Vegetalika (3): Program Studi Agronomi, Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada 2)

dokumen-dokumen yang mirip
THE INFLUENCE OF N, P, K FERTILIZER, AZOLLA (Azolla pinnata) AND PISTIA (Pistia stratiotes) ON THE GROWTH AND YIELD OF RICE (Oryza sativa)

IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1. Tinggi tanaman padi akibat penambahan jenis dan dosis amelioran.

PENGARUH MANAJEMEN JERAMI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI SAWAH (Oryza sativa L.) Oleh: MUDI LIANI AMRAH A

HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH KERAPATAN TANAMAN DAN KOMBINASI PUPUK NITROGEN ANORGANIK DAN NITROGEN KOMPOS TERHADAP PRODUKSI GANDUM. Yosefina Mangera 1) ABSTRACK

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH KERAPATAN DAN KEDALAMAN TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL KACANG HIJAU (Vigna radiata L.)

Kata kunci : kompos, Azolla, pupuk anorganik, produksi

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Hasil Sifat Kimia dan Fisik Latosol sebelum Percobaan serta Komposisi Kimia Pupuk Organik

I PENDAHULUAN. besar masyarakat Indonesia. Menurut Puslitbangtan (2004 dalam Brando,

I. PENDAHULUAN. pertambahan jumlah penduduk dan peningkatan konsumsi per kapita akibat

Pemakaian Pupuk Organik Cair Sebagai Dekomposer dan Sumber Hara Tanaman Padi (Oriza sativa L.)

Contact Author : Keywords : Azolla inoculum, organic potassium, organic matter, fertilizers, soil fertility

REHABILITASI LAHAN KERING ALANG ALANG DENGAN OLAH TANAH DAN AMANDEMEN KAPUR TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN JAGUNG

I. PENDAHULUAN. Bawang merah (Allium ascalonicum L.) adalah tanaman semusim yang tumbuh

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat

HASIL DAN PEMBAHASAN. kompos limbah tembakau memberikan pengaruh nyata terhadap berat buah per

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L.] Merr.) merupakan tanaman pangan terpenting ketiga

I. PENDAHULUAN. Jagung termasuk bahan pangan penting karena merupakan sumber karbohidrat

JURNAL SAINS AGRO

PENGARUH DOSIS PUPUK KANDANG SAPI DAN PUPUK NITROGEN TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN KANGKUNG DARAT (Ipomoea reptans. Poir)

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Bahan Metode Penelitian Pembuatan Pupuk Hayati

HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH PENGOLAHAN TANAH DAN DOSIS PUPUK NPK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL KEDELAI

III. BAHAN DAN METODE

III. METODE PENELITIAN

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan waktu penelitian. Penelitian dilaksanakan di lahan sawah di Dusun Tegalrejo, Taman Tirto,

RESPON PERTUMBUHAN DAN HASIL BEBERAPA VARIETAS PADI ( Oryza sativa L. ) PADA BERBAGAI JENIS PUPUK KANDANG

Sukandar, Nelvia, Ardian Agrotechnology Department, Agriculture Faculty, Universitas of Riau

Pengaruh Waktu Pemupukan dan Macam Pupuk Kandang terhadap Pertumbuhan dan Hasil Kedelai Hitam (Glycine max (L.) Merrill)

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. tanaman kedelai, namun hasilnya masih kurang optimal. Perlu diketahui bahwa kebutuhan

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat. Metode Penelitian

Aplikasi Pupuk Kandang dan Pupuk SP-36 Untuk Meningkatkan Unsur Hara P Dan Pertumbuhan Tanaman Jagung (Zea mays L.) di Tanah Inceptisol Kwala Bekala

PENGARUH DOSIS BOKASHI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TIGA VARIETAS PADI. The Effect of Bokashi Dosages on Growth and Yield of Three Varieties of Rice

Sri Hartati, Jauhari Syamsiyah, Hery Widijanto, dan Moh. Arief Bonis S

PENGARUH TAKARAN PUPUK KASCING TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL DUA VARIETAS KEDELAI (Glycine max (L.) Merrill)

EFEKTIFITAS PUPUK HAYATI ECOFERT TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN JAGUNG. Syafruddin Balai Penelitian Tanaman Serealia

PENDAHULUAN BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE. Percobaan ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Penggunaan varietas unggul baru padi ditentukan oleh potensi hasil,

BAB I PENDAHULUAN. diolah menjadi makanan seperti kue, camilan, dan minyak goreng. kacang tanah dari Negara lain (BPS, 2012).

