Laporan Analisis Pengendalian Inflasi Daerah

dokumen-dokumen yang mirip
Laporan Analisis Pengendalian Inflasi Daerah RINGKASAN. INFLASI IHK SULUT (mtm) INFLASI FEBRUARI 2017 IHK BULANAN KOMODITAS UTAMA FEBRUARI 2017

Inflasi IHK Provinsi Sulawesi Utara. Inflasi Komoditas Utama. Periode. mtm -1,52% yoy 0,35% ytd 0,35% avg yoy 1 7,11% Beras.

Inflasi IHK Provinsi Sulawesi Utara. Inflasi Komoditas Utama. Periode. mtm 0,01% yoy 0,78% ytd -0,93% avg yoy 1 6,83% Beras.

Inflasi IHK Provinsi Sulawesi Utara. Inflasi Komoditas Utama. Periode. mtm 2,86% yoy 3,67% ytd 1,90% avg yoy 1 6,51% Beras.

Inflasi IHK Provinsi Sulawesi Utara. Inflasi Komoditas Utama. Periode. mtm -0,68% yoy 2,28% ytd -0,94% avg yoy 1 6,41% Beras.

RELEASE NOTE INFLASI AGUSTUS 2016

RELEASE NOTE INFLASI DESEMBER 2016

RELEASE NOTE INFLASI MEI 2017

RELEASE NOTE INFLASI JANUARI 2017

Inflasi IHK 2015 Berada dalam Sasaran Inflasi Bank Indonesia

TPI dan Pokjanas TPID. Analisis Inflasi. Analisis Inflasi Januari 2016 TPI dan Pokjanas TPID 1

RELEASE NOTE INFLASI APRIL 2017

RELEASE NOTE INFLASI JULI 2016

RELEASE NOTE INFLASI SEPTEMBER 2016

RELEASE NOTE INFLASI MARET 2017

RELEASE NOTE INFLASI FEBRUARI 2017

RELEASE NOTE INFLASI JULI 2017

RELEASE NOTE INFLASI DESEMBER 2017

RELEASE NOTE INFLASI AGUSTUS 2017

RELEASE NOTE INFLASI MEI 2016

RELEASE NOTE INFLASI NOVEMBER 2016

TPI dan Pokjanas TPID. Analisis Inflasi. Analisis Inflasi Januari 2016 TPI dan Pokjanas TPID 1. Inflasi Januari 2016 Melambat dan Terkendali

RELEASE NOTE INFLASI OKTOBER 2016

RELEASE NOTE INFLASI JUNI 2016

ANALISIS INFLASI MARET 2016

RELEASE NOTE INFLASI OKTOBER 2017

RELEASE NOTE INFLASI APRIL 2016

PERSIAPAN MENJELANG BULAN RAMADHAN & HARI RAYA IDUL FITRI

RELEASE NOTE INFLASI JUNI 2017

RELEASE NOTE INFLASI SEPTEMBER

Perkembangan Perekonomian Terkini. Peluang Pengembangan Perekonomian. Proyeksi Perekonomian Ke depan

PERKEMBANGAN INFLASI ACEH

PERKEMBANGAN INFLASI ACEH

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN / INFLASI KOTA PURWODADI MEI 2016 INFLASI 0,18 PERSEN

PERKEMBANGAN INFLASI ACEH

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN / INFLASI KOTA PURWODADI DESEMBER 2016 INFLASI 0,35 PERSEN

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN / INFLASI KOTA PURWODADI APRIL 2017 INFLASI 0,13 PERSEN

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN / INFLASI KOTA PURWODADI JUNI 2015 INFLASI 0,69 PERSEN

PERKEMBANGAN IHK/INFLASI KOTA MANADO

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Triwulan IV 2012

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN / INFLASI KOTA PURWODADI APRIL 2016 DEFLASI 0,40 PERSEN

PERKEMBANGAN IHK/INFLASI KOTA MANADO

Pola Inflasi Ramadhan. Risiko Inflasi s.d Akhir Tracking bulan Juni Respon Kebijakan

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN / INFLASI KOTA PURWODADI JANUARI 2016 INFLASI 0,11 PERSEN

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN / INFLASI KOTA PURWODADI JANUARI 2017 INFLASI 1,18 PERSEN

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI

POINTER ARAH KEBIJAKAN TERKAIT PENYEDIAAN DAN PASOKAN DAGING SAPI. Disampaikan pada: Bincang Bincang Agribisnis

PERKEMBANGAN IHK/INFLASI KOTA MANADO

RAKORDAL PROVINSI KALTENG TRIWULAN III 2016

2007 No

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN / INFLASI KOTA PURWODADI AGUSTUS 2015 INFLASI 0,39 PERSEN

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN / INFLASI KOTA PURWODADI JULI 2016 INFLASI 0,95 PERSEN

BPS PROVINSI JAWA TIMUR PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN JAWA TIMUR MARET 2017

BAB IV GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN / INFLASI KOTA PURWODADI NOVEMBER 2016 INFLASI 0,38 PERSEN

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN / INFLASI KOTA PURWODADI MARET 2017 DEFLASI 0,11 PERSEN

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN / INFLASI KOTA PURWODADI JULI 2017 DEFLASI 0,10 PERSEN

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/ INFLASI DI KOTA SRAGEN Bulan Januari 2017 Inflasi 1,10 persen

Grafik 1. Perkembangan Inflasi Secara Bulanan di Pekanbaru dan Nasional. Nasional (data mulai tahun 2005)

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN KABUPATEN BANYUWANGI BULAN DESEMBER 2016


2008 No

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/LAJU INFLASI KOTA SALATIGA

Perkembangan Indeks Harga Konsumen/ Inflasi Kota Manado Bulan Oktober 2017

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN / INFLASI KOTA PURWODADI JUNI 2016 INFLASI 0,66 PERSEN

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/LAJU INFLASI KOTA SALATIGA

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI

PERKEMBANGAN IHK/INFLASI KOTA MANADO

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN / INFLASI KOTA PURWODADI FEBRUARI 2016 DEFLASI 0,06 PERSEN

2008 No

INFLASI KOTA TARAKAN BULAN JUNI 2015

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN / INFLASI KOTA PURWODADI AGUSTUS 2016 DEFLASI 0,54 PERSEN

INFLASI KOTA TARAKAN BULAN AGUSTUS 2015

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN / INFLASI KOTA PURWODADI FEBRUARI 2017 INFLASI 0,45 PERSEN

BPS KOTA TEGAL PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI DI KOTA TEGAL BULAN FEBRUARI 2017 INFLASI 0,32 PERSEN

