HUBUNGAN KEBIASAAN MENONTON TAYANGAN TELEVISI DENGAN KREATIVITAS KOGNITIF ANAK PRA SEKOLAH

dokumen-dokumen yang mirip
Hubungan Kebiasaan Menonton Tayangan Televisi Dengan Kreativitas Kognitif Anak Prasekolah di TK Tunas Harapan Kecamatan Pringapus Kabupaten Semarang

HUBUNGAN POLA ASUH DENGAN PERKEMBANGAN ANAK USIA PRASEKOLAH DI TK KARTIKA X-9 CIMAHI 2012

GAMBARAN PERKEMBANGAN SOSIAL DAN KEMANDIRIAN PADA ANAK PRASEKOLAH USIA 4-6 TAHUN DI TK AL- ISLAH UNGARAN BARAT

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha!7

Mila Harlisa*, Amirul Amalia**, Dadang K***

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU DENGAN PERKEMBANGAN MOTORIK KASAR ANAK USIA 3-4 TAHUN DI POSYANDU BUDI LESTARI DESA TLOGOREJO GUNTUR DEMAK.

ABSTRAK. Kata kunci: Peran ibu dalam pemenuhan kebutuhan dasar anak, perkembangan anak usia prasekolah

PENJAJAHAN TV TERHADAP PERKEMBANGAN ANAK

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Anak adalah seseorang yang akan menjadi penerus bagi orang tua,

BERMAIN SEBAGAI SARANA PENGEMBANGAN KREATIVITAS ANAK USIA DINI

PENGARUH POLA ASUH IBU TERHADAP PERKEMBANGAN ANAK USIA 4-6 TAHUN ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. usia dini yang berfungsi untuk membantu meletakkan dasar-dasar kearah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 2, Oktober 2015 ISSN HUBUNGAN PEMBERIAN STIMULASI IBU DENGAN PERKEMBANGAN BALITA DI POSYANDU

PENGARUH STIMULASI MOTORIK HALUS TERHADAP PERKEMBANGAN MOTORIK HALUS ANAK USIA 4 5 TAHUN DI TAMAN KANAK KANAK PERTIWI TIRIPAN BERBEK NGANJUK

BAB I PENDAHULUAN. memberikan rangsangan bagi perkembangan jasmani, rohani (moral dan spiritual), motorik, akal

I. PENDAHULUAN. Dalam rangka mewujudkan amanat pembukaan Undang-Undang Negara. kehidupan bangsa. Salah satu wahana dalam mencerdaskan setiap warga

BAB I PENDAHULUAN. masa ini sering kali disebut dengan masa keemasan the Golden Age, masa-masa

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Meskipun Children s Television Act of 1990 telah membatasi program televisi

BAB I PENDAHULUAN. layanan pendidikan diperoleh setiap individu pada lembaga pendidikan secara

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING JURNAL

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Usia lahir sampai dengan memasuki pendidikan dasar merupakan

BAB I PENDAHULUAN. yang berkualitas dan diharapkan akan menjadi pelaku dalam pembangunan suatu

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. proses perkembangan dengan pesat dan sangat fundamental bagi kehidupan

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG STIMULASI MOTORIK KASAR DENGAN PERKEMBANGAN MOTORIK KASAR PADA ANAK USIA TODDLER ABSTRAK

PENINGKATAN SIKAP SOSIAL ANAK USIA DINI MELALUI PERMAINAN PUZZLE BUAH DI TAMAN KANAK-KANAK AISYIYAH 1 BUKITTINGGI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA DENGAN PERILAKU SCHOOL REFUSAL PADA ANAK PRASEKOLAH DI TK DAMHIL KOTA GORONTA. Aswinda Miolo

PENELITIAN PEMBERIAN STIMULASI OLEH IBU UNTUK PERKEMBANGAN BALITA. Nurlaila*, Nurchairina* LATAR BELAKANG

OPTIMALISASI KEMAMPUAN SOSIAL EMOSIONAL ANAK MELALUI MEDIA GAMBAR DI TK KARTIKA 1-18 AMPLAS. Yenni Nurdin 1) dan Umar Darwis 2) UMN Al Washliyah

BAB I PENDAHULUAN. terhadap apa yang dilihat, didengar, dan dirasakan. Anak seolah-olah tidak

*Korespondensi Penulis. Telp: , ISSN: ABSTRAK

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU IBU TENTANG PIJAT BAYI DI BPS SUHARTATIK DESA KALIWATES KEMBANGBAHU

Lilis Maghfuroh Program Studi Ilmu Keperawatan STIKES Muhammadiyah Lamongan ABSTRAK

HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA DENGAN PERKEMBANGAN MOTORIK HALUS ANAK USIA 5-6 TAHUN DI TK AISYIYAH BANJARMASIN ABSTRAK

Artikel Skripsi. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) Pada Jurusan PG-PAUD.

