SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Tugas dan Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Ilmu Pendidikan Matematika

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II LANDASAN TEORI

SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Tugas dan Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Ilmu Pendidikan Matematika

SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam dalam Ilmu Pendidikan Matematika

SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Ilmu Pendidikan Matematika

SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan dalam Ilmu Pendidikan Matematika

SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan dalam Ilmu Pendidikan Fisika. Oleh: HUSNATUN AMALIYAH NIM:

SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan dalam Ilmu Pendidikan Matematika

EFEKTIVITAS PENILAIAN PORTOFOLIO TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA MATERI POKOK RELASI DAN FUNGSI

STUDI KOMPARASI HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK YANG MENGGUNAKAN MEDIA CD TUTORIAL MATEMATIKA DENGAN METODE KONVENSIONAL PADA MATERI POKOK KUBUS DAN BALOK

SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan dalam Ilmu Pendidikan Matematika. Oleh :

SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Tugas dan Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR AND SHARE

SKRIPSI. Disusun untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan dalam Ilmu Pendidikan Matematika. Oleh:

TAHUN PELAJARAN 2015/2016. SKRIPSI Disusun untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan dalam Ilmu Pendidikan Matematika

EFEKTIVITAS STRATEGI PEMBELAJARAN THINK TALK WRITE

SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Ilmu Pendidikan Matematika

SKRIPSI Disusun untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan dalam Ilmu Pendidikan Matematika. Oleh:

SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Ilmu Pendidikan Matematika. Oleh:

SKRIPSI Disusun untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan dalam Ilmu Pendidikan Matematika

SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Dalam Ilmu Pendidikan Fisika. Oleh: DHOBIT SENOAJI NIM:

BAB II KAJIAN TEORI A.

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN THINK-PAIR- SHARE

S K R I P S I Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan dalam Ilmu Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI) Oleh:

SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Tugas dan Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI)

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. kecakapan, keterampilan, sikap, pengertian, harga diri, minat, watak, penyesuaian

Oleh: KHOLIDAH NIM:

SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Tugas dan Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Jurusan Tadris Kimia. Disusun Oleh: UMI ZAROH NIM:

EFEKTIVITAS PEMBERIAN TUGAS DAN RESITASI TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA POKOK BAHASAN GARIS SINGGUNG LINGKARAN SKRIPSI

EFEKTIVITAS VIDEO SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN PADA MATERI POKOK LARUTAN ELEKTROLIT DAN NONELEKTROLIT SISWA KELAS X MAN 1 SEMARANG SKRIPSI

S K R I P S I. Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Sebagai Sarjana Pendidikan Ilmu Pendidikan Matematika. Oleh:

SKRIPSI. DiajukanuntukMemenuhiTugasdanMelengkapiSyarat GunaMemperolehGelarSarjanaPendidikan (S1) DalamIlmuPendidikanMatematika.

EFEKTIVITAS PEMANFAATAN WEBLOG TERHADAP HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK PADA MATERI HIMPUNAN DI KELAS VII

SKRIPSI Disusun untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan dalam Ilmu Pendidikan Matematika

SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Ilmu Pendidikan Matematika

PERBEDAAN HASIL BELAJAR SISWA MATA PELAJARAN FIQIH ANTARA KELAS YANG MENGGUNAKAN METODE EXAMPLES NON EXAMPLES

BAB II KAJIAN TEORI. mencapai penguasaan atas sejumlah bahan yang diberikan dalam proses

SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan dalam Ilmu PGMI. Oleh : ANNA FIKHUSNINA NIM:

PENGARUH PEMAHAMAN MATERI AKIDAH AKHLAK TERHADAP PERILAKU KEBERAGAMAAN SISWA MADRASAH ALIYAH FUTUHIYYAH 1 MRANGGEN DEMAK TAHUN PELAJARAN 2015/2016

SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Dalam Ilmu Pendidikan Matematika

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan dalam Ilmu Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Tugas dan Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Ilmu Pendidikan Matematika

DESKRIPSI KEMAMPUAN MATEMATIS MAHASISWA TADRIS MATEMATIKA IAIN WALISONGO PADA MATA KULIAH PENGANTAR DASAR MATEMATIKA SKRIPSI

SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Tugas dan Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Dalam Ilmu Pendidikan Matematika. Oleh: ABDUL ARIF NIM:

PENGARUH PELAKSANAAN SHALAT DHUHA TERHADAP AKHLAK SISWA KEPADA GURU DI SMP ISLAM ASY-SYAFI`IYYAH JEPARA TAHUN AJARAN 2013/2014

SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Tugas dan Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Ilmu Pendidikan Kimia

BAB II LANDASAN TEORI. visual dalam konteks ruang. Sedangkan menurut Piaget (Marliah, 2006:28)

UPAYA PENINGKATAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GALLERY WALK

EFEKTIVITAS METODE PEMBELAJARAN DISCOVERY DAN INQUIRY

2 SEMARANG TAHUN PELAJARAN 2010/2011 SKRIPSI

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE PICTURE AND PICTURE

SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Tugas dan Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Ilmu Pendidikan Biologi

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN MODEL RECIPROCAL TEACHING DENGAN MELAKUKAN FIELDTRIP TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Tugas dan Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Ilmu Pendidikan Biologi

ULUM TAMBAKROMO PATI TAHUN PELAJARAN

SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Tugas dan Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Ilmu Pendidikan Matematika

SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Tugas dan Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Ilmu Pendidikan Agama Islam. Oleh:

SKRIPSI. Disusun untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan dalam Ilmu Pendidikan Matematika

BAB II KAJIAN PUSTAKA

MUKHAMMAD FARISKI NIM:

SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan dalam Ilmu Pendidikan Matematika

SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan dalam Ilmu Pendidikan Matematika

PENGARUH KEAKTIFAN PESERTA DIDIK DALAM MODEL PEMBELAJARAN TUTOR SEBAYA TERHADAP HASIL BELAJAR PADA MATERI SISTEM PERNAPASAN MANUSIA DI KELAS VIII

DESKRIPSI KEMAMPUAN GEOMETRI SISWA SMP BERDASARKAN TEORI VAN HIELE

BAB I PENDAHULUAN. dan memajukan daya pikir manusia. Perkembangan pesat di bidang teknologi

Disusun guna menyelesaikan tugas akhir pendidikan program strata 1 Ilmu Pendidikan Islam. Lina Puspita Sari

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Ilmu Pendidikan Fisika. Disusun Oleh: Siti Asiyah

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pembelajaran matematika merupakan suatu proses pemberian pengalaman

SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi Sebagai Tugas dan Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan dalam Ilmu Pendidikan Kimia

ANALISIS SOAL ULANGAN AKHIR SEMESTER I KELAS X SMA NEGERI BANYUMAS MATA PELAJARAN MATEMATIKA TAHUN PELAJARAN 2011/2012 SKRIPSI

SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Dalam Ilmu Pendidikan Matematika

Siti Nurul Azimi, Edy Bambang Irawan Universitas Negeri Malang

EVALUASI PENGGUNAAN MEDIA PEMBELAJARAN MATEMATIKA PADA MATERI BANGUN RUANG KELAS IX DI SMP NEGERI 2 MRANGGEN TAHUN PELAJARAN 2013/2014

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata I (S.I) Dalam Ilmu Tarbiyah.

SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana dalam Ilmu Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah

SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Tugas dan Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Ilmu Pendidikan Fisika

KEEFEKTIFAN STRATEGI PEMBELAJARAN KECAKAPAN HIDUP (LIFE SKILL)

SKRIPSI Disusun untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan dalam Ilmu Pendidikan Matematika

BAB II HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA POKOK BAHASAN MENGHITUNG LUAS PERSEGI DAN PERSEGI PANJANG DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME

ANALISIS KETERAMPILAN MENYIMPULKAN PESERTA DIDIK KELAS XI MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING PADA MATERI HIDROLISIS DI MA AL ASROR

BAB II KAJIAN PUSTAKA

PENGARUH TINGKAT MODALITAS BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA PESERTA DIDIK SMP ISLAM HIDAYATULLAH BANYUMANIK SEMARANG TAHUN PELAJARAN

PENGUASAAN KONSEP MATEMATIKA MAHASISWA TADRIS MATEMATIKA IAIN WALISONGO ANGKATAN 2013

EFEKTIFITAS MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan dalam Ilmu Pendidikan Matematika

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan dalam Ilmu Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah

BAB I PENDAHULUAN. Manusia memiliki alat-alat potensial yang harus dikembangkan secara

DAFTAR ISI... KATA PENGANTAR... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah...

