BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

GRAFIK HUBUNGAN ( angka pori dengan kadar air) Pada proses pengeringan

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V PEMBAHASAN. lereng tambang. Pada analisis ini, akan dipilih model lereng stabil dengan FK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. batuan, bahan rombakan, tanah, atau campuran material tersebut yang bergerak ke

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 1 PENDAHULUAN 1. PENDAHULUAN

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

STUDI PERUBAHAN KARAKTERISTIK FISIK, MEKANIK DAN DINAMIK TANAH TERHADAP SIKLUS PEMBASAHAN DAN PENGERINGAN PADA TANAH PERMUKAAN LERENG NGANTANG MALANG

Dosen pembimbing : Disusun Oleh : Dr. Ir. Ria Asih Aryani Soemitro,M.Eng. Aburizal Fathoni Trihanyndio Rendy Satrya, ST.

BAB I PENDAHULUAN. Stability Radar (SSR) dan Peg Monitoring WITA, terjadi longsoran besar di low-wall

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB II LANDASAN TEORITIS

II METODE PENELITIAN

SURAT PERNYATAAN. Yogyakarta, 24 Mei (Prof. Agus Setyo Muntohar, S.T., M. Eng., Ph.D.) NIM NIK

Kelongsoran pada Bantaran Sungai Studi Kasus Bantaran Kali Ciliwung Wilayah Jakarta Selatan dan Timur

BAB III METODE PENELITIAN

TUGAS AKHIR PERHITUNGAN DEBIT ANDALAN SEBAGAI. Dosen Pembimbing : Dr. Ali Masduqi, ST. MT. Nohanamian Tambun

Estimasi Odds Ratio Model-1

PEMBASAHAN. Proses pembasahan (wetting) adalah suatu kondisi dimana terjadi peningkatan kadar air di dalam poripori

C I N I A. Karakteristik Fisik Dan Mekanik Tanah Residual Balikpapan Utara Akibat Pengaruh Variasi Kadar Air

ANALISA KESTABILAN LERENG GALIAN AKIBAT GETARAN DINAMIS PADA DAERAH PERTAMBANGAN KAPUR TERBUKA DENGAN BERBAGAI VARIASI PEMBASAHAN PENGERINGAN

Pengaruh Tension Crack (Tegangan Retak) pada Analisis Stabilitas Lereng menggunakan Metode Elemen Hingga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Pemanfaatan tanah dalam bidang teknik sipil memegang peranan penting,

BAB II DESKRIPSI KONDISI LOKASI

PENGARUH KEDALAMAN MUKA AIR AWAL TERHADAP ANALISIS STABILITAS LERENG TAK JENUH

BAB I PENDAHULUAN 1. 1 LATAR BELAKANG MASALAH

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di lingkungan Masjid Al-Wasi i Universitas Lampung

BAB I PENDAHULUAN. lereng, hidrologi dan hidrogeologi perlu dilakukan untuk mendapatkan desain

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan dan tuntutan pembangunan infrastruktur pada masa ini sangat

STASIUN METEOROLOGI KLAS III NABIRE

INVESTIGASI GEOLOGI POTENSI LONGSOR BERDASARKAN ANALISIS SIFAT FISIK DAN MEKANIK BATUAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN, KALIMANTAN TIMUR

BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL

Metode Analisis Kestabilan Lereng Cara Yang Dipakai Untuk Menambah Kestabilan Lereng Lingkup Daerah Penelitian...

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

PENGARUH CURAH HUJAN TERHADAP STABILITAS LERENG PADA TIMBUNAN JALAN TOL DI JAWA BARAT

V. GAMBARAN UMUM. Pulau Untung Jawa berada pada posisi ,21 Lintang Selatan dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

The stress interaction index SX = (1-CDX/100) (1-CWX/100) (1- HDX/100) (1-HWX/100) dimana ;

PERMODELAN TIMBUNAN PADA TANAH LUNAK DENGAN MENGGUNAKAN PROGRAM PLAXIS. Rosmiyati A. Bella *) ABSTRACT

BAB III METODE PENELITIAN

BEBERAPA PRINSIP DASAR DALAM PEMILIHAN SISTEM PENGAIRAN

Iklim / Climate BAB II IKLIM. Climate. Berau Dalam Angka 2013 Page 11

global warming, periode iklim dapat dihitung berdasarakan perubahan setiap 30 tahun sekali.