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 1, April 2015 ISSN HUBUNGAN PERUBAHAN FISIK USIA REMAJA DENGAN RASA PERCAYA DIRI PADA SISWI KELAS 7

HUBUNGAN POLA ASUH ORANGTUA DENGAN PERKEMBANGAN EMOSI ANAK USIA PRA SEKOLAH DI TK ROHMATUL MAGFIROH DESA PAKISAJI KECAMATAN PAKISAJI KABUPATEN MALANG

BAB 1 PENDAHULUAN. Komunikasi merupakan salah satu kebutuhan manusia, sekaligus dasar

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMAHAMI KONSEP WARNA MELALUI METODE PROYEK. Sri Endah Cahyaningsih

BAB I PENDAHULUAN. Anak adalah individu yang unik dan memerlukan perhatian khusus untuk

HUBUNGAN KEGIATAN BERMAIN PERAN MAKRO DENGAN KETERAMPILAN BERBICARA ANAK USIA 5-6 TAHUN JURNAL. Oleh. Diyah Yusnita ( )

Immanuel Jurnal Ilmu Kesehatan Volume 9, Nomor 2, Desember 2015 ISSN X

TUMBUH KEMBANG ANAK USIA DINI. Rita Eka Izzaty

BAB I PENDAHULUAN. Anak merupakan salah satu anugerah yang yang terbesar dan sangat berharga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. perkembangan. Mulai dari bayi, anak-anak, remaja kemudian menjadi dewasa dan

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN DENGAN MEDIA LAGU TERHADAP PRAKTIK MENCUCI TANGAN

BAB VI PENUTUP. Bagian ini memaparkan tentang kesimpulan secara keseluruhan pembahasan

BAB I PENDAHULUAN. aspek kognitif yang berhubungan dengan fungsi intelektual (Syaodih, 2010).

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN AKTUALISASI DIRI ANAK USIA PRASEKOLAH DI TK ABA 31 NGALIYAN SEMARANG

HUBUNGAN PERAN IBU DALAM PEMILIHAN ALAT PERMAINAN DENGAN PERKEMBANGAN MOTORIK HALUS ANAK USIA 4-6 TAHUN DI YAYASAN AR-RAHMAH KABUPATEN LUMAJANG

BAB I PENDAHULUAN. Hampir dapat dipastikan bahwa setiap orangtua menginginkan yang terbaik

I. PENDAHULUAN. Usia dini merupakan masa keemasan (golden age), oleh karena itu. kemampuan kognitif, afektif, psikomotor, bahasa, sosial emosional dan

Hubungan Pengetahuan dengan Sikap Ibu Hamil tentang Pemanfaatan Kelas Ibu Hamil di Desa Nagrak Kecamatan Cianjur Kabupaten Cianjur

BAB I PENDAHULUAN. berbagai bidang, sehingga munculah berbagai alat sebagai hasil pemanfaatan ilmu

Peran Guru dalam Melatih Kemandirian Anak Usia Dini Vanya Maulitha Carissa

SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana S-1 Keperawatan

BAB I PENDAHULUAN. salah satunya adalah Taman Kanak-Kanak (TK). Undang-undang tentang. sistem Pendidikan Nasional Pasal 28 Ayat (3) menyebutkan bahwa

Wahyu Ruby Astuti Program Studi Ilmu Keperawatan STIKES Ngudi Waluyo Ungaran ABSTRACT

Modul ke: Produksi Berita TV. Daya Pengaruh Siaran TV. Fakultas Ilmu Komunikasi. Program Studi Broadcasting.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan anak usia dini merupakan pendidikan yang dimulai dari usia

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN GURU TAMAN KANAK-KANAK TENTANG ALAT PERMAINAN EDUKATIF

HUBUNGAN PENDIDIKAN ANAK USIA DINI DENGAN PERKEMBANGAN ANAK USIA 4-5 TAHUN DI DESA TAWANREJO BARENG KLATEN

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG ASI EKSKLUSIF DI DESA BUTUH KECAMATAN TENGARAN KABUPATEN SEMARANG

Rahayu Budi Utami dan Noer Istichomah STIKes Satria Bhakti Nganjuk

Penitipan Anak), playgroup/ kelompok bermain dan juga termasuk TK.

BAB1 PENDAHULUAN. dalamnya pendidikan Taman Kanak-kanak. Hal ini di maksudkan selain mencerdaskan

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KECEMASAN PADA ANAK USIA PRASEKOLAH DI BANGSAL MELATI RSUD TUGUREJO SEMARANG

BAB 1 PENDAHULUAN. perlu untuk ditingkatkan dan digali sebesar-besarnya karena hal tersebut

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. keluarga. Hampir setiap rumah memiliki televisi. Tidak jarang kegiatan lainnya

BAB 1 PENDAHULUAN. menjadi bagian terpadu dan tak terpisahkan dari peningkatan. yang digunakan dalam proses pembelajaran, kemajuan teknologi dapat

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU DENGAN PEMILIHAN ALAT PERMAINAN EDUKATIF PADA ANAK USIA DI KOTA PADANG

PERAN PERMAINAN TRADISIONAL DALAM PEMBELAJARAN ANAK USIA DINI (Studi di PAUD Geger Sunten, Desa Suntenjaya) Iis Nurhayati. STKIP Siliwangi Bandung

UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBAHASA MELALUI NYANYIAN/LAGU BAGI ANAK USIA DINI

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Juwita Mega Ningsih, 2015 Meningkatkan Kreativitas Menari Anak D engan Menggunakan Properti Tari

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan suatu bangsa bergantung kepada cara kebudayaan tersebut mengenali,

BAB I PENDAHULUAN. psikologis, sosial, dan spiritual. Aziz Alimul (dalam Erwan: 2005). Definisi anak usia

BAB I PENDAHULUAN. hidup sehingga pendidikan bertujuan menyediakan lingkungan yang memungkinkan

BAB 1 PENDAHULUAN. menjadi kreatif, mempersiapkan diri untuk berperan dan berperilaku dewasa