HASIL DAN PEMBAHASAN

I. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian telah dilaksanakan dengan percobaan rumah kaca pada bulan

III. BAHAN DAN METODE

PENGARUH PEMUPUKAN N, P, K PADA PERTUMBUHAN DAN HASIL PADI (Oryza sativa L.) KEPRAS

Oleh TIMBUL SIMBOLON ILMU TANAH DEPARTEMEN ILMU TANAH FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN. Universitas Sumatera Utara

PENGARUH DOSIS PUPUK KANDANG AYAM TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL MENTIMUN

TATA CARA PENELITIN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. B. Bahan dan Alat Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Pisang merupakan komoditas buah-buahan yang populer di masyarakat karena

570. Jurnal Online Agroekoteknologi Vol.1, No.3, Juni 2013 ISSN No

STUDY TENTANG TIGA VARIETAS TERUNG DENGAN KOMPOSISI MEDIA TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Vegetatif Tanaman Jagung Manis. Pertumbuhan dan perkembangan merupakan proses yang dialami oleh setiap

I. PENDAHULUAN. Ubikayu merupakan salah satu tanaman penting di Indonesia. Ubikayu

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian

RESPONS JARAK TANAM DAN DOSIS PUPUK ORGANIK GRANUL YANG BERBEDA TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN JAGUNG MANIS

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Timur Kabupaten Semarang dan di Laboratorium Penelitian Fakultas Pertanian

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. BAHAN DAN METODE. Universitas Lampung pada titik koordinat LS dan BT

BAB I PENDAHULUAN. penting di Indonesia termasuk salah satu jenis tanaman palawija/ kacang-kacangan yang sangat

I. PENDAHULUAN. Konsumsi kedelai di Indonesia setiap tahun semakin meningkat, seiring dengan

I. PENDAHULUAN. Jagung (Zea mays L.) merupakan tanaman serealia sumber karbohidrat kedua

PETUNJUK TEKNIS PENGKAJIAN VARIETAS UNGGUL PADI RAWA PADA 2 TIPE LAHAN RAWA SPESIFIK BENGKULU

rv. HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH JARAK TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI SAWAH

BAB I PENDAHULUAN. tahun 2009 sekitar ton dan tahun 2010 sekitar ton (BPS, 2011).

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Metode Penelitian

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Yogyakarta, GreenHouse di Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Alat dan Bahan

BAB III METODE PENELITIAN Rancangan Penelitian,Perlakuan dan Analisis Data

PENGARUH PEMBERIAN TIGA JENIS PUPUK KANDANG DAN DOSIS UREA PADA PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN CABAI (Capssicum annum L.)

PUPUK ORGANIK CAIR DAN PUPUK KANDANG AYAM BERPENGARUH KEPADA PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI KEDELAI ( Glycine max L. )

I. PENDAHULUAN. Ultisols merupakan salah satu jenis tanah di Indonesia yang mempunyai sebaran

I. PENDAHULUAN. terpenting setelah padi. Sebagai sumber karbohidrat utama di Amerika Tengah

Latar Belakang. Produktivitas padi nasional Indonesia dalam skala regional cukup tinggi

KAJIAN POLA TANAM TUMPANGSARI PADI GOGO (Oryza sativa L.) DENGAN JAGUNG MANIS (Zea mays saccharata Sturt L.)

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. gandum dan padi. Biji Jagung menjadi makanan pokok sebagian penduduk Afrika

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian telah dilaksanakan di Green House Fakultas Pertanian UMY dan

HASIL DAN PEMBAHASAN

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

PENGARUH DOSIS DAN LAMA PEMBENAMAN PUPUK HIJAU OROK-OROK (Crotalaria juncea L.) PADA PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN KEDELAI (Glycine max L.

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Lapang terpadu Universitas Lampung di

Pengaruh Jenis Bahan Tanam dan Takaran Kompos Blotong terhadap Pertumbuhan Awal Tebu (Saccharum officinarum L.)

APLIKASI PUPUK UREA PADA TANAMAN JAGUNG. M. Akil Balai Penelitian Tanaman Serealia

TINJAUAN PUSTAKA. kalium dari kerak bumi diperkirakan lebih dari 3,11% K 2 O, sedangkan air laut

BAHAN METODE PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. peranan penting dalam pembangunan nasional. Keberhasilan pembangunan

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH BEBERAPA KOMBINASI KOMPOS KEMPAAN GAMBIR DAN PUPUK NPK 15:15:15 TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN GAMBIR (Uncaria gambir Roxb.

VI. ANALISIS BIAYA USAHA TANI PADI SAWAH METODE SRI DAN PADI KONVENSIONAL

III. METODE PENELITIAN A.

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Suhu min. Suhu rata-rata

1. PENDAHULUAN. pokok masyarakat Indonesia dan komoditas agrikultur yang memiliki nilai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Transkripsi:

29 Vegetalika. 2016. 5(3): 29-40 Pertumbuhan dan Hasil Padi Sawah (Oryza sativa L.) pada beberapa Takaran Kompos Jerami dan Zeolit Growth and Yield of Rice (Oryza sativa L.) at Different Straw Compost and Zeolite Rates Fatchul Qorib Ali Ma sum 1), Budiastuti Kurniasih 2*), Erlina Ambarwati 2) 1) Program Studi Agronomi, Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada 2) Departemen Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada *) Penulis untuk korespodensi E-mail: budiastuti@ugm.ac.id ABSTRACT This research aims to know the effect of straw compost and zeolite and get the optimum rate of compost straw and zeolite on the growth and yield of rice. This research was conducted in the paddy fields of Blanceran, Karanganom, Klaten regency, Central Java, from May to September 2015. The design used was a Randomized Complete Block design (RCBD) factorial with three blocks as replications. The first factor was composted straw with three rates, i.e. 0 ton/ha, 2,5 ton/ha, and 5 ton/ha. The second factor was zeolite with three rates, i.e. 0 kg/ha, 200 kg/ha and 400 kg/ha. Composting straw 5 ton/ha increased fresh weight, dry weight and leaf area index at 60 days after transplanting, and also increase net assimilation rate and crop growth rate at 30 60 days after transplanting. Zeolite increased net assimilation rate and crop growth rate of rice at 30 60 days after transplanting. Indeed straw compost and zeolite could not increased rice yield. This research could not determine the optimum dosage of straw compost and zeolite for growth and yield of rice. Keywords : rice, straw compost, zeolite, growth, yield INTISARI Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kompos jerami dan zeolit terhadap pertumbuhan dan hasil padi sawah serta mendapatkan dosis kompos jerami dan zeolit yang optimum untuk pertumbuhan dan hasil padi sawah. Penelitian ini dilakukan di lahan sawah Desa Blanceran, Kecamatan Karanganom, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah mulai bulan Mei sampai September 2015. Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok Lengkap (RAKL) faktorial dengan tiga blok sebagai ulangan. Faktor pertama yaitu kompos jerami dengan takaran 0 ton/ha, 2,5 ton/ha, dan 5 ton/ha. Faktor kedua yaitu zeolit dengan takaran 0 kg/ha, 200 kg/ha, dan 400 kg/ha. Kompos jerami 5 ton/ha dapat meningkatkan bobot segar, bobot kering, dan indeks luas daun pada umur 60 hspt, serta dapat pula meningkatkan laju asimilasi bersih dan laju pertumbuhan tajuk pada umur 30 60 hspt. Zeolit dapat meningkatkan laju asimilasi bersih dan laju pertumbuhan tajuk padi pada umur 30 60 hspt. Baik kompos jerami maupun zeolit yang diberikan tidak dapat meningkatkan hasil gabah. Belum didapatkan takaran kompos jerami dan zeolit yang optimum untuk dapat meningkatkan pertumbuhan dan hasil padi. Kata kunci: padi, kompos jerami, zeolit, pertumbuhan, hasil

30 PENDAHULUAN Padi (Oryza sativa L.) merupakan tanaman penghasil makanan pokok bagi sebagian besar penduduk di Indonesia. Peningkatan produksi tidak sebanding dengan laju pertambahan penduduk saat ini, sehingga untuk memenuhi kebutuhan pangan bagi penduduk di Indonesia pemerintah mengambil kebijakan melalui impor beras (Jamilah dan Safridar, 2012). Peningkatan jumlah penduduk Indonesia sebesar 1,36% per tahun sehingga diperkirakan pada tahun 2020 dibutuhkan beras sebesar 35,97 juta ton dengan asumsi konsumsi 137 kg per kapita (Polakitan et al., 2011). Intensifikasi lahan terutama tanah-tanah sawah dalam upaya peningkatan produksi padi dengan mengutamakan pemakaian pupuk kimia dan kurang memperhatikan penggunaan bahan organik, membuat banyak tanah sawah telah berkurang kesuburannya. Salah satu indikator penurunan kesuburan tanah adalah dari kadar C-organiknya. Hasil analisis Balai Penelitian Tanah, yang menghimpun 1.577 contoh tanah sawah yang tersebar di seluruh Indonesia, menunjukkan bahwa dari 8,1 juta ha lahan sawah, sekitar 65% tanah sawah mempunyai kandungan C-organik rendah sampai sangat rendah (C-organik < 2%), dan hanya 35% yang mempunyai kandungan C-organik > 2 % (Kasno et al., 2000). Pengangkutan jerami pada saat panen mengurangi tingkat kesuburan tanah karena sebagian besar bahan organik dan unsur hara tanah diangkut ke tempat lain sehingga dalam jangka panjang kesuburan tanah akan menurun. Pengembalian jerami padi diharapkan dapat memperbaiki keseimbangan unsur hara sehingga kesuburan lahan sawah dapat dipertahankan. Di Indonesia, jerami dibakar atau diangkut ke luar lahan karena alasan untuk menghilangkan kesulitan pada saat pengolahan tanah, untuk pakan ternak serta untuk keperluan lainnya (Amrah, 2008). Penambahan pupuk kompos ke dalam tanah dapat meningkatkan ketersediaan unsur hara, akan tetapi unsur tersebut mudah menjadi tidak tersedia akibat pencucian dan penguapan. Oleh sebab itu diperlukan cara agar unsur-unsur hara didalam tanah tidak mudah hilang. Cara tersebut adalah dengan memberikan bahan pembenah tanah berupa zeolit. Menurut Bondansari dan Susilo (2011) zeolit mempunyai fungsi menyimpan dan mengikat unsur-unsur yang dibutuhkan baik makro maupun mikro dan melepaskannya kembali ke tanah saat tanaman memerlukannya. Dengan proses kerja demikian, zeolit sering disebut sebagai bahan penyedia lambat (slow release agent). Sifat-fisik berongga dari zeolit menyebabkan penambahan zeolit pada tanah bertekstur liat dapat memperbaiki struktur tanah sehingga meningkatkan pori-pori udara tanah. Untuk tanah berpasir, zeolit dapat meningkatkan daya pegang tanah

