KETAHANAN PANGAN DAN KUALITAS SUMBERDAYA MANUSIA

dokumen-dokumen yang mirip
LAMPIRAN. Lampiran 1. Indeks Persepsi Korupsi Indonesia Tahun 2010

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PRODUK IMPOR BERUPA BENANG KAPAS SELAIN BENANG JAHIT (COTTON YARN OTHER THAN SEWING THREAD) YANG DIKENAKAN BEA MASUK TINDAKAN PENGAMANAN


2017, No Perdagangan Indonesia menerima permohonan perpanjangan Tindakan Pengamanan, maka Komite Pengamanan Perdagangan Indonesia melakukan pe

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALIN AN

PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 54/PMK.011/2011 TENTANG

PRODUKSI PANGAN DUNIA. Nuhfil Hanani AR

Lampiran I Peraturan Direktur Jenderal Bea dan Cukai Nomor : PER-16/BC/2011 Tanggal : 20 April 2011

Sekilas tentang Bom Curah (cluster bombs) dan Dunia

MENTERIKEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALIN AN PERATURAN MENTER! KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 130/PMK.010/2017

JUMLAH PENEMPATAN TENAGA KERJA INDONESIA ASAL NEGARA BERDASARKAN JENIS KELAMIN PERIODE 1 JANUARI S.D 30 SEPTEMBER 2015

MENTERIKEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALIN AN PERATURAN MENTER! KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA 2/PMK.010/2018 TENT ANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 55/PMK.011/2011 TENTANG

PRODUK IMPOR BERUPA BENANG KAPAS SELAIN BENANG JAHIT YANG DIKENAKAN BEA MASUK TINDAKAN PENGAMANAN

JUMLAH PENEMPATAN TENAGA KERJA INDONESIA ASAL NEGARA BERDASARKAN JENIS KELAMIN PERIODE 1 JANUARI S.D 31 OKTOBER 2015

MENTERI KEUANGANN REPUBLIK INDONESIA, SALINAN TENTANG. Tindakan. Perdagangan. dan Tindakan. b. bahwaa. barang. yang.

MENTER! KEUANGA.N REPUBLIK INDONESIA SALIN AN PERATURAN MENTER! KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA 165/PMK.010/2015 TENT ANG

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 87/PMK.011/2011 TENTANG

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI

Laporan Keluarga Angkat (sedikitnya diisi 1 kali selama Inbound tinggal bersama keluarga angkat, dan bila dirasa perlu)

MENTER! KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALIN AN

Elaun - Tugas Rasmi Luar Negara

A. Kakitangan (Bagi kerja lapangan,seminar,bengkel & dll) / Academic staff (workshop,fieldwork,seminar and others)

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.268, 2009 DEPARTEMEN KEUANGAN. Bea Masuk. Impor. Dextrose. Monohydrate

PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 57/PMK.OIl/20Il TENTANG PENGENAAN BEA MASUK TINDAKAN PENGAMANAN TERHADAP IMPOR PRODUK KAWAT BlNDRAT

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 187jPMK.Ollj2012

PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 54/PMK.Oll/2011 TENTANG

PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 58/PMK.Oll/2011

7 Angkutan, Pergudangan, dan Komunikasi Lembaga Keuangan, Real Estat, Usaha Persewaan, dan

MENTERI KEUANGAN, REPUBUK INDONESIA SALINAN

KK/BP(S)/DS10/791/441/6 Jld.2(s.k. 3/2009)(8) KEMENTERIAN KEWANGAN SURAT PEKELILING PERBENDAHARAAN BIL. 8 TAHUN 2010

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Realokasi Kursi Bukan Menambah Kursi Oleh. Perkumpulan Untuk Pemilu dan Demokrasi

Daftar negara yang warganya perlu visa untuk melewati perbatasan eksternal Negara Schengen dan daftar negara yang tidak memerlukannya.

