PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB V PEMBAHASAN. Untuk mengetahui gambaran penyebaran kandungan komposisi kimia secara

BAB I PENDAHULUAN. Batugamping Bukit Karang Putih merupakan bahan baku semen PT Semen

PENGARUH INTRUSI BASALT TERHADAP KOMPOSISI KIMIA DAN KUALITAS BATUGAMPING BUKIT KARANG PUTIH PT SEMEN PADANG

Gambar 2.8. Model tiga dimensi (3D) stratigrafi daerah penelitian (pandangan menghadap arah barat laut).

DAFTAR PUSTAKA. Bemmelen, R.W., van, 1949, The Geology of Indonesia, Vol. I-A, Gov. Printed

Metamorfisme dan Lingkungan Pengendapan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB IV ALTERASI HIDROTERMAL

BAB V ALTERASI PERMUKAAN DAERAH PENELITIAN

A B C D E A B C D E. A B C D E A B C D E // - Nikol X Nikol mm P mm

BAB V FASIES BATUGAMPING DAERAH PENELITIAN

Gambar 3.13 Singkapan dari Satuan Lava Andesit Gunung Pagerkandang (lokasi dlk-13, foto menghadap ke arah barat )

3.2.3 Satuan lava basalt Gambar 3-2 Singkapan Lava Basalt di RCH-9

MINERAL OPTIK DAN PETROGRAFI IGNEOUS PETROGRAFI

BAB IV FASIES BATUGAMPING GUNUNG SEKERAT

BAB II TATANAN GEOLOGI

PENELITIAN BATUAN ULTRABASA DI KABUPATEN HALMAHERA TIMUR, PROVINSI MALUKU UTARA. Djadja Turdjaja, Martua Raja P, Ganjar Labaik

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

Foto III.14 Terobosan andesit memotong satuan batuan piroklastik (foto diambil di Sungai Ringinputih menghadap ke baratdaya)

Ciri Litologi

III.1 Morfologi Daerah Penelitian

Bab III Karakteristik Alterasi Hidrotermal

(25-50%) terubah tetapi tekstur asalnya masih ada.

batuan, butiran mineral yang tahan terhadap cuaca (terutama kuarsa) dan mineral yang berasal dari dekomposisi kimia yang sudah ada.

BAB III Perolehan dan Analisis Data

BAB IV UBAHAN HIDROTERMAL

MENGENAL JENIS BATUAN DI TAMAN NASIONAL ALAS PURWO

Foto 3.24 Sayatan tipis granodiorit (HP_03). Satuan ini mempunyai ciri-ciri umum holokristalin, subhedral-anhedral, tersusun atas mineral utama

REKAMAN DATA LAPANGAN

Gambar 6. Daur Batuan Beku, Sedimen, dan Metamorf

dan Satuan Batulempung diendapkan dalam lingkungan kipas bawah laut model Walker (1978) (Gambar 3.8).

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

OKSIDA GRANIT DIORIT GABRO PERIDOTIT SiO2 72,08 51,86 48,36

BAB IV STUDI BATUPASIR NGRAYONG

BAB 3 Tatanan Geologi Daerah Penelitian

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

PROCEEDING PEMAPARAN HASIL-HASIL KEGIATAN LAPANGAN TAHUN 2014 PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI

BAB V MINERALISASI Mineralisasi di daerah Sontang Tengah

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III ALTERASI HIDROTERMAL

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kastowo (1973), Silitonga (1975), dan Rosidi (1976) litologi daerah

TINJAUAN UMUM DAERAH PENELITIAN

Umur dan Lingkungan Pengendapan Hubungan dan Kesetaraan Stratigrafi

Geologi Daerah Sirnajaya dan Sekitarnya, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat 27

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Subsatuan Punggungan Homoklin

BAB 3 GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

Bab IV Sistem Panas Bumi

Geologi Daerah Perbukitan Rumu, Buton Selatan 34 Tugas Akhir A - Yashinto Sindhu P /

Citra LANDSAT Semarang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB V PENGOLAHAN DATA

Geologi Daerah Perbukitan Rumu, Buton Selatan 19 Tugas Akhir A - Yashinto Sindhu P /

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

Gambar 3.6 Model progradasi kipas laut dalam (Walker, R. G., 1978).

BAB III TATANAN GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

PENGARUH INTRUSI VULKANIK TERHADAP DERAJAT KEMATANGAN BATUBARA KABUPATEN LAHAT, SUMATERA SELATAN

Umur, Lingkungan dan Mekanisme Pengendapan Hubungan dan Kesebandingan Stratigrafi

hancuran yang muncul sebagai breksiasi. Tebal batulempung dalam perselingan sangat bervariasi, dari 20 cm hingga 30 cm.