31 terhadap air. Zeolit dapat bertahan lama di dalam tanah karena struktur zeolit relatif stabil. Penambahan zeolit tanpa disertai dengan penambahan pupuk dan bahan-bahan lain yang diperlukan tanaman, justru akan merugikan tanaman karena sebagian dari haranya akan diserap sementara oleh zeolit (Suwardi, 2002). Pemberian zeolit yang diikuti dengan penambahan pupuk anorganik dan pupuk organik dapat meningkatkan efisiensi serapan hara pupuk. Pemberian zeolit dan pupuk organik secara bersama-sama sebagai pembenah tanah dapat memperbaiki struktur dan stabilitas agregat tanah, meningkatkan kapasitas pertukaran kation sehingga dapat mencegah pencucian unsur hara dalam tanah sehingga hara dapat diserap akar tanaman, dapat mempertahankan kelembaban tanah yang lebih lama, sehingga fluktuasi suhu di sekitar perakaran sangat kecil dan suhu tidak naik drastis (suhu tanah relatif stabil) setelah air diberikan ke tanah (Jabri et al. 2011). Menurut Setiawan (2011) pemberian zeolit dan pupuk organik secara proporsional dan berkelanjutan meningkatkan kapasitas pertukaran kation tanah dan mempertahankan C-organik tanah > 2%. Tanpa pemberian zeolit maka suhu tanah di sekitar perakaran meningkat drastis yang mengakibatkan kandungan C-organik cepat teoksidasi dan ketersediaannya di dalam tanah tidak dapat dipertahankan lebih lama lagi. BAHAN DAN METODE Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih padi IR 64, kompos jerami, zeolit, pupuk urea, pupuk SP36, pupuk KCl, insektisida, EM4, stardec, gula pasir. Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah traktor tangan, cangkul, parang, spayer, sabit, gembor, terpal, karung, tali rafia, ember, pasak bambu, timbangan analitik, meteran, kantong plastik ukuran ¼ kg, 1 kg, dan 5 kg, amplop coklat ukuran A4, ½ folio, super kabinet dan kabinet, oven, Leaf Area Meter, Termohigrometer, Luxmeter, penggaris, kamera digital, dan alat tulis menulis. Lokasi tanam di lahan sawah Desa Blanceran, Kecamatan Karanganom, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah mulai bulan Mei sampai September 2015. Penelitian ini dilakukan melalui percobaan lapangan menggunakan Rancangan Acak Kelompok Lengkap dengan dua faktor. Faktor pertama yaitu penambahan kompos jerami (0 ton/ha, 2,5 ton/ha, 5 ton/ha) dan faktor yang kedua yaitu penambahan zeolit (0 kg/ha, 200 kg/ha, 400 kg/ha). Sehingga terdapat sembilan kombinasi perlakuan. Untuk mengetahui kondisi kesuburan tanah lokasi penelitian dilakukan analisis contoh tanah sebelum penelitian. Komponen pertumbuhan yang diamati meliputi tinggi tanaman, jumlah anakan, luas daun, bobot segar tajuk, bobot

