BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Setelah melakukan penelitian pengeringan ikan dengan rata rata suhu

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. penelitian adalah ikan cakalang (Katsuwonus pelamis L). Ikan cakalang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. air pada tubuh ikan sebanyak mungkin. Tubuh ikan mengandung 56-80% air, jika

METODE PENELITIAN. Teknik Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung. Batch Dryer, timbangan, stopwatch, moisturemeter,dan thermometer.

BAB V ANALISA HASIL PERHITUNGAN DAN PENGUJIAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

Lampiran 1. Perhitungan kebutuhan panas

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL UJI UNJUK KERJA

PENINGKATAN KUALITAS PENGERINGAN IKAN DENGAN SISTEM TRAY DRYING

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2013 sampai Maret 2013 di

III. METODE PENELITIAN. dan di Ruang Gudang Jurusan Teknik Pertanian Fakultas Pertanian Universitas

METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat

Gambar 8. Profil suhu lingkungan, ruang pengering, dan outlet pada percobaan I.

PERANCANGAN DAN PENGUJIAN ALAT PENGERING KOPRA DENGAN TIPE CABINET DRYER UNTUK KAPASITAS 6 kg PER-SIKLUS

PENINGKATAN KUALITAS PRODUK DAN EFISIENSI ENERGI PADA ALAT PENGERINGAN DAUN SELEDRI BERBASIS KONTROL SUHU DAN HUMIDITY UDARA

PENGEMBANGAN TEKNOLOGI TUNGKU PEMBAKARAN MENGGUNAKAN AIR HEATER YANG DIPASANG DIDINDING BELAKANG TUNGKU

TINJAUAN PUSTAKA. Df adalah driving force (kg/kg udara kering), Y s adalah kelembaban

ANALISA TERMODINAMIKA LAJU PERPINDAHAN PANAS DAN PENGERINGAN PADA MESIN PENGERING BERBAHAN BAKAR GAS DENGAN VARIABEL TEMPERATUR LINGKUNGAN

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

MODEL SISTEM DAN ANALISA PENGERING PRODUK MAKANAN

MENENTUKAN JUMLAH KALOR YANG DIPERLUKAN PADA PROSES PENGERINGAN KACANG TANAH. Oleh S. Wahyu Nugroho Universitas Soerjo Ngawi ABSTRAK

PERANCANGAN DAN PENGUJIAN ALAT PENGERING PISANG DENGAN TIPE CABINET DRYER UNTUK KAPASITAS 4,5 kg PER-SIKLUS

BAB IV PERHITUNGAN DATA

SIMPULAN UMUM 7.1. OPTIMISASI BIAYA KONSTRUKSI PENGERING ERK

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i. ABSTRAK... iii. DAFTAR GAMBAR... viii. DAFTAR TABEL... x. DAFTAR NOTASI... xi Rumusan Masalah...

PENGEMBANGAN TEKNOLOGI TUNGKU PEMBAKARAN DENGAN AIR HEATER TANPA SIRIP

BAB 3 PERANCANGAN ALAT PENGERING

Campuran udara uap air

RINGKASAN BAKING AND ROASTING

TINJAUAN PUSTAKA. Proses pembuatan kopra dapat dilakukan dengan beberapa cara: 1. Pengeringan dengan sinar matahari (sun drying).

3. METODOLOGI PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Proses pengeringan pada prinsipnya menyangkut proses pindah panas

Disusun Oleh : REZA HIDAYATULLAH Pembimbing : Dedy Zulhidayat Noor, ST, MT, Ph.D.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

RANCANG BANGUN ALAT PENGERING UBI KAYU TIPE RAK DENGAN MEMANFAATKAN ENERGI SURYA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Kinerja Pengeringan Chip Ubi Kayu

KESETIMBANGAN ENERGI

UJI KINERJA ALAT PENGERING LORONG BERBANTUAN POMPA KALOR UNTUK MENGERINGKAN BIJI KAKAO

BAB IV PEMBAHASAN 4.1 PERHITUNGAN JUMLAH UAP AIR YANG DI KELUARKAN

III. METODE PENELITIAN

Gambar 2. Profil suhu dan radiasi pada percobaan 1

HASIL DAN PEMBAHASAN

MEKANISME PENGERINGAN By : Dewi Maya Maharani. Prinsip Dasar Pengeringan. Mekanisme Pengeringan : 12/17/2012. Pengeringan

