BAB I PENDAHULUAN. dari penganggaran tradisional menjadi penganggaran berbasis kinerja. Dengan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Pada tahun 2003, merupakan tahun dimulainya reformasi keuangan di

BAB I PENDAHULUAN. yang diwujudkan dalam bentuk penerapan prinsip good governance. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. termasuk Indonesia. Doktrin New Public Management (NPM) atau Reinveting

KONSEP PEMBENTUKAN POLA PENGELOLAAN KEUANGAN BADAN LAYANAN UMUM DAERAH (PPK-BLUD)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pertanggungjawaban terpusat berubah menjadi pola desentralisasi. Otonomi

BAB I PENDAHULUAN. Konsep New Public Management (NPM) yang telah diimplementasikan di berbagai

BAB I PENDAHULUAN. perorangan, masyarakat dan atau pemerintah oleh karenanya Perguruan Tinggi

.BAB 1 PENDAHULUAN. dari sistem pemerintahan yang bercorak sentralisasi mengarah kepada sistem

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan yang tersebar dari Sabang sampai

BAB I PENDAHULUAN. Mendapatkan pelayanan publik yang memadai dari pemerintah merupakan

POLA PENGELOLAAN KEUANGAN PADA BADAN LAYANAN UMUM

BAB I PENDAHULUAN. masing-masing organisasi tersebut, tidak terkecuali dengan Negara. Adanya

BAB I PENDAHULUAN. perundang-undangan di bidang keuangan negara meliputi Undang-undang No. 17

BAB I PENDAHULUAN. Rumah Sakit harus siap setiap saat dengan sarana, prasarana, tenaga medis

BAB I PENDAHULUAN. penting bagi peningkatan derajat kesehatan masyarakat. Rumah sakit dituntut untuk

BAB I PENDAHULUAN. kata lain terjadi perubahan paradigma sistem pemerintahan, baik ditingkat pusat,

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan, keuangan, transportasi dan sebagainya, maka dari itu pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. mengelola keuangan di instansi pemerintahan. Paradigma pengelolaan keuangan

BAB I PENDAHULUAN. kepada instansi pemerintah yang bertujuan menghasilkan barang dan/atau jasa

Penyusunan Pola Tata Kelola BLUD SMK

PENERAPAN PPK-BLUD DALAM PERSPEKTIF PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

BERITA DAERAH KOTA SUKABUMI

BAB I PENDAHULUAN. dalam bentuk sosial dan bisnis, agar tercipta hubungan subsidi silang antara

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan aspek yang sangat penting dari pelaksanaan hak-hak asasi

BAB I PENDAHULUAN. pengelolaan keuangan baru yang ditujukan kepada instansi pemerintah yang bertujuan

BUPATI SERANG PERATURAN BUPATI SERANG NOMOR 51 TAHUN 2012 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 22 TAHUN 2008 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. pertanggungjawaban terpusat berubah menjadi pola desentralisasi. Otonomi

BUPATI SUKOHARJO TENTANG PENGGUNAAN SURPLUS TUNAI PADA BADAN LAYANAN UMUM DAERAH RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO

BAB V PENUTUP. administratif PPK-BLUD yang meliputi Pola Tata Kelola, Rencana Strategis Bisnis,

Puskesmas Sebagai Badan Layanan Umum Daerah (BLUD) Ditulis oleh Administrator Selasa, 24 May :55 -

BUPATI PENAJAM PASER UTARA

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 99 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN TEKNIS PENILAIAN USULAN PENERAPAN POLA PENGELOLAAN

BUPATI BANTUL PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 31A TAHUN 2011 T E N T A N G

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN BADAN LAYANAN UMUM DAERAH

BAB 1 PENDAHULUAN. dan pemeriksaan keuangan oleh badan pemeriksa yang bebas dan mandiri.

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PEMERINTAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum (PPK-BLU) pengertian Badan Layanan Umum adalah sebagai berikut :

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR 13 TAHUN 2007 TENTANG PENETAPAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN SERANG SEBAGAI BADAN LAYANAN UMUM DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan manajemen sektor publik melalui perwujudan New Public

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan. Negara merupakan salah satu undang-undang yang dibentuk dalam rangka

KEYNOTE SPEECH DIREKTUR JENDERAL PERBENDAHARAAN DALAM RAPAT KOORDINASI DEWAN PENGAWAS BLU TAHUN 2012

SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAHAN BANDI

WALIKOTA BAUBAU PROVINSI SULAWESI TENGGARA PERATURAN DAERAH KOTA BAUBAU NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. baik termasuk di Indonesia. Good governance merupakan function of governing,