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN / INFLASI KOTA PURWODADI SEPTEMBER 2016 INFLASI 0,04 PERSEN

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN KABUPATEN BANYUWANGI BULAN JANUARI 2017

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/LAJU INFLASI KOTA SALATIGA

SEKRETARIAT DAERAH PROVlNSl DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA. NOTA DlNAS

PERKEMBANGAN INFLASI ACEH

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI

BOKS 1 PENELITIAN PERSISTENSI INFLASI SULAWESI TENGGARA

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI

LAPORAN PERKEMBANGAN HARGA : JANUARI 2008

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI DI KOTA KEBUMEN BULAN MARET 2017 DEFLASI 0,10 PERSEN

No. 01/3307/2017, 9 Mei 2017

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI


PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/LAJU INFLASI KOTA SALATIGA

Perkembangan Indeks Harga Konsumen/ Inflasi Kota Manado Bulan September 2017

Transkripsi:

Kantor Perwakilan Bank Indonesia INFLASI DI AWAL TAHUN 2017 DIPICU OLEH KENAIKAN TARIF YANG DIATUR PEMERINTAH INFLASI IHK SULUT (% mtm) mtm 1,10 % 1,6 % ytd 1,10 % avg (2012-2016) 5,20 % Inflasi Komoditas Utama Beras Cabai Rawit Bawang Merah Tomat Sayur Cakalang Indeks Harga Konsumen (IHK) Sulawesi Utara bulan mengalami inflasi sebesar 1,10% (mtm). Realisasi inflasi tersebut meningkat dibanding bulan sebelumnya yang tercatat deflasi sebesar 1,52% (mtm) serta jauh lebih tinggi dibanding rata-rata historis 1 inflasi bulan Januari sebesar 0,02% (Tabel 1). Dengan demikian, secara tahunan Sulawesi Utara mengalami inflasi sebesar 1,6% () atau meningkat dibanding bulan sebelumnya (0,5%). Meskipun demikian, realisasi inflasi tersebut masih berada di bawah rentang target inflasi tahun 2017 sebesar 4%±1% (). Realisasi inflasi Sulawesi Utara secara tahunan masih lebih rendah dibanding realisasi inflasi Nasional yang sebesar,49% () (Tabel 2). Secara spasial,dibandingkan provinsi-provinsi lain di Pulau Sulawesi, realisasi inflasi bulanan Sulawesi Utara menempati posisi terendah ketiga. Namun, secara tahunan realisasi inflasi Sulawesi Utara menempati posisi terendah. Inflasi tahunan tertinggi di Pulau Sulawesi pada dialami oleh Sulawesi Tengah (,26%). Seluruh provinsi di Pulau Sulawesi mengalami inflasi yang cukup tinggi pada bulan Januari, di mana inflasi tertinggi dialami oleh Provinsi Sulawesi Tengah (1,2%, mtm). Cukup tingginya inflasi Sulawesi Utara di awal tahun 2017 terutama dipengaruhi oleh tekanan dari kelompok administered prices. Kelompok barang yang di atur oleh Pemerintah menguat di awal tahun seiring kebijakan Pemerintah terhadap tarif listrik 900VA, biaya perpanjangan STNK dan BBM non subsidi, sehingga kelompok administered prices menjadi penyumbang utama inflasi di bulan Januari. Selain itu, gejolak harga pada kelompok volatile food, khususnya cabai rawit dan tomat sayur akibat curah hujan yang sangat tinggi sehingga mempengaruhi ketersediaan pasokan, menjadi faktor pendorong inflasi pada awal tahun 2017. Dengan demikian, kelompok yang menjadi penyumbang inflasi bulanan utama adalah kelompok administered prices dan volatile food dengan andil masing-masing secara berurutan sebesar 0,50% dan 0,5%. Realisasi inflasi bulan Januari berada di atas proyeksi KPw BI Sulawesi Utara sebelumnya yaitu 0,52% (mtm). Deviasi realisasi dengan proyeksi dipengaruhi oleh curah hujan yang lebih tinggi dari prakiraan sehingga menyebabkan harga komoditas cabai rawit dan tomat sayur meningkat tinggi. Adapun cabai rawit menjadi penyumbang utama inflasi pada Januari ini dengan andil 0,40%. Memasuki Februari 2017, tekanan inflasi diperkirakan mengalami penurunan, bahkan membuka peluang terjadinya deflasi dengan angka proyeksi sebesar -0,07% (mtm) (Grafik 1). Kondisi tersebut dipengaruhi oleh mulai menurunnya harga komoditas strategis seperti cabai rawit dan tomat sayur seiring membaiknya pasokan. 1 Rata-rata historis 5 tahun terakhir (2012-2016) 1