PASAL 4 PENENTUAN STATUS PENDUDUK

BAB II LANDASAN TEORI. untuk menolong manusia dalam melaksanakan tugas tertentu. Aplikasi berbeda

Tarif IDD Kartu SIM Nilai Tersimpan Rekanan

Tarif IDD Kartu SIM Nilai Tersimpan Rekanan

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR TENTANG PENGENAAN BEA MASUK TINDAKAN PENGAMANAN SEMENTARA TERHADAP IMPOR TEPUNG GANDUM

LAPORAN MINGGU XI PENGAMATAN PENYAKIT INFEKSI EMERGING Tanggal 20 Maret 2017 pukul WIB

POKOK BAHASAN SISTEM EKONOMI INDONESIA

PASAL 5 AGEN TIDAK BEBAS YANG DAPAT MENIMBULKAN BUT BAGI SUATU PERUSAHAAN

MENTERIKEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALIN AN

LAPORAN MINGGU XIII PENGAMATAN PENYAKIT INFEKSI EMERGING Tanggal 3 April 2017 pukul WIB

Profile Perusahaan CEIC DATA COMPANY (HK)Limited.

fruiffly Dominica, Guyana, rance, Haiti, Jamaica, Puerto rico, USA 5. Bactrocera jarvisi Fiji fruitfly Oceania: Australia

B. Situasi di Indonesia Kasus konfirmasi nihil

LAPORAN MINGGU XXXI PENGAMATAN PENYAKIT INFEKSI EMERGING Tanggal 8 Agustus 2016 pukul WIB

LAPORAN MINGGU XLIV PENGAMATAN PENYAKIT INFEKSI EMERGING Tanggal 7 November 2016 pukul WIB

KERAJAAN MALAYSIA PEKELILING PERBENDAHARAAN BIL. 3 TAHUN 2005

M SA D E D P E A P N PE P R E T R ANIAN INDO D N O ES E IA? NUH U FI F L HAN A AN A I A R

LAPORAN MINGGU X PENGAMATAN PENYAKIT INFEKSI EMERGING Tanggal 13 Maret 2017 pukul WIB

B. Situasi di Indonesia Kasus konfirmasi nihil


Kajian SSM terhadap komoditas ekspor Indonesia

LAPORAN MINGGU IX PENGAMATAN PENYAKIT INFEKSI EMERGING Tanggal 6 Maret 2017 pukul WIB


Cluister di Oslo, pada tanggal 03 Desember Afganistan 3 Desember September Maret 2012

MENTERII(EUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN

Perjanjian Penghindaran Pajak Berganda (P3B)

Country Names - Bahasa Malay

B. Situasi di Indonesia Kasus konfirmasi nihil. C. Informasi minggu ini

LAPORAN MINGGU XLIX PENGAMATAN PENYAKIT INFEKSI EMERGING Tanggal 13 Desember 2016 pukul WIB

PEMERIKSAAN PAJAK PASCA TAX AMNESTY

LAPORAN MINGGU XXVI PENGAMATAN PENYAKIT INFEKSI EMERGING Tanggal 3 Juli 2017 pukul WIB

BAB I PENDAHULUAN Objek Penelitian

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUSLIK INDONESIA 108/PMK.Oll/2013_ TENTANG


I PENDAHULUAN Latar Belakang

Posisi Human Development Indeks. (HDI) Indonesia (United Nations Development Program (UNDP) tahun 2008)

Keterbukaan Informasi Publik Antara harapan dan realitas

KESEPAKATAN INTERNATIONAL CONFERENCE ON NUTRITION KE 2 DI ROMA DAN GERAKAN NASIONAL PERCEPATAN PERBAIKAN GIZI (GERAKAN 1000 HPK)

LAPORAN MINGGU XXVIII PENGAMATAN PENYAKIT INFEKSI EMERGING Tanggal 17 Juli 2017 pukul WIB

PP 60, pasal 2 ayat 3

LAPORAN MINGGU XXIII PENGAMATAN PENYAKIT INFEKSI EMERGING Tanggal 12 Juni 2017 pukul WIB

PENILAIAN STANDAR KUALIFIKASI PELAYANAN TERPADU SATU PINTU (PTSP) DI BIDANG PENANAMAN MODAL

KERAJAAN MALAYSIA PEKELILING PERBENDAHARAAN BIL. 3 TAHUN 2003

Indonesia dalam Menyampaikan Energi. Hivos

LAPORAN MINGGU I PENGAMATAN PENYAKIT INFEKSI EMERGING Tanggal 8 Januari 2018 pukul WIB