32 kering tajuk, bobot segar akar, bobot kering akar, rasio akar tajuk, indeks luas daun, laju asimilasi bersih, laju pertumbuhan tajuk, dan laju pertumbuhan akar. Komponen hasil yang diamati meliputi jumlah malai per rumpun, panjang malai, bobot 1000 butir, persentase gabah isi per malai, jumlah gabah per malai, bobot gabah per rumpun, bobot gabah per petak produksi, dan indeks panen. Pengamatan lingkungan meliputi suhu, kelembaban udara, dan intensitas cahaya. Data yang diperoleh dari hasil pengamatan dianalisis dengan menggunakan analisis varian (Anova) pada taraf 5%. Apabila dari analisis varian diperoleh bahwa F hitung > F tabel, artinya terdapat beda nyata antar perlakuan, dilanjutkan dengan uji DMRT (Duncan Multiple Range Test) pada taraf 5%. Uji lanjut Polinomial Orthogonal digunakan untuk menentukan takaran optimum kompos jerami dan zeolit, apabila variabel bobot kering giling per hektar terdapat beda nyata antar perlakuan. Jika dalam uji Polinomial Orthogonal yang bersifat kuadratik beda nyata, maka akan diperoleh takaran kompos jerami dan zeolit yang optimum. Anova dan uji lanjut dilakukan dengan perangkat lunak Statistical Analysis System (SAS) 9.1 for Windows. HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan kriteria penilaian analisis tanah dapat diketahui bahwa lahan percobaan memiliki derajat keasaman 6,01. Tanaman padi menurut Prihatman (2000) dapat tumbuh pada kondisi ph antara 4-7. Kandungan C pada tanah berkisar antara 3-5% tergolong tinggi, sehingga kandungan bahan organik tanah juga tinggi. Semakin tinggi nilai C maka semakin lama bahan organik untuk terdekomposisi. Nitrogen total tanah tergolong sedang yaitu berkisar antara 0,21-0,5%. Nitrogen total merupakan nitrogen yang diukur dari semua variasi bentuk nitrogen organik maupun anorganik. Menurut Sutanto (2002) bahan organik merupakan sumber N dalam tanah, sehingga semakin tinggi kandungan bahan organik tanah semakin tinggi pula kandungan nitrogen total dalam tanah. Unsur P tergolong sangat tinggi yaitu lebih dari 60 ppm, sedangkan unsur K tergolong tinggi yaitu berkisar anatara 0,6-1 me/100g. Kapasitas pertukaran kation pada tanah tergolong tinggi yaitu berkisar antara 25-40 me/100g. Menurut Winarso (2005) tanah yang mempunyai tekstur lempung lebih tinggi dan atau kadar bahan organik tinggi mempunyai KPK lebih tinggi dibandingkan dengan tanah yang mempunyai tekstur lempung rendah dan bahan organik rendah. Tekstur tanah pada lahan penelitian termasuk kedalam kelas geluh lempungan karena tekstur lempung lebih tinggi daripada tekstur debu dan pasir.

33 Tabel 1. Hasil analisis tanah pada lahan sawah sebelum penelitian Variabel Nilai Harkat ph H 2O 6,010 Agak masam C (%) 4,010 Tinggi Bahan organik (%) 6,910 Tinggi N total (%) 0,230 Sedang P 2O 5 tersedia (ppm) 102,22 Sangat tinggi K 2O tersedia (me/100 g) 0,650 Tinggi KPK (me/100 g) 27,48 Tinggi Tekstur tanah lempung (%) 39,09 Tinggi Tekstur tanah debu (%) 33,97 Sedang Tekstur tanah pasiran (%) 26,93 Rendah Kelas tekstur Geluh lempungan Keterangan: Analisis tanah dilakukan di Laboratorium Ilmu Tanah Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada (2015). Penentuan harkat menurut Balai Penelitian Tanah 2005. Indeks luas daun diukur berdasarkan luasan daun dalam setiap satuan lahan pada daun yang masih aktif melakukan fotosintesis, ditandai dengan daun yang masih berwarna hijau. Pada umur 30-60 hspt, indeks luas daun mengalami peningkatan karena pada umur tersebut tanaman berada pada fase vegetatif. Fase vegetatif merupakan fase dimana tanaman akan terus tumbuh membentuk anakan dan daun yang puncaknya pada umur 60 hspt dengan ditandai munculnya bunga. Hasil pengamatan indeks luas daun dapat dilihat pada Gambar 1. Gambar 1. Indeks luas daun padi umur 30 dan 60 hspt Keterangan: J1: kompos jerami 0 ton/ha Z1: zeolit 0 kg/ha J2: kompos jerami 2,5 ton/ha Z2: zeolit 200 kg/ha J3: kompos jerami 5 ton/ha Z3: zeolit 400 kg/ha Gambar 1 menunjukkan bahwa indeks luas daun pada umur 30 hspt perlakuan zeolit 400 kg/ha tanpa kompos jerami memiliki nilai lebih tinggi dibanding perlakuan zeolit tanpa kompos jerami yang lain, adapun perlakuan kompos jerami 2,5 ton/ha dan 5 ton/ha mengalami penurunan indeks luas daun seiring dengan penambahan zeolit