III.4.1 Kuarsa sekunder dan kalsedon

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB VI NIKEL LATERIT DI DAERAH PENELITIAN

BAB IV DISTRIBUSI FASIES BATUGAMPING

BAB II TATANAN GEOLOGI

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Pulau Jawa merupakan daerah penghasil sumber daya tambang dengan

berukuran antara 0,05-0,2 mm, tekstur granoblastik dan lepidoblastik, dengan struktur slaty oleh kuarsa dan biotit.

Foto 32. Singkapan batugamping fasies foraminifera packestone yang berlapis.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB IV MINERALISASI DAN PARAGENESA

Foto 3.6 Singkapan perselingan breksi dan batupasir. (Foto diambil di Csp-11, mengarah kehilir).

BAB I PENDAHULUAN. Tugas Akhir merupakan mata kuliah wajib dalam kurikulum pendidikan

BAB 4 ALTERASI HIDROTERMAL

BAB III TATANAN GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

KONSEP PEDOMAN TEKNIS TATA CARA PELAPORAN BAHAN GALIAN LAIN DAN MINERAL IKUTAN. Oleh : Tim Penyusun

Bab I Pendahuluan. I.1 Latar Belakang

Umur GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN KATA PENGANTAR HALAMAN PERSEMBAHAN SARI

Lokasi : Lubuk Berangin Satuan Batuan : Lava Tua Koordinat : mt, mu A B C D E F G A B C D E F G

INVENTARISASI MINERAL LOGAM DI KABUPATEN BOVEN DIGOEL PROVINSI PAPUA Reza Mochammad Faisal Kelompok Penyelidikan Mineral Logam SARI

Foto 3.21 Singkapan Batupasir Sisipan Batulempung Karbonan pada Lokasi GD-4 di Daerah Gandasoli

DAFTAR ISI BAB 1 PENDAHULUAN... 1

Adi Hardiyono Laboratorium Petrologi dan Mineralogi, Fakultas Teknik Geologi, Universitas Padjadjaran ABSTRACT

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III TATANAN GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB VI DISKUSI. Dewi Prihatini ( ) 46

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG 1.2 TUJUAN 1.3 LOKASI PENELITIAN

BAB III ALTERASI HIDROTERMAL BAWAH PERMUKAAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

ACARA IX MINERALOGI OPTIK ASOSIASI MINERAL DALAM BATUAN

Klasifikasi Normatif Batuan Beku dari Daerah Istimewa Yogyakarta dengan Menggunakan Software K-Ware Magma

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

batupasir batulempung Geologi dan Analisis Struktur Daerah Cikatomas dan Sekitarnya, Kabupaten Lebak, Banten.

BAB IV PROVENAN BATUPASIR FORMASI KANTU

Transkripsi:

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1. Data Sekunder Data sekunder yang diperoleh dari PT Semen Padang Untuk menunjang dan melengkapi penelitian ini antara lain berupa : 1. Peta topografi skala 1 : 2000 untuk daerah Karang Putih. Peta ini didigitasi dengan skala 1:2000 dan selanjutnya peta ini akan digunakan sebagai peta dasar. 2. Peta geologi yang dibuat oleh PT. Gamma Epsilon dan Dinas Pertambangan Sumatera Barat. Peta-peta geologi ini didigitasi menjadi satu peta dengan skala 1:2.000 selanjutnya peta ini juga digunakan sebagai peta dasar geologi. 3. Penampang-penampang geologi dari laporan PT. Gamma Epsilon tahun 1997. Posisi singkapan diperoleh dari peta singkapan yang dibuat oleh Dinas Pertambangan Sumatera Barat, data ini dikompilasikan dengan peta geologi untuk membantu penarikan batas litologi. 4. Data log bor yang diperoleh dari laporan PT. Gama Epsilon 1997, PT. Harmonia Penta Estetika Juni 2001, dan PT Multi Panendo tahun 2002. Data-data pemboran yang digunakan untuk penafsiran meliputi : a. PT. Gamma Epsilon; BH-01, BH-02, BH-03, BH-04, BH-05, BH-06, BH-07, BH-08, BH-09, BH-10, BH-11, BH-12, BH-13, BH-14, BH-15, BH-16, BH-17, GE-03, GE-04, GE-05 dan GE-06. b. PT. Harmonia Penta Estetika; DH-1, DH-2a, DH-2b, DH-3, DH-4, DH-5, DH-6, DH7. c. PT Multi Panendo; MP-1, MP-2, MP-3, MP-4, MP-5, MP-6, MP-7, MP-8, MP- 9, MP-10 dan MP-11. 33