BAB II KAJIAN PUSTAKA

PENGARUH KECERDASAN EMOSIONAL DAN DISPOSISI MATEMATIS PESERTA DIDIK TERHADAP HASIL BELAJAR KOGNITIF MATEMATIKA DI KELAS XI MA NU 10 SUKOREJO

SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan dalam Ilmu Pendidikan Matematika

SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Ilmu Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah.

BAB I PENDAHULUAN. Sebab pendidikan tidak pernah terpisah dengan kehidupan manusia. Anak-anak

Disusun Oleh: ISVIKAWATI NIM

BAB II MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH DAN HASIL BELAJAR MEMBACA SURAH AN NASR. Make a Match akan riuh, tetapi sangat asik dan menyenangkan.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH. Matematika merupakan salah satu ilmu yang memiliki peranan penting

Transkripsi:

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN VAN HIELE DENGAN ALAT PERAGA UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK PADA MATERI POKOK BANGUN RUANG SISI DATAR DI KELAS VIII MTs DARUSSALAM KROYA TAHUN PELAJARAN 2010/2011 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Tugas dan Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Ilmu Pendidikan Matematika Oleh : WIWI SUSANTI NIM: 073511068 FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG 2011

PERNYATAAN KEASLIAN Yang bertanda tangan di bawah ini: Nama : Wiwi Susanti NIM : 073511068 Jurusan/Program Studi : Tadris Matematika menyatakan bahwa skripsi ini secara keseluruhan adalah hasil penelitian/karya saya sendiri, kecuali bagian tertentu yang dirujuk sumbernya. Semarang, Juni 2011 Saya yang menyatakan, Wiwi Susanti NIM: 073511068 ii

iii

iv

v

ABSTRAK Judul : Efektivitas Model Pembelajaran Van Hiele dengan Alat Peraga untuk Meningkatkan Hasil Belajar Peserta Didik pada Materi Pokok Bangun Ruang Sisi Datar di Kelas VIII MTs Darussalam Kroya Tahun Pelajaran 2010/2011 Penulis : Wiwi Susanti NIM : 073511068 Skripsi ini membahas tentang efektivitas model pembelajaran Van Hiele dengan alat peraga pada materi pokok Bangun Ruang Sisi Datar. Berdasarkan penuturan guru matematika kelas VIII di MTs Darussalam Kroya menyatakan bahwa pada materi pokok Bangun Ruang Sisi Datar sebagian besar peserta didik mengalami kesulitan dan kekeliruan dalam menyelesaikan soal-soal latihan. Ini disebabkan karena peserta didik hanya menerima begitu saja apa yang diajarkan oleh guru tanpa membuktikan sendiri kenapa bisa seperti itu. Untuk mengurangi kesulitan dan kekeliruan peserta didik dalam menyelesaikan soal-soal latihan adalah dengan menggunakan model pembelajaran Van Hiele dengan alat peraga dalam pembelajaran. Melalui penelitan ini, akan diimplementasikan penggunaan model pembelajaran Van Hiele dengan Alat Peraga pada materi pokok Bangun Ruang Sisi Datar. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen yang berdesain posttest-only control design. Permasalahan dalam penelitian ini yaitu apakah model pembelajaran Van Hiele dengan alat peraga dalam materi pokok Bangun Ruang Sisi Datar efektif untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik kelas VIII MTs Darussalam Kroya tahun pelajaran 2010/2011? Populasi dalam penelitian ini adalah peserta didik kelas VIII MTs Darussalam Kroya tahun pelajaran 2010/2011 yang terbagi dalam 3 kelas sebanyak 112 peserta didik. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik cluster random sampling. Terpilih peserta didik kelas VIII B sebagai kelas eksperimen dan peserta didik kelas VIII A sebagai kelas kontrol. Pada akhir pembelajaran kedua kelas diberi tes dengan menggunakan instrumen yang sama yang telah diuji validitas, taraf kesukaran, daya pembeda, dan reliabilitasnya di kelas VIII C sebagai kelas uji coba. Metode pengumpulan data pada penelitian ini adalah metode wawancara, metode dokumentasi, metode observasi, dan tes. Data dianalisis dengan uji perbedaan ratarata (uji t) pihak kanan. Berdasarkan perhitungan hasil penelitian diperoleh nilai 6,6336, sedangkan, ; 1,997. Karena, ; maka ditolak. Artinya rata-rata hasil belajar matematika yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran Van Hiele dengan Alat Peraga lebih besar dari pada rata-rata hasil belajar matematika yang diajar dengan pembelajaran dengan vi

metode guru sebagai pusat belajar. Nilai rata-rata kelas eksperimen sebesar 57,55 juga lebih besar dari pada nilai sebelumnya sebesar 55. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa ratarata hasil tes kelas eksperimen meningkat dari nilai sebelum eksperimen, di mana nilai tersebut juga lebih besar dari pada kelas kontrol, sehingga dapat dikatakan pembelajaran menggunakan model pembelajaran Van Hiele dengan Alat Peraga dapat meningkatkan hasil belajar matematika pada materi pokok Bangun Ruang Sisi Datar di kelas VIII MTs Darussalam Kroya dan disarankan guru dapat mengembangkan penggunaan model pembelajaran Van Hiele dengan Alat Peraga dan menerapkan pada pembelajaran materi pokok yang lain yang sesuai. vii

KATA PENGANTAR بسم االله الرحمن الرحيم Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah Subnahu wa Ta ala yang telah memberikan limpahan rahmat, taufik, hidayah, serta inayah-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul Efektivitas Model Pembelajaran Van Hiele dengan Alat Peraga untuk Meningkatkan Hasil Belajar Peserta Didik pada Materi Pokok Bangun Ruang Sisi Datar di Kelas VIII MTs Darussalam Kroya Tahun Pelajaran 2010/2011. Skripsi ini disusun guna memenuhi sebagian persyaratan dalam memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Tarbiyah Institut Agama Islam Negeri Walisongo Semarang jurusan Tadris Matematika. Penulis dalam menyelesaikan skripsi ini mendapat bantuan baik moril maupun materiil dari berbagai pihak, maka pada kesempatan ini dengan rasa hormat penulis mengucapkan terima kasih kepada: Penulis menyadari bahwa dalam penelitian ini tidak terlepas dari bimbingan, bantuan, dan sumbang saran dari segala pihak, oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada: 1. Dr. Suja i, M.Ag., selaku Dekan Fakultas Tarbiyah Institut Agama Islam Negeri Walisongo Semarang, yang telah memberikan ijin penelitian dalam rangka penyusunan skripsi ini. 2. H. Mursyid, M.Ag., selaku Ketua Jurusan Tadris Matematika Fakultas Fakultas Tarbiyah Institut Agama Islam Negeri Walisongo Semarang, yang telah memberikan ijin penelitian dalam rangka penyusunan skripsi. 3. Hj. Minhayati Shaleh, S.Si., M.Sc., selaku Dosen Pembimbing I, yang telah memberikan bimbingan dan arahan dalam penyusunan skripsi ini. 4. Dr. Suja i, M.Ag., selaku Dosen Pembimbing II, yang telah memberikan bimbingan dan arahan dalam penyusunan skripsi ini. 5. Saminanto, S.Pd., M.Sc., selaku dosen wali yang memotivasi dan memberikan arahan selama kuliah. viii

6. Yulia Romadiastri, S.Si., selaku dosen matematika yang memberikan arahan dalam penyusunan skripsi ini. 7. Dosen, pegawai, dan seluruh civitas akademika di lingkungan Fakultas Tarbiyah Institut Agama Islam Negeri Walisongo Semarang yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan. 8. Drs. H. Yahya, M.A., selaku Kepala MTs Darussalam Kroya yang telah memberikan ijin penelitian kepada penulis. 9. Masni Afiati, S.Ag., selaku guru pengampu mata pelajaran matematika yang telah berkenan memberi bantuan, informasi, dan kesempatan waktu untuk melakukan penelitian. 10. Bapak dan Ibu guru serta karyawan MTs Darussalam Kroya. 11. Orang tua beserta keluarga penulis yang telah memberikan doa, motivasi, dan semangat. 12. Teman-teman mahasiswa Tadris Matematika Angkatan 2007 yang selalu memberi motivasi dan semangat. 13. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Penulis menyadari masih terdapat kekurangan dalam skripsi ini. Untuk itu Kritik dan saran sangat penulis harapkan dari pembaca demi perbaikan karya berikutnya. Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis sendiri dan para pembaca. Semarang, Juni 2011 Penulis Wiwi Susanti 073511068 ix

DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL... i PERNYATAAN KEASLIAN... ii PENGESAHAN... iii NOTA PEMBIMBING... iv ABSTRAK... vi KATA PENGANTAR... viii DAFTAR ISI... x BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang... 1 B. Rumusan Masalah... 4 C. Manfaat Penelitian... 4 BAB II : LANDASAN TEORI A. Kajian Pustaka... 5 B. Kajian Penelitian yang Relevan... 27 C. Model Pembelajaran Van Hiele dengan Alat Peraga Efektif untuk Meningkatkan Hasil Belajar... 28 D. Rumusan Hipotesis... 31 BAB III : METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian... 29 B. Tempat dan Waktu Penelitian... 30 C. Populasi dan Sampel Penelitian... 31 D. Variabel dan Indikator Penelitian... 35 E. Teknik Pengumpulan Data... 36 F. Teknik Analisis Data... 38 x

BAB IV : PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Data Hasil Penelitian... 44 B. Analisis Data... 44 C. Pembahasan Hasil Penelitian... 55 D. Keterbatasan Penelitian... 55 BAB V : PENUTUP A. Simpulan... 57 B. Saran... 57 DAFTAR KEPUSTAKAAN DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN RIWAYAT HIDUP xi

DAFTAR TABEL Tabel 1 Keterangan gambar 1, 10. Tabel 2 Keterangan gambar 2, 11. Tabel 3 Keterangan gambar 3, 12. Tabel 4 Keterangan gambar 4, 12. Tabel 5 Hasil perhitungan nilai awal, 48. Tabel 6 Nilai varians, 49. Tabel 7 Kesamaan rata-rata, 50. Tabel 8 Analisis validitas butir soal, 51. Tabel 9 Varians tiap item, 51. Tabel 10 Analisis tingkat kesukaran butir soal, 52. Tabel 11 Analisis daya pembeda butir soal, 53. Tabel 12 Hasil analisis tes, 54. Tabel 13 Hasil perhitungan nilai akhir, 55. Tabel 14 Nilai varians, 56. Tabel 15 Uji perbedaan dua rata-rata, 57. xii

DAFTAR GAMBAR Gambar 1 Kubus, 10. Gambar 2 Balok, 11. Gambar 3 Kubus besar yang terbuat dari plastik mika dan kubus kecil sebagai isinya yang terbuat dari kayu, 12. Gambar 4 Balok besar yang terbuat dari plastik mika dan kubus kecil sebagai isinya yang terbuat dari kayu, 12. Gambar 5 Jaring-jaring kubus, 24. Gambar 6 Jaring-jaring balok, 25. Gambar 7 Skema Penelitian, 33. xiii

DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Kelas Eksperimen Pertemuan I, 62. Lampiran 2 Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) I, 67. Lampiran 3 Alat Tes I Kelas Eksperimen, 69. Lampiran 4 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Kelas Eksperimen Pertemuan II, 70. Lampiran 5 Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) II, 74. Lampiran 6 Alat Tes II Kelas Eksperimen, 76. Lampiran 7 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Kelas Kontrol Pertemuan I, 78. Lampiran 8 Alat Tes I Kelas Kontrol, 82. Lampiran 9 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Kelas Kontrol Pertemuan II, 84. Lampiran 10 Alat Tes II Kelas Kontrol, 88. Lampiran 11 Kisi-kisi Soal Uji Coba, 90. Lampiran 12 Soal Uji Coba, 94. Lampiran 13 Kunci Jawaban Soal Uji Coba, 96. Lampiran 14 Pedoman Penskoran Soal Uji Coba, 102. Lampiran 15 Daftar Nilai MID Semester Gasal Kelas VIII A, 103. Lampiran 16 Daftar Nilai MID Semester Gasal Kelas VIII B, 104. Lampiran 17 Daftar Nilai MID Semester Gasal Kelas VIII C, 106. Lampiran 18 Uji Normalitas Data Awal Kelas VIII A, 108. Lampiran 19 Uji Normalitas Data Awal Kelas VIII B, 111. Lampiran 20 Uji Normalitas Data Awal Kelas VIII C, 115. Lampiran 21 Uji Homogenitas Nilai Awal, 119. Lampiran 22 Uji Kesamaan Rata-rata Awal, 121. xiv

Lampiran 23 Daftar Nilai Tes Uji Coba, 123. Lampiran 24 Analisis Butir Soal, 125. Lampiran 25 Contoh Perhitungan Validitas Soal Nomor 1, 129. Lampiran 26 Contoh Perhitungan Reliabilitas, 131. Lampiran 27 Contoh Perhitungan Tingkat Kesukaran Soal Nomor 1, 133. Lampiran 28 Contoh Perhitungan Daya Pembeda Soal Nomor 1, 135. Lampiran 29 Daftar Kelompok Kelas Eksperimen, 138. Lampiran 30 Hasil Pengamatan Pertemuan Pertama Kelas Eksperimen, 140. Lampiran 31 Hasil Pengamatan Pertemuan Kedua Kelas Eksperimen, 141. Lampiran 32 Hasil Pengamatan Pertemuan Pertama Kelas Kontrol, 142. Lampiran 33 Hasil Pengamatan Pertemuan Kedua Kelas Kontrol, 143. Lampiran 34 Nilai Tes Akhir Kelas Eksperimen, 144. Lampiran 35 Nilai Tes Akhir Kelas Kontrol, 146. Lampiran 36 Uji Normalitas Data Akhir Kelas Eksperimen, 148. Lampiran 37 Uji Normalitas Data Akhir Kelas Kontrol, 151. Lampiran 38 Uji Homogenitas Nilai Akhir, 154. Lampiran 39 Uji Perbedaan Rata-rata Nilai Akhir, 155. Lampiran 40 Tabel Distribusi Normal, 157. Lampiran 41 Tabel Nilai Chi-kuadrat, 158. Lampiran 42 Tabel F, 159. Lampiran 43 Tabel r, 160. Lampiran 44 Tabel t, 161. xv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada sekarang ini, pendidikan telah mengalami perkembangan yang disesuaikan dengan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi. Sejalan dengan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, peranan pendidikan sebagai usaha sadar untuk meningkatkan sumber daya manusia menjadi perhatian khusus bagi pemerintah dan masyarakat, sehingga pemerintah selalu mengadakan pembaharuan untuk mengembangkan dan meningkatkan pendidikan nasional. Pendidikan adalah suatu hal yang diprioritaskan karena pendidikan merupakan kewajiban yang berlangsung sepanjang hayat, selama seseorang masih hidup dan berakal sehat. Oleh karena itu, dengan adanya pendidikan dapat menghasilkan manusia yang memiliki kemampuan berpikir logis, bersikap kritis, berinisiatif, unggul, dan menguasai ilmu pengetahuan serta keterampilan dasar. Keberhasilan dalam pendidikan merupakan suatu hal yang sangat diharapkan, seperti keberhasilan dalam proses belajar mengajar di sekolah. Guru dan peserta didik dapat saling berinteraksi untuk mencapai keberhasilan pembelajaran. Prestasi belajar yang tinggi sangat diharapkan oleh peserta didik, oleh guru maupun orang tua, karena dengan prestasi belajar yang tinggi dapat dijadikan sebagai tolok ukur dalam keberhasilan proses belajar mengajar, serta tercapainya tujuan pendidikan. Terlebih prestasi belajar matematika yang mana mata pelajaran matematika merupakan mata pelajaran yang menjadi momok menakutkan bagi peserta didik. Peserta didik kebanyakan menganggap bahwa mata pelajaran matematika itu sulit dan penuh dengan rumus-rumus. Pembelajaran Matematika SMP/MTs mencakup beberapa materi yaitu Bilangan, Aljabar, Geometri, Statistik, dan Peluang. Dalam penelitian ini yang akan dibahas adalah pembelajaran geometri yaitu materi Bangun Ruang Sisi Datar. Idealnya dalam pembelajaran geometri melalui lima tahapan-tahapan perkembangan kognitif dalam memahami geometri. Sama halnya dengan pembelajaran pada materi Bangun Ruang Sisi Datar yang merupakan bagian dari geometri juga melalui lima 1