34 200 kg/ha. Pada umur 60 hspt, perlakuan zeolit 200 kg/ha tanpa kompos jerami memiliki indeks luas daun lebih tinggi dibanding perlakuan zeolit tanpa kompos jerami yang lain. Perlakuan zeolit 200 kg/ha memiliki indeks luas daun lebih rendah dibanding perlakuan zeolit yang lain dengan penambahan kompos jerami 2,5 ton/ha dan 5 ton/ha. Laju asimilasi bersih menunjukkan laju penimbunan bobot kering bahan per satuan luas daun per satuan waktu. Nilai laju asimilasi bersih menunjukkan efisiensi fotosintesis daun dalam suatu komunitas tanaman budidaya. Nilai laju asimilasi bersih tertinggi terjadi pada tanaman yang sebagian besar daunnya masih terkena cahaya matahari. Gambar 2. Laju asimilasi bersih padi umur 30-60 hspt Keterangan: J1: kompos jerami 0 ton/ha Z1: zeolit 0 kg/ha J2: kompos jerami 2,5 ton/ha Z2: zeolit 200 kg/ha J3: kompos jerami 5 ton/ha Z3: zeolit 400 kg/ha Gambar 2 menunjukkan bahwa perlakuan zeolit 200 kg/ha memiliki laju asimilasi bersih lebih tinggi dibanding perlakuan zeolit yang lain tanpa penambahan kompos jerami. Perlakuan kompos jerami 2,5 ton/ha menunjukkan nilai laju asimilasi bersih yang semakin meningkat seiring dengan penambahan zeolit 200 kg/ha. Hal yang sama juga ditunjukkan pada perlakuan kompos jerami 5 ton/ha yang memiliki nilai laju asimilasi bersih yang semakin meningkat seiring dengan penambahan zeolit 200 kg/ha. Laju pertumbuhan tajuk menunjukkan bertambahnya bobot tajuk per satuan luas tanah dalam satuan waktu. Laju pertumbuhan tajuk padi dapat dilihat pada Gambar 3. Pada Gambar 3 menunjukkan bahwa perlakuan zeolit 200 kg/ha tanpa pemberian kompos jerami memiliki laju pertumbuhan tajuk lebih tinggi dibanding perlakuan zeolit yang lain tanpa kompos jerami. Perlakuan kompos jerami 2,5 ton/ha

35 memiliki laju pertumbuhan tajuk yang semakin meningkat seiring dengan penambahan zeolit 200 kg/ha. Hal yang sama juga ditunjukkan pada perlakuan kompos jerami 5 ton/ha memiliki laju pertumbuhan tajuk yang semakin meningkat seiring dengan penambahan zeolit 200 kg/ha. Gambar 3. Laju pertumbuhan tajuk padi umur 30-60 hspt Keterangan: J1: kompos jerami 0 ton/ha Z1: zeolit 0 kg/ha J2: kompos jerami 2,5 ton/ha Z2: zeolit 200 kg/ha J3: kompos jerami 5 ton/ha Z3: zeolit 400 kg/ha Gambar 4 menunjukkan bahwa perlakuan zeolit 200 kg/ha tanpa kompos jerami mengalami peningkatan laju pertumbuhan akar, ketika takaran dinaikkan menjadi 400 kg/ha justru mengalami penurunan laju pertumbuhan akar. Hal yang sama juga ditunjukkan pada perlakuan kompos jerami 5 ton/ha yang mengalami kenaikan laju pertumbuhan akar ketika ditambah zeolit 200 kg/ha kemudian menglami penurunan ketika ditambah zeolit 400 kg/ha. Hal yang sebaliknya ditunjukkan pada perlakuan kompos jerami 2,5 ton/ha yang mengalami penurunan laju pertumbuhan akar ketika ditambah zeolit 200 kg/ha kemudian mengalami kenaikan ketika ditambah zeolit 400 kg/ha.

36 Gambar 4 Laju pertumbuhan akar padi umur 30-60 hspt Keterangan: J1: kompos jerami 0 ton/ha Z1: zeolit 0 kg/ha J2: kompos jerami 2,5 ton/ha Z2: zeolit 200 kg/ha J3: kompos jerami 5 ton/ha Z3: zeolit 400 kg/ha Bobot kering total tidak menunjukkan adanya interaksi antara perlakuan kompos jerami dan zeolit. Bobot kering total pada umur 30 hspt menunjukkan tidak adanya perbedaan antar perlakuan. Baik pemberian kompos jerami maupun tanpa kompos jerami memiliki nilai yang sama. Saat tanaman berumur 60 hspt, perlakuan kompos jerami 5 ton/ha dapat meningkatkan bobot kering total. Takaran kompos jerami 5 ton/ha yang memiliki nilai bobot kering total yang paling tinggi dibandingkan 2,5 ton/ha dan tanpa kompos jerami. Sementara bobot kering total aplikasi kompos jerami 2,5 ton/ha dan tanpa kompos jerami memiliki nilai yang sama. Saat tanaman berumur 90 hspt atau memasuki fase pematangan, aplikasi kompos jerami tidak berpengaruh terhadap bobot kering total. Hal ini dapat dilhat pada Tabel 2 bahwa baik aplikasi kompos jerami maupun tanpa kompos jerami memiliki nilai yang sama. Bobot kering total padi tidak berbeda antar perlakuan zeolit. Hal tersebut dapat dilihat pada Tabel 2, baik pemberian zeolit maupun tanpa zeolit pada umur 30, 60, dan 90 hspt memiliki nilai yang sama. Pemberian zeolit tidak dapat meningkatkan penimbunan hasil asimilat.