KEPUTUSAN KEPALA BADAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN KELUARGA BERENCANA KABUPATEN TULANG BAWANG

BUPATI BONDOWOSO PERATURAN DAERAH KABUPATEN BONDOWOSO NOMOR 9 TAHUN 2008 TENTANG

MEMBANGUN KESIAPAN RSUD SEBAGAI ORGANISASI BADAN LAYANAN UMUM DAERAH (BLUD)

PERATURAN BUPATI REJANG LEBONG NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG

ANGGARAN SEKTOR PUBLIIK (AnSP) Bandi, Dr., M.Si., Ak., CA.

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 119/PMK.05/2007 TENTANG

EVALUASI PENERAPAN SISTEM ANGGARAN BERBASIS KINERJA DALAM PENGELOLAAN KEUANGAN BLUD (Studi Kasus pada RSUD Bangil Kabupaten Pasuruan)

BUPATI BIMA PERATURAN BUPATI BIMA NOMOR 34 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA STRATEGIS BISNIS PADA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BIMA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

- 1 - BUPATI TANA TORAJA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI TANA TORAJA NOMOR 10 TAHUN 2016

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 5 TAHUN 2017 TENTANG

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) DAN EVALUASI KINERJA Kedeputian Pelayanan Publik

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Dampak Perubahan Tata Kelola RS Daerah Terhadap Efisiensi, Kinerja dan Mutu Layanan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Penelitian. efektivitas dan efisiensi penyelenggaraan pemerintahan daerah.

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah adalah pengemban tanggung jawab kepentingan publik, yaitu

TENTANG MENTERI KEUANGAN,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2005 TENTANG PENGELOLAAN KEUANGAN BADAN LAYANAN UMUM

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA PADANG PROVINSI SUMATERA BARAT

SATUAN PEMERIKSAAN INTERN PADA BADAN LAYANAN UMUM. Muhadi Prabowo Widyaiswara Madya Sekolah Tinggi Akuntansi Negara

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan (Depkes RI, 1999). Peningkatan kebutuhan dalam bidang kesehatan ini

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. Tinjauan pustaka yang digunakan dalam penelitian ini berkaitan

BAB 5 PENUTUP. Kabupaten Pasuruan, maka dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Pasuruan menyajikan LAKIP sebagai

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam rangka menciptakan tata kelola pemerintahan yang baik (Good

BUPATI BINTAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU PERATURAN BUPATI BINTAN NOMOR 18 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI JEMBER SALINAN PERATURAN BUPATI JEMBER NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG

WALIKOTA PADANG PROVINSI SUMATERA BARAT

2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA

WALIKOTA PONTIANAK PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN WALIKOTA PONTIANAK NOMOR 1.1 TAHUN 2015 TENTANG

BAB 1 PENDAHULUAN. program ataupun kegiatan. Sebelum melaksanakan kegiatan, harus ada

EKSPLORASI ISU BISNIS

BAB I P E N D A H U L U A N

BAB I PENDAHULUAN. Gubernur dan Bupati untuk membangun Indonesia menjadi negara yang maju dan

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan sistem pemerintahan dari yang semula terpusat menjadi

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Bangsa Indonesia saat ini sedang memasuki masa pemulihan akibat krisis

Instansi...

BAB I PENDAHULUAN. Lahirnya Undang-Undang nomor 32 Tahun 2004 tentang pemerintahan daerah

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 51 TAHUN 2016 TENTANG

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 92/PMK.05/2011 TENTANG RENCANA BISNIS DAN ANGGARAN SERTA PELAKSANAAN ANGGARAN BADAN LAYANAN UMUM

