Dalam hal ini kekuatan kekuatan gaib yang tidak bisa diterima dengan akal sehat sering terdapat di dalamnya.

dokumen-dokumen yang mirip
SMA/MA IPS kelas 10 - SEJARAH IPS BAB 1. MANUSIA DAN SEJARAHLatihan Soal 1.4. Bentuk publikasi secara tertulis tentang peristiwa pada masa lampau

Vol. 1 No. 1 Th. Jan-Des 2016 ISSN: Penulisan Sejarah (Historiografi) : Mewujudkan Nilai-Nilai Kearifan Budaya Lokal Menuju Abad 21

BAB I PENDAHULUAN. Penulisan sejarah (historiografi) merupakan cara penulisan, pemaparan, atau

SEJARAH LOKAL DI INDONESIA OLEH: MURDIYAH WINARTI

MATERI USBN SEJARAH INDONESIA. 6. Mohammad Ali : Sejarah adalah berbagai bentuk penggambaran tentang pengalaman kolektif di masa lampau

66. Mata Pelajaran Sejarah untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Madrasah Aliyah (MA)

DESKRIPSI MATAKULIAH PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU KEPENDIDIKAN UNIVERSITAS JAMBI

PENGANTAR ILMU SEJARAH

I. PENDAHULUAN. Sejak masuknya bangsa Belanda dan tata-hukumnya di nusantara tahun 1596

KISI KISI DAN SOAL ULANGAN TENGAH SEMESTER GASAL TAHUN PELAJARAN

BAB I PENDAHULUAN. Ada tiga faktor penting dalam sejarah yaitu manusia, tempat, dan waktu 1.

dari periode yang awal sampai pada periode-periode berikutnya?. Perkembangan terjadi bila berturut-turut masyarakat bergerak dari satu bentuk yang

BAB I Pendahuluan. tertentu dapat tercapai. Dengan pendidikan itu pula mereka dapat mempergunakan

AKULTURASI BUDAYA ISLAM DAN BUDAYA HINDU (Studi Tentang Perilaku Keagamaan Masyarakat Islam Tradisional di Gununggangsir Beji Pasuruan)

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH. Satuan Acara Perkuliahan

51. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR SEJARAH SMA/MA

PEDOMAN PRAKTIKUM.

KISI-KISI PEDAGOGIK UKG 2015 SEJARAH STANDAR KOMPETENSI GURU KOMPETENSI GURU MATA PELAJARAN/KELAS/KEAHLIAN/BK

BAB I PENDAHULUAN. Sejarah dalam bahasa Indonesia merupakan peristiwa yang benar-benar

MENGEMBANGKAN KETERAMPILAN PENELITIAN DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH *) Oleh : Agus Mulyana

I. PENDAHULUAN. perhatian yang khusus. Perjuangan dalam pergerakan kebangsaan Indonesia

KISI-KISI SOAL UJI KOMPETENSI PPG SM3T PRODI PENDIDIKAN SEJARAH TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. yang terjadi pada masa kesultanan Asahan agar dapat didokumentasikan. peristiwa-peristiwa yang terjadi untuk jadi pembelajaran.

RESUME BUKU. : Pengantar Sejarah Indonesia Baru : Sejarah Pergerakan Nasional Dari. Kolonialisme sampai Nasionalisme (Jilid 2)

BAB I PENDAHULUAN. tersebut dapat diketahui dari sejarah masa lampau. Itu sebabnya kita perlu mengetahui

V. SEJARAH INDONESIA Sumber Belajar. Alokasi Waktu. Kompetensi Dasar Materi Pokok Kegiatan Pembelajaran Penilaian

SILABUS MATA PELAJARAN: SEJARAH INDONESIA (WAJIB)

KISI-KISI MATERI PLPG MATA PELAJARAN SEJARAH INDONESIA. Standar Kompetensi Guru (SKG) Kompetensi Guru Mata Pelajaran (KD)

BAB I PENDAHULUAN. Negara eropa yang paling lama menjajah Indonesia adalah Negara Belanda

BAB 1 PENDAHULUAN. Pradopo (1988:45-58) memberi batasan, bahwa karya sastra yang bermutu

Tinjauan Buku STUDI SEJARAH DAN BUDAYA LOMBOK. Abdul Rasyad dan Lalu Murdi. STKIP Hamzanwadi Selong,

BAB I PENDAHULUAN. Sejarah merupakan totalitas pengalaman yang dapat dipandang dari

5. Materi sejarah berguna untuk menanamkan dan mengembangkan sikap bertanggung jawab dalam memelihara keseimbangan dan kelestarian lingkungan hidup.