37 Tabel 2. Bobot kering total dan rasio akar tajuk padi umur 30 hspt, 60 hspt, dan 90 hspt Perlakuan Bobot kering total (g) Rasio akar tajuk 30 60 90 30 60 90 Kompos jerami: 0 ton/ha 2,11 a 30,20 b 61,11 a 0,44 a 0,22 a 0,12 a 2,5 ton/ha 1,94 a 32,57 b 66,36 a 0,49 a 0,21 a 0,11 a 5 ton/ha 1,92 a 38,20 a 63,14 a 0,41 a 0,21 a 0,13 a Zeolit: 0 kg/ha 2,14 p 31,84 p 61,68 p 0,45 p 0,21 p 0,12 p 200 kg/ha 1,97 p 33,12 p 66,72 p 0,44 p 0,22 p 0,11 p 400 kg/ha 1,86 p 36,01 p 62,21 p 0,44 p 0,21 p 0,13 p Rerata umum 1,99 33,66 63,54 0,45 0,21 0,12 Kompos jerami * Zeolit ( - ) ( - ) ( - ) ( - ) ( - ) ( - ) CV (%) 20,54 10,52 11,18 26,76 19,35 18,46 Keterangan: Nilai rerata diikuti huruf yang sama pada kolom atau baris yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata menurut uji DMRT pada taraf 5%. Tanda (-) menunjukkan tidak ada interaksi. Rasio akar tajuk tidak menunjukkan adanya interaksi antara perlakuan kompos jerami dan zeolit. Rasio akar tajuk pada umur 30, 60, dan 90 hspt menunjukkan tidak adanya perbedaan antar perlakuan kompos jerami dan zeolit. Tersedianya air dan unsur hara yang mencukupi untuk kebutuhan tanaman diduga menjadi penyebab tidak berpengaruhnya penambahan kompos jerami dan zeolit. Nilai rasio akar tajuk yang kurang dari satu menunjukkan bahwa bobot kering akar lebih kecil daripada bobot kering tajuk. Hal ini menunjukkan bahwa fotosintat yang dihasilkan oleh tanaman lebih banyak ditranslokasikan ke tajuk daripada ke akar. Rasio akar tajuk semakin rendah nilainya dari umur 30 hspt sampai 90 hspt. Hal ini menunjukkan bahwa pada saat awal pertumbuhan tanaman lebih terkonsentrasi untuk pembentukan akar dan selanjutnya ke proses pembentukan tajuk. Indeks panen tidak menunjukkan adanya interaksi antara perlakuan kompos jerami dan zeolit. Indeks panen padi tidak berbeda antar perlakuan kompos jerami dan zeolit. Tidak adanya perbedaan tersebut disebabkan perbandingan antara hasil panen ekonomi per hasil panen biologi antar perlakuan menunjukkan nilai yang sama. Pada Tabel 3 dapat dilihat bahwa nilai indeks panen padi perlakuan kompos jerami dan zeolit rata-rata 0,66 yang artinya bahwa sekitar 66% dari seluruh bobot tanaman adalah bobot gabah dan sisanya adalah bobot non-ekonomis. Hal tersebut menunjukkan bahwa bobot kering hasil asimilasi lebih banyak ditranslokasikan ke bagian ekonomis atau biji.

38 Tabel 3. Indeks panen, jumlah malai per rumpun, panjang malai, dan jumlah gabah per malai. Perlakuan Indeks Jumlah malai per Jumlah gabah per Panen rumpun (batang) malai (bulir) Kompos jerami: 0 ton/ha 0,69 a 22,40 a 114,49 a 2,5 ton/ha 0,60 a 20,78 a 116,58 a 5 ton/ha 0,69 a 22,29 a 114,42 a Zeolit: 0 kg/ha 0,66 p 21,62 p 113,40 p 200 kg/ha 0,62 p 21,58 p 117,07 p 400 kg/ha 0,71 p 22,27 p 115,02 p Rerata umum 0,66 21,82 115,16 Kompos jerami * Zeolit ( - ) ( - ) ( - ) CV (%) 14,95 9,81 11,23 Keterangan: Nilai rerata diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata menurut uji DMRT pada taraf 5%. Tanda (-) menunjukkan tidak ada interaksi. Tabel 4. Persentase gabah isi per malai, bobot 1000 biji, dan bobot gabah per hektar Perlakuan Gabah isi per malai Bobot 1000 biji Bobot gabah per (%) (g) hektar (ton/ha) Kompos jerami: 0 ton/ha 95,68 a 30,48 a 7,17 a 2,5 ton/ha 95,90 a 32,43 a 7,72 a 5 ton/ha 95,87 a 31,38 a 7,45 a Zeolit: 0 kg/ha 95,92 p 30,47 p 7,45 p 200 kg/ha 96,75 p 32,75 p 7,39 p 400 kg/ha 94,79 p 31,08 p 7,50 p Rerata umum 95,82 31,43 7,45 Kompos jerami * Zeolit ( - ) ( - ) ( - ) CV (%) 1,92 8,97 11,43 Keterangan: Nilai rerata diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata menurut uji DMRT pada taraf 5%. Tanda (-) menunjukkan tidak ada interaksi. Besarnya hasil padi per hektar ditentukan oleh komponen produksinya. Komponen hasil tersebut diantaranya jumlah malai per rumpun, jumlah biji per malai, bobot 1000 biji dan persentase gabah isi. Dari semua komponen hasil tersebut menunjukkan hasil yang sama, sehingga produktivitas padi yang dihasikan juga sama. Bobot gabah per hektar dari hasil penelitian rata-rata 7,45 ton, hasil ini lebih tinggi dari potensi hasil padi varietas IR64 yaitu 6 ton/ha. Hal ini disebabkan tidak hanya dari kandungan unsur hara dalam tanah yang tinggi, tetapi juga dari kompos jerami. Kalium pada kompos jerami cukup tinggi (0,79%). Kalium yang tersedia meningkatkan ketegaran tanaman, merangsang