MENINGKATKAN KEMANDIRIAN MELALUI METODE DEMONSTRASI PADA ANAK USIA 5-6 TAHUN DI TK ABA 010 CABANG KUOK KABUPATEN KAMPAR

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN SULIT MAKAN PADA ANAK PRA SEKOLAH DI TK PERTIWI DESA BUGEL KECAMATAN KEDUNG KABUPATEN JEPARA

PERBEDAAN KEMATANGAN SOSIAL ANAK DITINJAU DARI KEIKUTSERTAAN PENDIDIKAN PRASEKOLAH (PLAYGROUP)

BAB 1 PENDAHULUAN. sekolah. Masa ini terbentang masa kanak-kanak awal terbentang usia 3-5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Usia dini merupakan usia yang sangat baik bagi anak-anak untuk. mengembangkan bakat dan potensi yang dimilikinya. Prof. Dr.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Oleh : Suharno, S.Kep.,Ners ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

MENGENALKAN HURUF MELALUI LONCAT ABJAD PADA ANAK USIA 4-5 TAHUN

BAGAIMANA MENGOPTIMALKAN PERKEMBANGAN SOSIAL EMOSI ANAK PRASEKOLAH? Oleh Kartika Nur Fathiyah Dosen PPB FIP UNY

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Secara luas diketahui bahwa periode anak dibagi menjadi dua

Lilis Maghfuroh Dosen S1 Keperawatan STIKes Muhammadiyah Lamongan ABSTRAK

BAB 1 PENDAHULUAN. Anak pra sekolah adalah anak yang berumur bulan, pada masa ini

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Anak adalah manusia kecil yang memiliki potensi yang harus. dikembangkan sejak dini agar dapat berkembang secara optimal.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. A. Jenis atau Rancangan Penelitian dan Metode Pendekatan

Transkripsi:

HUBUNGAN KEBIASAAN MENONTON TAYANGAN TELEVISI DENGAN KREATIVITAS KOGNITIF ANAK PRA SEKOLAH Fiktina vifri ismiriyam Universitas Ngudi Waluyo Ungaran fiktinavifriismiriyam@yahoo.co.id ABSTRAK Anak usia prasekolah akan mengenal dunia dengan bermain, mampu mengembangkan kematangan fisik, emosional dan mental sehingga akan membuat anak tumbuh menjadi anak yang kreatif, cerdas dan penuh inovatif. Menonton tayangan televisi merupakan salah satu permainan yang bersifat pasif sehingga bisa berpengaruh terhadap perkembangan otak anak dan mengurangi kreativitas.tujuan penelitian ini untuk mengetahui ada hubungan kebiasaan menonton kognitif anak prasekolah di TK Islam Nurul Izzah Candirejo Ungaran. Jenis penelitian ini adalah descriptive correlation dengan pendekatan cross sectional. Pengumpulan data dilaksanakan pada bulan Maret 2015 dengan teknik minimal sampling dengan jumlah sampel 27 sampel anak di TK Islam Nurul Izzah Candirejo Ungaran.Analisis ini menggunakan Fisher Exact. Hasil penelitian menunjukan bahwa kebiasaan menonton tayangan televisi di TK Islam Nurul Izzah Candirejo Ungaran kategori baik sebanyak 10 (37 %) dan kategori buruk sebanyak 17 (63 %). Sedangkan kreativitas kognitif kategori baik sebanyak 14 (51,9 %) dan kategori kurang baik sebanyak 13 (48,1 %). Berdasarkan Fisher Exact di dapatkan nilai p value sebesar 0,004 ( p value< 0,05) maka dapat disimpulakan bahwa ada hubungan kebiasaan menonton kognitif anak prasekolah di TK Islam Nurul Izzah Candirejo, Ungaran. Berdasarkan hasil tersebut diharapakan kepada orang tua untuk mengontrol kebiasaan menonton tayangan televisi pada anak agar tidak mengurangi kretivitas pada anak. Kata kunci : Tayangan televisi, kreativitas kognitif, prasekolah. Pendahuluan Usia Taman Kanak-kanak anak adalah sosok individu yang sedang menjalani suatu proses perkembangan yang sangat pesat dan sangat fundamental bagi kehidupan selanjutnya. Anak usia prasekolah mempunyai ciri sebagai berikut : Sangat aktif, dinamis, antusias, rasa ingin tahu terhadap apa yang dilihat dan didengarnya tinggi, seolah-olah tak pernah berhenti untuk belajar. Pengaruh televisi bagi anak-anak yaitu mereka belum dapat membedakan antara adegan yang bersifat khayalan dan adegan yang bersifat fakta dan benar-benar terjadi. Mereka menganggap bahwa apa yang mereka saksikan ditelevisi semuanya adalah realitas dan benar-benar terjadi. Sehingga mereka sering mencontoh perbuatan yang sama dan kadang-kadang sangat membahayakan diri serta jiwa mereka, dan televisi merupakan media yang paling mudah untuk mengajarkan perilaku buruk bagi anakanak. (Gunarsa, 2000 ). Sebaiknya dalam masa pertumbuhan dan perkembangannya untuk dapat memberikan kesempatan kepada anak prasekolah untuk mempunyai pengalaman dalam belajar melalui lingkungan dengan berbagai cara contohnya: Mengamati, meniru dan bereksperimen, hal ini bila berlangsung secara terus menerus dan berulang-ulang hal ini akan melibatkan seluruh potensi dan kecerdasan seorang anak prasekolah. Salah satu cara proses belajar anak agar mereka memperoleh pengetahuan baru adalah melalui kegiatan bermain sambil belajar, dengan hal ini anak akan memperoleh kesempatan untuk mempelajari berbagai hal baru dengan suasana suka cita. Bemain dan belajar bagi mereka juga merupakan sarana mengembangkan berbagai ketrampilan sosial dan emosi selain itu juga dapat mengembangkan otot dan melatih gerakan motorik mereka di dalam menyalurkan energi mereka yang berlebih. Dengan demikian seorang anak bila dapat menemukan dan merancang suatu hal yang baru dan berbeda, hal ini akan dapat 27