KOLEJ UNKOLEJ UNIVERSITI TEKNIKAL KEBANGSAAN MALAYSIA PEKELILING BENDAHARI BILANGAN 1/2007

Bagian II. Bab III Proses Eksekusi Anggaran

Pondasi Operasi yang Lancar

LAPORAN MINGGU XXIVPENGAMATAN PENYAKIT INFEKSI EMERGING Tanggal 19 Juni 2017 pukul WIB

LAPORAN MINGGU LII PENGAMATAN PENYAKIT INFEKSI EMERGING Tanggal 1 Januari 2018 pukul WIB

FOREIGN EMBASSIES IN INDONESIA

MENTER I KEUANGAN. REPUBLII< INDONESIA SAUNAN

KERAJAAN MALAYSIA PEKELILING PERBENDAHARAAN BIL. 3 TAHUN 2005

LAPORAN MINGGU 3 PENGAMATAN PENYAKIT INFEKSI EMERGING Tanggal 22 Januari 2018 pukul WIB

JASO Presentasi. PROMOSPAIN SERVICES LTD., Pondok Indah Office Tower I, 3rd floor, room 304. Jakarta, Indonesia

LAPORAN MINGGU XLIV PENGAMATAN PENYAKIT INFEKSI EMERGING Tanggal 6 November 2017 pukul WIB

PENGURUSAN TABUNG AMANAH RA & COE

ORGANISASI INTERNASIONAL ILO (INTERNASIONAL LABOUR ORGANIZATION) MAKALAH

Visitors from recipient countries (including USA) are exempted from obtaining a visa prior to their entry to Indonesia.

PASAL 11 & 12 TARIF PPh PASAL 26 ATAS BUNGA DAN ROYALTI UNTUK P3B YANG SUDAH BERLAKU EFEKTIF MAUPUN YANG BARU DIRATIFIKASI

-veg.pdf [20 September

KRISIS KEUANGAN GLOBAL & PERPAJAKAN. Krisis Global

Jeunesse Global Bisnis Online Trend Terbaru

BAB II PROFIL UNHCR. Negara Berdaulat dan diakui oleh dunia Internasional. Saat ini PBB memiliki

Transkripsi:

1 KETAHANAN PANGAN DAN KUALITAS SUMBERDAYA MANUSIA Pangan dan Hak Assasi Manusia Pangan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia sehingga pemenuhannya menjadi salah satu hak asasi yang harus dipenuhi secara bersama-sama oleh negara dan masyarakatnya. Hak atas pangan telah diakui secara formal oleh banyak negara di dunia, termasuk Indonesia. Akhir-akhir ini isu pangan sebagai hak asasi semakin gencar disuarakan di berbagai forum dunia, tak kurang tema Hari Pangan Sedunia tahun 2007 adalah tentang Hak Atas Pangan. Agenda modern tentang Hak asazi Manusia (HAM) untuk pangan dimulai dari pidato presiden Amerika Serikat F. Roosevelts 1941 tentang 4 kebebasan (four freedoms), dimana salah satu di antaranya adalah hak pangan. Komitmen bahwa pangan merupakan Hak Asasi Manusia (HAM) yang harus diepenuhi tertuang dalam dukumen : (1) Deklarasi Universal Tentang Hak Asasi Manusia (Universal Declaration of Human Rights) pada tahun 1948 yang menyatakan bahwa hak atas pangan adalah bagian yang tidak terpisahkan dari hak asasi manusia; (2) Konvensi Internasional tentang Ekonomi, Sosial dan Budaya (The International Covenant on Economic, Social, and Cultural Rights) tahun 1966, bahwa kecukupan pangan dan terbebas dari kelaparan (the fundamental right to freedom from hunger and malnutrition) adalah hak dasar setiap indvidu; (3) Konvensi tentang Hak Anak (International Convention on the Right of Child) pada tahun 1989, bahwa hak asasi dari setiap anak untuk memperoleh pangan dan gizi yang layak bagi perkembangan fisik, mental, spiritual, moral dan sosial anak. Pengertian HAM untuk pangan yang sekarang dikenal banyak terkait dengan Rome Declaration on World Food Security and World Food Summit 1996 yang ditanda tangani oleh 112 kepala negara atau penjabat tinggi dari 186 negara peserta, dimana Indonesia menjadi salah satu di antara penandatangannya. Hal khusus terpenting dari Deklarasi tersebut di atas adalah pemberian tekanan pada hak atas pemenuhan kebutuhan pangan secara cukup (human right to adequate food), dan perlunya aksi bersama antar negara untuk mengurangi kelaparan. Komitmen Indonesia tentang pangan tertuang dalam Undang-Undang Nomor 7 tahun 1996 yang mengamanatkan pembangunan pangan untuk memenuhi kebutuhan

