bisnis terbaru dalam dunia pertanian Indonesia. Selama ini produk pertanian mengandung bahan-bahan kimia yang berdampak

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Usahatani Mubyarto (1989) usahatani adalah himpunan dari sumber sumber alam yang terdapat di tempat itu yang diperlukan untuk produksi pertanian seperti tubuh tanah dan air,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Salah satu tujuan pembangunan pertanian di Indonesia adalah

I. PENDAHULUAN. Salah satu tujuan pembangunan pertanian di Indonesia adalah 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu tujuan pembangunan pertanian di Indonesia adalah pengembangan hortikultura untuk meningkatkan pendapatan petani kecil. Petani kecil yang dimaksud dalam pengembangan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian di Indonesia masih memegang peranan penting dari

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian di Indonesia masih memegang peranan penting dari I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Sektor pertanian di Indonesia masih memegang peranan penting dari keseluruhan perekonomian nasional. Hal ini ditunjukkan oleh banyaknya penduduk dan tenaga

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1. Tinjauan Pustaka Pada dasarnya perilaku petani sangat dipengaruhi oleh pengetahuan, kecakapan, dan sikap mental

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang benar tentang konsep agribisnis itu sendiri. Sering ditemukan bahwa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang benar tentang konsep agribisnis itu sendiri. Sering ditemukan bahwa 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Konsep Agribisnis Semakin bergemanya kata agribisnis ternyata belum diikuti dengan pemahaman yang benar tentang konsep agribisnis itu sendiri. Sering

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN. Menurut Bachtiar Rivai (1980) yang dikutip oleh Hernanto (1996),

III. KERANGKA PEMIKIRAN. Menurut Bachtiar Rivai (1980) yang dikutip oleh Hernanto (1996), III. KERANGKA PEMIKIRAN 3. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.. Konsep Usahatani Menurut Bachtiar Rivai (980) yang dikutip oleh Hernanto (996), mengatakan bahwa usahatani merupakan sebuah organisasi dari alam,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. seluruh uang atau hasil material lainnya yang dicapai dari penggunaan kekayaan

TINJAUAN PUSTAKA. seluruh uang atau hasil material lainnya yang dicapai dari penggunaan kekayaan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Pendapatan Petani Salah satu indikator utama untuk mengukur kemampuan masyarakat adalah dengan mengetahui tingkat pendapatan masyarakat. Pendapatan menunjukkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dan peningkatan ketahanan pangan nasional. Hasil Sensus Pertanian 1993

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dan peningkatan ketahanan pangan nasional. Hasil Sensus Pertanian 1993 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian memiliki peranan penting dalam perekonomian nasional sebagai sumber pendapatan, pembuka kesempatan kerja, pengentas kemiskinan dan peningkatan ketahanan

Lebih terperinci

Krisis ekonomi yang melanda lndonesia sejak pertengahan bulan. Sektor pertanian di lndonesia dalam masa krisis ekonomi tumbuh positif,

Krisis ekonomi yang melanda lndonesia sejak pertengahan bulan. Sektor pertanian di lndonesia dalam masa krisis ekonomi tumbuh positif, I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Krisis ekonomi yang melanda lndonesia sejak pertengahan bulan Juli 1997 mempunyai dampak yang besar terhadap perekonomian negara. Sektor pertanian di lndonesia dalam

Lebih terperinci

KERANGKA PENDEKATAN TEORI. bangunan. Jika bangunan tersebut rumah, maka disebut pekarangan rumah.

KERANGKA PENDEKATAN TEORI. bangunan. Jika bangunan tersebut rumah, maka disebut pekarangan rumah. II. KERANGKA PENDEKATAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Pekarangan Pekarangan adalah areal tanah yang biasanya berdekatan dengan sebuah bangunan. Jika bangunan tersebut rumah, maka disebut pekarangan rumah.