BAB II DASAR TEORI. Tabel 2.1 Daya tumbuh benih kedelai dengan kadar air dan temperatur yang berbeda

besarnya energi panas yang dapat dimanfaatkan atau dihasilkan oleh sistem tungku tersebut. Disamping itu rancangan tungku juga akan dapat menentukan

I. PENDAHULUAN. Mesin pengering merupakan salah satu unit yang dimiliki oleh Pabrik Kopi

PENGERING PADI ENERGI SURYA DENGAN VARIASI TINGGI CEROBONG

METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. METODE PENELITIAN

BAB V DATA DAN ANALISA PERHITUNGAN. Seperti dijelaskan pada subbab 4.2 diatas, pengambilan data dilakukan dengan

LAPORAN PENELITIAN PENGEMBANGAN PROGRAM STUDI DANA PNBP TAHUN ANGGARAN 2012

AZAS TEKNIK KIMIA (NERACA ENERGI) PRODI TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Karakteristik Pengeringan Lapisan Tipis Buah Mahkota Dewa

PERANCANGAN BANGUNAN PENGERING KERUPUK MENGGUNAKAN PENDEKATAN PINDAH PANAS. Jurusan Teknik Industri Universitas Ahmad Dahlan 2

BAB VI PEMBAHASAN. 6.1 Pembahasan pada sisi gasifikasi (pada kompor) dan energi kalor input dari gasifikasi biomassa tersebut.

PENGOLAHAN PRODUK PASCA PANEN HASIL PERIKANAN DI ACEH MENGGUNAKAN TEKNOLOGI TEPAT GUNA

Nama : Nur Arifin NPM : Jurusan : Teknik Mesin Fakultas : Teknologi Industri Pembimbing : DR. C. Prapti Mahandari, ST.

III. METODOLOGI PENELITIAN. pengeringan tetap dapat dilakukan menggunakan udara panas dari radiator. Pada

BAB III METODE PENELITIAN

RANCANG BANGUN OVEN UNTUK MENGERINGKAN TOKEK DENGAN SUMBER PANAS UDARA YANG DIPANASKAN KOMPOR LPG

BAB I PENDAHULUAN. Bergesernya selera masyarakat pada jajanan yang enak dan tahan lama

BAB V PENUTUP Kesimpulan Saran. 60 DAFTAR PUSTAKA.. 61 LAMPIRAN. 62

METODOLOGI Lokasi dan Waktu Bahan dan Alat Bahan Alat Tahapan Perancangan Alat Pengering Gagasan Awal

BAB II LANDASAN TEORI

KARAKTERISTIK PENGERINGAN COKLAT DENGAN MESIN PENGERING ENERGI SURYA METODE PENGERINGAN THIN LAYER

BAB IV PENGOLAHAN DATA

PENGUJIAN THERMAL ALAT PENGERING PADI DENGAN KONSEP NATURAL CONVECTION

BAB IV PEMBAHASAN KINERJA BOILER

HASIL DAN PEMBAHASAN

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

EKSPERIMEN PENGARUH UKURAN PARTIKEL PADA LAJU PENGERINGAN PUPUK ZA DALAM TRAY DRYER

UJI EKSPERIMENTAL PENGARUH BUKAAN CEROBONG PADA OVEN TERHADAP KECEPATAN PENGERINGAN KERUPUK RENGGINANG

III. METODE PENELITIAN. Desember 2011 di bengkel Mekanisasi Pertanian Jurusan Teknik Pertanian

STUDI EXPERIMENT KARAKTERISTIK PENGERINGAN BATUBARA TERHADAP VARIASI SUDUT BLADE PADA SWIRLING FLUIDIZED BED DRYER.