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Tekanan dari kelompok administered prices juga diperkirakan mengalami penurunan, sejalan dengan masuknya periode low season yang akan mempengaruhi tarif angkutan udara. Sementara itu, pada kelompok inti, tekanan diperkirakan relatif minimal. Hal tersebut dipengaruhi oleh lanjutan normalisasi tingkat permintaan pasca mengalami lonjakan di akhir tahun. Dengan memperhatikan perkembangan terkini, inflasi Sulawesi Utara pada triwulan I 2017 diperkirakan berada pada rentang 2,81% -,21% (). Sementara itu, inflasi akhir tahun 2017 diperkirakan berada pada rentang 4,20% - 4,60% () (Tabel ). Ke depan, berbagai tantangan dan risiko akan memengaruhi inflasi pada 2017. Risiko tersebut antara lain yaitu berlanjutnya pengurangan subsidi listrik 900 VA pada bulan Maret dan Mei, penyesuaian tarif listrik, kenaikan harga komoditas dunia, depresiasi Rupiah akibat capital outflow, dan penyesuaian harga BBM dalam kebijakan BBM satu harga yang rencananya pada April, Juli dan Oktober. Dari sisi cuaca, La Nina atau musim basah yang berkepanjangan juga perlu diantisipasi. Risiko lainnya yaitu wacana Pemerintah yang akan memberlakukan kewajiban menjual minyak goreng berlabel pada April. Melihat risiko inflasi tahun 2017 cukup berat, maka upaya menjaga inflasi seperti harga pangan yang bergejolak atau volatile food merupakan hal yang penting yang harus dilakukan. Upaya pengendalian inflasi pada tahun 2017 akan semakin diperkuat. Hal ini mengingat risiko tekanan inflasi yang cukup besar pada kelompok administered prices pada tahun laporan. Di awal tahun 2017, TPID telah melaksanakan HLM perdana pada 25 dengan agenda utama menyelaraskan upaya pengendalian inflasi tahun 2017. Dalam pertemuan tersebut, seluruh anggota TPID Sulut berkomitmen untuk menjalankan program pengendalian inflasi 2017 mengacu kepada Roadmap Pengendalian Inflasi Sulut yang telah disusun sebelumnya. Beberapa program utama pengendalian inflasi 2017 antara lain adalah peningkatan produksi bahan pangan melalui penyediaan benih pertanian & holtikultura, mensukseskan Gerakan Rica Rumah Gen.II, memperluas peran Bulog dalam stabilisasi harga, meningkatkan koordinasi dan kerjasama dengan Aparat Penegak Hukum (APH) khususnya Kepolisian, serta optimalisasi penggunaan PIHPS. 2

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Tabel 1. Perbandingan Realisasi dan Historis Inflasi Sumber: BPS, diolah (mtm) () (ytd) Disagregasi Historis 2012-2016 Realisasi Januari Historis 2012-2016 Realisasi Januari Historis 2012-2016 Realisasi Januari IHK 0.02% 1.10% 5.20% 1.6% 0.02% 1.10% Volatile food -2.04% 1.76% 8.9% 0.46% -2.04% 1.76% Administered prices 0.27% 2.45% 8.91% 1.95% 0.27% 2.45% Core 0.57% 0.42%.24% 1.9% 0.57% 0.42% Tabel 2. Perkembangan Inflasi Sulawesi dan Provinsi Lain Provinsi % (mtm) % () Sulawesi Barat 0.59 2.89 Sulawesi Tenggara 0.76 2.0 Sulawesi Utara 1.10 1.6 Sulawesi Selatan 1.12 2.8 Gorontalo 1.28.20 Sulawesi Tengah 1.2.26 KTI 1.10.42 Nasional 0.97.49 Sumber: BPS, diolah Grafik 1. Path Proyeksi Inflasi 2017 1.2% 1.0% 0.8% 0.6% 0.4% 0.2% 0.0% -0.2% -0.4% -0.6% -0.8% -1.0% 1.10% 0.98% 0.71% 0.52% 0.56% 0.46% 0.44% 0.42% 0.28% 0.26% -0.07% -0.11% -0.72% Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agu Sep Okt Nov Des 2017 Proyeksi mtm Realisasi Proyeksi 5.00 4.50 4.00.50.00 2.50 2.00 1.50 1.00 0.50 - Tabel. Perkembangan dan Proyeksi Inflasi Sulut 2015 2016 2017 Des Jun Jul Agt Sep Okt Nov Des Jan Feb Tw I 2017 Real. SPH 2 Proy. Proy. Proy. Proy. IHK, % 5.56.67.47.62 2.28 0.78.67 0.5 1.6 1.08 2.40.01 4.40 IHK, 0.56 0.71 1.74 1.06 0.84-0.8-0.68 0.01 2.86-1.52 1.10-0.0 0.55-0.07 % mtm (Mar) (Des) Sumber: BPS, diolah 2 Hasil Survei Pemantauan Harga (SPH) yang dilakukan oleh Bank Indonesia pada minggu IV bulan

Jan-14 Mar-14 Mei-14 Jul-14 Sep-14 Nov-14 Jan-15 Mar-15 Mei-15 Jul-15 Sep-15 Nov-15 Jan-16 Mar-16 Mei-16 Jul-16 Sep-16 Nov-16 Jan-17 Periode Kantor Perwakilan Bank Indonesia Tabel 4. Disagregasi Inflasi Sulawesi Utara INFLASI 2015 2016 2017 Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agu Sep Okt Nov Des Jan Volatile Foods 18.90 16.26 12.19 16.17 15.0 15.11 17.6 12.26 16.75 17.52 15.90 8.57 0.99 15.55 (2.48) 0.46 Administered 18.16 12.14 5.9 9.17 7.2 5.29 (1.26) (0.72) (1.2) (2.50) 0.21 0.1 0.60 0.74 0.56 1.95 Core 4.11.87.4 2.12 1.95 1.7 1.84 1.68 1.45 1.6 1.16 1.05 0.78 0.88 1.25 1.9 IHK 9.42 7.7 5.56 6.12 5.46 4.90.9.09.67.47.62 2.28 0.78.67 0.5 1.6 Volatile Foods mtm 6.6 (0.0) 7.25 (1.22) (1.6) 0.64 (2.77) 0.5 4.9 1.4 (2.48) (4.29) (0.81) 14.9 (9.48) 1.76 Administered mtm 0.2 0.00 0.61 1.05 (2.5) (0.6) (1.48) 0.26 0.2 1.69 0.19 0.11 0.62 0.14 0.4 2.45 Core mtm 0.5 (0.00) 0.6 (0.25) 0.01 (0.15) (0.02) (0.0) 0.0 0.4 0.15 0.27 0.07 0.10 0.7 0.42 IHK mtm 1.49 (0.01) 1.74 (0.18) (0.82) (0.0) (0.87) 0.14 1.06 0.84 (0.8) (0.68) 0.01 2.86 (1.52) 1.10 Grafik 2. Perkembangan Inflasi Sulawesi Utara dan Nasional Grafik. Disagregasi Inflasi Sulawesi Utara ( Nasional (%, ) KTI (%, ) Sulut (%, ) Volatile Foods Administered Price Core 10 9 8 7 6 5 4 2 1 0 1 2 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 50% 40% 0% 20% 10% 0% 2015 2016 2017-10% Grafik 4. Perbandingan Inflasi Januari dengan Rata- Rata Historis 5.20% 1.6% Rata-Rata Januari 2012-2016 8.9% 0.46% 8.91% IHK Volatile food Administered prices.24% 1.95% 1.9% Core Grafik 5. Andil Inflasi Bulanan dan Tahunan Januari 2017 1,10% mtm 1,6% 0.42% 2.45% 1.76% Core Administered prices Volatile food 1.9% 1.95% 0.46% Sumber: BPS, diolah 4

