PENGAMATAN PENCILAN PADA ANALISIS KESTABILAN GENOTIPE: ANTARA MODEL AMMI DAN METODE HUEHN

dokumen-dokumen yang mirip
Pendugaan Non-Parametrik dan Analisis Komponen terhadap Stabilitas Padi Sawah (Oryza Sativa)

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. peningkatan luas pertanaman dan hasil biji kedelai. Salah satu faktor pembatas bagi

BAB I PENDAHULUAN. dapat digunakan untuk inferensi statistika. Metode bootstrap mengesampingkan

E-Jurnal Matematika Vol. 4 (3), Agustus 2015, pp ISSN:

Analisis Stabilitas Hasil Tujuh Populasi Jagung Manis Menggunakan Metode Additive Main Effect Multiplicative Interaction (AMMI)

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Salah satu upaya yang dapat ditempuh untuk meningkatkan

Evaluasi Daya Hasil Cabai Hibrida dan Daya Adaptasinya di Empat Lokasi dalam Dua Tahun

AGRITECH : Vol. XVI No. 1 Juni 2014 : ISSN :

INTERAKSI GENETIK X LINGKUNGAN UNTUK KETAHANAN CABAI (Capsicum annuum L.) TERHADAP ANTRAKNOSA YANG DISEBABKAN OLEH Colletotrichum acutatum

MODEL AMMI PERCOBAAN LOKASI GANDA PEMUPUKAN N, P, K

Forum Statistika dan Komputasi, April 2010 p : ISSN :

Fadjry Djufry 1 dan Martina S. Lestari 2

Fadjry Djufry 1 ) dan Martina S. Lestari 2 ) ABSTRAK. G1009 berpeluang diusulkan sebagai varietas unggul jagung hibrida berdaya hasil tinggi.

Forum Statistika dan Komputasi : Indonesian Journal of Statistics. journal.ipb.ac.id/index.php/statistika

ANALISIS STABILITAS DAYA HASIL VARIETAS KEDELAI DI LAHAN SAWAH KABUPATEN MADIUN, JAWA TIMUR

Keywords: Factorial Experiment, CRBD, AMMI, Analysis of Variance, PCA, Biplot

IDENTIFIKASI INTERAKSI GENOTIPE X LINGKUNGAN PADA PADI HIBRIDA BERDASARKAN RESPON GABUNGAN SUCI TIARA

PENERAPAN PEMBOBOTAN KOMPONEN UTAMA UNTUK PEREDUKSIAN PEUBAH PADA ADDITIVE MAIN EFFECT AND MULTIPLICATIVE INTERACTION GERI ZANUAR FADLI

APLIKASI GGE BIPLOT UNTUK EVALUASI STABILITAS DAN ADAPTASI GENOTIPA-GENOTIPA DENGAN DATA PERCOBAAN LINGKUNGAN GANDA. E. Jambormias dan J.

Analisis Stabilitas Hasil Gabah Galur-galur Padi melalui Pendekatan Parametrik dan Nonparametrik

Interaksi Genotipe x Lingkungan Hasil dan Komponen Hasil 14 Genotipe Tomat di Empat Lingkungan Dataran Rendah

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat. Bahan dan Alat. Rancangan Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Varietas unggul padi pada dasarnya mempunyai

Adaptabilitas Galur Harapan Kedelai di Lingkungan yang Beragam

PERAGAAN GRAFIS GGE-BIPLOT UNTUK EVALUASI KERAGAAN GENOTIPE-GENOTIPE DAN PERUBAHAN LINGKUNGAN BERCEKAMAN DI PULAU-PULAU KECIL

INFERENSI TITIK-TITIK PADA BIPLOT AMMI MENGGUNAKAN RESAMPLING BOOTSTRAP SKRIPSI

Yuni Widyastuti, Satoto, dan I.A. Rumanti

ANALISIS GRAFIK GGE-BIPLOT GENOTIP, LINGKUNGAN DAN INTERAKSINYA PADA KANDUNGAN FE BERAS

Varietas Non Hibrida Cabai Besar Anies IPB. Non Hybrid Variety of Big Pepper Anies IPB

Stabilitas Hasil dan Daya Adaptasi Lima Padi Hibrida di Jawa Tengah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. digunakan sebagai rujukan ada dua penelitian. Rujukan penelitian pertama yaitu penelitian Lavoranti et al.