V. SEJARAH INDONESIA Alokasi Waktu. Sumber Belajar

Jawablah pertanyaan dibawah ini dengan benar!

66. Mata Pelajaran Sejarah untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Madrasah Aliyah (MA)

JURNAL SKRIPSI. MAKNA RITUAL DALAM PEMENTASAN SENI TRADISI REOG PONOROGO (Studi Kasus di Desa Wagir Lor, Kecamatan Ngebel, Kabupaten Ponorogo)

BAB I PENDAHULUAN. Sastra daerah merupakan bagian dari suatu kebudayaan yang tumbuh dan

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN. Dosen PJMK : H. Muhammad Adib. Essay Bebas (Pentingnya Pendidikan Anti Korupsi Sejak Dini)

Pokok-Pokok Pikiran Mengenai Kelas Menengah *

BAB V PENUTUP. Berdasarkan pemaparan yang telah diuraikan, maka dapat diambil. kesimpulan yang merupakan akhir dari penulisan skripsi ini tentang

Memahami Budaya dan Karakter Bangsa

BAB 1 PENDAHULUAN. hubungan perdagangan antara bangsa Indonesia dan India. Hubungan itu

BAB 7. Standar Kompetensi. Memahami kesamaan dan keberagaman Bahasa dan Dialek. Kompetensi Dasar. Tujuan Pembelajaran

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PENULISAN PERISTIWA SEJARAH

H I S T O R I O G R A F I P E N D I D I K A N S E J A R A H R H O M A D W I A R I A Y U L I A N T R I, M. A C. I D

LATIHAN Soal 15 menit Waktu 15 menit Petunjuk: Bacalah kutipan makalah ini baik-baik, setelah itu jawablah pertanyaan diakhir makalah ini. Pakailah wa

Pendekatan Historiografi Dalam Memahami Buku Teks Pelajaran Sejarah *) Oleh : Agus Mulyana

BAB I PENDAHULUAN. Allah menciptakan manusia sebagai satu-satunya makhluk yang memiliki

PENGERTIAN SEJARAH SECARA ETIMOLOGIS, KATA SEJARAH BERASAL DARI KATA ARAB SYAJARAH YANG BERARTI POHON YANG BERCABANG- CABANG.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Demokrasi menjadi bagian bentuk atau mekanisme sistem pemerintahan suatu

BAB I PENDAHULUAN. Islam sebagai agama tidak dapat dipisahkan dari politik. Dalam artian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB III DESAIN/PENDEKATAN PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian sejarah yang berusaha menelaah kembali

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Semua bangsa di dunia memiliki cerita rakyat. Cerita rakyat adalah jenis

BAB I PENDAHULUAN. Eros Rosinah, 2013 Gerakan Donghak Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia tanggal 17 Agustus 1945

BAB I PENDAHULUAN. suatu persamaan-persamaan dan berbeda dari bangsa-bangsa lainnya. Menurut Hayes

2015 KAJIAN PEMIKIRAN IR. SUKARNO TENTANG SOSIO-NASIONALISME & SOSIO-DEMOKRASI INDONESIA

Adela Siahaan dan Siti Jubaedah Pendidikan Sejarah, FKIP-UNRIKA

BAB I PENDAHULUAN. Pasal 3 Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. dimatangkan oleh berbagai pergerakan yang bersifat nasional di daerah-daerah.

ILMU PENGETAHUAN SOSIAL (IPS)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Arni Febriani, 2013

SAINS, ISLAM, DAN REVOLUSI ILMIAH

BAB I PENDAHULUAN. pedoman hidup sehari-hari. Keberagaman tersebut memiliki ciri khas yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Adam Jamaluddin, 2014 Gejolak patani dalam pemerintahan Thailand Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia merupakan negara yang dikenal dengan masyarakatnya

BAB I PENDAHULUAN. Seorang manusia sebagai bagian dari sebuah komunitas yang. bernama masyarakat, senantiasa terlibat dengan berbagai aktifitas sosial

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Kepemimpinan Perempuan Pembawa Perubahan di Desa Boto Tahun ,

Bab I Pendahuluan. Dorongan beragama bagi manusia merupakan tuntutan yang tidak dapat dihindari.