JURNAL IPTEKS TERAPAN Research of Applied Science and Education V9.i1 (1-10)

PENGEMBANGAN TEKNOLOGI TUNGKU PEMBAKARAN MENGGUNAKAN AIR HEATER BERSIRIP

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Sumber energi alternatif dapat menjadi solusi ketergantungan

Unjuk kerja Pengering Surya Tipe Rak Pada Pengeringan Kerupuk Kulit Mentah

I. PENDAHULUAN. Komoditas hasil pertanian, terutama gabah masih memegang peranan

Oleh : Dimas Setiawan ( ) Pembimbing : Dr. Bambang Sudarmanta, ST. MT.

Analisis Efisiensi Pada Sistem Pengeringan Bunga Rosella (Hibiscus sabdariffa L) Menggunakan Alat Pengering Tipe Lemari

LAPORAN TUGAS AKHIR. Analisa Performance Menara Pendingin Tipe Induced Draft Counterflow Tower With Fill Sebagai Pendingin Pengecoran Baja

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Performansi thermal sistem pengering pakaian aliran paksa dan aliran alami memanfaatkan energi pembakaran LPG

RANCANG BANGUN ALAT PENGERING IKAN TERI KAPASITAS 12 KG/JAM

5/30/2014 PSIKROMETRI. Ahmad Zaki M. Teknologi Hasil Pertanian UB. Komposisi dan Sifat Termal Udara Lembab

BAB III METODE PENELITIAN

Uji kesetimbangan kalor proses sterilisasi kumbung jamur merang kapasitas 1.2 ton media tanam menggunakan tungku gasifikasi

PENGARUH VARIASI RASIO UDARA-BAHAN BAKAR (AIR FUEL RATIO) TERHADAP GASIFIKASI BIOMASSA BRIKET SEKAM PADI PADA REAKTOR DOWNDRAFT SISTEM BATCH

BAB III ANALISA DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. ditingkatkan dengan penerapan teknik pasca panen mulai dari saat jagung dipanen

RANCANG BANGUN OVEN BERKAPASITAS 0,5 KG BAHAN BASAH DENGAN PENAMBAHAN BUFFLE UNTUK MENGARAHKAN SIRKULASI UDARA PANAS DI DALAM OVEN

PENGEMBANGAN TEKNOLOGI TUNGKU PEMBAKARAN DENGAN AIR HEATER TANPA SIRIP

Karakterisasi Gasifikasi Biomassa Sampah pada Reaktor Downdraft Sistem Batch dengan Variasi Air Fuel Ratio

Juandi M (*), Panca O. Jurusan Fisika FMIPA Universitas Riau mail.com ABSTRACT ABSTRAK

Transkripsi:

31 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Penurunan Kadar Air Setelah melakukan penelitian pengeringan ikan dengan rata rata suhu ruang pengeringan sekitar 32,30 o C, suhu ruang hasil pembakaran 51,21 0 C dan kecepatan udara ruang pengering 3,17 m/s, kecepatan udara ruang pembakaran 2,26 m/s maka diperoleh pola penurunan kadar air seperti disajikan pada Gambar 4.1. Pada Gambar 4.1 di bawah, disajikan kurva pola penurunan kadar air dari sampel selama proses pengeringan. Dari grafik ini, nampak bahwa proses pelepasan uap air terikat pada bahan terjadi selama 5,5 jam dengan kecepatan udara 3,17 m/s. 2,500 2,000 1,500 1,000 0,500 0,000 bobot ikan 1,953 1,894 1,834 1,817 1,675 1,996 1,917 1,858 1,823 1,787 1,533 bobot ikan 12.00-12.30 12.30-13.00 13.00-13.30 13.30-14.00 14.00-14.30 14.30-15.00 15.00-15.30 15.30-16.00 16.00-16.30 16.30-17.00 17.00-17.30 Gambar 4.1. Kurva Pola Penurunan Selama Proses Pengeringan Lapisan Tipis