PENANGANAN KETIDAKHOMOGENAN RAGAM AKIBAT KEBERADAAN DATA EKSTRIM MELALUI PENDEKATAN EM-AMMI NADA TSURAYYA

PENERAPAN AMMI RESPON GANDA DENGAN PEMBOBOTAN KOMPONEN UTAMA PADA UJI STABILITAS TANAMAN KUMIS KUCING ANNISA

ANALISIS VARIAN PERCOBAAN FAKTORIAL DUA FAKTOR RAKL DENGAN METODE FIXED ADDITIVE MAIN EFFECTS AND MULTIPLICATIVE INTERACTION SKRIPSI

ANALISIS KEUNGGULAN DAN STABILITAS GALUR MUTAN KACANG TANAH DENGAN METODE TAI DAN AMMI MOHAMAD DJ. PAKAYA

PEMODELAN Additive Main-effect & Multiplicative Interaction (AMMI): KINI DAN YANG AKAN DATANG

Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi, Jl. Raya Kendalpayak km 8, PO Box 66 Malang 65101, Indonesia

UJI MULTILOKASI MELALUI ANALISIS AMMI MULTIRESPON (Studi Kasus : Penelitian Galur Tanaman Tembakau Madura)

STABILITAS HASIL GALUR HARAPAN KEDELAI HITAM DI BEBERAPA LOKASI JAWA BARAT BERDASARKAN METODE EBERHAR-RUSSEL DAN AMMI BI-PLOT

STABILITAS KLON-KLON HARAPAN UBIKAYU BERDASARKAN HASIL PATI

Analisis Stabilitas Non Parametrik Beberapa Cabai Hibrida (Non Parametric Stability Analyses of Some Hybrid Pepper)

NUR ET AL.: STABILITAS HASIL GENOTIPE JAGUNG HIBRIDA. Stabilitas Komponen Hasil sebagai Indikator Stabilitas Hasil Genotipe Jagung Hibrida

Metode Procrustes Dalam untuk Pendugaan Heritabilitas dari Karakter Agronomik Beberapa Galur Kacang Hijau

Analisis Stabilitas Hasil Ubi 27 Genotipe Bengkuang (Pachyrhizus erosus L. Urban) di Jatinangor Jawa Barat Berdasarkan Model AMMI

ANALISIS DATA HASIL PENGUJIAN MULTILOKASI PADI SAWAH MENGGUNAKAN MODEL AMMI Analysis of Multi-Location Test of Wetland Rice Using AMMI Model

Interaksi Genetik x Lingkungan dan Stabilitas Komponen Hasil Berbagai Genotipe Kedelai di Provinsi Riau

Jurnal Agrotek Indonesia 1 (1) : (2016) ISSN :

Penanganan Ketaknormalan Data Pada Model AMMI dengan Transformasi Box-Cox (Data Non-normality on AMMI Models: Box-Cox Transformations)

LAPORAN PENELITIAN HIBAH PENELITIAN STRATEGIS NASIONAL TAHUN ANGGARAN 2009

Adaptasi dan Stabilitas Hasil Galur-Galur Padi Beras Merah pada Tiga Lingkungan Tumbuh

ARSYAD DAN NUR: STABILITAS HASIL GALUR KEDELAI DI LAHAN MASAM. Analisis AMMI untuk Stabilitas Hasil Galur-galur Kedelai di Lahan Kering Masam

GALUR KEDELAI HITAM PROSPEKTIF UNTUK AGROEKOSISTEM INDONESIA. The yielded of black soybean lines, which prospective for Indonesian agroecosyste.

Stabilitas Hasil Jagung Hibrida Silang Tunggal

ustabilitas Hasil Umbi Segar 15 Genotipe Ubi Kayu Menggunakan Metode AMMI Kartika Noerwijati, Nasrullah, Taryono, dan Djoko Prajitno ABSTRACT

METODOLOGI HASIL DAN PEMBAHASAN

Stabilitas dan Hasil Beberapa Galur Harapan Kedelai

ANALISIS INTERAKSI GENOTIPE u LINGKUNGAN MENGGUNAKAN MODEL PERSAMAAN STRUKTURAL I GEDE NYOMAN MINDRA JAYA

HASIL DAN STABILITAS HASIL BIJI KEDELAI

DAFTAR PUSTAKA. Baihaki A Teknik Rancang dan Analisis Penelitian Pemuliaan. Bandung: Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran.