Jan-14 Mar-14 Mei-14 Jul-14 Sep-14 Nov-14 Jan-15 Mar-15 Mei-15 Jul-15 Sep-15 Nov-15 Jan-16 Mar-16 Mei-16 Jul-16 Sep-16 Nov-16 Jan-17 Periode Kantor Perwakilan Bank Indonesia I. PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH Pada bulan, inflasi IHK tercatat sebesar 1,10% (mtm), lebih tinggi dibandingkan perkiraan awal yang sebesar 0,52% dan data historis Januari lima tahun terakhir (2012-2016) yang sebesar 0,02%. Cukup tingginya inflasi di awal tahun 2017 dipengaruhi oleh pergerakan harga pada kelompok administered prices dan volatile food. Di sisi lain, tekanan pada kelompok inti relatif menurun seiring normalisasi tingkat permintaan. Realisasi inflasi tersebut menyebabkan secara tahunan inflasi tercatat sebesar 1,6% () yang juga meningkat dibanding bulan sebelumnya (0,5%), namun masih berada di bawah rentang sasaran target inflasi tahun 2017 (4%±1%). a. Tekanan inflasi kelompok administered prices meningkat, seiring dengan adanya peningkatan tarif yang diatur oleh Pemerintah. Kelompok administered prices menjadi penyumbang utama inflasi di bulan Januari dengan inflasi bulanan sebesar 2,45% (mtm), meningkat cukup signifikan dibanding bulan sebelumnya (0,4%). Meningkatnya kelompok administered prices didorong oleh kebijakan Pemerintah dalam pengalihan subsidi listrik 900 VA, biaya perpanjangan STNK dan bensin non subsidi. Di samping itu, inflasi kelompok administered prices juga didorong oleh inflasi angkutan udara seiring dengan masih berlanjutnya peak season mobilitas menggunakan transportasi udara pada Januari dan peningkatan kunjungan dalam rangka perayaan Imlek. Secara tahunan, kelompok AP mengalami inflasi sebesar 1,95% (), meningkat dari bulan sebelumnya (0,56%). Berdasarkan subkelompoknya, peningkatan tekanan inflasi bulanan kelompok administered prices (AP) disebabkan baik oleh subkelompok AP energi (dari 0,18% menjadi,0% mtm) maupun AP non energi (dari 0,6% menjadi 2,01%) (Tabel 7). Adapun secara tahunan, untuk pertama kalinya kelompok AP energi mengalami inflasi yakni sebesar 0,% () setelah sejak April 2016 konsisten mengalami deflasi. Sementara itu, kelompok AP non energi mencatat inflasi sebesar,24% (). Grafik 6. Disagregasi Inflasi Administered Prices (% mtm) 40% 5% 0% 25% 20% 15% 10% 5% 0% -5% -10% AP AP Energi AP Non Energi Tabel 5. Inflasi Administered Prices Energi dan Non Energi Rincian 2015 2016 2017 Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agu Sep Okt Nov Des Jan Inflasi IHK mtm 1.49% -0.01% 1.74% -0.18% -0.82% -0.0% -0.87% 0.14% 1.06% 0.84% -0.8% -0.68% 0.01% 2.86% -1.52% 1.10% Inflasi Adm. Prices mtm 0.2% 0.00% 0.61% 1.05% -2.5% -0.6% -1.48% 0.26% 0.2% 1.69% 0.19% 0.11% 0.62% 0.14% 0.4% 2.45% Energi mtm -0.16% -0.02% 0.67% 1.94% -.66% -0.51% -2.51% -0.15% 1.08% 0.75% 0.78% 0.45% 1.01% 0.05% 0.18%.0% Non Energi mtm 0.70% 0.0% 0.57% 0.6% -1.2% -0.24% -0.68% 0.57% -0.25% 2.40% -0.24% -0.15% 0.2% 0.21% 0.6% 2.01% Inflasi IHK 9.42% 7.7% 5.56% 6.12% 5.46% 4.90%.9%.09%.67%.47%.62% 2.28% 0.78%.67% 0.5% 1.6% Inflasi Adm. Prices 18.16% 12.14% 5.9% 9.17% 7.2% 5.29% -1.26% -0.72% -1.2% -2.50% 0.21% 0.1% 0.60% 0.74% 0.56% 1.95% Energi 11.06% 6.6% 0.98% 6.16%.2% 0.50% -.6% -4.11% -.0% -2.81% -1.98% -1.47% -0.2% -0.25% -0.74% 0.% Non Energi 24.4% 16.82% 10.12% 11.67% 10.62% 9.29% 0.61% 1.98% 0.40% -2.27% 1.92% 1.71% 1.2% 1.50% 1.57%.24% Hasil liaison pada industri maskapai penerbangan 5