tahapan. Yang pertama tahap visualisasi, pada tahap ini peserta didik hanya baru mengenal bangun-bangun geometri seperti bola, kubus, segitiga, persegi, dan bangun-bangun geometri lainnya. Pada tahap ini guru dituntut untuk menggunakan alat peraga. Bila pada tahap visualisasi anak belum mengenal sifat-sifat dari bangunbangun geometri, tidak demikian pada tahap Analisis. Pada tahap ini peserta didik sudah dapat memahami sifat-sifat dari bangun-bangun geometri. Tahap ketiga yaitu tahap deduksi informal. Pada tahap ini peserta didik sudah mampu mengetahui hubungan yang terkait antara suatu bangun geometri dengan bangun geometri lainnya. Selanjutnya tahap deduksi, pada tahap ini peserta didik telah mengerti pentingnya peranan unsur-unsur yang tidak didefinisikan di samping unsur-unsur yang didefinisikan, aksioma atau problem, dan teorema. Tahap terakhir dari perkembangan kognitif peserta didik dalam memahami geometri adalah tahap ketepatan. Pada tahap ini peserta didik sudah memahami betapa pentingnya ketepatan dari prinsip-prinsip dasar yang melandasi suatu pembuktian. Pada tahap ini memerlukan tahap berpikir yang kompleks dan rumit. 1 Namun pada kenyataannya, rata-rata prestasi belajar matematika peserta didik kelas VIII MTs Darussalam Pucung Kidul Kroya Cilacap masih tergolong rendah dibandingkan dengan ketuntasan belajar menurut kurikulum yakni sebesar 55. Berdasarkan wawancara dengan guru mata pelajaran matematika materi pokok yang dianggap sulit dipahami oleh peserta didik adalah materi Bangun Ruang Sisi Datar terutama pada materi Luas Permukaan dan Volume Kubus dan Balok. Peserta didik seringkali mengalami kesulitan dan kekeliruan dalam menyelesaikan soal-soal latihan. Ini disebabkan karena peserta didik hanya menerima begitu saja apa yang diajarkan oleh guru tanpa membuktikan sendiri kenapa bisa seperti itu. Sehingga peserta didik tidak memahami konsep dari materi Bangun Ruang Sisi Datar yang penuh dengan rumus. Peserta didik cenderung mengahafalkan rumus-rumus tanpa memahami konsepnya. Selain itu, peserta didik hanya mengenal Bangun Ruang Sisi Datar dengan gambar bukan benda konkret atau alat peraga berbentuk bangun ruang. 1 Purwoko, Teori Belajar Van Hiele, dalam edywihardjo.blog.unej.ac.id/ /download.php?...pengembanganpembelajaranmatematika, diakses 10 Desember 2010. 2

Ini menyebabkan materi tersebut tidak begitu mengena di benak peserta didik. Guru juga tidak begitu memperhatikan perkembangan pemahaman peserta didik tentang materi yang dipelajari, sehingga ada peserta didik yang belum paham dengan materi yang dipelajari tetapi sudah diberikan materi yang lain. Model pembelajaran Van Hiele mencakup lima fase pembelajaran yaitu fase informasi, fase orientasi langsung, fase penjelasan, fase orientasi bebas, dan fase integrasi. Fase-fase tersebut sesuai dengan pembelajaran geometri yang ideal. Sehingga dengan model pembelajaran Van Hiele diharapkan mampu mengatasi masalah yang terjadi di MTs Darussalam Kroya pada Materi Pokok Bangun Ruang Sisi Datar. Dengan model pembelajaran Van Hiele dengan menggunakan alat peraga, diharapkan peserta didik tidak hanya menerima begitu saja apa yang diajarkan oleh guru dan materi Bangun Ruang Sisi Datar mengena di benak peserta didik. Dan diharapkan juga dapat menambah nuansa baru bagi pembelajaran matematika materi pokok Bangun Ruang Sisi Datar. Agar dalam pembelajarannya, keterampilan proses yang ada dapat berpengaruh positif terhadap hasil belajar dan peserta didik dapat mencapai ketuntasan belajar. Dari uraian di atas, maka dilakukan penelitian eksperimen dengan judul Efektivitas Model Pembelajaran Van Hiele dengan Alat Peraga untuk Meningkatkan Hasil Belajar Peserta Didik pada Materi Pokok Bangun Ruang Sisi Datar di Kelas VIII MTs Darussalam Kroya Tahun Pelajaran 2010/2011. B. Rumusan Masalah Permasalahan dalam penelitian ini adalah Apakah model pembelajaran Van Hiele dengan alat peraga pada materi pokok Bangun Ruang Sisi Datar efektif untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik kelas VIII MTs Darussalam Kroya tahun pelajaran 2010/2011? 3

C. Manfaat Penelitian Hasil pelaksanaan penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat, antara lain sebagai berikut. 1. Bagi peneliti Menambah wawasan dan pengalaman keterampilan dalam menerapkan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Van Hiele. 2. Bagi peserta didik a. Membuat peserta didik lebih aktif dalam proses pembelajaran. b. Peserta didik lebih memahami materi Bangun Ruang Sisi Datar. 3. Bagi sekolah Diharapkan dapat memberikan sumbangan yang bermanfaat bagi sekolah dengan adanya informasi yang diperoleh sehingga dapat dijadikan sebagai bahan kajian bersama agar dapat meningkatkan kualitas sekolah. 4

BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Pustaka 1. Model Pembelajaran Van Hiele a. Pengertian Model pembelajaran van hiele adalah model pembelajaran yang melibatkan lima fase (langkah), yaitu : informasi (information), orientasi langsung (directed orientation), penjelasan (explication), orientasi bebas (free orientation), dan integrasi (integration). 1 Model pembelajaran ini hanya digunakan pada pembelajaran geometri. Fitur yang paling menonjol dari model tersebut adalah hierarki lima tingkat dari cara dalam pemahaman ide-ide ruang. Tiap tingkatan menggambarkan proses pemikiran yang diterapkan dalam konteks geometri. Tingkatan-tingkatan tersebut menjelaskan tentang bagaimana berpikir dan jenis ide-ide geometri apa yang dipikirkan, bukannya berapa banyak pengetahuan yang dimiliki. Perbedaan yang signifikan dari satu level ke level berikutnya adalah objek-objek pikiran apa yang mampu dipikirkan secara geometris. 2 b. Langkah-langkah Pembelajaran 1) Fase 1: Informasi (information) Dengan tanya jawab antara guru dan peserta didik, disampaikan konsep-konsep awal tentang materi yang akan dipelajari. Guru mengajukan informasi baru dalam setiap pertanyaan yang dirancang secermat mungkin agar peserta didik dapat menyatakan kaitan konsep-konsep awal dengan materi yang akan dipelajari. Bentuk pertanyaan diarahkan pada konsep yang telah dimiliki 1 AL. Kristiyanto, Pembelajaran Matematika Berdasar Teori Belajar Van Hiele, dalam http://kris-21.blogspot.com/2007/12/pembelajaran-matematika-berdasar-teori.html, diakses 11 Desember 2010. 2 John A. Van de Walle, Matematika Sekolah Dasar dan Menengah, (Jakarta: Erlangga, 2008), jil. II, hlm. 151. 5

peserta didik, misalnya apa itu kubus, apa itu luas permukaan, apa itu volume, dan seterusnya. Informasi dari tanya jawab tersebut memberikan masukan bagi guru untuk menggali tentang perbendaharaan bahasa dan interpretasi atas konsepsikonsepsi awal peserta didik untuk memberikan materi selanjutnya, dipihak peserta didik, peserta didik mempunyai gambaran tentang arah belajar selanjutnya. 3 Tujuan kegiatan ini adalah sebagai berikut. a) Guru mempelajari pengetahuan awal yang dipunyai peserta didik mengenai topik yang dibahas. b) Guru mempelajari petunjuk yang muncul dalam rangka menentukan pembelajaran selanjutnya yang akan diambil. 4 2) Fase 2: Orientasi langsung (directed orientation) Sebagai refleksi dari fase 1, peserta didik meneliti materi pelajaran melalui bahan ajar (alat-alat) yang dirancang guru. Guru mengarahkan peserta didik untuk meneliti obyek-obyek yang dipelajari. Kegiatan mengarahkan merupakan rangkaian tugas singkat untuk memperoleh respon-respon khusus peserta didik. Misalnya, guru meminta peserta didik mengamati alat peraga berbentuk kubus dan balok. Aktivitas belajar ini bertujuan untuk memotivasi peserta didik agar aktif mengeksplorasi obyek-obyek melalui kegiatan seperti menentukan panjang sisi kubus dan balok. Fase ini juga bertujuan untuk mengarahkan dan membimbing eksplorasi peserta didik sehingga menemukan konsep-konsep khusus dari bangun-bangun geometri. 5 3 Ferry Ferdianto, Model Pembelajaran Van Hiele, dalam http://ferrymath.blogspot.com/2010/03/pembelajaran-geometri-berdasarkan-tahap.html, diakses 11 Desember 2010. 4 AL. Kristiyanto, Pembelajaran Matematika Berdasar Teori Belajar Van Hiele, dalam http://kris-21.blogspot.com/2007/12/pembelajaran-matematika-berdasar-teori.html, diakses 11 Desember 2010. 5 Ferry Ferdianto, Model Pembelajaran Van Hiele, dalam http://ferrymath.blogspot.com/2010/03/pembelajaran-geometri-berdasarkan-tahap.html, diakses 11 Desember 2010. 6

