ANALISIS POLA SEBARAN HUJAN BULANAN DAN KAITANNYA DENGAN POLA TANAM PALAWIJA 01 BEBERAPA DAERAW SULAWESI UTARA Oleh JOHN LODEWYK RANTUNG FAKVLTAS PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 1988
RINGKASAN JOHN LODEWYK RANTUNG. Analisis Pola Sebaran Hujan Bulanan dan Kaitannya dengan Pola Tanam Palawija di Beberapa Daerah Sulawesi Utara (Di bawah bimbingan SOEDARSONO, sebagai ketua, BARIZI dan HIDAYAT PAWITAN sebagai anggota) Tujuan penelitian ini ialah untuk mengetahui sifatsifat hujan bulanan dan pola sebarannya di beberapa daerah pertanaman palawija Sulawesi Utara, guna menentukan pola tanam di lahan kering sesuai dengan kebutuhan curah hujannya. Analisis curah hujan model periodik yaitu menganalisa jumlah curah hujan sedemikian rupa sehingga daripadanya dapat diketemukan sifat-sifatnya yang tersembunyi yang datang berulang pada tiap periode tertentu seperti musim hujan dan musim kemarau yang datang silih berganti secara periodik. Gunanya dapat memperkirakan sifat hujan yang akan terjadi beberapa bulan yang akan datang, sehingga dapat diperkirakan pada bulan-bulan ter- tentu akan terjadi kekeringan dan atau kebasahan. Hal ini penting bagi program-program pertanian untuk penentuan awal dan akhir musim tanam. Sedangkan analisis korelasi diri digunakan untuk mengetahui keeratan hubungan dari setiap periode curah hujan bulanan. Bahan penelitian berupa data curah hujan dan hari hujan bulanan diperoleh di Badan Meteorologi dan Geofisika Jakarta serta dilengkapi dari stasiun penakar hujan masing-masing stasiun Taruna, Mapanget, Tondano, Kwandang
Tapa dan Gorontalo. Data curah hujan bulanan diambil selama beberapa tahun dianggap sebagai contoh acak dari populasi curah hujan bulanan dimasing-masing stasiun tersebut. Untuk menentukan atau memilih sebaran populasi curah hujan digunakan metode kelayakan sebaran Khi-Kuadrat dan metode Kemungkinan Maksimum. Ada tiga model sebaran yang diajukan yaitu: sebaran normal, log normal, dan Gamma. Hasil penelitian menunjukkan bahwa umumnya rata-rata curah hujan dan hari hujan bulanan tertinggi di daerah Taruna kemudian disusul oleh masing-masing Mapanget, Kwandang, Tondano, Tapa dan Gorontalo. Hal ini menunjukkan bahwa Taruna bertipe iklim A, Mapanget B, Kwandang C1, Tondano Dl, Tapa E2 dan Gorontalo E2. Koefisien keragaman curah hujan dan hari hujan bulanan pada musim hujan lebih kecil dari musim kemarau dan lebih kecil dari musim pancaroba. Hal ini memperlihatkan bahwa pada musim pancaroba dibeberapa tempat masih terjadi hujan sedangkan di tempat lainnya telah memasuki musim kemarau dan sebaliknya. Pada daerah tipe iklim B1, C1, Dl dan E2 seperti Mapanget, Kwandang, Tondano, Tapa dan Gorontalo dari rnusim kemarau buian Juli sampai Oktober menyebar menurut sebaran Gamma. Sedangkan pada bulan-lainnya termasuk bulan basah menyebar menurut log normal, normal dan Gamma.
Pada bulan kering dan musim pancaroba bulan September- Oktober ada kecenderungan menyebar menurut sebaran Gamma Gambaran fluktuasi curah hujan bulanan tertinggi setiap tahun umumnya terjadi pada bulan Januari dan Pebruari, sedangkan terendah pada bulan Agustus. Pengaruh musim semakin kuat dibagian Utara Sulawesi Utara dan semakin berkurang di daerah pegunungan atau dengan kata lain bahwa pengaruh musim semakin kuat untuk daerah Taruna, Mapanget, kemudian Kwandang serta terlemah di daerah pegunungan seperti di Tondano dan Tapa. Curah hujan pada suatu bulan tertentu mempunyai hubungan dengan periode curah hujan berikutnya, hubungan ini semakin berkurang untuk periode dua bulan berikutnya dan kemudian untuk periode tiga bulan rnendatang hubungannya tidak ada lagi. Perencanaan pola tanam pada lahan kering dapat berpedoman pada curah hujan bulanan sesuai dengan kebutuhan jenis-jenis tanaman sehingga dapat memberikan hasil yang diharapkan.
ANALISIS POLA SEBARAN HUJAN BULANAN DAN KAITANNYA DENGAN POLA TANAM PALAWIJA DI BEBERAPA DAERAH SULAWESI UTARA Oleh JOHN LODEWYK RANTUNG Tesis Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada Fakultas Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor FAKULTAS PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR B O G O R 1 9 8 8