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Tujuan dari penelitian yang akan dilakukan adalah untuk mengetahui tingkat pendapatan usahatani tomat dan faktor-faktor produksi yang mempengaruhi

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN. elastisitas, konsep return to scale, konsep efisiensi penggunaan faktor produksi

III. KERANGKA PEMIKIRAN. elastisitas, konsep return to scale, konsep efisiensi penggunaan faktor produksi III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis berisi teori dan konsep kajian ilmu yang akan digunakan dalam penelitian. Teori dan konsep yang digunakan dalam penelitian

Lebih terperinci

II. KERANGKA PENDEKATAN TEORI

II. KERANGKA PENDEKATAN TEORI II. KERANGKA PENDEKATAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Lahan Pasir Pantai Lahan pasir pantai merupakan tanah yang mengandung lempung, debu, dan zat hara yang sangat minim. Akibatnya, tanah pasir mudah mengalirkan

Lebih terperinci

Unsur-unsur subsistem agribisnis (usaha tani)

Unsur-unsur subsistem agribisnis (usaha tani) SUB SISTEM ON FARM Unsur-unsur subsistem agribisnis (usaha tani) Unsur-unsur yang terlibat dalam subsistem produksi (usaha Tani) 1. Tanah (Hamparan Tanah) Lahan Usaha (Land) 2. Tenaga Kerja (Labour) 3.

Lebih terperinci

Peranan Pertanian di Dalam Pembangunan Ekonomi. Perekonomian Indonesia

Peranan Pertanian di Dalam Pembangunan Ekonomi. Perekonomian Indonesia Peranan Pertanian di Dalam Pembangunan Ekonomi Perekonomian Indonesia Peran Pertanian pada pembangunan: Kontribusi Sektor Pertanian: Sektor Pertanian dalam Pembangunan Ekonomi Pemasok bahan pangan Fungsi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1. Tinjauan Pustaka Tahun 2002 pemerintah melalui Departemen Pertanian RI mengeluarkan kebijakan baru dalam upaya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pertanian merupakan proses produksi yang khas didasarkan pada proses

I. PENDAHULUAN. Pertanian merupakan proses produksi yang khas didasarkan pada proses I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertanian merupakan proses produksi yang khas didasarkan pada proses pertumbuhan tanaman dan hewan. Pembangunan pertanian diarahkan pada berkembangnya pertanian yang maju,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tanaman Kelapa Dalam Kelapa adalah jenis tanaman yang termasuk genus cocos dengan nama spesies cocos mucifer L. Tanaman kelapa dalam memiliki akar serabut dengan bentuk batang

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. definisi sempit dan pertanian organik dalam definisi luas. Dalam pengertian

TINJAUAN PUSTAKA. definisi sempit dan pertanian organik dalam definisi luas. Dalam pengertian 5 TINJAUAN PUSTAKA Pertanian organik Pertanian organik meliputi dua definisi, yaitu pertanian organik dalam definisi sempit dan pertanian organik dalam definisi luas. Dalam pengertian sempit, pertanian

Lebih terperinci

Bab I. Pendahuluan. memberikan bantuan permodalan dengan menyalurkan kredit pertanian. Studi ini

Bab I. Pendahuluan. memberikan bantuan permodalan dengan menyalurkan kredit pertanian. Studi ini Bab I Pendahuluan Di setiap negara manapun masalah ketahanan pangan merupakan suatu hal yang sangat penting. Begitu juga di Indonesia, terutama dengan hal yang menyangkut padi sebagai makanan pokok mayoritas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian masih merupakan prioritas pembangunan secara nasional maupun regional. Sektor pertanian memiliki peran penting untuk meningkatkan kesejahteraan penduduk

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian mengenai Analisis Pendapatan Usahatani Ubi Jalar ini dilakukan di Desa Gunung Malang yang berada di Kecamatan Tenjolaya, Kabupaten Bogor,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris dengan sektor pertanian sebagai sumber. penduduknya menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian.