3) Fase 3: Penjelasan (explication) Berdasarkan pengalaman sebelumnya, peserta didik menyatakan pandangan yang muncul mengenai struktur yang diobservasi. Di samping itu untuk membantu peserta didik menggunakan bahasa yang tepat dan akurat, guru memberi bantuan seminimal mungkin. Hal tersebut berlangsung sampai sistem hubungan pada tahap berpikir ini mulai tampak nyata. 6 4) Fase 4: Orientasi bebas (free orientation) Peserta didik mengahadapi tugas-tugas yang lebih komplek berupa tugas yang memerlukan banyak langkah, tugas-tugas yang dilengkapi dengan banyak cara, dan tugas-tugas open ended. Mereka memperoleh pengalaman dalam menemukan cara mereka sendiri, maupun dalam menyelesaikan tugas-tugas. Melalui orientasi diantara para peserta didik dalam bidang investigasi, banyak hubungan antara obyek-obyek yang dipelajari menjadi jelas. 7 Fase pembelajaran ini bertujuan agar peserta didik memperoleh pengalaman menyelesaikan masalah dan menggunakan strategi-strateginya sendiri. Peran guru adalah memilih materi dan masalah-masalah yang sesuai untuk mendapatkan pembelajaran yang meningkatkan perolehan berbagai performansi peserta didik. 8 5) Fase 5: Integrasi (Integration) Kelompok mempresentasikan hasil kerja kelompok, guru menuliskan temuan baru peserta didik yang mendukung atau menyimpang dari kesepakatan sementara. Guru membimbing peserta didik untuk melakukan koreksi terhadap kesepakatan sementara. Dengan bimbingan guru, peserta didik memberikan definisi/pengertian kemudian menyimpulkan. Peserta didik meninjau kembali 6 AL. Kristiyanto, Pembelajaran Matematika Berdasar Teori Belajar Van Hiele, dalam http://kris-21.blogspot.com/2007/12/pembelajaran-matematika-berdasar-teori.html, diakses 11 Desember 2010. 7 AL. Kristiyanto, Pembelajaran Matematika Berdasar Teori Belajar Van Hiele, dalam http://kris-21.blogspot.com/2007/12/pembelajaran-matematika-berdasar-teori.html, diakses 11 Desember 2010. 8 Ferry Ferdianto, Model Pembelajaran Van Hiele, dalam http://ferrymath.blogspot.com/2010/03/pembelajaran-geometri-berdasarkan-tahap.html, diakses 11 Desember 2010. 7

dan meringkas apa yang telah dipelajari. Guru dapat membantu dalam membuat sintesis ini dengan melengkapi survei secara global terhadap apa-apa yang telah dipelajari peserta didik. Hal ini penting tetapi, kesimpulan ini tidak menunjukkan sesuatu yang baru. 9 Tujuan kegiatan belajar fase ini adalah menginterpretasikan pengetahuan dari apa yang telah diamati dan didiskusikan. Peran guru adalah membantu penginterpretasian pengetahuan peserta didik dengan meminta membuat refleksi dan mengklarifikasi pengetahuan geometri peserta didik, serta menguatkan tekanan pada penggunaan struktur matematika. 10 2. Alat Peraga a. Pengertian Alat peraga dalam mengajar memegang peranan penting sebagai alat bantu untuk menciptakan proses belajar mengajar yang efektif. Setiap proses belajar dan mengajar ditandai dengan adanya beberapa unsur antara lain tujuan, bahan, metode dan alat, serta evaluasi. Unsur metode dan alat merupakan unsur yang tidak bisa dilepaskan dari unsur lainnya yang berfungsi sebagai cara atau teknik untuk mengantarkan bahan pelajaran agar sampai kepada tujuan. Alat peraga sering disebut audio visual, dari pengertian alat yang dapat diserap oleh mata dan telinga. Alat tersebut berguna agar bahan pelajaran yang disampaikan guru lebih mudah dipahami peserta didik. 11 9 AL. Kristiyanto, Pembelajaran Matematika Berdasar Teori Belajar Van Hiele, dalam http://kris-21.blogspot.com/2007/12/pembelajaran-matematika-berdasar-teori.html, diakses 11 Desember 2010. 10 Ferry Ferdianto, Model Pembelajaran Van Hiele, dalam http://ferrymath.blogspot.com/2010/03/pembelajaran-geometri-berdasarkan-tahap.html, diakses 11 Desember 2010. 11 Nana Sudjana, Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Sinar Baru Algesindo Offset, 2009), hlm. 99. 8

b. Fungsi Alat Peraga Ada enam fungsi pokok dari alat peraga dalam proses belajar mengajar. Keenam fungsi tersebut adalah: 1) Penggunaan alat peraga dalam proses belajar mengajar bukan merupakan fungsi tambahan tetapi mempunyai fungsi tersendiri sebagai alat bantu untuk mewujudkan situasi belajar mengajar yang efektif. 2) Penggunaan alat peraga merupakan bagaian yang integral dari keseluruhan situasi mengajar. Ini berarti bahwa alat peraga merupakan salah satu unsur yang harus dikembangkan guru. 3) Alat peraga dalam pengajaran penggunaannya integral dengan tujuan dan isi pelajaran. Fungsi ini mengandung pengertian bahwa penggunaan alat peraga harus melihat kepada tujuan dan bahan pelajaran. 4) Penggunaan alat peraga dalam pengajaran bukan semata-mata alat hiburan, dalam arti digunakan hanya sekadar melengkapi proses belajar supaya lebih menarik perhatian peserta didik. 5) Penggunaan alat peraga dalam pengajaran lebih diutamakan untuk mempercepat proses belajar mengajar dan membantu peserta didik dalam menangkap pengertian yang diberikan guru. 6) Penggunaan alat peraga dalam pengajaran diutamakan untuk mempertinggi mutu belajar mengajar. Dengan perkataan lain menggunakan alat peraga, hasil belajar yang dicapai akan tahan lama diingat peserta didik, sehingga pelajaran mempunyai nilai tinggi. 12 c. Jenis Alat Peraga 1) Alat peraga dua dan tiga dimensi Alat peraga dua dimensi artinya alat yang mempunyai ukuran panjang dan lebar, sedangkan alat peraga tiga dimensi disamping mempunyai ukuran panjang dan lebar juga mempunyai ukuran tinggi. Alat peraga dua dan tiga dimensi ini antara lain: a) Bagan 12 Nana Sudjana, Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Sinar Baru Algesindo Offset, 2009), hlm. 99-100. 9

b) Grafik c) Poster d) Gambar mati e) Peta datar f) Peta timbul g) Globe h) Papan tulis 13 2) Alat-alat peraga yang diproyeksi Alat peraga yang diproyeksi adalah alat peraga yang menggunakan proyektor sehingga gambar nampak pada layar. Alat peraga yang diproyeksi antara lain: a) Film b) Slide dan filmstrip 14 Alat peraga yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat peraga tiga dimensi yang berbentuk bangun ruang sisi datar yaitu kubus dan balok. d. Alat Peraga Bangun Ruang Sisi Datar 1) Alat peraga untuk menemukan rumus luas permukaan kubus dan balok Alat peraga untuk menemukan rumus luas permukaan kubus dan balok terbuat dari kertas karton. Dan bentuk alat peraga tersebut sesuai dengan gambar di bawah ini.. Gambar 1. Tabel 1. Keterangan Gambar 1. Bentuk Ukuran Bahan Kubus 6 cm Kertas karton berwarna merah muda 13 Nana Sudjana, Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Sinar Baru Algesindo Offset, 2009), hlm. 101-102. 14 Nana Sudjana, Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Sinar Baru Algesindo Offset, 2009), hlm. 102-103. 10