PEMERINTAH KABUPATEN PROBOLINGGO

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Salah satu agenda reformasi keuangan negara adalah adanya pergeseran dari penganggaran tradisional menjadi penganggaran berbasis kinerja. Dengan basis kinerja ini, arah penggunaan dana pemerintah tidak lagi berorientasi pada input, tetapi pada output. Perubahan ini penting dalam proses pembelajaran untuk menggunakan sumber daya pemerintah yang makin terbatas, tetapi tetap dapat memenuhi kebutuhan dana yang makin tinggi. Penganggaran yang berorientasi pada output merupakan praktik yang telah dianut luas oleh pemerintahan modern di berbagai negara. Pendekatan penganggaran yang demikian sangat diperlukan bagi satuan kerja instansi pemerintah yang memberikan pelayanan kepada publik. Salah satu alternatif untuk mendorong peningkatan pelayanan publik adalah dengan mewiraswastakan pemerintah. Mewiraswastakan pemerintah (enterprising the government) adalah paradigma yang memberi arah yang tepat bagi sektor keuangan publik. Ketentuan tentang penganggaran tersebut telah dituangkan dalam Undang-Undang Nomor 17 tahun 2003. Selanjutnya, Undang-Undang Nomor 1 tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara membuka koridor baru bagi penerapan basis kinerja di lingkungan pemerintah. Dengan pasal 68 dan pasal 69 Undang-Undang tersebut, instansi pemerintah yang tugas pokok dan fungsinya memberi pelayanan kepada masyarakat dapat menerapkan pengelolaan keuangan yang fleksibel. Prinsip-prinsip pokok yang tertuang dalam kedua Undang-Undang

2 tersebut menjadi dasar penetapan instansi pemerintah untuk menerapkan pengelolaan keuangan Badan Layanan Umum (BLU). BLU ini diharapkan dapat menjadi langkah awal dalam pembaharuan manajemen keuangan sektor publik, demi meningkatkan pelayanan pemerintah kepada masyarakat. Badan Layanan Umum adalah instansi di lingkungan Pemerintah yang dibentuk untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat berupa penyediaan barang dan/atau jasa yang dijual tanpa mengutamakan mencari keuntungan dan dalam melakukan kegiatannya didasarkan pada prinsip efisiensi dan produktivitas. Berdasarkan Undang-Undang tersebut, rumah sakit pemerintah sebagai instansi yang tugas pokok dan fungsinya memberikan pelayanan kepada masyarakat dapat menerapkan pola pengelolaan keuangan yang fleksibel melalui BLU. Dalam pola pengelolaan keuangan BLU dijumpai keleluasaan untuk menerapkan praktek bisnis yang sehat dalam rangka memaksimalkan pelayanan kepada masyarakat dengan tetap menonjolkan produktivitas, efisiensi, dan efektifitas. Praktik bisnis yang sehat disini dimaksudkan sebagai proses penyelenggaraan fungsi organisasi berdasarkan kaidah-kaidah manajemen yang baik dalam rangka pemberian layanan yang bermutu dan berkesinambungan. BLU pada dasarnya adalah alat untuk meningkatkan kinerja pelayanan publik melalui penerapan manajemen keuangan yang berbasis pada hasil, profesionalitas, akuntabilitas dan transparansi. Rumah sakit pemerintah merupakan institusi pelayanan publik yang memegang peranan penting bagi peningkatan derajat kesehatan masyarakat. Rumah sakit pemerintah dituntut untuk dapat melayani masyarakat, dapat

3 berkembang dan mandiri serta harus mampu bersaing dan memberikan pelayanan yang bermutu dan terjangkau bagi masyarakat. Dengan semakin tingginya tuntutan bagi rumah sakit pemerintah untuk meningkatkan pelayanannya, banyak permasalahan yang muncul terkait dengan terbatasnya anggaran yang tersedia bagi operasional rumah sakit, alur birokrasi yang terlalu panjang dalam proses pencairan dana, aturan pengelolaan keuangan yang menghambat kelancaran pelayanan dan sulitnya untuk mengukur kinerja, sementara rumah sakit memerlukan dukungan SDM, teknologi dan modal yang sangat besar. Melalui konsep pola pengelolaan keuangan BLU ini rumah sakit pemerintah diharapkan dapat meningkatkan profesionalisme, mendorong enterpreneurship, transparansi dan akuntabilitas dalam rangka pelayanan publik, sesuai dengan tiga pilar yang diharapkan dari pelaksanaan PPK-BLU ini, yaitu mempromosikan peningkatan kinerja pelayanan publik, fleksibilitas pengelolaan keuangan dan tata kelola yang baik. Untuk dapat menjadi BLU, suatu instansi harus memenuhi 3 persyaratan pokok, yaitu persyaratan substantif, yang terkait dengan penyelenggaraan layanan umum, persyaratan teknis yang terkait dengan kinerja pelayanan dan kinerja keuangan, serta persyaratan administratif terkait dengan terpenuhinya dokumen seperti pola tata kelola, rencana strategis bisnis, standar layanan minimal, laporan keuangan pokok, dan laporan audit/bersedia untuk diaudit. Kebijakan otonomi manajemen rumah sakit mulai dirintis pemerintah sejak tahun 1991, berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 38 tahun 1991 yang menetapkan rumah sakit pemerintah menjadi unit Swadana. Kebijakan ini memberi kewenangan otonomi