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Dari subkelompok energi, andil inflasi terbesar diberikan oleh tarif listrik dan bensin. Hal ini didorong oleh kebijakan Pemerintah menaikkan tarif listrik untuk pelanggan 900VA dari Rp605 menjadi Rp791/kWh per 1. Adapun pangsa pemakaian listrik pada golongan ini sebesar 8% 4 dari total seluruh golongan pelanggan di Sulawesi Utara. Dengan demikian, kenaikan tarif sebesar 0,74% tersebut mendorong inflasi pada komoditas ini sebesar 6,42% (mtm) dengan andil mencapai 0,24%. Selain itu, kembali dinaikkannya harga BBM Non Subsidi yaitu Pertamax dan Pertamax Plus masing-masing Rp00/liter atau 4% mendorong inflasi komoditas bensin sebesar 1,48% (mtm) dengan andil sebesar 0,0%. Hal ini dipengaruhi oleh perkembangan harga minyak dunia yang mengalami kenaikan. Dari subkelompok non energi, andil inflasi terbesar diberikan oleh biaya perpanjangan STNK dan angkutan udara. Terhitung per 1, Pemerintah menaikkan biaya pengurusan suratsurat kendaraan bermotor (STNK) sebesar 100% (dari Rp50.000 menjadi Rp100.000) untuk kendaraan roda dua dan 167% (dari Rp75.000 menjadi Rp200.000) untuk kendaraan roda empat. Adapun pangsa kendaraan roda dua di Sulawesi Utara mencapai 68% sementara roda empat mencapai 2%. Hal ini mendorong inflasi pada biaya perpanjangan STNK sebesar 111,99% (mtm) dan memberikan sumbangan inflasi bulanan sebesar 0,15%. Sementara itu, masih berlanjutnya peak season mobilitas pengguna transportasi udara mendorong inflasi pada angkutan udara sebesar 5,89% (mtm) dan memberikan sumbangan inflasi bulanan sebesar 0,09%. Tabel 6. Komoditas Utama Penyumbang Inflasi dari Kelompok Administered Prices Komoditas mtm Andil Andil mtm TARIP LISTRIK 6.42% 0.24% 5.41% 0.20% BIAYA PERPANJANGAN STNK 111.99% 0.15% 111.99% 0.15% ANGKUTAN UDARA 5.89% 0.09% 24.9% 0.1% BENSIN 1.48% 0.0% -6.15% -0.14% b. Sementara itu, kelompok volatile food mengalami inflasi pada bulan sebesar 1,76% (mtm) dibanding bulan sebelumnya yang tercatat deflasi (-9,48%). Kondisi ini sangat berbeda dengan tren historis dimana umumnya kelompok pangan mengalami penurunan harga atau mencatat deflasi di awal tahun sebagai dampak kembali normalnya permintaan masyarakat setelah perayaan hari raya Natal dan Tahun Baru. Secara tahunan, kelompok volatile food pada tercatat inflasi sebesar 0,46% () dibanding bulan sebelumnya yang tercatat deflasi (-2,48%). Inflasi kelompok volatile food bersumber dari komoditas cabai rawit yang pasokannya terganggu akibat curah hujan yang tinggi 5 pada bulan Januari. Sejalan dengan itu, curah hujan yang tinggi juga menyebabkan pasokan komoditas tomat sayur terganggu sehingga mengalami inflasi. Tingginya inflasi kedua komoditas ini juga dipengaruhi oleh faktor base effect kedua komoditas tersebut yang mencatat deflasi pada bulan sebelumnya. Adapun andil cabai rawit dan tomat sayur terhadap inflasi bulanan secara berturut-turut sebesar 0,40% dan 0,12%. 4 Informasi PT PLN Wilayah Suluttenggo pada Media Cetak, Januari 2016 5 Menurut BMKG Sulawesi Utara, puncak curah hujan di Sulawesi Utara terjadi pada bulan. 6

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Namun demikian, inflasi yang lebih tinggi ditahan oleh deflasi komoditas bawang merah seiring dengan masih terjaganya pasokan pasca panen dari daerah produsen. Andil komoditas bawang merah terhadap inflasi bulanan yaitu sebesar -0,24%. Adapun pergerakan harga komoditas beras relatif stabil selama bulan terakhir atau sejak November 2016. Hal ini seiring dengan membaiknya produksi dalam Sulawesi Utara tahun 2016 setelah tahun 2015 yang dilanda El Nino. Selain itu, stabilnya komoditas beras didukung oleh ketersediaan pasokan dari luar daerah 6 (Sulawesi Tengah). Tabel 7. Komoditas Utama Penyumbang Inflasi dari Kelompok Volatile Food Komoditas mtm Andil mtm Andil CABAI RAWIT 58.98% 0.40% -1.4% -0.17% TOMAT SAYUR 7.06% 0.12% 1.72% 0.4% BAWANG PUTIH 6.61% 0.02% 1.29% 0.09% CABAI MERAH 12.87% 0.01% 40.15% 0.04% SELAR/TUDE 10.47% 0.01% 10.46% 0.01% Tabel 8. Komoditas Utama Penyumbang Deflasi dari Kelompok Volatile Foods Komoditas mtm Andil mtm Andil BAWANG MERAH -2.27% -0.24% -2.66% -0.25% CAKALANG/SISIK -2.42% -0.0% 7.47% 0.09% KEMBANG KOL -29.97% -0.02% 147.08% 0.0% AYAM HIDUP -4.80% 0.00% 4.42% 0.00% PEPAYA -1.25% 0.0% 14.87% 0.0% 6 Hasil liaison pada kelompok tani padi,. 7

Kantor Perwakilan Bank Indonesia BOKS ANALISIS FUNDAMENTAL INFLASI SULAWESI UTARA Indikator Output Gap Hingga awal triwulan I 2017, contact liaison mengkonfirmasi terjadinya peningkatan penjualan domestik yang tercermin dari kenaikan likert scale penjualan domestik dari 1,86 menjadi (Grafik 1). Secara sektoral, peningkatan penjualan domestik ini khususnya terjadi pada sektor pertanian (Grafik 2) yang diperkirakan sebagai dampak membaiknya kondisi cuaca pada masa tanam akhir tahun 2016. Grafik 1. Likert Scale Penjualan Domestik Grafik 2. Penjualan Domestik Sektor Pertanian.5 2.5 2 1.86 1.5 1 0.5 0 0 0.29-0.22 1-0.5 I II III IV I IV I Sumber: Liaison Bank Indonesia 2016 2017 2016 2017 Sumber: Liaison Bank Indonesia Sejalan dengan peningkatan pada permintaan domestik, hasil liaison juga menunjukkan adanya peningkatan pada kapasitas utilisasi pelaku usaha di Sulawesi Utara. Hal ini tercermin dari likert scale kapasitas utilisasi yang meningkat dari 1 pada triwulan IV menjadi pada awal triwulan I 2017 (Grafik ). Secara sektoral, peningkatan kapasitas utilisasi khususnya terjadi di sektor pertanian dimana peningkatan permintaan domestik sektor ini juga dibarengi dengan peningkatan kapasitas utilisasinya, di tengah berlangsungnya masa panen komoditas beras. Hal ini kemudian berdampak kepada terjaganya perkembangan harga komoditas beras. Namun demikian, tingkat kapasitas utilisasi di Sulawesi Utara secara umum masih dapat memenuhi tingkat permintaan. Berdasarkan hasil liaison, rata-rata kapasitas utilisasi dari seluruh contact yang menjawab yakni sebesar 64,17%. Angka tersebut relatif masih jauh di bawah 100%, sehingga kapasitas produksi hingga masih mampu memenuhi tingkat permintaan konsumen..5 2.5 2 Grafik. Likert Scale Kapasitas Utilisasi Grafik 4. Kapasitas Utilisasi Sektor Pertanian 1.5 1 0.5 0-0.5 0.22-0.5 0.75 1-0.5-1 I II III IV I 2016 2017 Sumber: Liaison Bank Indonesia IV I 2016 2017 Sumber: Liaison Bank Indonesia 8