32 Penelitian ini berjalan dalam kurun waktu yang relatif singkat sehingga variasi suhu dankelembaban udara ruangan penelitian relatif seragam. Dengan demikian, faktor yang berpengaruh pada laju pengeringan dapat diasumsikan hanya kecepatanudara pengeringan.periode dimana laju pengeringan tetap constant drying rate dan lajupengeringan menurun falling drying rate terjadi. Tabel 4.1. Data Hasil Pengukuran Pada Pengujian Alat Pengering Multikomoditas Tipe Udara Hembus No. Waktu (Menit) T1 ( 0 C) Udara masuk RH1 (%) V1 T2 ( 0 C) Udara Keluar RH2 (%) 1 12.00-12.30 33 71,00 2,30 36 90,00 0,50 2 12.30-13.00 35 84,00 1,40 36,8 92,50 1,10 3 13.00-13.30 32 66,00 2,32 50 75,00 1,70 4 13.30-14.00 36 69,00 3,40 49 78,00 2,50 5 14.00-14.30 30,5 74,00 3,67 54 81,00 2,49 6 14.30-15.00 36 73,00 3,53 51,5 82,00 2,73 7 15.00-15.30 31,5 78,00 3,66 51 80,50 3,23 8 15.30-16.00 31 65,00 4,55 53 90,00 3,59 9 16.00-16.30 28,5 76,00 4,75 65 75,00 3,87 10 16.30-17.00 31 81,00 2,46 57 86,00 1,65 11 17.00-17.30 30,8 82,50 2,78 60 82,00 1,52 Rataan 32,30 74,50 3,17 51,21 82,91 2,26 Sumber : Hasil Pengujian, 2013. V2 Berdasarkan Tabel 4.1 nampak bahwa temperatur udara masuk lebih rendah dari udara keluar, namun kecepatan udara di terowongan udara pada saat masuk lebih tinggi dibandingkan dengan kecepatan udara dari ruang pengeringan pada saat udara keluar. 4.1.1.Perbandingan Suhu Udara masuk Dan Suhu Udara keluar Suhu udara keluar dari ruang pengering lebih tinggi dari suhu udara masuk kedalam ruang pengering seperti terlihat pada gambar 4.3 di bawah ini.

33 70 Perbandingan Suhu dan Waktu 60 50 Suhu 40 30 20 10 Suhu Udara Masuk T1 0 12.00-12.30 12.30-13.00 13.00-13.30 13.30-14.00 14.00-14.30 14.30-15.00 Waktu 15.00-15.30 15.30-16.00 16.00-16.30 16.30-17.00 17.00-17.30 Gambar 4.2. GrafikPerbandingan Suhu Udara masuk Dan Suhu Udara keluar (Sumber : Hasil Pengolahan Data 2013) Pada gambar 4.2. menunjukan proses pengeringan ikan dalam ruang pengering dimana pada jam 16.00 ruang pengering menerima suhu pengering tertinggi yakni sebesar 65 0 C, sedangkan suhu awal ruang pengering sebesar 36 0 C pada jam 12.00. Hal ini di sebabkan karena dalam proses pengeringan suhu ruang pengeringan tidak stabil, karena dalam proses pengeringan memerlukan energi panas yang dihasilkan dari pembakaran tempurung kelapa. Energi panas yang dihasilkan dari pembakaran tempurung kelapa tidak selamanya stabil hal inilah yang mempengaruhi naik turunnya suhu dalam runag pengering. Berdasarkan tabel diatas terjadi kenaikan suhu pada ruang pengering, dimana rata-rata suhu udara masuk 32,30 0 C dan rata-rata suhu udara keluar adalah 51,21 0 C.