menimbulkan kepuasan, dan pada akhirnya anak akan menjadi lebih kreatif dan inovatif didalam kehidupannya. Menurut Patmonodewo (2003), ciri tahap perkembangan berdasarkan aspek perkembangan anak prasekolah antara lain perkembangan kognitif. Kognitif adalah pengertian yang luas mengenai berpikir dan mengamati, jadi merupakan tingkah laku yang mengakibatkan orang memperoleh pengetahuan atau yang dibutuhkan untuk menggunakan pengetahuan. Perkembangan kognitif menunjukkan perkembangan dari cara anak berpikir. Kemampuan anak untuk mengkoordinasikan berbagai cara berpikir untuk menyelesaikan berbagai masalah dapat dipergunakan sebagai tolok ukur pertumbuhan kecerdasan. Masa ini anak suka mengamati dunia luarnya, serta suka mendengar cerita yang sesuai dengan fantasinya. Dalam masa kanak-kanak ini, merupakan masa dimana anak belajar atau menyukai untuk bergabung dalam sebuah kelompok. Diawali dengan keinginan kontak sosial dengan anak lain dan bermain. Masa ini juga sering disebut sebagai masa bermain, karena anak lebih senang untuk bermain-main dengan anakanak lain. Perilaku sosial pada anak muncul disebabkan dengan meniru perilaku orang lain, belajar model, reinforcement dari teman. Anak akan mengenal dunia dengan bermain, mampu mengembangkan kematangan fisik, emosional dan mental sehingga akan membuat anak tumbuh menjadi anak yang kreatif, cerdas dan penuh inovatif. Bermain dapat meningkatkan kreativitas di mana anak mulai belajar menciptakan sesuai dari permainan yang ada dan mampu memodifikasi objek yang digunakan dalam permainan sehingga anak akan lebih kreatif melalui model permainan (Wong, 2009). Salah satu faktor yang menghambat kreativitas anak adalah kebiasaan menonton televisi. Masalah utama fungsi Televisi sebagai hiburan jauh menonjol dari pada peran seharusnya informatif dan edukasi (Chatib, 2012). Tiga karakter dari Televisi yaitu pesan yang disampaikan tanpa memerlukan bimbingan atau petunjuk, tanpa memerlukan pemikiran dan tidak memberikan pemisah bagi pemirsanya. Bahaya besar ketika televisi menyiarkan program yang buruk dan amoral seperti kekerasan dan kriminalitas (Rendro, 2010). Meningkatnya jam yang anak habiskan di depan TV sudah jadi fenomena global, dan sebagian pecandu TV paling akut adalah anak-anak.winn mengutip hasil riset Nielsen terakhir (sebelum tahun 2002) bahwa diamerika, anak-anak kategori usia 2-5 tahun rata-rata menonton TV 21,8 jam per pekan. Di Indonesia, menurut rilis data dari Komisioner Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) Pusat Azimah Subagijo, intensitas anak Indonesia menonton TV juga meningkat dari 22-26 jam/pekan tahun 1997 menjadi 35jam/pekan pada tahun 2011 (sekitar 4,5 jam). Padahal, batas maksimal yang diperbolehkan para ahli yaitu waktu anak menonton adalah 2 jam per hari (Chatib, 2012). Media Televisi tidak ramah terhadap anak-anak. Padahal anak-anak menghabiskan sebagian besar waktunya untuk menonton Televisi. Efek Televisi bagi anak antara lain mendorong anak menjadi konsumtif, berpengaruh terhadap sikap, mengurangi semangat belajar, membentuk pola pikir sederhana, mengurangi konsentrasi, meningkatkan kemungkinan obesitas atau kegemukan, berpengaruh terhadap perkembangan otak anak dan mengurangi kreativitas (Rendro, 2010). Anak-anak menjadi kurang bermain dengan adanya televisi. Dari hasil pengamatan dari anak prasekolah di TK Islam Nurul Izzah Candirejo Ungaran dan ibu yang sedang menunggu anaknya dengan melakukan wawancara dengan orang tua siswa dan pengamatan terhadap 8 anak prasekolah yang diberikan permainan puzzle, peralatan menggambar dan diajukan beberapa pertanyaan diperoleh lima anak mempunyai kreatifitas kognitif yang kurang baik ditunjukkan dengan ketidakmampuan menyelesaikan permainan puzzle yang diberikan tepat waktu. Mereka juga tidak lugas dalam menjawab pertanyaan yang bervariasi tentang anggota keluarga dengan lugas serta tidak dapat mewarnai gambar yang diberikan sesuai warna yang lazim di mana dua anak mempunyai kebiasaan menonton televisi kategori baik yaitu 28 Jurnal Keperawatan Anak. Volume 3, No. 1, November 2016; 27-33