2 dasar manusia, dan pemerintah bersama masyarakat bertanggung jawab untuk mewujudkannya. Pasal 45 menyebutkan bahwa kewajiban untuk mewujudkan ketahanan pangan tidak hanya menjadi tanggung jawab pemerintah tetapi juga masyarakat. Pasal berikutnya (pasal 46) membahas peran pemerintah dalam menyelenggarakan dan mengkoordinasikan cadangan pangan nasional; mengatur dan menyelenggarakan persediaan, pengadaan, dan penyaluran pangan yang bersifat pokok. Pemerintah perlu mengambil tindakan tegas untuk mencegah dan atau menanggulangi gejala kekurangan pangan, keadaan darurat, spekulasi dan manipulasi dalam pengadaan dan peredaran pangan. Dalam pasal 47 antara lain disebutkan bahwa pemerintah mengembangkan, membina dan atau membantu penyelenggarakan cadangan pangan masyarakat, dan memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada peran koperasi dan swasta dalam mewujudkan keperluan tersebut. Sedangkan pada pasal 48 disebutkan bahwa pemerintah mencegah terjadinya gejolak harga pangan tertentu yang merugikan ketahanan pangan, dan mengendalikan harga pangan pokok. Undang-undang tersebut telah mencakup ke tiga aspek peran pemerintah yang harus dilakukan dalam penjamin ketahanan pangan yaitu: kewajiban menghargai (respect), melindungi (protect) dan memenuhi (fulfill). Ketahanan pangan dan Kualitas Sumberdaya Manusia Ketahanan pangan salah satu unsur penting dari ketahanan kualitas hidup rumah tangga. Ketahanan kualitas hidup rumah tangga (Household livelihood security) didefinisikan sebagai kecukupan dan keberlanjutan akses terhadap pendapatan dan sumberdaya untuk memenuhi kebutuhan dasarnya (pangan, air bersih, kesehatan, pendidikan, perumahan, waktu untuk berpartisipasi dalam masyarakat dan integrasi sosial. Dimana ketahanan pangan rumah tangga merupakan faktor yang lebih penting dari kebutuhan dasar lainnya (Frankenberger dan McCaston,1996). Ketahanan pangan rumah tangga akan menjamin peningkatan gizi sehingga akan meningkatkan produktifitas kerja. Bank Dunia (2006) menyatakan bahwa ketahanan pangan yang ditujukan untuk perbaikan gizi merupakan suatu investasi yang sangat menguntungkan. Setidaknya ada tiga alasan suatu negara perlu melakukan. Pertama, memiliki economic returns yang tinggi; kedua, terbukti mendorong pertumbuhan ekonomi; dan ketiga, membantu

3 menurunkan tingkat kemiskinan melalui perbaikan produktivitas kerja, pengurangan hari sakit, dan pengurangan biaya pengobatan. Pada kondisi gizi buruk, penurunan produktivitas perorangan diperkirakan lebih dari 10 persen dari potensi pendapatan seumur hidup; dan secara agregat menyebabkan kehilangan PDB antara 2-3 persen. Konferensi para ekonom di Copenhagen tahun 2005 (Konsensus Kopenhagen) menyatakan bahwa ketahanan pangan melalui intervensi gizi menghasilkan keuntungan ekonomi ( economic returns ) tinggi dan merupakan salah satu yang terbaik dari 17 alternatif investasi pembangunan lainnya. Pentingnya investasi dalam ketahanan pangan sebagaimana disajikan dalam Gambar 1.1. Kemiskinan kurang Akses pangan, gizi dan kesehatan meningkat Ekonomi Meningkat Peningkatan Produktivitas Ketahanan pangan rumah tangga Investasi sektor ketahanan pangan, kesehatan, pendidikan Peningkatan Kualitas SDM Investasi sektor ekonomi Sumber : Modifikasi dari Martorell 1992 Gambar 1.1. Ketahanan Pangan dan Peningkatan Produktifitas