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris dengan sektor pertanian sebagai sumber. penduduknya menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Indonesia merupakan negara agraris dengan sektor pertanian sebagai sumber matapencaharian dari mayoritas penduduknya, sehingga sebagian besar penduduknya menggantungkan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Pola kemitraan ayam broiler adalah sebagai suatu kerjasama yang

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Pola kemitraan ayam broiler adalah sebagai suatu kerjasama yang PENDAHULUAN Latar Belakang Pola kemitraan ayam broiler adalah sebagai suatu kerjasama yang sering diterapkan di pedesaan terutama di daerah yang memiliki potensi memelihara ayam broiler. Pola kemitraan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara berkembang dengan sektor pertanian sebagai sumber mata pencarian dari mayoritas penduduknya. Dengan demikian, sebagian besar penduduknya

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Konsep Produksi Produksi merupakan serangkaian proses dalam penggunaan berbagai input yang ada guna menghasilkan output tertentu. Produksi

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Jepang yang ditanam sebagai tanaman hias. Kemudian dilaporkan pada tahun

TINJAUAN PUSTAKA. Jepang yang ditanam sebagai tanaman hias. Kemudian dilaporkan pada tahun TINJAUAN PUSTAKA Sejarah Teh Tanaman teh pertama kali masuk ke Indonesia tahun 1684, berupa biji teh dari Jepang yang ditanam sebagai tanaman hias. Kemudian dilaporkan pada tahun 1694 terdapat perdu teh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertanian merupakan salah satu sektor utama yang menunjang perkembangan perekonomian Indonesia. Pada saat ini, sektor pertanian merupakan sektor penghasil devisa bagi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian memegang peranan penting dalam struktur ekonomi nasional. Hal ini didasarkan pada kontribusi sektor pertanian yang tidak hanya berperan dalam pembentukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam dunia modern sekarang suatu negara sulit untuk dapat memenuhi seluruh kebutuhannya sendiri tanpa kerjasama dengan negara lain. Dengan kemajuan teknologi yang sangat

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan, sumber daya alam hayati yang didominasi oleh pepohonan dalam

II. TINJAUAN PUSTAKA. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan, sumber daya alam hayati yang didominasi oleh pepohonan dalam 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Hutan Marga dan Hutan Rakyat 1. Hutan Marga Berdasarkan Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan, hutan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi

Lebih terperinci

POLITIK KETAHANAN PANGAN MENUJU KEMANDIRIAN PERTANIAN

POLITIK KETAHANAN PANGAN MENUJU KEMANDIRIAN PERTANIAN POLITIK KETAHANAN PANGAN MENUJU KEMANDIRIAN PERTANIAN Emlan Fauzi Pangan merupakan kebutuhan yang paling mendasar dari suatu bangsa. Mengingat jumlah penduduk Indonesia yang sudah mencapai sekitar 220

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 18 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan pertanian merupakan bagian dari pembangunan ekonomi Nasional yang bertumpu pada upaya mewujudkan masyarakat Indonesia yang sejahtera, adil dan makmur seperti

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka Penelitian tentang optimasi penggunaan input produksi telah dilakukan oleh beberapa peneliti pada komoditas lain, seperti pada tanaman bawang merah dan kubis.

Lebih terperinci

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan pertanian dapat diartikan sebagai perubahan status sosial, bukan hanya bertujuan untuk meningkatkan status dan kesejahteraan petani semata, tetapi sekaligus

Lebih terperinci

Add your company slogan. Biaya. Teori Produksi LOGO

Add your company slogan. Biaya. Teori Produksi LOGO Add your company slogan Biaya Teori Produksi LOGO Asumsi Dalam pembahasan ekonomi, perusahaan selalu diasumsikan bertujuan untuk memaksimalkan keuntungannya. Perusahaan yang didirikan tidak untuk mendapatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Upaya mewujudkan pembangunan pertanian tidak terlepas dari berbagai macam

BAB I PENDAHULUAN. Upaya mewujudkan pembangunan pertanian tidak terlepas dari berbagai macam BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Upaya mewujudkan pembangunan pertanian tidak terlepas dari berbagai macam masalah yang dihadapi pada saat ini. Masalah pertama yaitu kemampuan lahan pertanian kita