Gambar 2. Tabel 2. Keterangan Gambar 2. Bentuk Ukuran Bahan Panjang 8 cm, Balok lebar 4 cm, dan tinggi 6 cm Kertas karton berwarna kuning Langkah-langkah penggunaan alat peraga: a) Buatlah bangun tersebut membentuk jaring-jaring b) Hitung luas permukaan bangun tersebut Luas permukaan = jumlah luas seluruh sisi = luas sisi depan + luas sisi belakang + luas sisi samping kanan + luas sisi samping kiri + luas sisi atas + luas sisi bawah Luas permukaan kubus = 6 sisi sisi 6 Luas permukaan balok = 2 2 2 2) Alat peraga untuk menemukan rumus volume kubus dan balok Alat peraga untuk menemukan rumus volume kubus dan balok terbuat dari mika transparan untuk kubus dan balok besar, dan untuk kubus satuan terbuat dari kayu. 11

Bentuk alat peraga tersebut sesuai dengan gambar di bawah ini. Gambar 3. Tabel 3. Keterangan Gambar 3. Bentuk Ukuran Bahan Kubus besar 6 cm Plastik mika Kubus satuan 2 cm Kayu diberi warna kuning Gambar 4. Tabel 4. Keterangan Gambar 4. Bentuk Ukuran Bahan Balok besar Panjang 8 cm, lebar 4 cm, dan tinggi 6 cm Plastik mika Kubus satuan 2 cm Kayu diberi warna kuning Langkah-langkah penggunaan alat peraga: a) Masukkan kubus satuan ke dalam bangun besar sampai penuh 12

b) Hitung jumlah kubus satuan pada sisi panjang, lebar, dan tingginya (1)sisi panjang (2)sisi lebar (3)sisi tinggi = kubus satuan = kubus satuan = kubus satuan c) Selanjutnya untuk menentukan volume dikalikan ketiganya sehingga menjadi: 3. Hasil Belajar a. Belajar Volume kubus besar = panjang kubus lebar kubus tinggi kubus = kubus satuan Misalnya sisi kubus adalah dan karena sisi-sisi kubus sama maka : Volume kubus = Volume balok besar = panjang kubus lebar kubus tinggi kubus = kubus satuan Misalnya panjang balok =, lebar balok =, dan tinggi balok = maka: Volume balok = 1) Pengertian Belajar merupakan proses dari perkembangan hidup manusia. Dengan belajar, manusia melakukan perubahan-perubahan kualitatif individu sehingga tingkah lakunya berkembang. Semua aktivitas dan prestasi hidup tidak lain adalah hasil dari belajar. Kitapun hidup menurut hidup dan bekerja menurut apa yang telah kita pelajari.belajar itu bukan sekedar pengalaman. Belajar adalah suatu proses, dan bukan suatu hasil. Karena itu, belajar berlangsung secara aktif dan integratif dengan menggunakan berbagai bentuk perbuatan untuk mencapai suatu tujuan. 15 Sedangkan menurut Islam, manusia dilahirkan dengan tidak mengetahui suatu apapun dan Allah SWT memberikan akal untuk belajar dan berfikir membedakan antara yang baik dan yang buruk sebagaimana firman Allah SWT dalam surat An-Nahl ayat 78: 127. 15 Abu Ahmadi & Widodo Supriyono, Psikologi Belajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2004), hlm. 13

Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan, dan hati, agar kamu bersyukur. (QS. An-Nahl ayat 78) 16 Allah menyebutkan karunia yang dilimpahkan-nya kepada para hamba, dengan mengeluarkan mereka dari perut ibu dalam keadaan tidak mengetahui apa-apa, lalu memberikan rezki kepada mereka berupa pendengaran, penglihatan, dan hati. 17 Allah menjadikan kalian mengetahui apa yang tidak kalian ketahui, setelah Dia mengeluarkan kalian dari dalam perut ibu. Kemudian member kalian akal yang dengan itu kalian dapat memahami dan membedakan antara yang baik dengan yang buruk, antara petunjuk dan kesesatan, dan antara yang salah dengan yang benar, menjadikan pendengaran bagi kalian yang dengan itu kalian dapat mendengar suara-suara, sehingga sebagian kalian dapat memahami dari sebagian yang lain apa yang saling kalian perbincangkan, menjadikan penglihatan, yang dengan itu kalian dapat melihat orang-orang, sehingga kalian dapat saling mengenal dan membedakan antara sebagian dan sebagian yang lain, dan menjadikan perkara-perkara yang kalian butuhkan di dalam hidup ini, sehingga kalian dapat mengetahui jalan, lalu kalian menempuhnya untuk berusaha mencari rezki dan barang-barang, agar kalian dapat memilih yang baik dan meninggalkan yang buruk. Demikian halnya dengan seluruh perlengkapan dan aspek kehidupan. Dengan harapan kalian dapat bersyukur kepada-nya dengan menggunakan nikmat-nikmat-nya dalam tujuannya untuk itu ia diciptakan. 18 16 Departemen Agama Republik Indonesia, Al Qur an dan Terjemahnya, (Semarang: CV Toha Putra, 1989), hlm. 413. 17 Ahmad Mushthafa Al-Maraghi, Terjemah Tafsir Al-Maraghi, (Semarang: PT Karya Toha Putra, 1992), hlm. 210-211. 18 Ahmad Mushthafa Al-Maraghi, Terjemah Tafsir Al-Maraghi, (Semarang: PT Karya Toha Putra, 1992), hlm. 211. 14

Dari definisi-definisi yang dikemukakan di atas, dapat dikemukakan adanya beberapa elemen yang penting yang mencirikan pengertian tentang belajar, yaitu bahwa: a) Belajar merupakan suatu perubahan dalam tingkah laku, dimana perubahan itu dapat mengarah kepada tingkah laku yang lebih baik, tetapi juga ada kemungkinan mengarah kepada tingkah laku yang lebih buruk. b) Belajar merupakan suatu perubahan yang terjadi melalui latihan atau pengalaman; dalam arti perubahan-perubahan yang disebabkan oleh pertumbuhan atau kematangan tidak dianggap sebagai hasil belajar; seperti perubahan-perubahan yang terjadi pada diri seorang bayi. c) Untuk dapat disebut belajar, maka perubahan itu harus relatif mantap; harus merupakan akhir daripada suatu periode waktu yang cukup panjang. Berapa lama periode waktu itu berlangsung sulit ditentukan dengan pasti, tetapi perubahan itu hendaknya merupakan akhir dari suatu periode yang mungkin berlangsung berhari-hari, berbulan-bulan ataupun bertahun-tahun. Ini berarti kita harus mengenyampingkan perubahan-perubahan tingkah laku yang disebabkan oleh motivasi, kelelahan, adaptasi, ketajaman, perhatian atau kepekaan seseorang yang biasanya hanya berlangsung sementara. d) Tingkah laku yang mengalami perubahan karena belajar menyangkut berbagai aspek kepribadian, baik fisik maupun psikis, seperti: perubahan dalam pengertian, pemecahan suatu masalah/berpikir, keterampilan, kecakapan, kebiasaan, ataupun sikap. 19 2) Teori Belajar a) Teori Van Hiele (Hierarkis Belajar Geometri) Tidak semua orang berpikir tentang ide-ide geometri dengan cara yang sama. Tentunya, kita semua tak sama tetapi kita semua dapat menumbuhkan dan mengembangkan kemampuan kita untukberpikir dan menimbang dalam konteks geometri. Riset dari dua pendidik, Pierre van Hiele dan Dina van Hiele-Geldof, telah menghasilkan wawasan dalam perbedaan dalam 85. 19 Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1996), hlm. 84-15

pemikiran geometri dan bagaimana perbedaan tersebut muncul. Riset dari van Hiele bermula pada tahun 1959 dan langsung menarik perhatian di Uni Soviet. 20 Tingkat-tingkat pemikiran geometris menurut teori van Hiele meliputi: (1)Level 0: Visualisasi Objek-objek pikiran pada level 0 berupa bentuk-bentuk dan bagaimana rupa mereka. 21 Peserta didik-peserta didik pada tingkatan awal ini mengenal dan menamakan bentuk-bentuk berdasarkan pada karakteristik luas dan tampilan dari bentuk-bentuk tersebut sebuah pendekatan perwujudan akan bentuk. Hasil pemikiran pada level 0 adalah kelas-kelas atau kelompokkelompok dari bentuk-bentuk yang terlihat mirip. 22 Penekanan pada level 0 terdapat pada bentuk-bentuk yang diamati, dirasakan, dibentuk, dipisahkan, atau digunakan dengan beberapa cara oleh peserta didik. 23 (2)Level 1: Analisis Objek-objek pemikiran pada level 1 berupa kelompok-kelompok bentuk bukan bentuk-bentuk individual. 24 Peserta didik pada tingkat analisis dapat menyatakan semua bentuk dalam golongan selain bentuk satuannya. Dalam mengenali sebuah 20 John A. Van de Walle, Matematika Sekolah Dasar dan Menengah, (Jakarta: Erlangga, 2008), jil. II, hlm. 151. 21 John A. Van de Walle, Matematika Sekolah Dasar dan Menengah, (Jakarta: Erlangga, 2008), jil. II, hlm. 151. 22 John A. Van de Walle, Matematika Sekolah Dasar dan Menengah, (Jakarta: Erlangga, 2008), jil. II, hlm. 151. 23 John A. Van de Walle, Matematika Sekolah Dasar dan Menengah, (Jakarta: Erlangga, 2008), jil. II, hlm. 151. 24 John A. Van de Walle, Matematika Sekolah Dasar dan Menengah, (Jakarta: Erlangga, 2008), jil. II, hlm. 152. 16