Analisis Kapasitas Daya Dukung Pondasi Dangkal Pada Tanah Jenuh Sebagian

PENGARUH GEOTEKSTIL TERHADAP KUAT GESER PADA TANAH LEMPUNG LUNAK DENGAN UJI TRIAKSIAL TERKONSOLIDASI TAK TERDRAINASI SKRIPSI. Oleh

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Soal Geomekanik Mekanika Tanah dan Teknik Pondasi

PENGARUH BEBAN DINAMIS DAN KADAR AIR TANAH TERHADAP STABILITAS LERENG PADA TANAH LEMPUNG BERPASIR

BAB III METODE PENELITIAN

BAB V PEMBAHASAN. menentukan tingkat kemantapan suatu lereng dengan membuat model pada

PENGARUH MUKA AIR TANAH TERHADAP KESTABILAN LERENG MENGGUNAKAN GEOSLOPE/W Tri Handayani 1 Sri Wulandari 2 Asri Wulan 3

Grafik tegangan (chanel 1) terhadap suhu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

OPTIMASI KINERJA PENCAHAYAAN ALAMI UNTUK EFISIENSI ENERGI PADA RUMAH SUSUN DENGAN KONFIGURASI TOWER DI DENPASAR

ANALISA KETERSEDIAAN AIR

TOPIK BAHASAN 8 KEKUATAN GESER TANAH PERTEMUAN 20 21

ANALISIS POTENSI LONGSOR PADA LERENG GALIAN PENAMBANGAN TIMAH (Studi Kasus Area Penambangan Timah Di Jelitik, Kabupaten Bangka)

ANALISIS TEMPERATUR DAN ALIRAN UDARA PADA SISTEM TATA UDARA DI GERBONG KERETA API PENUMPANG KELAS EKONOMI DENGAN VARIASI BUKAAN JENDELA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Karakteristik Fisika dan Kimia Tanah. Coklat kehitaman. Specific gravity Bobot isi 0.91

ANALISIS STABILITAS LERENG TEBING SUNGAI GAJAHWONG DENGAN MEMANFAATKAN KURVA TAYLOR

MEKANIKA TANAH (CIV -205)

BAB III PERHITUNGAN DAN VALIDASI SERTA ANALISIS HASIL SIMULASI

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia. Kegiatan penambangan yang dilakukan menggunakan sistem. dilakukan dengan cara memotong bagian sisi bukit dari

Geografi. Kelas X ATMOSFER IV KTSP & K-13. I. Angin 1. Proses Terjadinya Angin

1. 1. LATAR BELAKANG MASALAH

ANALISA KESTABILAN LERENG METODE SLICE (METODE JANBU) (Studi Kasus: Jalan Manado By Pass I)

BAB III METODE PENELITIAN

LEMBAR PENGESAHAN MOTTO

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang

EVALUASI ALIH FUNGSI TANAMAN BUDIDAYA TERHADAP POTENSI DAERAH RESAPAN AIRTANAH DI DAERAH CISALAK KABUPATEN SUBANG

DISUSUN OLEH : CHRYSTI ADI WICAKSONO ARENDRA HARYO P

Pengaruh Infiltrasi Hujan dalam Analisis Stabilitas Lereng Kondisi Jenuh Sebagian Menggunakan Metode Elemen Hingga

BAB IV SIMULASI PENGARUH PERCEPATAN GEMPABUMI TERHADAP KESTABILAN LERENG PADA TANAH RESIDUAL HASIL PELAPUKAN TUF LAPILI

BAB II DASAR TEORI 2.1 Perhitungan Hidrologi Curah hujan rata-rata DAS

SOLUSI VENTILASI VERTIKAL DALAM MENDUKUNG KENYAMANAN TERMAL PADA RUMAH DI PERKOTAAN

CH BULANAN. Gambar 3. Curah hujan bulanan selama percobaan lapang

Key word : landslide, rain infiltration, suction,slope stability.

DAFTAR ISI... KATA PENGANTAR... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR TABEL... DAFTAR LAMPIRAN... BAB

Gambar 2. Profil suhu dan radiasi pada percobaan 1

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

Gambar 1. Lahan pertanian intensif

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Angin Meridional. Analisis Spektrum

BAB IV PENGOLAHAN DATA dan ANALISIS

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. Neraca Kebutuhan dan Ketersediaan Air. dilakukan dengan pendekatan supply-demand, dimana supply merupakan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV KRITERIA DESAIN

Transkripsi:

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian. Pembacaan nilai suction Hasil pengamatan diperoleh grafik hubungan waktu dan nilai suction di lapangan (lihat Gambar 4.). Pada titik A (Zf m) cenderung memiliki nilai tekanan air pori negatif terbesar dibanding dengan titik A2 (Zf m), dan A3 (Zf,5 m) yaitu dengan nilai suction terbesar -,969 kpa terjadi pada tanggal 20/0/206 3:05 WIB, sedangkan nilai suction terkecil adalah -4,242 kpa pada waktu 28/09/ 206 08:30 WIB. Pada titik A2, nilai suction terbesar pada tanggal 29/2/206 5:07 WIB sebesar -6,55 kpa dan yang terkecil adalah -,969 kpa pada tanggal 23//206 08:50 WIB. Pada titik A3 cenderung memiliki nilai tekanan air pori negatif yang terkecil dibanding titik A2 dan A3, nilai tekanan air pori negatif terbesar titik A3 terjadi pada tangal 5/0/206 08:30 WIB sebesar -4,626 kpa dan yang terkecil sebesar -97 kpa pada tanggal 04/2/206 08:03 WIB. Gambar 4. Hubungan waktu dan nilai suction 3

Kedalaman (meter) 32 a) Hubungan nilai suction dan kedalaman Hasil nilai tekanan air pori negatif selama waktu pengamatan dihubungkan dengan kedalaman. Hasil pengamatan bertujuan untuk mengetahui perubahan perbandingan nilai suction pada awal pengamatan dengan akhir pengamatan. Data nilai suction diambil berdasarkan rentang waktu satu minggu, hasil grafik hubungan suction dan kedalaman disajikan berdasarkan bulan pada saat pengamatan analisis stabilitas lereng. Data nilai suction yang disajikan yaitu berupa data pengamatan pada saat waktu pagi hari. Hasil dari seluruh pengukuran nilai suction di lapangan tersaji pada Lampiran A. Hasil pengamatan pada bulan September (lihat Gambar 4.2) menunjukkan dua data nilai tekanan air pori negatif dan waktu yang berbeda. Hasil analisis didapat nilai tekanan air pori negatif terbesar terdapat pada titik Zf m yaitu -,969 kpa saat waktu pengamatan pada tanggal 30/09/206 08.30 WIB (lihat Tabel 4.). 0 - - -,5-2 -2,5-3 -3,5 Suction (kpa) -4-4,5-5 -5,5-6 -6,5-7 -7,5-8 -8,5-9 -9,5-0,5 26/09/206 08.30 30/09/206 08.30 Gambar 4. 2 Hubungan Suction dan kedalaman bulan September Tabel 4. Hubungan Suction dan kedalaman bulan September Tanggal Suction Zf m Suction Zf m Suction Zf,5 m 26/09/206 08.30-4,242 kpa -,969 kpa -97 kpa 30/09/206 08.30 -,969 kpa -6,55 kpa -4,626 kpa

Kedalaman (meter) 33 Hasil pengamatan pada bulan Oktober (lihat Gambar 4.3) menunjukkan lima data nilai tekanan air pori negatif dan waktu yang berbeda. Hasil analisis didapat nilai tekanan air pori negatif terbesar terdapat pada titik Zf m yaitu -8,484 kpa pada saat waktu pengamatan pada tanggal 0/0/206 08.30 (lihat Tabel 4.2). Suction (kpa) 0 - - -,5-2 -2,5-3 -3,5-4 -4,5-5 -5,5-6 -6,5-7 -7,5-8 -8,5-9 -9,5-0,5 0/0/206 08.30 07/0/206 09.0 4/0/206 08.56 2/0/206 06.52 28/0/206 08.36 Gambar 4. 3 Hubungan Suction dan kedalaman bulan Oktober Tabel 4. 2 Hubungan Suction dan kedalaman bulan Oktober Tanggal Suction Zf m Suction Zf m Suction Zf,5 m 0/0/206 08.30-8,484 kpa -3,484 kpa -2,985 kpa 07/0/206 09.0-8,333 kpa -4,090 kpa -3,432 kpa 4/0/206 08.56-7,727 kpa -4,545 kpa -3,73 kpa 2/0/206 06.52-7,575 kpa -4,393 kpa -3,880 kpa 28/0/206 08.36-7,575 kpa -4,393 kpa -3,880 kpa Hasil pengamatan pada bulan November (lihat Gambar 4.4) menunjukkan empat data nilai suction dan waktu yang berbeda. Hasil analisis didapat nilai suction terbesar terdapat pada titik Zf m yaitu -9,595 kpa saat waktu pengamatan pada tanggal 30/09/206 08.30 (lihat Tabel 4.3).