Lebih terperinci

Hermanto (1993 ; 4), menyebutkan bahwa pembangunan pertanian termasuk didalamnya tanaman pangan dan hortikultura, perkebunan, perikanan, peternakan,

Hermanto (1993 ; 4), menyebutkan bahwa pembangunan pertanian termasuk didalamnya tanaman pangan dan hortikultura, perkebunan, perikanan, peternakan, 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembagunan pertanian merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari pembangunan nasional, yang memiliki warna sentral karena berperan dalam meletakkan dasar yang kokoh

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Pembangunan Pertanian merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari pembangunan nasional. Pertanian memegang peranan penting dalam perekonomian bangsa, hal ini ditunjukkan

Lebih terperinci

2. TINJAUAN PUSTAKA. π = f (Py; Pxi; ;Pzj)

2. TINJAUAN PUSTAKA. π = f (Py; Pxi; ;Pzj) 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Fungsi Keuntungan Jika diasumsikan dalam aktivitas usahatani bertujuan memaksimumkan keuntungan, maka dalam jangka pendek keuntungan merupakan selisih antara penerimaan total dikurangi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkebunan merupakan salah satu subsektor strategis yang secara ekonomis, ekologis dan sosial budaya memainkan peranan penting dalam pembangunan nasional. Sesuai Undang-Undang

Lebih terperinci

3 KERANGKA PEMIKIRAN

3 KERANGKA PEMIKIRAN 12 ketersediaan dan kesesuaian lahan untuk komoditas basis tanaman pangan. Tahap ketiga adalah penentuan prioritas komoditas unggulan tanaman pangan oleh para stakeholder dengan metode Analytical Hierarchy

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. menyebabkan terjadinya perubahan struktur penguasaan lahan pertanian, pola

I. PENDAHULUAN. menyebabkan terjadinya perubahan struktur penguasaan lahan pertanian, pola 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Proses pelaksanaan pembangunan, dalam jangka menengah dan panjang menyebabkan terjadinya perubahan struktur penguasaan lahan pertanian, pola hubungan kerja dan stuktur

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI POTENSI EKONOMI DI PEDESAAN

IDENTIFIKASI POTENSI EKONOMI DI PEDESAAN 7 IDENTIFIKASI POTENSI EKONOMI DI PEDESAAN Deskripsi Singkat Topik : Pokok Bahasan : ANALISIS POTENSI EKONOMI DESA Waktu : 1 (satu) kali tatap muka pelatihan (selama 100 menit). Tujuan : Membangun pemahaman

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN Tinjauan Pustaka Tinjauan Teknologi Teknologi merupakan sumberdaya buatan manusia yang kompetitif dan selalu mengalami perkembangan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Pertanian Organik Ada dua pemahaman umum tentang pertanian organik menurut Las,dkk (2006)

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. berkaitan dengan sektor-sektor lain karena sektor pertanian merupakan sektor

I. PENDAHULUAN. berkaitan dengan sektor-sektor lain karena sektor pertanian merupakan sektor I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian merupakan sektor yang memiliki peran besar dalam perekonomian di Indonesia. Hal ini dikarenakan pertanian merupakan penghasil bahan makanan yang dibutuhkan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hortikultura sebagai salah satu subsektor pertanian memiliki peran yang cukup strategis dalam perekonomian nasional. Hal ini tercermin dari perannya sebagai pemenuh kebutuhan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN. keadaan lingkungan (agroklimat) yang sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN. keadaan lingkungan (agroklimat) yang sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1. Tinjauan Pustaka Keberhasilan usahatani tanaman kacang kapri sangat ditentukan oleh keadaan lingkungan (agroklimat) yang sangat berpengaruh

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. struktur pembangunan perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi

I. PENDAHULUAN. struktur pembangunan perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian merupakan sektor yang mempunyai peranan strategis dalam struktur pembangunan perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi yang dominan,

Lebih terperinci