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Indikator Nilai Tukar Perkembangan inflasi core secara tahunan mengalami peningkatan sejak bulan November 2016 hingga. Hal ini terutama didorong oleh semakin membaiknya daya beli serta kapasitas rumah tangga untuk melakukan konsumsi. Di sisi lain, depresiasi nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika Serikat pada triwulan I 2017 dari triwulan IV 2016 mendorong peningkatan inflasi core (Grafik 5). Namun demikian, apabila dilihat secara bulanan, apresiasi Rupiah terhadap Dollar Amerika Serikat pada bulan telah berdampak pada penurunan inflasi core bulanan pada. Grafik 5. Perkembangan Tahunan Inflasi Core dan Nilai Tukar Rupiah terhadap Dollar AS 14,000 1,800 1,600 1,400 1,200 1,000 12,800 12,600 12,400 12,200 Nilai Tukar Rupiah thd Dollar AS (Rp) Sumber: Bank Indonesia dan BPS (diolah) Inflasi Core () I II III IV I II III IV I 2015 2016 2017 4.5% 4.0%.5%.0% 2.5% 2.0% 1.5% 1.0% 0.5% 0.0% Grafik 6. Perkembangan Bulanan Inflasi Core dan Nilai Tukar Rupiah terhadap Dollar AS 14,000 1,800 1,600 1,400 1,200 1,000 12,800 12,600 12,400 Nilai Tukar Rupiah thd Dollar AS Inflasi Core (mtm) Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agu Sep Okt Nov Des Jan 2016 2017 Sumber: Bank Indonesia dan BPS (diolah) 0.8% 0.6% 0.4% 0.2% 0.0% -0.2% -0.4% Inflasi core traded pada bulan Januari sebesar 0,42% (mtm), lebih rendah dari bulan sebelumnya (0,7%). Secara tahunan, inflasi core traded pada bulan Januari sebesar 1,9% (), meningkat dari bulan sebelumnya (1,25%). Sehingga, sumbangan inflasi core traded terhadap inflasi core bulanan yaitu sebesar 0,09%, sedangkan sumbangan terhadap inflasi core tahunan yaitu 0,7%. Indikator Ekspektasi Inflasi Berdasarkan analisa output gap dan pengaruh nilai tukar terhadap total inflasi, maka besaran sumbangan ekspektasi inflasi terhadap inflasi core yaitu sebesar 0,16% terhadap inflasi core bulanan dan sebesar 0,42% terhadap inflasi core tahunan. Sumbangan ekspektasi inflasi relatif masih terkendali karena berada di bawah realisasi core traded. Pada bulan Februari 2017, pergerakan inflasi diperkirakan relatif terkendali. Survei Konsumen yang dilakukan oleh Bank Indonesia memperkirakan tekanan harga akan menurun sebagaimana ditunjukkan oleh Indeks Ekspektasi Harga (IEH) Februari 2017 sebesar 176 atau menurun dibanding sebesar 179. Kembali normalnya harga pasca puncak konsumsi pada akhir tahun 2016 dan pada menjadi faktor rendahnya inflasi pada bulan Januari 2017. Selain itu, masuknya masa panen komoditas beras diperkirakan juga mendorong terjadinya penurunan harga. Grafik 7. Ekspektasi Harga & 6 Bulan Ke Depan 205 195 185 175 165 155 145 15 Jan Mar Mei Jul Sep Nov Jan Mar Mei Jul Sep Nov Jan Mar Mei Jul Sep Nov Jan 2014 2015 2016 2017 Sumber: Survei Konsumen Bank Indonesia 9