bentuk, para pemikir tingkat 1 akan menyebutkan sifat-sifat dari bentuk sebanyak mungkin. Hasil pemikiran pada tingkat 1 adalah sifat-sifat dari bentuk. 25 Sebuah perbedaan yang berarti antara tingkat 1 dengan tingkat 0 adalah objek dari pemikiran peserta didik. Ketika peserta didik tingkat 1 terus menggunakan model-model dan gambaran dari bentuk-bentuk, mereka mulai menganggapnya sebagai perwakilan kelompok dari bentuk. 26 (3)Level 2: Deduksi Informal Objek pemikiran pada tingkat 2 adalah sifat-sifat dari bentuk. 27 Jika peserta didik mulai dapat berpikir tentang sifat-sifat objek geometri tanpa batasan dari objek-objek tertentu, mereka dapat membuat hubungan di antara sifat-sifat tersebut. Peserta didik pada tingkat 2 akan dapat mengikuti dan mengapresiasi pendapat-pendapat informal, deduktif tentang bentuk dan sifat-sifatnya. Hasil pemikiran pada level 2 adalah hubungan di antara sifat-sifat objek geometri. 28 Kegiatan-kegiatan pada tingkat 2 ini ditandai dengan adanya pencantuman dari pemikiran logis informal. Peserta didik telah mengembangkan pemahaman akan berbagai sifat bentuk. 29 (4)Level 3: Deduksi Objek pemikiran pada tingkat 3 berupa hubungan di antara sifat-sifat objek geometri. 30 25 John A. Van de Walle, Matematika Sekolah Dasar dan Menengah, (Jakarta: Erlangga, 2008), jil. II, hlm. 152. 26 John A. Van de Walle, Matematika Sekolah Dasar dan Menengah, (Jakarta: Erlangga, 2008), jil. II, hlm.152. 27 John A. Van de Walle, Matematika Sekolah Dasar dan Menengah, (Jakarta: Erlangga, 2008), jil. II, hlm. 153. 28 John A. Van de Walle, Matematika Sekolah Dasar dan Menengah, (Jakarta: Erlangga, 2008), jil. II, hlm. 153. 29 John A. Van de Walle, Matematika Sekolah Dasar dan Menengah, (Jakarta: Erlangga, 2008), jil. II, hlm. 153. 17

Pada tingkat 3, peserta didik mampu meneliti bukan hanya sifat-sifat bentuk saja. Pemikiran mereka sebelumnya telah menghasilkan dugaan mengenai hubungan antar sifat-sifat. Ketika analisis pendapat informal ini berlangsung, struktur sebuah sistem lengkap dengan aksioma, definisi, teorema, efek, dan postulat mulai berkembang dan dapat dihargai sebagai alat dalam pembentukan kebenaran geometri. Hasil pemikiran pada tingkat 3 berupa sistem-sistem deduktif dasar dari geometri. 31 Tipe pemikiran yang mengakarakteristikan seorang pemikir pada tingkat 3 sama dengan yang dibutuhkan pada pelajaran goemetri sekolah tinggi tipikal. Di sanalah peserta didik membuat sebuah daftar aksioma dan definisi untuk membuat teorema. 32 (5)Level 4: Ketepatan (Rigor) Objek-objek pemikiran pada tingkat 4 berupa sistem-sistem deduktif dasar dari geometri. 33 Pada tingkat teratas dalam tingkatan van Hiele, objek-objek perhatian adalah sistem dasarnya sendiri, bukan hanya penyimpulan dalam sistem. Terdapat sebuah apresiasi akan perbedaan dan hubungan antara berbagai sistem dasar. Secara umum ini adalah tingkatan mahasiswa jurusan matematika yang mempelajari geometri sebagai cabang dari ilmu matematika. Hasil pemikiran pada tingkat 4 berupa perbandingan dan perbedaan di anatara berbagai sistem-sistem geometri dasar. 34 30 John A. Van de Walle, Matematika Sekolah Dasar dan Menengah, (Jakarta: Erlangga, 2008), jil. II, hlm. 154. 31 John A. Van de Walle, Matematika Sekolah Dasar dan Menengah, (Jakarta: Erlangga, 2008), jil. II, hlm. 154. 32 John A. Van de Walle, Matematika Sekolah Dasar dan Menengah, (Jakarta: Erlangga, 2008), jil. II, hlm. 154. 33 John A. Van de Walle, Matematika Sekolah Dasar dan Menengah, (Jakarta: Erlangga, 2008), jil. II, hlm. 154. 18

Meskipun keadaan tingkatan tidak secara langsung terkait dengan usia, peserta didik TK sampai dengan II SD biasanya berada pada level 0, dan peserta didik kelas III-VI SD biasanya berada pada level 1. 35 Level 2 biasanya cocok untuk peserta didik kelas VII dan VIII SMP. Level 3 biasanya cocok untuk peserta didik di SMA. 36 b) Menurut Jean Piaget (salah satu penganut aliran kognitif yang kuat) Proses belajar sebenarnya terdiri dari tiga tahapan, yakni asimilasi, akomodasi, dan equilibrasi (penyeimbangan). Proses asimilasi adalah proses penyatuan (pengintegrasian) informasi baru ke struktur kognitif yang sudah ada dalam benak siswa. Akomodasi adalah penyesuaian struktur kognitif ke dalam situasi yang baru. Equilibrasi adalah penyesuaian berkesinambungan antara asimilasi dan akomodasi. 37 Menurut Piaget, proses belajar harus disesuaikan dengan tahap perkembangan kognitif yang dilalui peserta didik, yang dalam hal ini Piaget membaginya menjadi empat tahap, yaitu tahap Sensorimotor (ketika anak berumur 1,5 sampai 2 tahun), tahap Praoperasional (2/3 sampai 7/8 tahun), tahap Operasinal Konkret (7/8 sampai 12/14 tahun), dan tahap Operasional Formal (14 tahun atau lebih). Proses belajar yang dialami seorang anak pada tahap sensorimotor tentu lain dengan yang dialami seorang anak yang sudah mencapai tahap kedua (praoperasional), dan lain lagi yang dialami peserta didik lain yang telah sampai ke tahap yang lebih tinggi (operasional konkret dan operasional formal). Secara umum, semakin tinggi tingkat kognitif seseorang semakin teratur (dan juga semakin abstrak) cara berpikirnya. Maka guru seyogyanya memahami tahap-tahap perkembangan anak 34 John A. Van de Walle, Matematika Sekolah Dasar dan Menengah, (Jakarta: Erlangga, 2008), jil. II, hlm. 154. 35 Gatot Muhsetyo, dkk., Materi Pokok Pembelajaran Matematika SD, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2008), hlm. 14. 36 Gatot Muhsetyo, dkk., Materi Pokok Pembelajaran Matematika SD, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2008), hlm. 16. 37 Prasetya Irawan, et. al., Teori Belajar, Motivasi, dan Keterampilan Mengajar, (Pusat Antar Universitas, 1996), hlm. 8. 19