SMA A. TRADISI SEJARAH MASYARAKAT INDONESIA MASA PRA AKSARA

BAB I PENDAHULUAN. Nasionalisme melahirkan sebuah kesadaran melalui anak-anak bangsa. penindasan, eksploitasi dan dominasi.

BAB V PENUTUP. A. Simpulan

S I L A B U S SATUAN PENDIDIKAN : MAN KOTO BARU SOLOK KELAS / SEMESTER : X / 1

2. Fungsi tari. a. Fungsi tari primitif

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tinjauan pustaka dilakukan untuk menyeleksi masalah-masalah yang akan

BAB 1 PENDAHULUAN. sastra mengambil isi sastra tersebut dari kehidupan sehari-hari yang terdapat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Wawasan Kebangsaan. Dewi Fortuna Anwar

Dr. Ir. Teguh Kismantoroadji, M.Si. Ir. Daru Retnowati, M.Si.

BAB I PENDAHULUAN. bangsawan serta orang kaya di Eropa pada masa itu (Haviland, 1988:228).

PANCASILA. Makna dan Aktualisasi Sila Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/ Perwakilan

51. Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs)

BAB I PENDAHULUAN. Gerakan sosial lahir dari situasi yang dihadapi masyarakat karena adanya

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. nilai-nilai patriotisme. Lunturnya nilai-nilai patriotisme pada sebagian masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Dari segi sosialnya, Jepang merupakan negara yang maju dan. moderen. Walaupun demikian, negara tersebut memiliki banyak

KISI KISI UJIAN SEKOLAH BERBASIS KOMPUTER TAHUN NO. KOMPETENSI DASAR KLS NO SOAL Memahami corak kehidupan masyarakat pada zaman praaksara

BAB I PENDAHULUAN. budaya, baik berupa seni tradisional ataupun seni budaya yang timbul karena

DESKRIPSI BUTIR INSTRUMEN 1 PENILAIAN BUKU TEKS PELAJARAN SEJARAH SEKOLAH MENENGAH ATAS/MADRASAH ALIYAH KELAS X

BAB I PENDAHULUAN. sepanjang hidupnya. Proses belajar mengajar adalah suatu kegiatan yang di dalamnya

Kajian Perhiasan Tradisional

Jurnal Swarnadwipa Volume 1, Nomor 2, Tahun 2017, E-ISSN PERAN GURU SEBAGAI MOTIVATOR DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH KELAS X SMA N 6 METRO

Aji Wicaksono S.H., M.Hum. Modul ke: Fakultas DESAIN SENI KREATIF. Program Studi DESAIN PRODUK

BAB I PENGANTAR. tahun lebih dalam kebangkitan. Hal ini ditandai dengan berdirinya suatu

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian

PERANAN PEMOEDA ANGKATAN SAMOEDERA OEMBARAN (PAS O) DALAM PERISTIWA AGRESI MILITER BELANDA II TAHUN 1948 DI YOGYAKARTA

Transkripsi:

A. Historiografi Tradisional Penulisan sejarah tradisional dimulai dari zaman Hindu sampai masuk dan berkembangnya Islam. Penulisan sejarah pada jaman ini berpusat pada masalahmasalah pemerintahan dari raja-raja yang berkuasa, bersifat istana-sentris yang mengutamakan keinginan dan kepentingan raja. Penulisan sejarah di zaman Hindu- Buddha pada umumnya ditulis di prasasti dengan tujuan agar generasi penerus dapat mengetahui peristiwa di zaman kerajaan pada masa dulu di mana seorang raja memerintah. Penulisan sejarah (historiografi) tradisional, berlanjut sampai masa kedatangan Islam ke Indonesia. Yaitu dengan keberadan Babad, Hikayat, Silsilah atau Kronik. Sebagai contoh, Babab Tanah Jawi yang memuat cerita awal dunia. Didalamnya memuat campuran unsur-unsur mitologi. Corak Historiografi Tradisional 1. Mitos Bentuk ini pada dasarnya merupakan suatu proses internalisasi dari pengalaman spiritual manusia tentang kenyataan lalu di ungkapkan melalui kisah sejarah. 2. Genealogis Bentuk ini merupakan gambaran mengenai pertautan antara individu dengan yang lain atau suatu generasi dengan generasi berikutnya. Silsilah sangat penting untuk melegitimasikan kedudukan mereka. 3. Kronik Dalam penulisan ini sudah ada penulisan kesadaran tentang waktu, Namun demikian juga masih di lingkungan kepercayaan yang bersifat teogoni dan kosmologi yang menerangkan kekuatan-kekuatan alam dan mempersonifikasikan sebagai dewa. 4. Annals Sebenarnya bentuk ini merupakan cabang dari kronik hanya saja bentuk annals ini sudah lebih maju dan lebih jelas, Sudah berusaha membeberkan kisah dalam uraian waktu. 5. Supranatural Dalam hal ini kekuatan kekuatan gaib yang tidak bisa diterima dengan akal sehat sering terdapat di dalamnya. 6. Moral tradition Historiografi jenis ini di sampaikan secara lisan, maka tidak dijamin keutuhan redaksionalnya. 7. Anakronistik

Dalam menempatkan waktu sering terjadi kesalahan kesalahan, pernyataan waktu dengan fakta sejarah (kurang dapat dipercaya). Berarti sifatnya tidak kronologis. 8. Etnosentris Penulisan selalu bersifat kedaerahan, Hanya terpaut pada suku bangsa tertentu dan sangat berpusat pada kedaerahan. Adapun ciri-ciri dari historiografi tradisonal adalah sebagai berikut : Religio sentris, artinya segala sesuatu dipusatkan pada raja atau keluarga raja (keluarga istana), maka sering juga disebut istana sentris atau keluarga sentris atau dinasti sentris. Bersifat feodalistis-aristokratis, artinya yang dibicarakan hanyalah kehidupan kaum bangsawan feodal, tidak ada sifat kerakyatannya. Historiografi tersebut tidak memuat riwayat kehidupan rakyat, tidak membicarakan segi-segi sosial dan ekonomi dari kehidupan rakyat. Religio magis, artinya dihubungkan dengan kepercayaan dan hal-hal yang gaib. Tidak begitu membedakan hal-hal yang khayal dan hal-hal yang nyata. Tujuan penulisan sejarah tradisional untuk menghormati dan meninggikan kedudukan raja, dan nama raja, serta wibawa raja; agar supaya raja tetap dihormati, tetap dipatuhi, tetap dijunjung tinggi. Oleh karena itu banyak mitos, bahwa raja sangat sakti, raja sebagai penjelmaan/titisan dewa. Raja atau pemimpin dianggap mempunyai kekuatan gaib dan kharisma (bertuah, sakti). Bersifat regio-sentris (kedaerahan), maka historiografi tradisional banyak dipengaruhi daerah, misalnya oleh cerita-cerita gaib atau cerita-cerita dewa di daerah tersebut. B. Historiografi Modren Penjelasan atas model historiografi modren adalah ketika pusat orientasi dari pembahasan atas masa-lalu (sejarah) adalah manusia. Itu kenapa kemudian salahsatu ciri dari historiografi modren adalah antroposentris. Subjek dan objek dari penulisan sejarah adalah manusia. Manusia yang menjadi poros dari geraknya sejarah kedepan dan manusia yang menjadi objek penulisan atas apa yang telah ia gerakkan dalam kehidupan di muka bumi ini. Selain dari batasan antroposentris yang sudah dimulai oleh Herodotus dalam karyanya Perang Parsi yang menjadikan dia bapak sejarah atau bapak historiographi ada ciri lain yakni ia bersifat demokratis, artinya dalam penulisan sejarah pengguan pendekatan atau kecendrungan selain dari perspektif agama --seperti yang terjadi pada masa abad pertengahan atau Abad Kegelapan dalam historiografi antri-kristiani atau Abad Iman dalam historiogrphi orang orang kristiani-- juga boleh digunaka. Selain itu di dalam perkembangan historiografi