kurang dari dua jam sehari dan enam anak mempunyai kebiasaan menonton televisi kategori kurang baik yaitu lebih dari dua jam sehari. Diperoleh pula tiga anak mempunyai kreatifitas kognitif yang baik ditunjukkan dengan kemampuan menyelesaikan permainan puzzle yang diberikan tepat waktu. Mereka juga lugas dalam menjawab pertanyaan yang bervariasi tentang anggota keluarga dengan lugas serta dapat mewarnai gambar yang diberikan dengan warna yang tidak lazim di mana seorang anak mempunyai kebiasaan menonton televisi kategori baik yaitu kurang dari dua jam dan seorang anak mempunyai kebiasaan menonton televisi kategori kurang baik yaitu lebih dari dua jam. Hal tersebut menunjukkan sebagian besar anak prasekolah di Candirejo Kecamatan Ungaran barat Kabupaten Semarang mempunyai kreativitas kognitif kurang baik meskipun kebiasaan menonton televisi mereka sudah baik. Kognitif adalah suatu proses berpikir, yaitu kemampuan individu untuk menghubungkan, menilai, dan mempertimbangkan suatu kejadian atau peristiwa. Proses kognitif berhubungan dengan tingkat kecerdasan (inteligensi) yang menandai seseorang dengan berbagai minat terutama sekali ditujukan kepada ideide dan belajar (Susanto, 2012). Menurut Rogers (dalam Munandar, 2009), faktorfaktor yang dapat mendorong terwujudnya kreativitas individu diantaranya dorongan dari lingkungan (motivasi ekstrinsik). Lingkungan keluarga merupakan kekuatan yang penting dan merupakan sumber pertama dan utama dalam pengembangan kreativitas individu (Munandar, 2009). Posisi orang tua sangatlah penting dalam upaya mengembangkan dan mengarahkan bakat anak karena orang tua adalah satusatunya elemen yang paling dekat dan paling memahami tentang buah hati daripada orang lain. Orang tua harus dapat menjaga dan memberikan kreativitas kepada anak. Kreativitas yang dapat menimbulkan dampak negatif bagi perkembangan anak, misalkan menonton televisi secara berlebihan. Membiasakan anak menonton televisi secara berlebihan akan merugikan kecerdasan anak (Muhammad, 2010). Menurut (Racmawati, 2010), empat hal yang perlu diperhitungkan dalam kreativitas individu diantaranya: 1. Memberikan rangsangan mental baik pada aspek kognitif maupun kepribadiannya serta suasana psikologis. 2. Iklim dan kondisi lingkungan 3. Peran guru 4. Peran orang tua Keempat faktor ini seyogianya mendapatkan perhatian dari para pendidik yang ingin mengembangkan kretifitas anak. Dengan memperhatikan faktor ini diharapkan pengembangan kretifitas dapat meningkat sesuai porsinya. Acara televisi lebih banyak menayangkan acara yang diperuntukkan orang dewasa. Sangat sedikit acara yang khusus untuk anak-anak. Apabila ada acara televisi untuk anak, biasanya ditayangkan pada jam-jam di mana seorang anak harus bersiap-siap sekolah atau waktu belajar. Hal ini jelas akan mengganggu aktivitas sang anak dalam mengembangkan kecerdasan, terlebih bakatnya. Oleh karena itu, harus dapat memberi pengasuhan yang lebih kreatif dengan pola yang telah disebutkan di atas. Apabila telah memberikan pola kreatif dan memberikan contoh yang baik, otomatis anak akan terpengaruh. Batas maksimal yang diperbolehkan waktu menonton televisi adalah 2 jam per hari (Chatib, 2012). Anak yang dibiarkan orang tuanya menonton televisi akan menyerap pengaruh yang merugikan. Terutama pada perkembangan otak, emosi, sosial dan kemampuan kognitif anak. Memaksimalkan proses tersebut dipengaruhi oleh stimulasi seperti gerakan, nyanyian, obrolan serta gizi yang baik. Proses pertumbuhan membutuhkan tingkatan-tingkatan waktu yang tidak bisa terjadi serempak Simulasi harus dilakukan secara perlahan dan bertahap. Tidak bisa sekaligus meski otak memang bekerja untuk melihat, meraba dan bergerak, serta aktivitas lainnya secara simultan. (Mahayoni dan Hendrik, 2008). Berdasarkan fenomena di atas maka rumusan masalah penelitian adalah, Hubungan kebiasaan menonton tayangan televisi dengan kreativitas kognitif anak prasekolah. 29