4 Penulis mencoba mengevaluasi teori dari Martorell (1992) dengan melakukan penelitian secara sederhana melalui data skunder. Data yang digunakan adalah data yang dipulikasikan oleh FAO dengan mengambil sample seluruh negara di dunia (negara yang datanya tidak lengkap tidak dimasukkan) serta mengambil kasus unit terkecil yakni sample seluruh Kabupaten di Jawa Timur. Ukuran yang digunakan untuk menilai kualitas sumberdaya manusia adalah Human Development Index (HDI) atau Indeks Pembangunan manusia (IPM), sedangkan ukuran ketahanan pangan untuk analisis negara di dunia menggunakan ukuran konsumsi protein gram/kapita/hari, konsumsi lemak gram/kapita/hari, dan persen penduduk yang tidak rawan pangan. Sedangkan untuk data di Indonesia menggunakan peringkat kabupaten dalam IPM dan Indeks Komposit ketahanan pangan. Hasil analisis menunjukkan bahwa hubungan antara Human Development Index (HDI) dengan konsumsi protein gram/kapita/hari, konsumsi lemak gram/kapita/hari, dan persen penduduk yang tidak rawan pangan disajikan dalam Gambar 1.2.-1.4. 120 100 80 60 40 20 0 1 7 13 19 25 31 37 43 49 55 61 67 73 79 85 91 97 103 109 115 121 127 133 139 145 151 157 163 Human Development Index Persen penduduk tidak rawan pangan Gambar 1.2. Hubungan Antara Kualitas Sumberdaya Manusia dan Persen Penduduk yang Tidak Rawan Pangan

5 140 120 100 80 60 40 20 0 1 7 13 19 25 31 37 43 49 55 61 67 73 79 85 91 97 103 109 115 121 127 133 139 145 151 157 163 Human Development Index Konsumsi Protein Gambar 1.3. Hubungan Antara Kualitas Sumberdaya Manusia dan Konsumsi Protein 180 160 140 120 100 80 60 40 20 0 1 7 13 19 25 31 37 43 49 55 61 67 73 79 85 91 97 103 109 115 121 127 133 139 145 151 157 163 Human Development Index Konsumsi Lemak Gambar 1.4. Hubungan Antara Kualitas Sumberdaya Manusia dan Konsumsi Lemak

6 Gambar 1.2.-1.4 menunjukkan bahwa terdapat pola yang sama antara Human Development Index (HDI) dengan persentase penduduk yang tidak rawan pangan, konsumsi protein gram/kapita/hari,dan konsumsi lemak gram/kapita/hari. Pola ini juga serupa kasus di Jawa Timur dimana menunjukkan bahwa pada kabupaten yang peringkat ketahanan pangannya tinggi umumnya diikuti dengan peringkat Indeks Pembangunan Manusianya (IPM) tinggi, sebaliknya kabupaten yang tingkat ketahanan pangannya rendah diikuti dengan IPM juga rendah (Gambar 1.5.) 40 35 30 25 20 15 10 5 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 Ketahanan pangan IPM Gambar 1.5. Peringkat Kabupaten dalam Ketahanan Pangan dan Indeks Pembangunan manusia Sebagaimana diketahui bahwa Indeks Pembangunan Manusia (IPM) diukur berdasarkan indikator kesehatan, pendidikan, dan pendapatan, maka IPM tersebut merupakan cerminan dari kualitas sumberdaya manusia. Bukti empiris tersebut menunjukkan bahwa ketahanan pangan memberikan pengaruh terhadap kualitas sumberdaya manusia. Pengaruh ketahanan pangan terhadap Indeks Pembangunan Manusia secara parsial disajikan dalam Gambar 1.6.-1.8.