modren ini kebudayaan masal lalu (klasik) sangat mendapat tempat yang besar disini. Ada sekian banyak penghargaan atas budaya masa lalu. Namun hal yang paling terpenting dalam penulisan sejarah masa modren ini adalah mulai menggunakan metode sejarah yang sifatnya kritis dalam melihat sumbersumber di masa-lalu. Semenjak penemuan kembali penemuan logika ilmiah yang bisa saja ditandai dengan momentum masa pencerahan dimana ilmu pengetahuan menemukan kemerdekaannya dan akal berfikir manusia mulai tampil secara mandiri yang artinya manusia sudah mulai tidak ketergantungan terhadap pengetahuan mistis dan tidak ilmiah yang dikeluarkan oleh pihak gereja sebagai kebenran tunggal. Manusia sebagai subjek pengetahuan sudah mulai percaya diri terhadap kemampuan akal dan nuraninya untuk muncul mengembalikan apa yang pernah bangsa Eropa miliki dalam kemajuan pengtahuan seperti di zamanplato, Aristotles dan masih banyak yang lainya. Kemudian dalam perkembangannya kontemporer ini ditemukan fenomena corak dari penulisan sejarah. Dalam situasi politik global, sejak perjalan C. Colombus mengelilingi dunia dan sejak penemuan koloni-koloni oleh bangsa barat serta secara ekonomi-politik mulai dikenal istilah penjajahan atau kolonialisme/kolonial dan kolonialisme ini kemudian menjadi corak baru dalam penulisan sejarah kontemporer khususnya dibekas negera negara jajahan. Selain historiografi kolonial adapula anti-thesa dari historiografi kolonial yakni historiografi nasional. Historiografi ini adalah reaksi atas pengetahuan sejarah yang berkaca-mata gladak kapal koloniasentris. Artinya penjelasan yang keluar bukan lagi penjelasan yang bersifat mengagungkan kehadiran penjajah di tanah kolonial. a) Historiografi Kolonial. Penejelasan atas atas istilah kolonial yang paling sederhana adalah bersifat daerah jajahan, artinya historiografi kolonial adalah penulisan sejarah yang berkecendrungan pemerintahan jajahan atau si penjajah. Visi yang digambarkan adalah sangat sejala tentang menonjolkan peranan pokok bangsa Asing dan memberikan tekanan secara politis, ekonomis dan institusional. Hal merupakan perkembangan secara logis dari situasi kolonial di mana penulisan sejarah terutama mewujudkan sejarah dari golongan yang dominan. Penulisan sejarah yang kolonial seperti ini menitik beratkan kepada penjajahsentris, sehingga apapun yang pernah ditulis mengguanakan perspektif pribumisentris akan terlihat buruk dan ini kemudian kan menjadi keterbalikan ketika sejarah di lihat dari perspektif pribumisentris. Sebagai contoh atas penjelasan di atas adalah bagai mana kita melihat kedatangan Belanda ke bangsa-bangsa jajahannya, katakanlah Indonesia asumsi penjelasan Belandasentrisnya adalah mereka datang adalah