KOREKSI METODE CONNECTED AMMI DALAM PENDUGAAN DATA TIDAK LENGKAP ABSTRAK

Keragaan hasil gula dan hasil biji beberapa kultivar sorghum manis di tiga wilayah lahan kering Kabupaten Pekalongan dan Batang, Jawa Tengah

Lingkungan dapat didefinisikan sebagai gabungan

ANALISIS INTERAKSI GENOTIPE-LINGKUNGAN DENGAN METODE AMMI PADA DATA MULTIRESPON PUNGKAS EMARANI

IDENTIFIKASI STABILITAS DAN ADAPTABILITAS GENOTIPE PADA PERCOBAAN MULTILOKASI PADI SAWAH DENGAN METODE AMMI. Oleh: Miftachul Hudasiwi G

RESPON 15 VARIETAS UNGGUL BARU PADI TERHADAP TUJUH METODE TANAM UNTUK HASIL DAN KOMPONEN HASIL

DATA DAN METODE. Data

PEMODELAN Additive Main-effect & Multiplicative Interaction (AMMI): KINI DAN YANG AKAN DATANG

ANALISIS INTERAKSI GENOTIPE u LINGKUNGAN MENGGUNAKAN MODEL PERSAMAAN STRUKTURAL I GEDE NYOMAN MINDRA JAYA

DAFTAR PUSTAKA. Allard RW Principles of Plant Breeding. New York: John Wiley & Sons.

II. MODEL AMMI PADA DATA BERDISTRIBUSI BUKAN NORMAL: TRANSFORMASI KENORMALAN

Arsyad, DM, Nur A Analisis AMMI untuk stabilitas hasil galur-galur kedelai di lahan kering masam. Penelitian Pertanian. Tanaman Pangan 25: 78

HASIL DAN PEMBAHASAN Lampiran 2 Analisis Daya Adaptasi Tanaman Karakteristik Agronomi Hasil (HSL) Gambar 1.

EVALUASI KLON-KLON HARAPAN TEH (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) KETURUNAN TRI 2024 PS I PADA LINGKUNGAN BERBEDA

gabah bernas. Ketinggian tempat berkorelasi negatif dengan karakter jumlah gabah bernas. Karakter panjang daun bendera sangat dipengaruhi oleh

DAYA WARIS DAN HARAPAN KEMAJUAN SELEKSI KARAKTER AGRONOMI KEDELAI GENERASI F 2

MODEL ADDITIVE MAIN EFFECTS AND MULTIPLICATIVE INTERACTION (AMMI) PERCOBAAN LOKASI GANDA PEMUPUKAN N, P, K NIKEN DYAH SEPTIASTUTI

Stabilitas Hasil Jagung Varietas Hibrida Harapan Umur Genjah

Interaksi Genotipe x Lingkungan untuk Hasil Gabah Padi Sawah

KERAGAAN HASIL DAN KOMPONEN HASIL BIJI KEDELAI PADA BERBAGAI AGROEKOLOGI

STABILITAS HASIL DAN KEMAMPUAN ADAPTASI GALUR-GALUR PADI Fe TINGGI MENGGUNAKAN ANALISIS AMMI (ADDITIVE MAIN EFFECT AND MULTIPLICATIVE INTERACTION)

Pengaruh Interaksi Genotipe dan Lingkungan terhadap Hasil Kacang Hijau

ANALISIS DAYA GABUNG DAN HETEROSIS HASIL GALUR JAGUNG DR UNPAD MELALUI ANALISIS DIALEL

KEANEKARAGAMAN 36 GENOTIPE CABAI (Capsicum SPP.) KOLEKSI BAGIAN GENETIKA DAN PEMULIAAN TANAMAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

MIXED ADDITIVE MAIN EFFECTS AND MULTIPLICATIVE INTERACTION (M-AMMI) DAN APLIKASINYA SKRIPSI

PENDUGAAN NILAI DAYA GABUNG DAN HETEROSIS JAGUNG HIBRIDA TOLERAN CEKAMAN KEKERINGAN MUZDALIFAH ISNAINI

BAB 2 LANDASAN TEORI

IV. PERBANDINGAN KONFIGURASI MATRIKS INTERAKSI: METODE PROCRUSTES

POLA PEWARISAN SIFAT-SIFAT AGRONOMIS DAN MUTU BIJI PADA POPULASI TANAMAN KEDELAI (Glycine max L. Merril)

PENGUJIAN GALUR-GALUR HARAPAN JAGUNG TOLERAN KEKERINGAN DI PAPUA. Fadjry Djufry dan Arifuddin Kasim Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Papua

7/18/2010 UJI MULTILOKASI TAHUN II HIBRIDA CABAI UNGGULAN IPB UNTUK PELEPASAN VARIETAS PENDAHULUAN

STABILITAS DAN ADAPTABILITAS SEPULUH GENOTIPE KEDELAI PADA DUA BELAS SERI PERCOBAAN DENGAN METODE PERKINS & JINKS

STABILITAS DAN ADAPTABILITAS HASIL DAN KOMPONEN HASIL GENOTIP POTENSIAL KEDELAI HITAM DI PULAU JAWA

KAJIAN GENETIK DAN SELEKSI GENOTIPE S5 KACANG HIJAU (Vigna radiata) MENUJU KULTIVAR BERDAYA HASIL TINGGI DAN SEREMPAK PANEN