34 4.1.2.Perbandingan Kelembaban Udara Masuk Dan Udara Keluar Alat Pengering. Kelembaban udara keluar dari ruang pengering lebih tinggi dan mengalamii fruktuasi dari kelembaban udara. udara masuk kedalam ruang pengering seperti terlihat pada gambar 4.3 di bawah ini. Perbandingan kelembaban Dan Waktu Kelembaban 100,00 90,00 80,00 70,00 60,00 50,00 40,00 30,00 20,00 10,00 0,00 RH1 RH2 12.00-12.30 12.30-13.00 13.00-13.30 13.30-14.00 14.00-14.30 14.30-15.00 15.00-15.30 15.30-16.00 16.00-16.30 16.30-17.00 17.00-17.30 Waktu Gambar 4.3. Grafik Perbandingan Suhu Udara masuk Dan Suhu Udara keluar (Sumber : Hasil Pengolahan Data 2013) Pada gambar 4.3. menunjukan bahwa RH tertinggi pada jam 12.30 yaitu 92.50 % dan terendah pada jam 14.00 yakni 30.5 % dan pada akhir pengeringan yaitu pada jam 17.30 dengan 82.91 % hal ini menunjukan bahwa RH relatif tinggi terjadi pada pertengahan proses pengeringan. Hal tersebut disebabkan karena pada pertengahan proses pengeringan udara panas sangat kurang dalam ruang pengering sehingga kelembaban udaranya tinggi. Berdasarkan Tabel diatas terjadi kenaikan kelembaban udara pada ruang pengering, dimana rata-rata

35 kelembaban udara masuk 74,50 % dan rata-rata kelembaban udara keluar adalah 82,91 %. 4.1.3. Perbandingan Kecepatan Udara Masuk Dan Udara Keluar Alat Pengering. Kecepatan udara masuk ke ruang pengering lebih tinggi dan mengalami fruktuasi dari Kecepatan udara keluar ruang pengering seperti terlihat pada gambar 4.4 di bawah ini. Perbandingan Kecepatan Dan Waktu Kecepatan 5,00 4,50 4,00 3,50 3,00 2,50 2,00 1,50 1,00 0,50 0,00 Q1 Q2 12.00-12.30 12.30-13.00 13.00-13.30 13.30-14.00 14.00-14.30 14.30-15.00 15.00-15.30 15.30-16.00 16.00-16.30 16.30-17.00 17.00-17.30 Waktu Gambar 4.4. Grafik Perbandingan Kecepatan Dan Waktu Pada gambar 4.4. menunjukan bahwa kecepatan tertinggi udara masuk yaitu 3.67 m/det pada jam 14.00 dan terendah pada jam 16.30 yakni 2.46 m/det dan pada akhir pengeringan yaitu pada jam 17.30 dengan 3.17 m/det hal ini menunjukan bahwa kecepatan udara tungku pengeringan dipengaruhi oleh kecepatan udara di lokasi pengujian alat pengering ikan tersebut. Berdasarkan tabel diatas terjadi penurunan Kecepatan udara pada ruang pengering, dimana

36 rata-rata Kecepatan udara masuk 3,17 m/s dan rata-rata Kecepatan udara keluar adalah 2,26 m/s. No. Tabel 4.4. Keadaan Udara Hembus Pada Saat Di Dalam Ruang Pengering Waktu Ruang Pengering T (oc) RH (%) 1 12.00-12.30 77,8 50 2 12.30-13.00 76,1 49 3 13.00-13.30 77,1 44 4 13.30-14.00 76,8 45 5 14.00-14.30 79,7 81 6 14.30-15.00 82,3 81 7 15.00-15.30 80,3 43 8 15.30-16.00 82,6 81 9 16.00-16.30 77,8 81 10 16.30-17.00 77,2 57 11 17.00-17.30 78,3 45 Sumber : Hasil Pengujian, 2013. Berdasarkan Tabel 2, nampak bahwa suhu udara dalam ruang pengering mengalami fluktuasi antara 75 O C 84 O C dengan tingkat kelembaban 40% - 81%. Udara panas inilah yang digunakan untuk mengeringkan ikan di dalam ruang pengering.