Kedalaman Kedalaman (meter) 34 Suction (kpa) 0 - - -,5-2 -2,5-3 -3,5-4 -4,5-5 -5,5-6 -6,5-7 -7,5-8 -8,5-9 -9,5-0,5 0//206 08.30 07//206 08.30 22//206 08.46 28//206 09.00 Gambar 4. 4 Hubungan Suction dan kedalaman bulan November Tabel 4. 3 Hubungan Suction dan kedalaman bulan November Tanggal Suction Zf m Suction Zf m Suction Zf,5 m 0//206 08.30-9,393 kpa -4,242 kpa -2,238 kpa 07//206 08.30-9,545 kpa -4,393 kpa -2,089 kpa 22//206 08.46-9,545 kpa -4,696 kpa -2,388 kpa 28//206 09.00-6,363 kpa -2,878 kpa -,94 kpa Hasil pengamatan pada bulan Desember (lihat Gambar 4.5) menunjukkan lima data nilai suction dan waktu yang berbeda. Hasil analisis didapat nilai suction terbesar terdapat pada titik Zf m yaitu -9,696 kpa saat waktu pengamatan pada tanggal 2/2/206 2.20 (lihat Tabel 4.4). Suction 0 - - -,5-2 -2,5-3 -3,5-4 -4,5-5 -5,5-6 -6,5-7 -7,5-8 -8,5-9 -9,5-0,5 04/2/206 08.03 07/2/206 08.0 4/2/206 0.9 2/2/206.20 28/2/206 09.2 Gambar 4. 5 Hubungan Suction dan kedalaman bulan Desember

35 Tabel 4. 4 Hubungan Suction dan kedalaman bulan Desember Tanggal Suction Zf m Suction Zf m Suction Zf,5 m 04/2/206 08.03-6,22 kpa -3,030 kpa -97 kpa 07/2/206 08.0-6,969 kpa -3,636 kpa -,044 kpa 4/2/206 0.9-9,242 kpa -4,242 kpa -,94 kpa 2/2/206 2.20-9,696 kpa -5 kpa -2,238 kpa 28/2/206 09.2-7,878 kpa -6,060 kpa -2,238 kpa 2. Faktor aman lereng Hasil pengujian stabilitas lereng berdasarkan pengukuran suction di lapangan didapatkan nilai faktor aman lereng pada 3 titik Zf m, Zf m, dan Zf,5 m. Berdasarkan hasil pengujian yang dilakukan diketahui bahwa nilai faktor aman tertinggi dari lereng terdapat pada Zf m dengan nilai FS yaitu 3,825 (lihat Tabel 4.5). Nilai faktor aman terendah dari lereng terdapat dititik Zf,5 m yaitu dengan nilai FS 2,636 (lihat Tabel 4.6). Hasil dari seluruh nilai faktor aman lereng tersaji pada Lampiran B. Tabel 4. 5 Nilai FS maksimum Titik Kedalaman (Z f ) Nilai FS maksimum A meter 3,825 A2 meter 2,73 A3,5 meter 2,39 Tabel 4. 6 Nilai FS minimum Titik Kedalaman (Z f ) Nilai FS minimum A meter 3,37 A2 meter 2,54 A3,5 meter 2,6 a) Hubungan nilai FS dan waktu Nilai faktor aman FS berdasarkan waktu pengujian disajikan dalam grafik hubungan waktu dan nilai faktor aman (lihat Gambar 4.6). Hasil menunjukkan nilai faktor aman yang berbeda pada setiap titik pengujian dengan variasi kedalaman.

36 Gambar 4. 6 Hubungan waktu dan faktor aman b) Hubungan FS dan kedalaman Hasil pengujian ini dilakukan untuk mengetahui perbedaan nilai faktor aman pada setiap kedalaman pada saat awal pengujian stabilitas lereng berdasarkan pengukuran suction dilapangan pada setiap awal bulan dan pada saat akhir bulan. Nilai faktor aman dihubungkan dengan kedalaman (meter). Data nilai faktor aman diambil berdasarkan rentang waktu satu minggu, hasil grafik hubungan FS dan kedalaman disajikan berbeda berdasarkan bulan pada saat pengamatan analisis stabilitas lereng. Data nilai faktor aman yang disajikan yaitu berupa data pengamatan pada saat waktu pagi hari. Hasil pengamatan pada bulan September (lihat Gambar 4.7) menunjukkan dua data nilai faktor aman dan waktu yang berbeda. Hasil analisis didapat nilai faktor aman terbesar terdapat pada titik Zf m yaitu 3,677 saat waktu pengamatan pada tanggal 26/09/206 08.30. Sedangkan faktor aman terendah terdapat pada Zf,5 m saat tanggal 30/09/206 08.30 WIB dengan nilai faktor aman 2,330 (lihattabel 4.8).