POTENSI JAGUNG VARIETAS LOKAL SEBAGAI JAGUNG SEMI

INTERAKSI GALUR LINGKUNGAN, POTENSI HASIL DAN STABILITAS HASIL GALUR HARAPAN KEDELAI

I. PENDAHULUAN. Ketahanan pangan merupakan salah satu prioritas utama dalam pembangunan

TINJAUAN PUSTAKA Pemuliaan Tanaman Padi

Penampilan dan Stabilitas Hasil Galur-galur Harapan Kedelai pada Dosis Pupuk Fosfor (P) Rendah di Tiga Lokasi di Bengkulu

(α = 0.01). Jika D i > , maka x i atau pengamatan ke-i dianggap pencilan (i = 1, 2,..., 100). HASIL DAN PEMBAHASAN

Transkripsi:

PENGAMATAN PENCILAN PADA ANALISIS KESTABILAN GENOTIPE: ANTARA MODEL AMMI DAN METODE HUEHN Peneliti : Halimatus Sa diyah 1 Mahasiswa terlibat : - Sumber Dana : DIPA Universitas Jember 1 Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Jember ABSTRAK Klasifikasi genotipe sebagai genotype stabil atau tidak stabil penting dalam pemuliaan tanaman. Klasifikasi dapat memanfaatkan pendekatan parametrik ataupun nonparametrik. Salah satu yang paling favorit dan kuat dari pendekatan parametrik adalah model AMMI yang menghasilkan Biplot untuk memvisualisasikan stabilitas dan kemampuan beradaptasi. Namun pendekatan ini memerlukan asumsi yaitu normalitas dan homogenitas varians. Di sisi lain, metode Huehn sebagai salah satu pendekatan non - parametrik yang didasarkan pada peringkat genotipe tidak tergantung pada asumsi distribusi statistik. Mengevaluasi kinerja kedua pendekatan tersebut sangat penting untuk mengkarakterisasi sifat statistiknya. Dengan simulasi, dapat dievaluasi ketahanan dari keduanya terhadap adanya pencilan. Dalam penelitian ini dapat disimpulkan bahwa Model AMMI lebih sensitif terhadap adanya pencilan daripada Huehn, meskipun persentase outlier rendah. Sementara Huehn memiliki ketahanan yang baik. Sayangnya, Huehn cenderung untuk menyimpulkan genotipe stabil dengan uji chi -square konservatif. Hampir semua genotipe yang diuji diputuskan sebagai genotipe yang stabil oleh metode Huehn. Ada cara mudah untuk mengatasi masalah tersebut, yaitu dengan membuat peringkat S 1 dan S 2. Dengan membuat peringkat tersebut, kita dapat melihat stabilitas masing-masing genotipe relatif kepada yang lain. Kata kunci : AMMI, Huehn, analisis stabilitas, pencilan

EXECUTIVE SUMMARY PENGAMATAN PENCILAN PADA ANALISIS KESTABILAN GENOTIPE: ANTARA MODEL AMMI DAN METODE HUEHN Peneliti : Halimatus Sa diyah 1 Mahasiswa terlibat : - Sumber Dana : DIPA Universitas Jember tahun 2013 Kontak e-mail : sadiyah79@gmail.com Diseminasi : belum ada 1 Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Jember

PENDAHULUAN Program pemuliaan tanaman penting untuk memperoleh tanaman unggul. Stabilitas dan adaptabilitas tanaman juga perlu diketahui karena stabil tidaknya suatu genotipe adalah salah satu karakter penting dalam pemuliaan tanaman (Baihaki & Wicaksana, 2005), utamanya jika varietas tersebut masih baru atau merupakan galur harapan (Rasyad & Idwar, 2010). Dalam pertanian, beberapa macam analisis stabilitas banyak digunakan (Syukur, et al., 2011). Metode AMMI (Additive Main effect and Multiplicative Interaction) sebagai salah satu analisis parametrik, memerlukan terpenuhinya distribusi normal dan ragam homogen (Ackura, et al., 2007; Fikere, et al., 2009; Yasmin, 2007). Secara teoritis jika kondisi data terdapat pencilan (outlier) dan tidak menyebar normal, analisis menggunakan AMMI tidak valid. Di satu sisi, ada cara lain yaitu menggunakan metode non-parametrik yang diperkirakan tidak terpengaruh adanya outlier karena sifatnya yang tidak memerlukan asumsi kenormalan data dan berdasarkan rangking genotipe (Sa diyah, 2012; Abdulahi dkk., 2007; Pourdad, 2011; Mahtabi et al., 2013) antara lain metode Huehn. Penambahan atau pengurangan satu atau beberapa data pengamatan tidak menyebabkan variasi yang besar pada hasil pendugaan jika dibandingkan akibatnya pada metode parametrik (Kaya dkk., 2003).. BAHAN DAN METODE Model AMMI: Analisis Stabilitas Genotipe Tanaman Secara Parametrik Model AMMI merupakan metode yang menggabungkan analisis ragam pada pengaruh aditif dengan analisis komponen utama pada pengaruh multiplikatif (Sa diyah, 2011; Mattjik, 2005; Groenen dan Koning, 2004)). Pengaruh multiplikatif diperoleh melalui prosedur penguraian nilai singular (Singular Value Decomposition) dari matriks pengaruh interaksi genotipe lingkungan dan diekstraksi menjadi komponen utama interaksi (Gauch, 2006; Gauch dkk., 2008; Yang, 2007). Model AMMI dilengkapi dengan penggunaan biplot. Biplot AMMI merupakan kelebihan utama dari model AMMI yang telah memberikan sumbangan besar bagi penelitian pemuliaan (Kang, 1990; Mattjik, 2005;Yan et al., 2006; Yan dan Hunt, 2002). Pada dasarnya, langkah awal untuk memulai analisis AMMI adalah melihat