4 yang luas kepada rumah sakit, khususnya dalam pengelolaan penerimaan fungsionalnya. Beberapa rumah sakit daerah kemudian ditetapkan menjadi Unit Swadana Daerah dan salah satunya adalah Rumah Sakit Panembahan Senopati Bantul. Rumah Sakit Panembahan Senopati Bantul, sejak tanggal 1 Januari 2003 ditetapkan menjadi RS Swadana melalui Peraturan Daerah Nomor 8 tanggal 8 Juni 2002. Dengan penetapan sebagai RS Swadana, Rumah Sakit Panembahan Senopati Bantul yang dulunya bernama RSUD Kabupaten Bantul ini berkembang dengan baik dalam hal kelancaran operasional maupun pelaksanaan program kerja. Dengan dikeluarkannya Undang-Undang Nomor 1 tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara dan Peraturan Pemerintah Nomor 23 tahun 2005 tentang Pola Pengelolaan Keuangan BLU, Rumah Sakit Panembahan Senopati Bantul berproses menjadi BLUD. Pada tahun 2009, sesuai Keputusan Bupati Bantul Nomor 195 tahun 2009, tanggal 21 Juli 2009 RSUD Panembahan Senopati Kabupaten Bantul ditetapkan sebagai Rumah Sakit yang menerapkan Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum Daerah (PPK-BLUD) Hal tersebut diatas menarik minat peneliti untuk melakukan analisa implementasi PPK-BLUD di RSUD Panembahan Senopati Kabupaten Bantul. Pada penelitian ini, peneliti ingin mengetahui fenomena proses perubahan dari bentuk non BLUD menjadi BLUD dan implikasi dari perubahan itu, meliputi aspek yang komprehensif yaitu mutu, budaya efisiensi, peningkatan kesejahteraan karyawan dan peningkatan penghasilan fungsional rumah sakit setelah

5 implementasi PPK-BLUD dan bukan mengupas sisi finansial RSUD Panembahan Senopati. Penggunaan istilah pola pengelolaan keuangan (PPK) pada judul penelitian dikarenakan ketika berbicara BLU/BLUD maka selalu terkait pada kata PPK sehingga peneliti merunut pada tata tulis tersebut, sekalipun tidak dilakukan telaah mendalam pada aspek keuangan dalam penelitian ini.. B.Rumusan Masalah Dari uraian latar belakang yang telah dibahas sebelumnya dapat dirumuskan beberapa masalah yang ada yaitu : 1. Bagaimana proses perumusan kebijakan sehingga PPK-BLUD bisa diimplementasikan di Rumah Sakit Umum Daerah Panembahan Senopati? 2. Bagaimana proses implementasi PPK-BLUD di Rumah Sakit Umum Daerah Panembahan Senopati terkait kendala yang dihadapi, solusi yang diupayakan dan kemudahan yang dirasakan setelah PPK-BLUD? 3. Bagaimana performa kinerja Rumah Sakit Umum Daerah Panembahan Senopati terkait mutu layanan, prilaku efisiensi, peningkatan penghasilan rumah sakit dan kesejahteraan karyawan setelah implementasi PPK-BLUD? 4. Apakah Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum Daerah mendukung program universal coverage? C. Tujuan Penelitian Untuk menganalisa implementasi Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum Daerah (PPK-BLUD) pada Rumah Sakit Umum Daerah Panembahan Senopati Kabupaten Bantul Yogyakarta dan implikasinya.

6 D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat teoritis. Penelitian ini diharapkan dapat memperkuat teori tentang analisis kebijakan melalui pendekatan implementasi kebijakan. 2. Manfaat praktis. Hasil penelitian diharapkan dapat bermanfaat bagi rumah sakit yaitu memberikan masukan tentang implementasi PPK-BLUD yang memiliki kontribusi dalam penyusunan rencana strategis rumah sakit. E. Keaslian Penelitian Penelitian terdahulu mengenai PPK-BLUD pada Rumah Sakit Umum Daerah telah beberapa kali dilakukan dan menjadi landasan peneliti untuk menulis penelitian ini. Berikut adalah tampilan matriks yang membedakan penelitian terdahulu dengan penelitian ini :