didiknya ini, serta memberikan materi pelajaran dalam jumlah dan jenis yang sesuai dengan tahap-tahap tersebut. 38 Pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Van Hiele sesuai dengan Teori Belajar menurut Piaget. Dalam pembelajaran menggunakan model pembelajaran Van Hiele, peserta didik dalam mempelajari geometri juga mengalami perkembangan kemampuan berpikir dengan melalui tingkat-tingkat yaitu tingkat visualisasi, tingkat analisis, tingkat abstraksi, tingkat deduksi formal, dan tingkat rigor. Semua anak mempelajari geometri dengan melalui tingkat-tingkat tersebut, dengan urutan yang sama, dan tidak dimungkinkan adanya tingkat yang diloncati. Akan tetapi, kapan seseorang peserta didik mulai memasuki sesuatu tingkat yang baru tidak selalu sama antara peserta didik yang satu dengan peserta didik yang lain. Selain itu, proses perkembangan dari tingkat yang satu ke tingkat berikutnya terutama tidak ditentukan oleh umur atau kematangan biologis, tetapi lebih tergantung pada pengajaran dari guru dan proses belajar yang dilalui peserta didik. c) Menurut Bruner Bruner mengusulkan teorinya yang disebut free discovery learning. Menurut teori ini, proses belajar akan berjalan dengan baik dan kreatif jika guru memberi kesempatan kepada siswa untuk menemukan suatu aturan (termasuk konsep, teori, definisi, dan sebagainya) melalui contoh-contoh yang menggambarkan (mewakili) aturan yang menjadi sumbernya. 39 Pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Van Hiele sesuai dengan Teori Belajar menurut Bruner. Dalam pembelajaran menggunakan model pembelajaran Van Hiele, peserta didik dalam mempelajari geometri, aksioma, definisi, teorema, efek, dan postulat mulai berkembang dan dapat dihargai sebagai alat dalam pembentukan kebenaran geometri. 38 Prasetya Irawan, et. al., Teori Belajar, Motivasi, dan Keterampilan Mengajar, (Pusat Antar Universitas, 1996), hlm. 9. 39 Prasetya Irawan, et. al., Teori Belajar, Motivasi, dan Keterampilan Mengajar, (Pusat Antar Universitas, 1996), hlm. 11. 20

b. Hasil Belajar 1) Pengertian Hasil belajar seringkali digunakan sebagai ukuran untuk mengetahui seberapa jauh seseorang menguasai bahan yang sudah diajarkan. Hasil belajar dapat dijelaskan dengan memahami dua kata yang membentuknya, yaitu hasil dan belajar. Pengertian hasil (product) menunjuk pada suatu perolehan akibat dilakukannya suatu aktivitas atau proses yang mengakibatkan berubahnya input secara fungsional. 40 Belajar dilakukan untuk mengusahakan adanya perubahan perilaku pada individu yang belajar. Perubahan perilaku itu merupakan perolehan yang menjadi hasil belajar. Hasil belajar adalah perubahan yang mengakibatkan manusia berubah dalam sikap dan tingkah lakunya. Aspek perubahan itu mengacu kepada taksonomi tujuan pengajaran yang dikembangkan oleh Bloom, Simpson, dan Harrow mencakup aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. 41 2) Macam-macam Hasil Belajar Howard Kingsley membagi tiga macam hasil belajar, yakni (a) keterampilan dan kebiasaan, (b) pengetahuan dan pengertian, (c) sikap dan cita-cita. 42 Masing-masing jenis hasil belajar dapat diisi dengan bahan yang telah ditetapkan dalam kurikulum. Sedangkan Gagne membagi lima kategori hasil belajar, yakni (a) informasi verbal, (b) keterampilan intelektual, (c) strategi kognitif, (d) sikap, dan (e) keterampilan motoris. 43 Dalam sistem pendidikan nasional rumusan tujuan pendidikan, baik tujuan kurikuler maupun tujuan instruksional, menggunakan klasifikasi hasil belajar dari Benyamin Bloom yang secara garis besar membaginya menjadi tiga ranah, yakni ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotoris. 40 Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1996), hlm. 44. 41 Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1996), hlm. 45. 42 Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009), hlm. 22. 43 Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009), hlm. 22. 21

Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek, yakni pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi. Kedua aspek pertama disebut kognitif tingkat rendah dan keempat aspek berikutnya termasuk kognitif tingkat tinggi. Ranah afektif berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek, yakni penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaiaan, organisasi, dan internalisasi. Ranah psikomotoris berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan kemampuan bertindak. Ada enam aspek ranah psikomotoris, yakni (a) gerakan refleks, (b) keterampilan gerakan dasar, (c) kemampuan perceptual, (d) keharmonisan atau ketepatan, (e) gerakan keterampilan kompleks, dan (f) gerakan ekspresif dan interpretatif. Ketiga ranah tersebut menjadi objek penilaian hasil belajar. Di antara ketiga ranah itu, ranah kognitiflah yang paling banyak dinilai oleh para guru di sekolah karena berkaitan dengan kemampuan para peserta didik dalam menguasai isi bahan pengajaran. 44 Hasil belajar materi pokok Bangun Ruang Sisi Datar dengan model pembelajaran Van Hiele dengan alat peraga merupakan hasil belajar dalam ranah kognitif tingkat tinggi. Karena dalam pembelajaran materi pokok Bangun Ruang Sisi Datar mencakup aspek aplikasi, analisis dan evaluasi. 3) Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar Prestasi belajar yang dicapai seseorang merupakan hasil interaksi berbagai faktor yang mempengaruhinya baik dari dalam diri (faktor internal) maupun dari luar diri (faktor eksternal) individu. Pengenalan terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar penting sekali artinya dalam rangka membantu murid dalam mencapai prestasi belajar yang sebaik-baiknya. Yang tergolong faktor internal adalah: a) Faktor jasmaniah (fisiologi) baik yang bersifat bawaan maupun yang diperoleh. Yang termasuk faktor ini misalnya penglihatan, pendengaran, struktur tubuh, dan sebagainya. 44 I Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009), hlm. 22-23. 22

b) Faktor psikologis baik yang bersifat bawaan maupun yang diperoleh terdiri atas: (1) Faktor intelektif yang meliputi: i). Faktor potensial yaitu kecerdasan dan bakat. ii). Faktor kecakapan nyata yaitu prestasi yang telah dimiliki. (2) Faktor non-intelektif, yaitu unsur-unsur kepribadian tertentu seperti sikap, kebiasaan, minat,kebutuhan, motivasi, emosi, penyesuaian diri. c) Faktor kematangan fisik maupun psikis. Yang tergolong faktor eksternal ialah: a) Faktor sosial yang terdiri atas: (1)Lingkungan keluarga (2)Lingkungan sekolah (3)Lingkungan masyarakat (4)Lingkungan kelompok b) Faktor budaya seperti adat istiadat, ilmu pengetahuan, teknologi, kesenian. c) Faktor lingkungan fisik seperti fasilitas rumah, fasilitas belajar, iklim. d) Faktor lingkungan spiritual atau keamanan. 45 Sedangkan model pembelajaran Van Hiele dengan alat peraga merupakan faktor eksternal yaitu faktor lingkungan fisik. Karena model pembelajaran itu diperoleh saat proses pembelajaran di kelas dan merupakan fasilitas yang menunjang pembelajaran agar berpengaruh positif terhadap hasil belajar dan peserta didik dapat mencapai ketuntasan belajar. 138. 45 Abu Ahmadi & Widodo Supriyono, Psikologi Belajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2004), hlm. 23

4. Materi a. Luas Permukaan dan Volume Kubus alas Keterangan: = sisi Gambar 5. Luas permukaan kubus Volume kubus Contoh: = 6 sisi sisi 6 46 6 = sisi sisi sisi 47 Hitunglah volume sebuah kubus yang memiliki luas sisi 1.176 cm 2! Jawab: Luas sisi (luas permukaan) = 6 1.176 = 6. = 196 = 46 Tatag Yuli Eko Siswono dan Netti Lastiningsih, Matematika SMP dan Mts untuk Kelas VIII Semester 2, (Jakarta: Erlangga, 2007), hlm. 221. 47 Tatag Yuli Eko Siswono dan Netti Lastiningsih, Matematika SMP dan Mts untuk Kelas VIII Semester 2, (Jakarta: Erlangga, 2007), hlm. 227. 24

196 = 14 = maka volume kubus = = 14 = 2.744 Jadi volume kubus yang memiliki luas sisi 1.176 cm 2 adalah 2.744 cm 3. b. Luas Permukaan dan Volume Balok alas Gambar 6. Keterangan: = panjang = lebar = tinggi Luas permukaan balok Volume balok = luas sisi depan + luas sisi belakang + luas sisi samping kanan + luas sisi samping kiri + luas sisi atas + luas sisi bawah = 2 2 2 48 = panjang lebar tinggi = 49 48 Tatag Yuli Eko Siswono dan Netti Lastiningsih, Matematika SMP dan Mts untuk Kelas VIII Semester 2, (Jakarta: Erlangga, 2007), hlm. 221. 49 Tatag Yuli Eko Siswono dan Netti Lastiningsih, Matematika SMP dan Mts untuk Kelas VIII Semester 2, (Jakarta: Erlangga, 2007), hlm. 227. 25