pengaruh aditif genotipe dan lingkungan masing-masing menggunakan analisis ragam dan kemudian dibuat bentuk multiplikatif interaksi genotipe dan lingkungan dengan menggunakan analisis komponen utama (Hadi & Sa diyah, 2004). Model AMMI mengukur kestabilan berdasarkan penguraian kompenen interaksi dalam Analisis ragam atau ANOVA dua arah (tanpa ulangan). Penguraian komponen Interaksi Genotipe Lingkungan (IGL) diperoleh dari Analisis Komponen Utama (AKU). Dua komponen utama pertama digunakan untuk mendefinisikan daerah kestabilan dalam Biplot AMMI. Metode Huehn sebagai Analisis Stabilitas secara Non-parametrik Metode Huehn (Huehn, 1990), menggunakan indeks dan untuk pengujian genotipe secara keseluruhan; dengan hipotesis nol adalah tidak ada perbedaan peringkat stabilitas antar genotipe. Pengujian menggunakan distribusi dengan g derajat bebas, pada statistik uji, ; dimana [ ], m = 1, 2 sedangkan ; ( ) ; ( ) ( ) [( ) ] ; dan [ ( ) ]. Kriteria uji tolak H 0 adalah jika. Selanjutnya, pengujian secara individual terhadap genotipe ke-i dilakukan pada indeks dan dengan hipotesis nol adalah genotipe ke-i stabil, yaitu dengan statistik uji: ; m = 1, 2 dengan kriteria tolak H0 jika >, dan disarankan menggunakan taraf nyata pengujian individu genotipe sebesar. Klasifikasi genotipe dengan metode Huehn ditentukan berdasarkan nilai yang diperoleh. Semakin kecil maka semakin stabil. Cara sederhana yang dapat dilakukan untuk memperoleh kestabilan secara relatif diantara genotipe yang diujikan adalah dengan meranking genotipe tersebut berdasarkan nilai dan. Sumber data

Penelitian ini menggunakan dua set data sekunder hasil penelitian multilokasi. Data set pertama diperoleh dari Balai Besar Padi (BB Padi), Sukamandi dalam rangkaian pengembangan beras fungsional melalui program biofortifikasi Fe pada beras bekerjasama dengan IRRI. Percobaan ini dilakukan pada 8 lokasi pada musim tanam 2007 melibatkan 8 genotipe padi (Oryza sativa) dan 2 varietas pembanding. Sedangkan data set kedua adalah hasil uji multilokasi beberapa genotype kedelai (Glycine max L.) dari BALITKABI tahun 2011, melibatkan 15 genotipe kedelai pada 8 lokasi. HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh Pencilan pada Analisis Kestabilan Genotipe Model AMMI Model AMMI mengukur kestabilan berdasarkan penguraian kompenen interaksi dalam Analisis ragam atau ANOVA dua arah (tanpa ulangan). Penguraian komponen Interaksi Genotipe Lingkungan (IGL) diperoleh dari Analisis Komponen Utama (AKU). Dua komponen utama pertama digunakan untuk mendefinisikan daerah kestabilan dalam Biplot AMMI. Tabel 1. Tabel analisis ragam model AMMI data Fe padi Sumber keragaman Derajat bebas Jumlah kuadrat Kuadrat tengah Nilai F - hitung Nilai sig. p Genotipe 9 19.92 2.214 Lingkungan 7 79.19 11.313 Interaksi (IGL) 63 59.35 0.942 KU Interaksi 1 15 36.41 2.427 8.76173 2.875575 KU Interaksi 2 13 13.23 1.018 3.67509 2.982721 Sisa 35 9.71 0.277 Total 79 Analisis stabilitas melalui model AMMI dilakukan dengan memanfaatkan konsep ellips sebagai daerah kepercayaan bi-variate normal seperti digunakan oleh Jaya dan Hadi (2008). ANOVA model AMMI data Fe Padi disajikan pada Tabel 1, sementara Biplot AMMI dan ellips kestabilan genotipenya pada Gambar 2.