Metode Metode penelitian yang digunakan adalah metode kuantitatif dengan jenis penelitian adalah deskriptif korelasi yang bertujuan untuk mengungkapkan hubungan korelatif antar variabel. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan cross sectional. (Nursalam, 2008).Populasi yang digunakan semua orang tua dari anak pra sekolah di TK Nurul Izzah Candirejo, Kecamatan Ungaran Barat Kabupaten Semarang sebanyak 54 orang. Sampel penelitian ini adalah 27 anak pra sekolah di TK Nurul Izzah Candirejo, Kecamatan Ungaran Barat Kabupaten Semarang. Alat yang digunakan untuk mengumpulkan data yaitu lembar observasi kreatifitas kognitif dan kuesioner yang berisi pertanyaan untuk mengukur kebiasaan menonton tayangan televisi yang sudah di setujui oleh Expert Validity. Hasil Penelitian ini akan mengunakan pembahasan hasil data penelitian mengenai hubungan kebiasaan menonton tayangan televisi dengan kreativitas kognitif anak prasekolah di TK Islam Nurul Izzah Candirejo, Ungaran Kabupaten Semarang. Pada penelitian ini telah di ambil 27 responden, yaitu pada anak prasekolah yang ada di Tk Islam Nurul Izzah Candirejo, Ungaran kabupaten Semarang. Adapun Analisis data yang digunakan meliputi analisis data univariat dan bivariat. Pada penelitian ini, analisis univariat digunakan untuk memberikan gambaran tentang kebiasaan menonton kognitif anak prasekolah.kebiasaan menonton tayangan Televisi. Tabel 1 Distribusi Frekuensi kebiasaan menonton tayangan televisi Kebiasaan menoton tayangan televisi Frekuensi Persentase (%) Baik 10 37,0 Buruk 17 63,0 Total 27 100,0 Berdasarkan tabel 1, dapat di ketahui bahwa dari 27 responden, yang termasuk dalam kategori kebiasaan menonton tayangan televisi baik yaitu sebesar 10 responden (37,0%), kebiasaan menonton tayangan televisi buruk yaitu sebesar 17 responden (63,0%). Jadi dapat di tarik kesimpulan bahwa sebagian besar kebiasaan menonton tayangan televisi pada anak prasekolah di TK di TK Islam Nurul Izzah Candirejo Ungaran, buruk. Tabel 2 Distribusi Frekuensi kreativitas kognitif anak prasekolah Kreativitas Persentase Frekuensi kognitif (%) Baik 14 51,9 Kurang baik 13 48,1 Total 27 100,0 Berdasarkan tabel 2, dapat di ketahui bahwa dari 27 responden, yang termasuk dalam kategori kreativitas kognitif baik yaitu sebesar 14 responden (51,9%), kreativitas kognitif kurang buruk yaitu sebesar 13 responden (48,1%). Kesimpulannya sebagian besar kreativitas kognitifnya baik.untuk mengetahuihubungan kebiasaan menonton kognitif anak prasekolah. Tabel 3 Hubungan kebiasaan menonton kognitif anak prasekolah Kebiasaan menonton tayangan televisi kreativitas kognitif Baik Kurang Baik Total P- value F % F % F % Baik 9 33,3 1 3,7 10 100,0 0,004 Buruk 5 18,5 12 44,4 17 100,0 Total 14 51,8 13 48,1 27 100,0 Berdasarkan tabel 3, dapat diketahui bahwa sebagian besar dari responden dengan kebiasaan menonton televisinya buruk yang kreatifitas kognitifnya kurang baik yaitu sebesar 44,4% (12 responden), lebih besar dari pada responden dengan kebiasaan menonton televisinya baik yang kreatifitas kognitifnya kurang baik sebanyak 3,7% (1 responden). Hasil analisis data dengan menggunakan Fisher s Exact dengan tingkat kepercayaan 95%, didapatkan nilai P-value= 0,004. Oleh karena p-value = 0,004 < α (0,05) maka Ho ditolak, dan disimpulkan bahwa ada hubungan kebiasaan menoton tayangan televisi 30 Jurnal Keperawatan Anak. Volume 3, No. 1, November 2016; 27-33

dengan kreativitas kognitif anak prasekolah di TK di TK Islam Nurul Izzah Candirejo Ungaran di TK Islam Nurul Izzah Candirejo Ungaran, Kabupaten Semarang. Pembahasan Pembahasan ini akan menjelaskan mengenai makna hasil penelitian kebiasaan menoton tayangan televisi dengan kreativitas kognitif anak prasekolah. Berdasarkan hasil analisis data univariat dan bivariat seperti berikut : Hasil uji statistik mengenai hubungan kebiasaan menonton tayangan televisi anak prasekolah, 10 responden (37,0%) mempunyai kebiasaan menoton tayangan televisi baik, sedangkan 17 responden (63,0%) mempunyai kebiasaan menoton tayangan televisi buruk. Sesuai data yang diambil dari responden sebagian besar mempunyai kebiasaan menonton tayangan televisi buruk hal ini dikarenakan untuk jaman sekarang hampir semua rumah sudah mempunyai televisi dan menonton televisi sudah menjadi kebiasaan dalam keseharian bagi responden. Masalah utama fungsi Televisi sebagai hiburan jauh menonjol dari pada peran seharusnya informatif dan edukasi (Chatib, 2012). Tiga karakter dari Televisi yaitu pesan yang disampaikan tanpa memerlukan bimbingan atau petunjuk, tanpa memerlukan pemikiran dan tidak memberikan pemisah bagi pemirsanya. Karakteristik Televisi ini akan berakibat baik bila pesan yang disampaikan adalah pesan-pesan yang baik dan bermoral. Sebaliknya akan menjadi bahaya besar ketika Televisi menyuarakan program yang buruk dan amoral seperti kekerasan dan kriminalitas (Rendro, 2010). Gambaran kreativitas kognitif anak prasekolah di TK di TK Islam Nurul Izzah Candirejo Ungaran, Kabupaten Semarang. Diperoleh hasil penelitian menunjukkan bahwa 14 responden (51,9%) kreativitas kognitif baik, sedangkan 13 responden (48,1%) kreativitas kognitif kurang buruk. Sesuai data yang diambil dari responden sebagian mempunyai kreatifitas kognitif yang baik hal ini dikarenakan dalam pembelajaran di TK Islam Nurul Izzah Candirejo Ungaran,Kabupaten Semarang mempunyai metode tersendiri seperti dengan menggunakan alat peraga yang memudahkan responden memahami materi yang disampaikan guru, contohnya guru menunjukan bentuk buah dan binatang sehingga anak akan berpikir dan menjawab bentuk barang tersebut. Kreativitas atau berpikir kreatif diartikan sebagai kemampuan untuk melihat bermacam-macam kemungkinan penyelesaian terhadap suatu masalah. Kognitif adalah suatu proses berpikir, yaitu kemampuan individu untuk menghubungkan, menilai, dan mempertimbangkan suatu kejadian atau peristiwa. Proses kognitif berhubungan dengan tingkat kecerdasan (inteligensi) yang menandai seseorang dengan berbagai minat terutama sekali ditujukan kepada ideide dan belajar (Susanto, 2012). Berdasarkan pengertian di atas, menurut peneliti kreativitas kognitif adalah kemampuan untuk melihat berbagai alternatif penyelesaian terhadap suatu masalah yang mendukung untuk memperoleh suatu pengetahuan baru. Menurut Munandar (dalam Muhammad, 2010), ciri-ciri dari kreativitas adalah kelancaran, fleksibilitas, orisinalitas, elaborasi, atau perincian. Ciri-ciri ini merupakan ciri kreativitas yang berhubungan dengan kemampuan berpikir seseorang dengan kemampuan berpikir kreatif. Semakin kreatif seseorang, ciri-ciri tersebut semakin dimiliki. Motivasi untuk berbuat sesuatu dan pengabdian diri terhadap suatu tugas termasuk ciri-ciri efektif dari kreativitas. Ciri-ciri efektif lainnya yang sangat esensial dalam menentukan prestasi kreatif seseorang ialah rasa ingin tahu, tertarik terhadap tugastugas majemuk yang dirasa sebagai tantangan, berani mengambil risiko untuk membuat kesalahan atau untuk dikritik oleh orang lain, tidak mudah putus asa, menghargai keindahan, mempunyai rasa humor, ingin mencari pengalamanpengalaman baru, dapat menghargai baik diri sendiri maupun orang lain dan sebagainya (Muhammad, 2010). Hubungan kebiasaan menonton kognitif anak prasekolah. Berdasarkan table.3, dapat diketahui bahwa sebagian 31