39 pertumbuhan akar, tanaman lebih tahan terhadap hama dan penyakit, serta meningkatkan persentase gabah berisi dan bobot seribu butir gabah (Barus, 2011). KESIMPULAN 1. Kompos jerami 5 ton/ha dapat meningkatkan bobot segar, bobot kering, dan indeks luas daun pada umur 60 hspt, serta dapat pula meningkatkan laju asimilasi bersih dan laju pertumbuhan tajuk pada umur 30 60 hspt. 2. Zeolit dapat meningkatkan laju asimilasi bersih dan laju pertumbuhan tajuk padi pada umur 30 60 hspt. 3. Pemberian kompos jerami dan zeolittidak dapat meningkatkan hasil gabah jika dibandingkan tanpa kompos jerami dan tanpa zeolit. 4. Belum didapatkan takaran kompos jerami dan zeolit yang optimum untuk dapat meningkatkan pertumbuhan dan hasil padi. SARAN Pemberian kompos jerami dan zeolit tidak dapat meningkatkan hasil padi jika diaplikasikan pada tanah sawah yang memiliki kandungan kimia dalam tanah yang tinggi, tetapi diharapkan dapat mempertahankan kesuburan tanah. Untuk melihat pengaruh kompos jerami dan zeolit terhadap hasil padi perlu diaplikasikan pada tanah sawah yang memiliki kandungan kimia dalam tanah yang rendah. DAFTAR PUSTAKA Amrah, M. L. 2008. Pengaruh manajemen jerami terhadap pertumbuhan dan produksi padi sawah (Oryza sativa L.). Skripsi. Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor, Bogor. Barus, J. 2011. Uji efektivitas kompos jerami dan pupuk npk terhadap hasil padi. J. Agrivigor. 10: 247-252. Bondansari dan B. S. Susilo. 2011. Pengaruh zeolit dan pupuk kandang terhadap beberapa sifat fisik tanah ultisols dan entisols pada pertanaman kedelai (Glycine max L. Merril). Agronomika. 11: 122-135. Jabri, M., D. Setyorini, dan W. Hartatik. 2011. Mineral zeolit untuk pembenah tanah sawah intensifikasi. Warta Penelitian dan Pengembangan Pertanian. 33: 16-19. Jamilah dan N. Safridar. 2012. Pengaruh dosis urea, arang aktif dan zeolit terhadap pertumbuhan dan hasil padi sawah (Oryza sativa L.). Jurnal Agrista. 16: 153-162.

40 Kasno, A., D. Setyorini, dan Nurjaya. 2000. Status c-organik lahan sawah di Indonesia. Konggres Himpunan Ilmu Tanah Indonesia (HITI) di Universitas Andalas, Padang. Polakitan, A., L.A. Taulu, dan D. Polakitan. 2011. Kajian beberapa varietas unggul baru padi sawah di Kabupaten Minahasa. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian, Sulawesi Utara. Prihatman, K. 2000. Budidaya padi. <http://www.ristek.go.id>. Diakses tanggal 13 Februari 2015. Setiawan, I. 2011. Mineral zeolit untuk pembenah tanah sawah intensifikasi. <http://bp3kcicurug.com/2011/10/mineral-zeolit-untuk-pembenah-tanah.html.> Diakses tanggal 16 Januari 2015. Sutanto, R. 2002. Penerapan pertanian organik, pemasyarakatan dan pengembangannya. Kanisius, Yogyakarta. Suwardi. 2002. Prospek pemanfaatan mineral zeolit di bidang pertanian. Jurnal Zeolit Indonesia. 1: 5-12. Winarso, S. 2005. Kesuburan tanah: dasar kesehatan dan kualitas tanah. Gava Media, Yogyakarta.