Gambar 2. Biplot AMMI 2 dan Plot Ellips kestabilan genotipe data kandungan Fe padi tanpa pencilan Kestabilan AMMI memberikan informasi bahwa terdapat 5 genotipe yang tidak stabil yaitu G4, G6, G7, G8 dan G9, karena keempat genotipe ini berada di luar ellips kestabilan AMMI. Untuk memeriksa apakah kestabilan ini berubah dengan adanya tambahan pencilan terhadap data kita harus melakukan analisis kestabilan model AMMI lengkap dengan Biplot dan ellips-nya pada ketiga data set yang diperoleh dari simulasi tambahan pencilan. Dengan tambahan pencilan, genotipe yang awalnya stabil menjadi tidak stabil setelah menjadi pencilan pada lokasi tertentu. Pada data dengan tambahan pencilan 2 % terdapat 2 (dua) genotipe yang berubah statusnya, keduanya berubah dari stabil menjadi tidak stabil. Sedangkan pada tambahan 5% pencilan terdapat 4 (empat) genotipe yang berubah statusnya, satu diantaranya berubah dari tidak stabil menjadi stabil. Tambahan pencilan 10% menghasilkan kestabilan genotipe yang sama seperti pada tambahan 5%. Terhadap tambahan pencilan antar genotipe berturut-turut 2%, 5% dan 10% stabilitas model AMMI berubah pada tambahan 5% dan 10%, sedang pada tambahan 2% pencilan tidak berubah. Hasil ini menunjukkan bahwa model AMMI mempunyai kecenderungan memberikan hasil stabilitas genotipe yang rentan terhadap pencilan. Informasi tersebut tampaknya juga diperkuat dengan apa yang terjadi pada data pengamatan berat biji per tanaman kedelai yang juga telah ditambah pencilan dengan skenario yang sama. Pada tambahan 2% pencilan terdapat 3 (tiga) genotipe yang berubah statusnya stabilitasnya. Dengan tambahan 5% pencilan, banyaknya perubahan meningkat tiga kali lipat, dari 3 menjadi 9 genotipe berubah

kestabilannya. Tampaknya genotipe yang berubah statusnya makin meningkat dengan makin banyaknya pencilan yang ditambahkan. Namun pada tambahan 10% pencilan banyaknya perubahan tidak sebanyak pada tanbahan 5% pencilan, hal ini dapat dijelaskan bahwa pada data satu dimensi, pencilan selalu didapati pada persentase yang rendah. Artinya, pencilan dengan frekuensi yang lebih besar tidak lagi terdeteksi sebagai pencilan namun akan menggeser pusat sebaran secara keseluruhan. Terlebih lagi pada matriks IGL yang multidimensi, pencilan pada arah kolom akan sekaligus mempengaruhi baris. Hal ini akan menyebabkan sedikit saja pencilan akan terdeteksi pada dua arah baris dan kolom. Banyaknya pencilan menjadi sangat relatif, tergantung apakah terdapat pada baris atau kolom yang sama. Bila dengan tambahan 2% atau sebanyak 3 buah pada baris berbeda akan mengubah 3 genotipe, maka 6 pencilan (5%) mengubah 9 genotipe. Tambahan 10% pencilan pada IGL data kedelai ini berarti terdapat tambahan 12 pencilan, maka pencilan ini akan tersebar dalam 15 kolom lintas 8 baris sehingga kemungkinan akan terdapat pada baris yang sama akan semakin besar. Bila terdapat pada baris yang sama maka besar kemungkinan tidak terdeteksi sebagai dua pencilan pada baris itu tetapi telah mengubah/atau menggeser sebaran secara keseluruhan. Kekekaran Analisis Kestabilan Genotipe Non Parametrik HUEHN terhadap Pencilan Uji Khi-Kuadrat tidak signifikan pada taraf nyata =0.05 (juga pada =0.08), artinya tidak ada perbedaan ragam peringkat diantara ke- 15 genotipe kedelai. Namun untuk pengujian individual terhadap dan dengan khi-kuadrat menyatakan bahwa G5 tidak stabil pada tarah nyata =0.08 atau 8%. Sedikit ada kontradiktif antara kedua hasil pengujian ini. Pada dasarnya, klasifikasi genotipe dengan metode Huehn ditentukan berdasarkan nilai yang diperoleh. Semakin kecil maka semakin stabil. Maka, cara sederhana yang dapat dilakukan untuk memperoleh kestabilan secara relatif diantara genotipe yang diujikan adalah dengan meranking genotipe tersebut berdasarkan nilai dan. Pengujian khi-kuadrat secara individu menyatakan hanya 1 genotipe yang tidak stabil sementara 14 genotipe lainnya stabil (Tabel 2).