Kedalaman (meter) Kedalaman (meter) 37 FS 2,3 2,4 2,5 2,6 2,7 2,8 2,9 3 3, 3,2 3,3 3,4 3,5 3,6 3,7,5 26/09/206 08.30 30/09/206 08.30 Gambar 4. 7 Hubungan FS dan kedalaman bulan September Tabel 4. 7 Hubungan FS dan kedalaman bulan September Tanggal FS Zf m FS Zf m FS Zf,5 m 26/09/206 08.30 3,677 2,676 2,339 30/09/206 08.30 3,608 2,704 2,330 Hasil pengamatan bulan Oktober terdapat lima buah data hubungan FS dan kedalaman (lihat Gambar 4.8). Hasil pengamatan hubungan FS dan kedalaman menunjukkan hasil faktor aman tertinggi terjadi pada Zf m saat waktu 28/0/206 08.36 WIB dengan nilai faktor aman sebesar 3,820. Sedangkan faktor aman terendah terdapat pada Zf,5 m saat tanggal 28/0/206 08.36 WIB dengan nilai faktor aman 2,239 (lihattabel 4.8). FS 2,2 2,3 2,4 2,5 2,6 2,7 2,8 2,9 3 3, 3,2 3,3 3,4 3,5 3,6 3,7 3,8 3,9,5 0/0/206 08.30 07/0/206 09.0 4/0/206 08.56 2/0/206 06.52 28/0/206 08.36 Gambar 4. 8 Hubungan FS dan kedalaman bulan Oktober

Kedalaman (meter) 38 Tabel 4.8 Hubungan FS dan kedalaman bulan Oktober Tanggal FS Zf m FS Zf m FS Zf,5 m 0/0/206 08.30 3,582 2,676 2,330 07/0/206 09.0 3,663 2,7 2,362 4/0/206 08.56 3,594 2,7 2,355 2/0/206 06.52 3,608 2,78 2,3 28/0/206 08.36 3,820 2,665 2,239 Hasil pengamatan bulan November terdapat empat buah data hubungan FS dan kedalaman (lihat Gambar 4.9). Hasil pengamatan hubungan FS dan kedalaman menunjukkan hasil faktor aman tertinggi terjadi pada Zf m saat waktu 28//206 09:00 WIB dengan nilai faktor aman sebesar 3,770. Sedangkan faktor aman terendah terdapat pada Zf,5 m saat tanggal 04/2/206 08.03 dengan nilai faktor aman 2,63 (lihattabel 4.9). FS 2,2 2,3 2,4 2,5 2,6 2,7 2,8 2,9 3 3, 3,2 3,3 3,4 3,5 3,6 3,7 3,8,5 0//206 08.30 07//206 08.30 22//206 08.46 28//206 09.00 Gambar 4. 9 Hubungan FS (faktor aman) dan kedalaman bulan November Tabel 4.9 Hubungan FS dan kedalaman bulan November Tanggal FS Zf m FS Zf m FS Zf,5 m 0//206 08.30 3,557 2,734 2,339 07//206 08.30 3,705 2,734 2,330 22//206 08.46 3,582 2,695 2,330 28//206 09.00 3,770 2,629 2,206

Kedalaman (meter) 39 Hasil pengamatan bulan Desember terdapat lima buah data hubungan FS dan kedalaman (lihat Gambar 4.0). Hasil pengamatan hubungan FS dan kedalaman menunjukkan hasil faktor aman tertinggi terjadi pada waktu 04/2/206 ) 08:03 WIB dengan nilai faktor aman sebesar 3,78. Sedangkan faktor aman terendah terdapat pada tanggal 04/2/206 08.03 dengan nilai faktor aman 2,63 (lihat Tabel 4.0). FS 2, 2,2 2,3 2,4 2,5 2,6 2,7 2,8 2,9 3 3, 3,2 3,3 3,4 3,5 3,6 3,7 3,8,5 04/2/206 08.03 07/2/206 08.0 4/2/206 0.9 2/2/206.20 28/2/206 09.2 Gambar 4. 0 Hubungan FS dan kedalaman bulan Desember Tabel 4. 8 Hubungan FS dan kedalaman bulan Desember Tanggal FS Zf m FS Zf m FS Zf,5 m 04/2/206 08.03 3,78 2,642 2,63 07/2/206 08.0 3,78 2,686 2,96 4/2/206 0.9 3,522 2,78 2,206 2/2/206 2.20 3,47 2,727 2,330 28/2/206 09.2 3,635 2,79 2,28 B. Pembahasan.Perubahan nilai suction terhadap waktu Pada pengujian stabilitas lereng berdasarkan pengukuran suction di lapangan menggunakan alat tensiometer KU-T3. Pembacaan nilai suction dilakukan pada pagi hari dengan maksud tanah belum terkena sinar matahari yang terik sehingga disimulasikan pembacaan tanah/lereng dalam kondisi yang jenuh air, pembacaan