37 Perbandingan Suhu dan Waktu Di Dalam Ruang Pengering T ( o C) 84 82 80 78 76 74 72 12.00-12.30 12.30-13.00 13.00-13.30 13.30-14.00 14.00-14.30 14.30-15.00 15.00-15.30 15.30-16.00 16.00-16.30 16.30-17.00 17.00-17.30 Suhu Waktu Gambar 4.5. Grafik Perbandingan Suhu Dan Waktu Di Dalam Ruang Pengering Pada gambar 4.5. menunjukan proses pengeringan ikan dalam ruang pengering dimana pada jam 15.30 ruang pengering menerima suhu pengering tertinggi yakni sebesar 82.6 0 C, sedangkan suhu awal ruang pengering sebesar 77.8 0 C pada jam 12.00. Dan suhu terendah pada jam 12.30 yaitu 76.1 0 C.Hal ini di sebabkan karena dalam proses pengeringan suhu ruang pengeringan tidak stabil, karena dalam proses pengeringan memerlukan energi panas yang dihasilkan dari pembakaran tempurung kelapa. Energi panas yang dihasilkan dari pembakaran tempurung kelapa tidak selamanya stabil hal inilah yang mempengaruhi naik turunnya suhu dalam runag pengering..

38 T ( o C) 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0 Perbandingan Kelembaban dan Waktu Di Dalam Ruang Pengering 12.00-12.30 12.30-13.00 13.00-13.30 13.30-14.00 14.00-14.30 14.30-15.00 Waktu 15.00-15.30 15.30-16.00 16.00-16.30 16.30-17.00 17.00-17.30 Kelembaban Gambar 4.6. Grafik Perbandingan Dan Waktu Di Dalam Ruang Pengering Pada gambar 4.6. menunjukan bahwa RH tertinggi pada jam 14.00 15.00 dan 15.30 16.30 yaitu 81 % dan terendah pada jam 15.00 yakni 43 % dan pada akhir pengeringan yaitu pada jam 17.30 dengan 45 % hal ini menunjukan bahwa RH relatif tinggi terjadi pada pertengahan proses pengeringan. Hal tersebut disebabkan karena pada pertengahan proses pengeringan udara panas sangat kurang dalam ruang pengering sehingga kelembaban udaranya tinggi. Grafik perbandingan suhu,kelembaban dan waktu di dalam ruang pengering. Berdasarkan data pengujian dan pengukuran diatas, maka selanjutnya akan dilakukan proses perhitungan yang berawal dari perhitungan kadar air hingga efisiensi pengeringan. Dimana kadar air menunjukkan banyaknya kandungan air yang terdapat dalam suatu komoditas persatuan bobot bahan tersebut dengan membandingkan berat komoditas sebelum pengeringan dengan berat komoditas setelah pengeringan, sehingga kadar air basis basah dan kering dari suatu komoditas dirumuskan berdasarkan persamaan 1 sebagai berikut :

39 Kadar air basis basah =, x100% = 10,64% Kadar air basis kering =, x100%, = 11,91% Sedang untuk mencari massa yang hilang dapat diambil contoh perhitungannya dengan menggunakan data pada Tabel 4.1 No.1 pada pengujian pertama dengan waktu pengeringan 0-30 menit. Data tersebut yakni : T1 = 33 O C RH1 = 0,71 v1 = 3.10 m/det 2 P 49.55 = 12.102 KPa (hasil dari interpolasi) T2 = 36 O C RH2 = 0.9 v2 = 2.26 m/det A = 0.0314 m 2 Maka laju penguapan air dari ikan cakalang adalah : RH1 =. Pv = 0,71.12.102 kpa = 8,59242 kpa Sehingga kelembaban absolut udara masuk (ω1) adalah : ω1 = 0.622. = 0,00476 kg uap air /kg udara kering Sedangkan untuk kondisi udara keluar ruang pengering kelembaban absolutnya sebagai berikut : P 68.20 = 54.117 KPa (hasil dari interpolasi)