Tabel 2. Stabilitas genotipe kedelai dengan metode non-parametrik Huehn Data Berat Biji per Tanaman Rank Rank Average Genotipe S1 S2 Z1 Z2 S1 S2 Rank Stability G1 6.1786 26.8393 1.4831 1.4265 13 13 13 Tidak G2 5.8929 24.2679 0.8613 0.6701 11.5 10 10.75 Tidak G3 5.6429 24.5000 0.4550 0.7267 10 12 11 Tidak G4 5.8929 24.4107 0.8613 0.7047 11.5 11 11.25 Tidak G5 6.6071 30.6964 2.7306 3.0907 15 15 15 Tidak G6 3.8214 10.2679 1.3753 1.5065 2 2 2 Stabil G7 3.2857 7.7143 2.9448 2.5619 1 1 1 Stabil G8 4.8214 15.6964 0.0251 0.1884 7.5 7 7.25 Stabil G9 4.3571 13.3571 0.3962 0.6021 3.5 4 3.75 Stabil G10 5.2500 19.1250 0.0762 0.0045 9 9 9 Tidak G11 4.7143 15.1429 0.0714 0.2652 6 5 5.5 Stabil G12 4.6071 15.4107 0.1413 0.2264 5 6 5.5 Stabil G13 4.3571 13.1429 0.3962 0.6517 3.5 3 3.25 Stabil G14 6.2500 30.4107 1.6648 2.9457 14 14 14 Tidak G15 4.8214 16.2679 0.0251 0.1229 7.5 8 7.75 Tidak Jumlah 13.5076 15.6940 23.1993 *) *) Stabil Respon kestabilan genotipe metode Huehn memiliki potensi kekekaran terhadap pencilan dengan tambahan 2% dan 5% yang ditunjukkan oleh hasil analisis kestabilan genotipe Kedelai tidak berubah. Bahkan tambahan 10% pencilan hanya mengubah 1 genotipe saja. G3 yang semula Tidak Stabil, dinyatakan Stabil akibat tambahan 10 % pencilan. Sementara hasil analisis stabilitas Huehn untuk data kandungan Fe Padi menunjukkan kekekaran yang lebih nyata, tidak satupun terjadi perubahan kestabilan genotipe Padi akibat tambahan pencilan 2%, 5%, bahkan 10%.

Gambar 3. Perbandingan persen perubahan stabilitas akibat tambahan pencilan antara metode Huehn dan model AMMI pada data Fe padi dan berat biji kedelai Sangat berbeda dengan yang terjadi pada model AMMI, analisis kestabilan dengan model AMMI amat rentan terhadap pencilan. Perbandingan dapat ditunjukkan oleh Gambar 3. Pemeringkatan dan tampaknya dapat dijadikan cara alternatif untuk menyatakan stabilitas genotipe secara individual relatif terhadap sesamanya. Hal ini ditunjukkan bahwa pada data Padi dan Kedelai cara pemeringkatan dan pada metode Heruhn menghasilkan stabilitas genotype yang lebih mirip dengan model AMMI, daripada dengan uji Khi-kuadrat pada metode yang sama. KESIMPULAN Analisis kestabilan genotipe yang diperoleh dari model AMMI mempunyai kecenderungan sensitif dan rentan terhadap pencilan pada matriks interaksi, sedangkan metode non-parametrik Huehn kekar (robust) terhadap pencilan. Oleh karena itu, penggunaan AMMI perlu mewaspadai adanya pencilan yang dapat mengubah hasil stabilitas genotipe. Sebaliknya, metode Huehn sangat prospektif untuk mengatasi masalah pencilan. Kajian pengembangan metode Huehn perlu dilakukan terkait dengan kecenderungan metode ini untuk menyatakan suatu genotipe stabil. Sebagai cara alternatif dapat dilakukan pemeringkatan dan untuk menyatakan stabilitas genotipe secara individual relatif terhadap sesamanya, dimana genotipe dengan nilai dan yang lebih kecil relatif lebih stabil.