40 siang hari dilakukan untuk memberikan simulasi pada saat siang hari tanah sudah terkena sinar matahari yang terik sehingga tanah/lereng disimulasikan menjadi kering. Kondisi diatas menggambarkan bahwa pada tanah/lereng pengujian terjadi wetting-drying secara alami dilapangan. Hasil nilai suction dilapangan berubah seiring dengan terjadinya curah hujan, dan infiltrasi yang berkepanjangan. Fluktuasi perubahan nilai suction terjadi saat pengamatan, terbukti bahwa sampel dengan pembacaan suction pada saat awal pengamatan memberikan hasil nilai suction yang lebih tinggi dari pada saat pembacaan akhir pengamatan (lihat Tabel 4.9). Nilai suction yang tinggi ini menunjukkan kuat geser yang lebih tinggi dari pada nilai suction yang rendah atau yang mendekati angka nol. Tabel 4. 9 Hubungan Suction dan waktu (Zf) Suction awal Suction akhir meter -7,424 kpa -6,88 kpa meter -3,485 kpa -3,030 kpa,5 meter -3,34 kpa -2,388 kpa 2. Perubahan nilai FS terhadap waktu Nilai faktor aman (FS) berubah pada setiap harinya, nilai faktor aman berubah seiring dengan berlangsungnya waktu pengamatan (lihat Tabel 4.0). Nilai faktor terbukti berubah seiring dengan berubahnya nilai suction. Nilai suction digunakan sebagai salah satu parameter untuk mencari nilai faktor aman. Sehingga apabila nilai suction terjadi perubahan seiring dengan berjalannya waktu pengamatan akibat proses wet-dry, maka nilai faktor aman juga akan ikut berubah terhadap waktu pengamatan. Tabel 4. 0 Hubungan FS dan waktu (Zf) FS awal pengamatan FS akhir pengamatan meter 3,677 3,733 meter 2,677 2,642,5 meter 2,339 2,292

4 3. Pengaruh kedalaman terhadap nilai suction Hasil pengamatan hubungan nilai suction di lapangan dengan kedalaman memberikan pengaruh terhadap fluktuasi nilai suction terhadap kedalaman (Zf). Infiltrasi air dari permukaan tanah kedalam lapisan tanah sehingga terjadi air tengger pada kedalaman lapisan tanah dengan permeabilitas yang berbeda memberikan hasil nilai suction yang berbeda pula. Semakin dalam lapisan tanah dengan kedudukan air tengger yang tinggi maka akan mengakibatkan nilai suction bergerak ke arah positif dan mendekati angka nol. Kenaikan angka tekanan air pori positif inilah yang bisa menyebabkan pemicu terjadinya longsor. 4. Pengaruh kedalaman terhadap nilai faktor aman Hasil hubungan nilai faktor aman terhadap kedalaman memberikan hasil dengan adanya kedalaman pengamatan pengukuran suction menggunakan alat tensiometer memberikan hasil faktor aman yang berbeda pula pada setiap kedalamannya. Geometri lereng yaitu tinggi lereng atau kedalaman lereng memiliki efek sekunder pada stabilitas lereng tanah karena dapat mempengaruhi nilai awal faktor aman lereng. Nilai faktor aman tertinggi lebih dipengaruhi oleh (Zf), artinya semakin tinggi nilai parameter (Zf) maka semakin rendah nilai minimum faktor amannya. Pengamatan pada lereng tanah yang lebih dangkal mengalami tingkat nilai faktor aman yang tinggi dengan kedalaman yang lebih dangkal (lihat Tabel 4.). Tabel 4. Hubungan FS dan kedalaman (Zf) FS Maksimum FS Minimum meter 3,825 3,374 meter 2,736 2,547,5 meter 2,396 2,64