7 120 100 y = 0,6568x + 38,88 R 2 = 0,5734 80 HDI 60 40 20 0 0 20 40 60 80 100 120 % penduduk tahan pangan Gambar 1.6. Pengaruh Penduduk Tahan Pangan terhadap Kualitas Sumberdaya Manusia Pengaruh penduduk tahan pangan terhadap Kualitas sumberdaya manusi yang diukur dengan Indeks Pembangunan Manusia adalah sangat nyata dengan taraf uji 0.01 (Lampiran 1.1.), begitu juga pengaruh konsumsi protein maupun konsumsi lemak akan meningkatkan kualitas sumberdaya manusia (Lampiran 1.2. dan 1.3)

8 140 120 100 y = 0,957x + 8,2633 R 2 = 0,6398 80 HDI 60 40 20 0 0 20 40 60 80 100 120 Konsumsi protein Gambar 1.7. Pengaruh Konsumsi Protein terhadap Kualitas Sumberdaya Manusia 180 160 140 120 y = 1,607x - 34,599 R 2 = 0,6279 100 HDI 80 60 40 20 0 0 20 40 60 80 100 120 Konsumsi lemak Gambar 1.8. Pengaruh Konsumsi Lemak terhadap Kualitas Sumberdaya Manusia

9 Sedangkan analisis serempak dari seluruh komponen ketahanan pengaruhnya terhadap kualitas sumberdaya manusia disajikan dalam Tabel 1.1. dan ahasil analisis lengkap disajikan dalam Lampiran 1.4 Tabel 1.1. Hasil Analisis Statistik Pengaruh Ketahanan Pangan terhadap Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Tingkat Koefisien Model T hitung kesalahan B Std. Error (Constant) 9,436 4,354 2,167 0,032 Protein 0,190 0,073 2,588 0,011 Lemak 0,186 0,037 4,985 0,000 Penduduk tahan pangan (KTP) 0,376 0,074 5,089 0,000 R Square 0,732 Tabel 1.1. menunjukkan bahwa ketahanan pangan mempunyai pengaruh yang sangat hanya terhadap pembentukan kualitas sumberdaya manusia. Suatu negara akan mempunyai kualitas yang tinggi (ukuran IPM) jika ketahanan pangannya mantap. Usaha peningkatan konsumsi protein, lemak maupun penurunan penduduk yang rawan pangan akan meningkatkan Indeks Pembangunan Manusia. Analisis statistik dengan sample negara sebagaimana tersebut diatas sangat konsisten dengan sample level mikro yakni pada tingkat kabupaten. Hasil analisis pada tingkat kabupaten di Jawa Timur disajikan dalam Gambar 1.9. Koefisien diterminasi (R 2 ) sebesar 0.83 memberikan informasi bahwa sebesar 83 persen kualitas sumberdaya manusia ditentukan oleh ketahanan pangan, sedangkan 20 persen ditentukan oleh variabel lainnya. Oleh karena data yang dianalisis adalah hubungan peringkat kabupaten dalam ketahanan pangan dengan peringkat IPM, maka koefisien regresi yang mendekati angka satu dapat diintrepretasikan kenaikan peringkat ketahanan suatu kabupaten secara langsung akan meningkatkan peringkat Indeks Pembangunan Manusia(IPM).

10 40 35 30 y = 0,9946x + 0,1873 R 2 = 0,8284 25 IPM 20 15 10 5 0 0 5 10 15 20 25 30 35 40 Ketahanan pangan Gambar 1.9. Hubungan Ketahanan Pangan dan Indeks Pembangunan manusia Berdasarkan kenyataan ini, maka dalam rangka meningkatkan kualitas sumberdaya manusia faktor investasi dalam ketahanan pangan patut menjadi perhatian yang utama. Hasil kajian ini konsisten dengan Martorell (1992) dan Bank Dunia (2006) yang menyatakan bahwa ketahanan pangan yang ditujukan untuk perbaikan gizi dapat meningkatkan kualitas sumberdaya manusia dan merupakan suatu investasi pembangunan yang sangat penting untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi suatu negara.