40 Pv = RH2.P 68.20 = 0.90. 54.117 KPa = 48,705 KPa Sehingga kelembaban absolute udara keluar ruang pengering (ω2) yakni : ω2 = 0.622. = 0,026 kg uap air /kg udara kering Data berikut ini akan digunakan menghitung laju aliran udara kering, yakni : ρ A v2 = 1.057 kg uap air = 0.0314 m2 = 2,71 m/det Sehingga laju aliran massa udara kering ( m udara kering), yakni : m ud =.. ( ) =,,, (. ) =0,0609 kg udara kering Maka laju penguapan air dari ikan cakalang, yakni : m ua = m udara kering (ω1 ω2) = 0,0609 (0,00476-0,0026) =0,000131 kg/det Selanjutnya berdasarkan laju penguapan air dari ikan cakalang dapat diketahui massa uap air dan massa ikan cakalang setelah pengujian, yakni : M uaik = 0,000131x3600= 0,471Kg uap air Sehingga energi yang dibutuhkan untuk menguapkan kadar air dari ikan cakalang sebesar : Q L = M uaik. L h = 0,471x 2275,03 =1073 kj Adapun energi yang tersedia untuk pengeringan adalah (Qs) : 1. Energi Biomassa (batok/tempurung kelapa) (Qb) Qb = mb. Nkb = 68 kg. 17249,616 KJ/Kg = 1172974 kj = 1,1 MJ

41 2. Energi listrik penggerak kipas (E) E = 3.6 Pk.t = 3,6.1200.3 = 12960 kj Energi total yang tersedia untuk pengering adalah : Qb = E + Q s = 1172974 kj + 12960 kj =1185934 kj Disamping itu panas yang digunakan untuk menaikkan suhu produk yakni (Siebel dalam Heldman dan Singh, 1987) Cpb = 0.873 + 0.034 (M ap ) = 0,873 + (0,034.0,8)= 0,9002 kj/kg O C Q ΔT = mo.cpb (T R -T B ) = 3.0,9002.(78,73-32) = 126,2 kj Total kalor yang di pergunakan oleh produk dalam proses pengeringan adalah jumlah dari kalor untuk menaikan suhu produk dan menguapkan kadar air. Q T =Q ΔT + Q L Q T =59,4kJ + 1073 kj Q T = 1129,4kJ Kalor yang diterima udara pengering akibat transfer panas dari hasil pembakaran tempurung kelapa pada tungku adalah : Q udara = m ud. Cpu(Tr Tl)3600t = 0,0609 x 0.24(78,737 C 32 C)3600x 5,5 s = 13.525,5kJ Konsumsi udaraspesifik : KES = Q udara /m uaik

42 KES = 13.525,5kJ/ 0,471 kg KES = 28.716,56kJ/kg Maka efisiensi pengeringan dapat diperoleh berdasarkan perbandingan antara energi total yang digunakan oleh produk terhadap energi menaikan suhu produk, sehingga : pengeringan = x100% =,., x100% =8,35 % Berdasarkan hasil perhitungan diketahui bahwa tingkat effisiensi ruang pengering mekanik multi komoditas tipe udara hembus yakni 8.35 %. Dari nilai efisiensi yang di dapatkan dapat kita ketahui bahwa kerugian kalor dalam ruang pengering adalah sebesar 100% -8.35% yaitu sebesar 91,65 %. Tingkat effisiensi alat ini tergolong rendah, hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, yakni: 1. Ketebalan bahan sebagai dinding konstruksi alat pengering mekanik multi komoditas tipe udara alami tergolong tipis sehingga pada proses pengeringan berlangsung banyak energi panas yang terbuang atau terjadi energy losses (kerugian energy kalor). 2. Bahan dari dinding ruang pengering adalah penghantar kalor yang baik sehingga memudahkan perpindahan kalor dari dalam ruangan pengering kelingkungan yang menyebabkan rugikalor yang cukup besar. 3. Alat pengering mekanik multi komoditas tipe udara alami tidak dilengkapi dengan system isolasi sehingga energi panas banyak yang terbuang. 4. Pada diagram sankey dibawah ini dapat kita ketahui rugian kalor pada ruang pengering adalah sebesar 6122,32 kj

43 Qs = 1172974 kj Rugi kalor ke cerobong 1.493.463 kj Qud =13.525,5 kj QL = 1073 kj Q T = 126.2 kj QT = 1129.4 kj Pertama tama energi dihasilkan dari pembakaran tempurung kelapa (Q s ) kemudian energi tersebut di transfer ke udara yang lewat pintu masuk tungku alat pengering (Q ud ), kalor inilah yang akan menaikan suhu produk (Q T ) dan juga menguapkan (Q L ) kandungan air dalam ikan sehingga air menjadi kering.