besar dari responden dengan kebiasaan menonton televisinya buruk yang kreatifitas kognitifnya kurang baik yaitu sebesar 44,4% (12 responden), lebih besar dari pada responden dengan kebiasaan menonton televisinya baik yang kreatifitas kognitifnya kurang baik sebanyak 3,7% (1 responden). Hasil analisis data dengan menggunakan Fisher Exactdengan tingkat kepercayaan 95%, didapatkan nilai P- value= 0,004. Oleh karena p-value = 0,004< α (0,05) maka Ho ditolak, dan disimpulkan bahwa ada hubungan kebiasaan menoton tayangan televisi dengan kreativitas kognitif anak prasekolah di TK Nurul Izzah Candirejo, Kecamatan Ungaran Barat Kabupaten Semarang. Hasil penelitian ini sesuai dengan pernyataan Adhim (2004 ) yang mengatakan bahwa anak yang terbiasa menonton Televisi otaknya cenderung banyak istirahat. Tidak perlu usaha yang sungguh-sungguh untuk bisa menikmati tayangan Televisi sehingga otak anak cenderung malas karena terbiasa menangkap saja. Gambar yang setiap detik bergerak dan berganti dengan gambar yang lain menjadikan otak anak usia sekitar satu tahun mengalami kurang bisa untuk berkonsntrasi lama yang pada dasarnya baru mampu berkonsentrasi kurang lebih dua menit (Adhim, 2004). Berdasarkan tabel.3 menunjukan bahwa responden yang televisi baik dengan kreatifitas kognitif baik sebanyak 9 responden (33%). Hal ini di tunjukan dengan anak mampu menggambar rumah dengan baik dan benar, menanyakan hal apa yang akan di lakukan, mampu menyusun batang korek api dengan baik dan benar, anak menjawab pertanyaan yang dilakukan di dalam rumah dan anak mampu menceritakan kegiatan yang telah di lakukan dan di tunjukan dengan kebiasaan menonton tayangan televisi < 2 jam, tayangan untuk anak-anak dan frekuensi nya < 4 kali dalam sehari.responden yang televisi baik dengan kretifitas kognitif kurang baik sebanyak 1 responden (3,7%). Hal ini di tunjukan dengan responden televisi < 2 jam, tayangan untuk anak-anak, frekuensi nya < 4 kali dan di tunjukan dengan anak tidak mampu menyusun batang korek api dengan baik dan benar, anak tidak bertanya kegiatan yang akan dilakukan, anak belum bisa melaksanakan kegiatan dengan lancar dan anak belum mampu menjawab kegiatan yang di lakukan di dalam rumah. apa yang akan di lakukan, anak belum mampu menceritakan kegiatan yang telah di lakukan. Karenafaktor yang mempengaruhi kreatifitas kognitif ada banyak hal di antaranya dari dalam diri sendiri seperti anak tersebut mempunyai kecerdasan kognitif yang kurang berdasarkan wawancara guru bahwa kesehariaan anak lamban dalam menyerap materi yang berikan Berdasarkan tabel.3 menunjukan bahwa responden yang televisi kategori buruk dengan kretifitas kognitif baik sebanyak 5 responden (18,5 %). Hal ini ditunjukan dengan anak televisi < 2 jam, tayangan untuk anak-anak dan frekuensi < 4 kali dalam sehari dan di tunjukan dengan anak mampu menggambar rumah dengan baik dan benar, anak mampu menyusun batang korek dengan baik dan benar, anak mampu menceritakan kegiatan yang telah dilakukan, anak bertanya kegiatan apa yang akan dilakukan dan anak mampu menceritakan kegiatan yang telah dilakukan. Responden yang mempunyai kebiasaan menonton tayangan televisi kategori buruk dengan kretifitas kognitif baik di sebabkan oleh faktor lain seperti dari faktor dalam diri sendiri seperti kemampuan untuk bereksperimen dan mempunyai kecerdasan kognitif baik sehingga anak mampu menyelesaikan menyusun rumah dari korek api. Sedangkan dari faktor eksternal seperti lingkungan sekolah karena di sekolah mereka diajarkan untuk mengembangkan kreatifitas dengan cara bermain dan stimulasi dengan bendabenda sebagai alat peraga yang bisa menstimulus kreativitas kognitif anak. Responden yang mempunyai kebiasaan menonton tayangan televisi kategori buruk dengan kreatifitas kurang baik sebanyak 12 responden (44,4%). Ini menunjukan bahwa sebagian besar responden di TK Nurul Izzah Candirejo, Kecamatan Ungaran Barat 32 Jurnal Keperawatan Anak. Volume 3, No. 1, November 2016; 27-33