dengan membawa sebuah peradaban atau sebuah kemajuan dan modrenisme, sedangkan jika melihat dari kaca-mata Indonesiasentris kita tidak melihat sama sekali kemanusiaan yang dihadirkan oleh pihak Belanda. Kemuduran dari pengetahuan dan sumberdaya alam di Indonesia ini adalah berkat kolonialisme yang di ciptakan Bangsa Belanda, kecuali kelompok kelompok yang berwawasan sempit seperti juga melekat pada konstruksi sejarah yang ingin digantikan, ketika dendam sejarah, kepentingan politik dan kepicikan perspektip menutup arti penting penguasaan metodologi. Maka bukan meng-ada jika dikatakan bahwa sebagian besar para pengritik itu sebenarnya hanya memproduksi cara berfikir historiografi yang sama dengan apa yang mereka kritik yakni historiografi kolonial. b) Historiografi Nasional Penulisan sejarah Nasional adalah bentuk dari histroriografi modren yang menjadi reaksi terhadap hampir seluruh negara-negara jajahan yang berhasil keluar dari belenggu penjajahan dan penindasan bangsa asing. Reaksi ini muncul akibat kebangkitan kesadaran atas sejarah bangsanya sendiri. Sejarah yang gilanggemilang sebelum kedatangan bangsa asing di tanah air mereka. Sebagai contoh, sartono menjelaskan Setelah dirasakan historiografi kolonial tidak relevan lagi dengan cerita dengan masa-lampau bangsa Indonesia, maka pemikiran baik sebelum maupun sesudah Seminar Sejarah Nasional I di Yogyakarta pada akhir tahun 1957 telah berhasil menerobos langkah kolonial dari sejarh Indonesia serta mengganti pandangna Eropasentris dengan yang Indonesiasentris. Dalam penuisan sejarah yang indosesia sentris seharusnya memuat kedidupan sehari-sehariseperti contoh sejarah petani karya sartono k. karena penulisan sejarah indonesia sentris cenderung hanya memuat aktifitas politik. KESIMPULAN Dalam perkembangan historiografi pada akhirnya kita kan melihat bentuk bentuk atau corak corak yang mempunyai cirinya tersendiri. Ketika ilmu pengetahuan belum matang kita mengenal apa yang kemudian diistilahkan dengan historiografi tradisional. Penjelasan sejarah pada masa ini masih sangat dilingkupi aliran mistisisme, hegemoni dewa dewa dari lama jauh masih dijadikan poros dari perkembangan sejarah umat manusia di muka bumi ini. Cara penjelasan sejarah yang masih rentan dari sebuah kebenaran sejarah masih sangat melingkupi corak historiografi tradisional, tradisi lisan yang dikembangkan oleh masyarakat desa menajadi sampel dari rentannya perubahan informasi dari sebuah peristiwa sejarah yang diceritakan secara turun menurun.

Selain corak tradisional yang masih sangat rentan itu, dekade kemajuan ilmu pengetahuan mendorong terciptanya suasana ke-ilmiahan yang muncul pasca Abad Kegelapan di negeri Eropa. Semangat keilmiahan itu mendorong penemuan logika ilmiah dalam penelitian sejarah yang kerap kali di campur adukakan oleh Subjetivisme yang tinggi. Perkembangan historiografi modern ini juga bisa dibaca keberadaannya ketika Herodotus mulai menulis karya sejarahnya yang berjudul Perang Parsie. Dimana dia sudah memulai penulisan sejarah dengan manusia sebagai subjek penelitian, dan sifat antroposentris ini adalah salah satu ciri dari penulisan sejarah modren. Namun dalam perkembanganya di dunia modren ini kita juga akan menemukan fenomena peneulisan sejarah yang sangat subjektiv. Peta politik pasca penemuan kompas, dan teori yang menyatakan bahwa bumi ini bulat mendorong timbulnya kolonialisme atau penjajahan. Corak penulisan yang sangat penjajahsentri ini lah yang kemudian mewarnai carak penulisan sejarah di dunia modren ini dengan sebutan historiografi Kolonial. Lalu kemudian muncul juga historiografi Nasioanal sebagai reaksi dari penulisan sejarah yang sangat penjajahsentris. Semangat nasionalisme yang berkembang menajdikan penulisan ulang tentang sejarah nasional mereka berubah, dari yang penjajahsentris menjadi yang sangat pribumisentris. DAFTAR PUSTAKA Buku : Adam, Asvi Warman dan Bambang P. 2005. Mengugat Historiografi Indonesia. Yogyakarta. Ombak. Buny, J.B. 2004. Sejarah Kemerdekaan Berfikir. Jakarta Progres.

Kasdi, Aminudin. Aspek-aspek Tradisi Lokal Dalam Historiografi Islam Kajian Pendahuluan Kajian Pendahuluan DI Jawa. Hal.1147. Dalam Buku Sejarah dan Dialog Peradaban. Persembahan 70 tahun Prof.Dr. Taufik Abdulah. Jakarta. Yayasan Obor Indonesia. 2005 Kamus Besar Bahasa Indonesia. 2005. Jakarta. Balai Pustaka. Kartodirjo, Sartono. 1989. Pemikiran dan Perkembangan Historiografi Indonesia suatu alternatif. Jakarta. Gramedia. Purwanto, Bambang. 2006. Gagalnya Historiografi Indonesiasentris. Yogyakarta. Ombak. Internet : http://kumpulantugassejarah.blogspot.com/2011/07/ciri-ciri-historiografitradisional.html diunduh pada tanggal 16 April 2012 pukul 08.20 WIB. http://ahmadnurulkhojim27.blogspot.com/2013/04/historiografitradisional_3702.html