Kantor Perwakilan Bank Indonesia c. Tekanan inflasi kelompok inti atau core mengalami penurunan dibandingkan bulan sebelumnya. Kelompok core mengalami inflasi bulanan sebesar 0,42% (mtm), menurun dibanding bulan sebelumnya (0,7%). Penurunan tekanan inflasi inti sejalan dengan normalisasi tingkat permintaan masyarakat pasca mengalami lonjakan pada periode Natal dan Tahun Baru di akhir tahun 2016. Secara tahunan, inflasi core pada tercatat sebesar 1,9% (), lebih tinggi dibanding bulan sebelumnya (1,25%). Berdasarkan sub kelompoknya, inflasi core disebabkan oleh inflasi core non traded yang meningkat dari 0,0% (mtm) menjadi 0,46% pada bulan Januari. Sementara itu, inflasi core traded tercatat menurun dari 1,1% (mtm) menjadi 0,7%. Secara tahunan, inflasi core non traded tercatat sebesar 1,2% (), meningkat dari 0,49%. Sementara inflasi core traded tercatat sebesar 2,89% (), meningkat dari 2,28%. Peningkatan inflasi core non traded didorong oleh peningkatan harga Grafik 7. Inflasi Core Traded dan Core Non Traded (% mtm) 1.4% 1.2% 1.0% 0.8% 0.6% 0.4% 0.2% 0.0% -0.2% -0.4% -0.6% Core Core Traded Core Non Traded Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agu Sep Okt Nov Des Jan 2015 2016 2017 komoditas mie dan tarip pulsa ponsel. Meningkatnya harga mie merupakan dampak dari kebijakan salah satu produsen mie instan nasional 7 yang menaikan harga jual mie instan sebesar Rp100 per bungkus pada tanggal 17. Kenaikan tersebut tidak berhubungan dengan harga bahan baku tepung saat ini, namun merupakan kenaikan rutin setiap tahun sebagai strategi untuk menjaga marjin perusahaan. Sementara itu, kenaikan tarip pulsa ponsel disebabkan oleh masih tingginya permintaan untuk jasa komunikasi selama momen libur dan hari raya, baik yang berbasis voice maupun mobile data menjadi faktor pendorong utama. Kenaikan tarip pulsa ponsel berlanjut dari bulan sebelumnya. Adapun andil inflasi komoditas mie dan tarip pulsa ponsel terhadap keseluruhan inflasi bulan secara berturut-turut adalah 0,09% dan 0,04%. Di sisi lain, inflasi core traded disebabkan oleh peningkatan inflasi seng yang memberikan andil terhadap total inflasi bulanan sebesar 0,04%. Peningkatan inflasi seng seiring dengan tren positif harga seng dunia pada tahun 2016. Seng menjelma bagai logam dengan kenaikan tertinggi sepanjang tahun berjalan 8. Peningkatan harga seng dunia disebabkan oleh kondisi defisit pasar seng dunia dimana akibat penutupan tambang-tambang besar 9 dan pertambangan yang terbengkalai di China. Sementara itu, laju inflasi kelompok core traded tertahan oleh gula pasir yang tercatat deflasi dan apresiasi rupiah sepanjang. Penurunan harga gula pasir didukung oleh ketersediaan ribuan ton stok gula pasir 10 dan kegiatan pasar murah serta Operasi Pasar (OP) yang dilakukan Pemerintah. Selanjutnya, berlangsungnya apresiasi rupiah sepanjang Januari 7 PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk 8 Publikasi riset Standard Chartered Bank 9 Glencore dan Nyrstar 10 Ketersediaan di Perum Bulog Divre Sulut 10

Kantor Perwakilan Bank Indonesia 2017 menahan gejolak pada kelompok core traded. Rupiah terapresiasi sebesar 0,44% (mtm) pada bulan. Tabel 9. Inflasi Core Traded dan Non Traded 2015 2016 2017 RINCIAN Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agu Sep Okt Nov Des Jan IHK (%, mtm) 1.49% -0.01% 1.74% -0.18% -0.82% -0.0% -0.87% 0.14% 1.06% 0.84% -0.8% -0.68% 0.01% 2.86% -1.52% 1.10% Core 0.5% 0.00% 0.6% -0.25% 0.01% -0.15% -0.02% -0.0% 0.0% 0.4% 0.15% 0.27% 0.07% 0.10% 0.7% 0.42% Core Traded 0.5% 0.45% 1.06% -0.22% -0.16% -0.21% -0.17% 0.12% 0.49% 0.8% 0.1% 0.16% 0.24% 0.20% 1.1% 0.7% Pangan 2.42% 1.6% 2.54% -0.1% -0.21% -1.77% -0.5% 0.62% 1.0% 0.58% -0.25% 0.8% 0.0% 0.9% 2.98% 0.1% Sandang -0.1% -0.24% 0.41% 0.08% 0.09% 0.97% 0.14% -0.01% 0.5% 0.7% 0.06% 0.02% -0.25% 0.00% 0.55% 0.56% Papan -0.80% 0.26% 0.77% -0.57% -0.5% 0.26% -0.26% -0.1% 0.4% 0.4% 0.28% 0.14% 0.17% 0.14% 0.66% 0.52% Core Non Traded 0.4% -0.2% -0.14% -0.27% 0.1% -0.11% 0.08% -0.14% -0.0% 0.1% 0.17% 0.4% -0.05% 0.0% 0.0% 0.46% IHK (%, ) 9.42% 7.7% 5.56% 6.12% 5.46% 4.90%.9%.09%.67%.47%.62% 2.28% 0.78%.67% 0.5% 1.6% Core 4.11%.87%.4% 2.12% 1.95% 1.7% 1.84% 1.68% 1.45% 1.6% 1.16% 1.05% 0.78% 0.88% 1.25% 1.9% Core Traded 4.82% 5.02% 4.62%.4% 2.99% 2.75% 2.65% 2.4% 2.56% 2.51% 2.65% 2.40% 2.28% 2.0% 2.28% 2.89% Pangan 10.29% 11.70% 1.98% 11.6% 10.2% 8.1% 7.5% 7.51% 7.55% 6.64% 6.40% 6.19%.72% 2.46% 2.90%.54% Sandang 2.71% 2.7% 1.89% 1.51% 1.26% 2.4% 2.56% 2.0% 1.99% 2.2% 2.17% 2.12% 2.00% 2.24% 2.8% 2.87% Papan.01% 2.96% 0.6% -1.45% -1.60% -0.94% -0.44% -0.81% -0.7% -0.15% 0.7% 0.10% 1.07% 0.95% 0.84% 1.94% Core Non Traded.60%.07% 2.42% 1.24% 1.21% 1.01% 1.27% 1.1% 0.66% 0.54% 0.09% 0.09% -0.0% 0.05% 0.49% 1.2% Tabel 10. Komoditas Utama Penyumbang Inflasi dari Kelompok Core Komoditas mtm Andil Andil mtm MIE 8.85% 0.09% 8.85% 0.09% TARIP PULSA PONSEL 2.70% 0.04% 16.12% 0.2% LEMON 16.4% 0.04% 2.60% 0.05% SENG 5.06% 0.04% 9.58% 0.07% SANDAL KULIT 0.00% 0.01% 0.00% 0.00% Tabel 11. Komoditas Utama Penyumbang Deflasi dari Kelompok Core Komoditas mtm Andil Andil mtm GULA PASIR -1.01% -0.01% 12.14% 0.10% JERUK NIPIS/LIMAU -.61% -0.01% 1.7% 0.06% SEPATU -.26% -0.01% 0.12% 0.00% MINUMAN RINGAN -0.78% -0.01% 2.00% 0.01% KAYU LAPIS -1.87% 0.00% 1.00% 0.00% 11