DAFTAR PUSTAKA Abdulahi A., R. Mohammadi, dan S.S. Pourdad. 2007. Evaluation of safflower (carthamus spp.) genotypes in multi-environment trials by nonparametric methods. Asian J Plant Sci. 6: 827-832. Akcura, M., Y. Kaya, S. Taner, R. Ayranci. 2006. Parametric stability analysis for grain yield of durum wheat. Plant Soil Environ. 6:254-261. Baihaki, A., N. Wicaksana. 2005. Interaksi genotip x lingkungan, adaptabilitas, dalam pengembangan tanaman varietas unggul di Indonesia. Zuriat 16:1-8. Fikere, M., E. Fikiru, T. Tadesse, T. Legesse. 2009. Parametric stability analyses in fi eld pea (Pisum sativum L.) under South Eastern Ethiopian condition. World J. Agric. Sci. 5:146-151 Gauch, H.G. 2006. Statistical analysis of yield trials by AMMI and GGE. Crop Sci. 46:1488-1500. Gauch, H.G. H.P. Piepho, P. Annicchiarico. 2008. Statistical analysis of yield trials by AMMI and GGE: further consideration. Crop Sci. 48:866-889. Groenen, P.J.F. dan A.J. Koning. 2004. A new model for visualizing interactions in analysis of variance. Econometric Institute Report EI 2004-06. Hadi, A.F. dan H. Sa diyah. 2004. AMMI model untuk analisis interaksi genotipe lokasi. Jurnal Ilmu Dasar 5(1):33-41. Huehn, M. 1990. Nonparametrik measures of phenotypic stability. Part 1: Theory. Euphytica 47: 189-194. Jaya, I.G.N.M. dan A.F. Hadi. 2008. Analisis AMMI untuk stabilitas hasil jagung. BIAStatistics. 2(2):1-13. Kang, M.S. 1990. Understanding and utilization of genotype-environment interaction in plant breeding. p. 52-68. In Kang M.S (Eds). Genotipe-by-Environment Interaction. Agricultural Center, Lousiana State University, Lousiana. Kaya, Y., S. Taner, S. Ceri. 2003. Nonparametrik stability analysis of yield performances in oat (Avena sativa L.) genotipes across environments. Asian J. Plant Sci. 2: 286-289.

Mahtabi, E., E. Farshadfar, M.M. Jowkar. 2013. Non parametric estimation of phenotypic stability in Chickpea (Cicer arietinum L.). Intl J Agri Crop Sci. Vol., 5 (0), 888-895, Mattjik, A.A. 2005. Interaksi Genotipe dan Lingkungan dalam Penyediaan Sumberdaya Unggul. Orasi Ilmiah Guru Besar tetap Biometrika Institut Pertanian Bogor. Bogor. Pourdad, S. S. 2011. Repeatability and relationships among parametric and nonparametric yield stability measures in safflower (Carthamus tinctorius L.) genotypes. Crop Breeding Journal 1(2): 109-118. Rasyad, A., Idwar. 2010. Interaksi genetik x lingkungan dan stabilitas komponen hasil berbagai genotype kedelai di provinsi riau. J. Agron. Indonesia 38 (1) : 25 29. Sa diyah, H. 2011. Indeks stabilitas AMMI untuk penentuan stabilitas genotipe pada percobaan multilokasi. JMAP 10(2):P.31-37. Sa diyah, H. 2012. Pendugaan non-parametrik dan analisis komponen terhadap stabilitas padi sawah (Oryza sativa). JSTAT 12(2): 103 108. Syukur, M., S. Sujiprihati, R. Yunianti, D. A. Kusumah. 2011. Parametric stability analysis for yield of chili pepper (Capsicum annuum L.). J. Agron. Indonesia 39 (1) : 31 37. Yan, W., M.S. Kang, B. Ma, S. Woods, P.L. Cornelius. 2006. GGE biplot vs. AMMI analysis of genotype-by-environment data. Crop Sci 47(2): 643-653. Yang, R.C. 2007. Mixed model analysis of crossover genotipe-environment interaction. Crop Sci. 47:1051-1062. Yasmin, S. 2007. Evaluation of promising wheat genotypes by the stability analysis through parametric and nonparametric methods. Int. J. Sustain. Crop Prod. 2:9-16. Zulhayana, S., Sumertajaya, I.M. dan Mattjik, A.A. 2011. Analisis stabilitas genotipe padi dengan indeks stabilitas nonparametrik thennarasu. In Mattjik, A.A., I.M. Sumertajaya, A.F. Hadi, G.N.A. Wibawa. (Eds). Pemodelan Additive Main- Effect & Multiplicative Interaction (AMMI): Kini dan yang Akan Datang, hal 164-171. IPB Press, Bogor