7 Tabel 1.1 Matriks Keaslian Penelitian No Judul Tujuan Ruang lingkup Metode Hasil 1 Implementasi Pola Untuk mengetahui Kebijakan PPK- Penelitian menggunakan RSUD Dr Hasan Sadikin Pengelolaan persepsi BLU di RS Dr pendekatan kualitatif, telah melakukan persiapan Keuangan Badan stakeholders, Hasan Sadikin. melalui wawancara menjadi RSUD dengan PPK Layanan Umum di kelebihan BLU dan mendalam dan telaah BLU. Tampak dari Rumah Sakit Umum faktor penghambat, dokumen pada RS Dr kebijakan internal yang Daerah Dr Hasan maupun solusi yang Hasan Sadikin Bandung dibuat pimpinan dan Sadikin Bandung diambil di RSUD Dr Jawa Barat. kepatuhan anggota seperti Jawa Barat. Poppi Hasan Sadikin. perubahahan budaya kerja Sophia (2006). melalui pelatihan, perubahan prilaku/ mindset dari birokrat menjadi

8 enterpreneur membangun dan sistem manajemen yang berfokus pada customer oriented. Namun perubahan tersebut berjalan lambat dengan SOP yang belum lengkap. 2 Analisa Implementasi Untuk mengetahui Kebijakan PPK- RS Stroke Bukit Tinggi Pola Pengelolaan proses implementasi, BLU di RS Stroke telah memenuhi semua Keuangan Badan kinerja RS setelah Bukit Tinggi. persyaratan dalam Layanan Umum di implementasi PPK- implementasi PPK-BLU. RS Stroke Bukit BLU dan kendala Konsep BLU ini memberi Tinggi. yang dihadapi. peningkatan kinerja,

9 Meidyawati (2009). pertumbuhan pendapatan dan kemandirian RS. Mempermudah proses pengadaan obat dan peralatan guna peningkatan layanan. 3 Persepsi stakeholders Untuk mengetahui Kebijakan PPK- Penelitian menggunakan Persepsi tentang otonomi mengenai proses persepsi BLUD di RSUD pendekatan kualitatif, dilihat dalam 7 aspek yaitu otonomi rumah sakit stakeholders Kalisat Kabupaten melalui wawancara 1. Manajemen Stratejik pada RSUD Kalisat mengenai otonomi Jember. mendalam dan telaah 2. Manajemen Keuangan Kabupaten Jember. rumah sakit dalam dokumen di Kantor 3. Administrasi SIM Rumah Agus Perry K (2010). kerangka untuk Dinas Kesehatan, Kantor Sakit meningkatkan mutu Badan Perencanaan Dan 4. Pembelian

10 pelayanan RS. Pembangunan Daerah (BAPPEDA), Kantor Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Jember, Kantor Assisten II Sekretaris Daerah, serta Rumah Sakit Umum Daerah Kalisat, Kabupaten Jember. 5. Manajemen SDM 6. Hubungan antara Dinkes Kabupaten dengan RSUD Kalisat, Kabupaten Jember 7.Harapan stakeholders terhadap RSUD. Aspek 1 dan 2 masuk dalam katagori otonomi tinggi. Aspek 3 masuk dalam katagori otonomi sedang. Aspek 4 dan 5 masuk dalam katagori otonomi rendah. Aspek 6 hubungan dengan

11 Dinkes jalur cukup ringkas karena terpisah dan pengajuan anggaran bisa langsung ke kepala daerah. 4 Analisa Implementasi Untuk mengetahui Kebijakan PPK- Penelitian menggunakan Lima tahun implementasi Pola Pengelolaan proses implementasi BLUD di RSUD pendekatan kualitatif, PPK-BLUD telah berjalan Keuangan Badan PPK-BLUD, kendala Penembahan melalui FGD dan dengan baik di RSUD Layanan Umum dalam proses, solusi Senopati Bantul. wawancara mendalam Panembahan Senopati. Daerah di Rumah dari permasalahan serta telaah dokumen Pendapatan RSUD, Sakit Penembahan yang timbul, pada RSUD Penembahan kesejahteraan karyawan, Senopati Bantul. Reni kemudahan yang Senopati Bantul. mutu layanan, efisiensi Riawati (2014). diperoleh setelah kerja meningkat. Kendala menjadi RS dengan yang sampai saat ini masih

12 PPK-BLUD, implikasi yang menjadi perhatian yaitu dualisme regulasi, timbul terhadap pengadaan barang dan/atau mutu layanan RS, kesejahteraan jasa. Kendala lainnya adalah penyusunan pegawai, efisiensi prilaku karyawan, anggaran berbasis kinerja, belum seluruhnya peningkatan penghasilan RS dan merefleksikan penyusunan RBA yang mengacu pada dukungan PPK- pencapaian target kinerja BLUD ini terhadap SPM. program universal coverage.

13