11 Tabel 1.2. Human Development Index dan Ketahanan Pangan di Dunia Human Konsumsi Konsumsi Negara Development Protein Lemak Index % pddk tahan pangan Albania 78 96 86 94 Algeria 72 82 68 95 Angola 45 45 43 62 Antigua and Barbuda 80 73 83 100 Argentina 86 94 100 98 Armenia 76 68 47 71 Australia 96 107 134 98 Austria 94 111 162 98 Azerbaijan 73 77 41 90 Bahamas 83 92 96 93 Bangladesh 52 48 25 70 Barbados 88 92 99 98 Belarus 79 87 99 97 Belgium 95 92 162 98 Belize 75 76 69 95 Benin 43 62 48 86 Bolivia 69 57 58 77 Bosnia and Herzegovina 79 72 58 91 Botswana 57 68 51 70 Brazil 79 83 93 92 Brunei Darussalam 87 82 73 97 Bulgaria 81 89 95 91 Burkina Faso 32 71 56 83 Burundi 38 45 10 33 Cambodia 57 51 32 67 Cameroon 50 59 46 75 Canada 96 106 147 98 Cape Verde 72 76 99 100 Central African Republic 36 46 64 55 Chad 34 66 67 67 Chile 85 80 85 96 China 76 82 90 88 Colombia 79 60 65 86 Comoros 55 42 42 38 Congo 51 43 54 66 Congo, Democratic Rep of 39 25 26 28 Costa Rica 84 71 78 96 Côte d'ivoire 42 54 59 86 Croatia 84 74 87 93 Cuba 82 78 53 98 Cyprus 89 105 132 98 Czech Republic 87 93 115 98

12 Negara Human Development Index Konsumsi Protein Konsumsi Lemak % pddk tahan pangan Denmark 94 110 140 98 Dominica 78 83 76 92 Dominican Republic 75 49 78 73 Ecuador 76 57 99 95 Egypt 66 93 58 97 El Salvador 72 67 61 89 Eritrea 44 47 29 27 Estonia 85 90 96 97 Ethiopia 37 54 20 54 Fiji 75 74 97 96 Finland 94 102 127 98 France 94 118 170 98 Gabon 64 73 55 95 Gambia 47 52 77 73 Georgia 73 71 52 87 Germany 93 100 141 98 Ghana 52 55 38 88 Greece 91 117 145 98 Guatemala 66 56 49 77 Guinea 47 51 58 76 Guinea-Bissau 35 39 51 63 Guyana 72 76 56 91 Haiti 48 47 38 53 Honduras 67 57 65 78 Hungary 86 95 149 98 Iceland 96 124 130 98 India 60 57 52 80 Indonesia 70 64 61 94 Iran, Islamic Republic of 74 83 61 96 Ireland 95 117 136 98 Israel 92 124 149 98 Italy 93 113 157 98 Jamaica 74 68 75 90 Japan 94 92 86 98 Jordan 75 69 80 93 Kazakhstan 76 85 80 92 Kenya 47 59 49 69 Korea, Republic of 90 89 78 98 Kuwait 84 84 113 95 Kyrgyzstan 70 101 54 96 Lao People's Democratic Rep, 55 61 29 79 Latvia 84 83 109 97 Lebanon 76 89 113 97 Lesotho 50 73 37 88

13 Negara Human Development Index Konsumsi Protein Konsumsi Lemak % pddk tahan pangan Libyan Arab Jamahiriya 80 79 107 98 Lithuania 85 110 100 98 Luxembourg 96 118 161 98 Macedonia, The former Yugoslav Republic of 80 72 91 93 Madagascar 50 47 29 62 Malawi 40 55 33 66 Malaysia 80 75 84 97 Mali 33 63 46 72 Malta 87 118 110 98 Mauritania 48 81 71 90 Mauritius 79 80 80 94 Mexico 81 91 89 95 Moldova, Republic of 67 66 54 89 Mongolia 68 79 84 72 Morocco 63 84 59 94 Mozambique 38 39 33 55 Myanmar 58 79 49 95 Namibia 63 65 52 77 Nepal 53 62 38 83 Netherlands 94 108 144 98 New Zealand 93 92 118 98 Nicaragua 69 62 47 73 Niger 28 57 39 68 Nigeria 45 61 63 91 Norway 96 107 144 98 Occupied Palestinian Territory 73 61 63 84 Pakistan 53 59 69 77 Panama 80 64 65 75 Paraguay 76 69 87 85 Peru 76 67 48 88 Philippines 76 58 48 81 Poland 86 99 112 98 Portugal 90 119 141 98 Romania 79 109 101 98 Russian Federation 80 91 83 97 Rwanda 45 49 15 64 Saint Kitts and Nevis 83 81 87 89 Saint Lucia 77 95 81 95 Saint Vincent and Grenadines 76 71 68 88 Samoa 78 84 133 96 Sao Tome and Principe 60 48 73 88 Saudi Arabia 77 76 82 96 Senegal 46 58 69 77