Kabupaten Semarang mempunyai kebiasaan menonton tayangan televisi kategori buruk dengan kreatifitas kognitif kurang baik, hal ini di tunjukan dengan responden mempunyai kebiasaan menonton tayangan televisi > 2 jam, bukan tayangan untuk anak-anak dan frekuensinya > 4 kali dalam sehari dan ditunjukan dengan anak belum mampu menyusun batang korek dengan baik dan benar, anak tidak bertanya kegiatan apa yang akan dilakukan, anak belum mampu menjawab pertanyaan kegiatan yang dilakukan di dalam rumah, anak belum mampu menceritakan kegiatan yang telah dilakukan dan anak belum mampu melaksakan kegiatan dengan lancar. Kesimpulan Berdasarkan penelitian maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan menonton tayangan Televisi dengan kreativitas kognitif anak prasekolah, dengan hasil analisis data dengan menggunakan Fisher s Exact dengan tingkat kepercayaan 95%, didapatkan nilai P-value= 0,004. Oleh karena p-value = 0,004 < α (0,05) maka Ho ditolak.hal ini bisa juga dilihat dari hasil kebiasaan menonton tayangan televise sebanyak 17 responden (63,0%) mempunyai kebiasaan menoton tayangan televisi buruk dan kreativitas kognitif anak prasekolah sebanyak 14 responden (51,9%) kreativitas kognitif baik. Saran Berdasarkan temuan ini di harapkan orang tua untuk mendampingi anak dalam menonton Televisi dan memilihkan program-program Televisi yang dapat meningkatkan kretifitas anak prasekolah dengan memunculkan ide-ide baru dan mengontrol waktu kebiasaan menonton tayangan Televisi. DAFTAR PUSTAKA Adhim, 2004. Membuat anak gila membaca. Bandung : PT MizanPustaka Arikunto, 2006. Prosedur penelitian suatu pendekatan praktik, ed revisi VI,Jakarta : Penerbit PT Rineka Cipta Chatib, 2012. Orangtuanya manusia: melejitkan potensi dan kecerdasan dengan menghargai fitrah seorang anak. Bandung : PT Mizan Pustaka Hidayat, 2008. Pengantar konsep dasar keperawatan. Jakarta: Salemba Medika Hurlock, 2006. Psikologi perkembangan, Jakarta : Erlangga Mahayoni dan Hendrik, 2008.Anak versus media. Kuasailah media sebelum anak anda dikuasanya. Jakarta : PT Elex Media Komputindo. Muhammad, 2010. Psikologi remaja dan perkembangan peserta didik.jakarta : PT, Bumi Aksara Munandar, 2009 Pengembangan kreativitas Anak Berbakat.Jakarta : EGC Mutiah, 2012. Psikologi bermain anak usia dini. Jakarta :Kencana Notoatmodjo, 2010. Metodologi penelitian kesehatan. Jakarta :Penerbit Rineka Cipta. Nursalam, 2008. Konsep dan penerapan metodologi penelitian ilmu Keperawatan : Jakarta :Salemba Medika. Patmonodewo, 2003. Pendidikan anak prasekolah. Jakarta: RinekaCipta. Rachmawati, Yeni & Euis kurniati, 2010. Strategi pengembangan kreatifitas pada anak. Jakarta : kencana Rendro, 2010. Beyond borders: communication modernity & history. london school.http://books.google.co.id/book s?id=fyj35c6zfuac&pg=pa265dq=t elevisi+kreativitas+anak&hl=en&sa= X&ei=DoOnU8z_FpWfugTb5IDIB A&redir_esc=y#v=onepage&q=telev isi%20kreativitas%20anak&f=false Sugiono, 2003. Metode penelitian kuantitatif kualitatif dan RD. Bandung : Alfabeta. Susanto, 2012. Perkembangan anak usia dini. Jakarta: Kencana Prenada Swarjana, 2012. Metodologi penelitian kesehatan. Yogyakarta : Andi offset Winarno Surakhmad. 2004. Pengantar Penelitian Ilmiah Dasar dan Metode Teknik. Bandung : Tarsito Wong, 2009. Buku ajar keperawatan pediatrik, volume 2. Jakarta : EGC 33