Kantor Perwakilan Bank Indonesia II. PRAKIRAAN KE DEPAN DAN TANTANGAN PENGENDALIAN INFLASI Mencermati perkembangan inflasi terkini, inflasi pada bulan Februari diperkirakan mengalami penurunan, bahkan membuka peluang terjadinya deflasi dengan angka proyeksi -0,07% (mtm). Prakiraan terjadinya deflasi pada bulan Februari terutama bersumber dari komoditas volatile food khususnya komoditas cabai rawit dan tomat sayur seiring dengan membaiknya pasokan dan distribusi akibat berakhirnya puncak curah hujan. Tekanan dari kelompok administered prices juga diperkirakan mengalami penurunan, sejalan dengan masuknya periode low season yang akan mempengaruhi harga komoditas angkutan udara. Sementara itu, pada kelompok inti, tekanan diperkirakan relatif minimal. Hal tersebut dipengaruhi oleh lanjutan normalisasi tingkat permintaan pasca mengalami lonjakan di akhir tahun. Dengan demikian inflasi triwulan berjalan akan berada pada rentang 2,81% -,21% (). Sementara itu, inflasi akhir tahun 2017 diperkirakan berada pada rentang 4,20% - 4,60% (). Namun demikian, terdapat berbagai risiko lain yang dapat mendorong inflasi mengalami kenaikan. Berbagai risiko yang akan dihadapi pada tahun 2017 antara lain yaitu berlanjutnya pengurangan subsidi listrik 900 VA pada bulan Maret dan Mei, penyesuaian tarif listrik, kenaikan harga komoditas dunia, depresiasi Rupiah akibat capital outflow, dan penyesuaian harga BBM dalam kebijakan BBM satu harga yang rencananya pada April, Juli dan Oktober. Dari sisi cuaca, La Nina atau musim basah yang berkepanjangan juga perlu diantisipasi. Kondisi cuaca yang buruk sangat berpotensi mengganggu pasokan dan distribusi bahan pangan khususnya bumbu-bumbuan sehingga akan mendorong kenaikan harga. Risiko lainnya yaitu wacana Pemerintah yang akan memberlakukan kewajiban menjual minyak goreng berlabel pada April. Melihat risiko inflasi tahun 2017 cukup berat, maka upaya menjaga inflasi seperti harga pangan yang bergejolak atau volatile food merupakan hal yang penting yang harus dilakukan. III. UPAYA TPID Upaya pengendalian inflasi semakin diperkuat melalui penyelarasan program pengendalian inflasi 2017. Hal ini mengingat risiko tekanan inflasi yang cukup besar pada kelompok administered prices pada tahun laporan. Di awal tahun 2017, TPID telah melaksanakan HLM perdana pada 25 dengan agenda utama menyelaraskan upaya pengendalian inflasi tahun 2017. Dalam pertemuan tersebut, seluruh anggota TPID Sulut berkomitmen untuk menjalankan program pengendalian inflasi 2017 mengacu kepada Roadmap Pengendalian Inflasi Sulut yang telah disusun sebelumnya. Beberapa program utama pengendalian inflasi 2017 antara lain adalah peningkatan produksi bahan pangan melalui penyediaan benih pertanian & holtikultura, mensukseskan Gerakan Rica Rumah Gen.II, memperluas peran Bulog dalam stabilisasi harga, meningkatkan koordinasi dan kerjasama dengan Aparat Penegak Hukum (APH) khususnya Kepolisian, serta optimalisasi penggunaan PIHPS. Selain itu, Pemerintah Provinsi juga terus berupaya untuk mendirikan Pasar Induk/Pasar Provinsi di Sulawesi Utara dengan tujuan memperluas pasar dan mencegah monopoli pasar. Dalam hal ini, Pemerintah melalui Gubernur telah melakukan koordinasi awal dengan Kementrian Perdagangan untuk mewujudkan rencana tersebut. 12

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Tabel 12. Komoditas Utama Penyumbang Inflasi & Deflasi Inflasi Deflasi Komoditi Kontribusi (%mtm) Komoditi Kontribusi (%mtm) CABAI RAWIT 0.40 BAWANG MERAH -0.242 TARIP LISTRIK 0.24 CAKALANG/SISIK -0.04 BIAYA PERPANJANGAN STNK 0.15 KEMBANG KOL -0.019 TOMAT SAYUR 0.12 GULA PASIR -0.010 ANGKUTAN UDARA 0.09 JERUK NIPIS/LIMAU -0.010 MIE 0.09 SEPATU -0.006 TARIP PULSA PONSEL 0.04 MINUMAN RINGAN -0.006 LEMON 0.04 AYAM HIDUP -0.004 SENG 0.04 PEPAYA -0.00 BENSIN 0.0 KAYU LAPIS -0.00 Lampiran Grafik Grafik 1. Proyeksi Path Inflasi Bulanan 2017 (%mtm) Grafik 2. Ekspektasi Inflasi Konsumen Grafik. Perkembangan Harga Cabai Rawit Grafik 4. Perkembangan Harga Tomat Sayur Grafik 5. Perkembangan Harga Bawang Merah Grafik 6. Perkembangan Harga Beras 1

Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober Nopember Desember Periode Kantor Perwakilan Bank Indonesia Grafik 7. Perkembangan Harga Gula Pasir Grafik 8. Indeks Keyakinan Konsumen & Indeks Penjualan Riil Grafik 9. Kredit Konsumsi & Inflasi Inti Grafik 10. Arus Bongkar Muat Pelabuhan 80,000 70,000 60,000 50,000 40,000 0,000 20,000 10,000-18,000 16,000 14,000 12,000 10,000 8,000 6,000 4,000 2,000 - Tahun 2016 Produksi (Ton) Produksi Beras (Ton) Luas Panen (Ha) Grafik 10. Data Produksi Beras Gambar 1. Peta Curah Hujan 14