14 Negara Human Development Index Konsumsi Protein Konsumsi Lemak % pddk tahan pangan Seychelles 82 84 73 91 Sierra Leone 30 44 45 50 Slovakia 85 77 107 94 Slovenia 90 102 108 97 Solomon Islands 59 51 41 80 South Africa 66 77 76 96 Spain 93 113 154 98 Sri Lanka 75 54 44 78 Sudan 51 71 69 73 Suriname 76 60 71 90 Swaziland 50 60 45 81 Sweden 96 107 125 98 Switzerland 95 96 157 98 Syrian Arab Republic 72 78 101 96 Tajikistan 65 48 40 39 Tanzania, United Republic of 42 47 31 56 Thailand 78 57 52 79 Togo 51 53 48 75 Trinidad and Tobago 80 65 76 89 Tunisia 75 89 94 98 Turkey 75 96 90 97 Turkmenistan 74 85 70 92 Uganda 51 57 32 81 Ukraine 77 84 79 97 United Arab Emirates 85 106 92 98 United Kingdom 94 104 138 98 United States of America 94 114 156 98 Uruguay 84 86 86 97 Uzbekistan 69 67 64 74 Vanuatu 66 60 87 88 Venezuela, Bolivarian Republic of 77 62 68 82 Viet Nam 70 63 46 83 Yemen 49 57 41 63 Zambia 39 48 29 53 Zimbabwe 51 45 55 55 Sumber : Berbagai Penerbitan FAO

15 Lampiran 1.1. Pengaruh penduduk tahan pangan terhadap HDI Dependent variable.. HDI Method.. LINEAR Listwise Deletion of Missing Data Multiple R,76085 R Square,57889 Adjusted R Square,57629 Standard Error 11,69927 Analysis of Variance: DF Sum of Squares Mean Square Regression 1 30480,994 30480,994 Residuals 162 22173,396 136,873 F = 222,69575 Signif F =,0000 -------------------- Variables in the Equation ------------------ -- Variable B SE B Beta T Sig T KTP,870602,058340,760847 14,923,0000 (Constant) -3,710949 5,060162 -,733,4644

16 Lampiran 1.2. Pengaruh Konsumsi Protein terhadap HDI Dependent variable.. HDI Method.. LINEAR Multiple R,79954 R Square,63926 Adjusted R Square,63703 Standard Error 10,82826 Analysis of Variance: DF Sum of Squares Mean Square Regression 1 33659,686 33659,686 Residuals 162 18994,704 117,251 F = 287,07313 Signif F =,0000 -------------------- Variables in the Equation ------------------ -- Variable B SE B Beta T Sig T Protein,667176,039377,799535 16,943,0000 (Constant) 20,022409 3,100346 6,458,0000

17 Lampiran 1.3. Pengaruh Konsumsi Protein terhadap HDI Dependent variable.. HDI Method.. LINEAR Listwise Deletion of Missing Data Multiple R,79277 R Square,62849 Adjusted R Square,62620 Standard Error 10,98864 Analysis of Variance: DF Sum of Squares Mean Square Regression 1 33092,869 33092,869 Residuals 162 19561,521 120,750 F = 274,06073 Signif F =,0000 -------------------- Variables in the Equation ------------------ -- Variable B SE B Beta T Sig T Lemak,390259,023574,792775 16,555,0000 (Constant) 39,837615 2,044627 19,484,0000

18 Lampiran 1.4. Regresi Linier Berganda Model Summary Mode l R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate 1,856(a),732,727 9,39114 a Predictors: (Constant), KTP, Lemak, Protein Model Summary Mode l R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate 1,856(a),732,727 9,39114 a Predictors: (Constant), KTP, Lemak, Protein ANOVA(b) Model Sum of Squares df Mean Square F Sig. 1 Regressi 38543,4 on 40 3 12847,813 145,678,000(a) Residual 14110,9 50 160 88,193 Total 52654,3 90 163 a Predictors: (Constant), KTP, Lemak, Protein b Dependent Variable: HDI Coefficients(a) Model Unstandardized Coefficients t Sig. Std. B Error 1 (Constant ) 9,436 4,354 2,167,032 Protein,190,073 2,588,011 Lemak,186,037 4,985,000 KTP,376,074 5,089,000 a Dependent Variable: HDI