Sistem koordinat yang digunakan adalah sistem koordinat pada Peta Topografi yang dibuat oleh PT. Semen Padang. 5. Data hasil analisis kualitas batugamping dari laporan PT. Gama Epsilon, Dinas Pertambangan Sumatera Barat, dan PT Multi Panendo tahun 2002 4.2. Data Primer Untuk mengetahui hubungan antara pengaruh intrusi terhadap komposisi kimia dan tekstur batugamping, maka dipilih 2 metode: a. Penelitan lapangan meliputi kegiatan pemercontohan batuan pada lokasi-lokasi yang diperkiraan representatif terhadap pengaruh intrusi pada batugamping, yaitu pada batugamping yang terpengaruh intrusi, batugamping yang tidak terpengaruh intrusi basalt, dan ditubuh intrusi (basalt). Pengambilan conto batuan dilakukan dengan spasi 5 meter untuk analisis kandungan kimia batuannya dan analisis petrografi. Sebelum dibawa ke laboratorium sampelsampel tersebut dideskripsi megaskopis di lapangan dan didokumentasi (foto). b. Penelitian laboratorium untuk analisis petrografi dilakukan di Laboratorium Fisika Optik, Puslit Geoteknologi LIPI menggunakan miskroskop polarisasi merk Nikon Opthipot. Analisis petrografi ini dilakukan untuk mengidentifikasi jenis mineral penyusun batuan dan kuantitasnya baik itu mineral primer maupun mineral yang terbentuk akibat ubahan (sekunder), serta untuk mengetahui struktur dan tekstur masing-masing contoh sehingga akan diketahui sejauh mana pengaruh intrusi terhadap batugamping. Sedangkan analisis kimia batuan (XRF / X-Ray Flourescence) dilakukan di Laboratorium PT Semen Padang. Tujuan analisis kimia batuan ini adalah untuk mengetahui komposisi kimia penyusun batugamping dan basalt. 34

Lokasi pengambilan conto untuk analisis kimia batuan dilakukan di blok J, dengan koordinat X : 80.00, Y : -2,305.00, elevasi 410, blok M, dengan koordinat X : -55.00, Y : -2,650.00, elevasi 440 serta blok M, X : - 90.00, Y : - 2,620.00. Conto batuan yang diambil sebanyak 21 buah untuk analisis kimia batuan dan 21 buah untuk analisis petrografi. Tabel 4.1 Lokasi pengambilan conto untuk analisis petrografi (LP) dan analisis kimia (KP) No Nama Sampel Jarak dari Intrusi Posisi Koordinat ( Meter ) X (M) Y (M) Elevasi 1 LP-1, KP-1 5-55 -2,650 440 2 LP-2, KP-2 10-55 -2,650 440 3 LP-3, KP-3 15-55 -2,650 440 4 LP-4, KP-4 20-55 -2,650 440 5 LP-5, KP-5 25-55 -2,650 440 6 LP-6, KP-6 30-55 -2,650 440 7 LP-7, KP-7 5-90 -2,620 440 8 LP-8, KP-8 10-90 -2,620 440 9 LP-9, KP-9 15-90 -2,620 440 10 LP-10, KP-10 20-90 -2,620 440 11 LP-11, KP-11 25-90 -2,620 440 12 LP-12, KP-12 30-90 -2,620 440 13 LP-13, KP-13 5 80-2,305 410 14 LP-14, KP-14 10 80-2,305 410 15 LP-15, KP-15 15 80-2,305 410 16 LP-16, KP-16 20 80-2,305 410 17 LP-17, KP-17 25 80-2,305 410 18 LP-18, KP-18 30 80-2,305 410 19 LP-A, KP-A 0-55 -2,650 440 20 LP-B, KP-B 0-90 -2,620 440 21 LP-C, KP-C 0 80-2,305 410 35

4.3. Hasil Penelitian 4.3.a. Analisis Petrografi Hasil analisis petrografi dari conto yang dibawa ke laboratorium menunjukkan bahwa conto yang dianalisis merupakan basalt dan batugamping. Pada basalt menunjukkan adanya mineral-mineral olivin dan piroksen yang melimpah di batuan sebagai ciri batuan beku basa. Juga dijumpai kehadiran mineral epidot yang mencirikan adanya proses intrusi. Terlihat juga mineral sekunder berupa klorit yang merupakan mineral ubahan dari mineral-mineral mafik. Terlihat tekstur pada batuan basalt berupa porfiritik, kristal besar tertanam dalam masa dasar kristal kecil. Klt Plg Gls Gambar 4.1. Sayatan batuan basalt terdiri dari mineral Klorit (Klt) sebagai mineral ubahan mineral mafik, Plagioklas (Plg), Gelas (Gls) serta tekstur porfiritik penciri sebagai intrusi. Lokasi conto LP-A. Pada analisis petrografi batuan ditemukan juga kenampakan kontak antara basalt dengan batugamping, sebagian mineral-mineral silikat masuk ke dalam rekahan atau urat pada batugamping. Hal ini akan berpengaruh pada kualitas batugamping, sehingga menyebabkan kandungan SiO 2 meningkat (Gambar 4.2). Conto batuan 36

yang banyak mengandung kenaikan unsur-unsur silika ini berada pada daerah yang dekat dengan tubuh intrusi sampai sejauh 15 m dari tubuh intrusi. Bs Gpg Ca Kl Si Gambar 4.2. Kontak Basalt (Bs) dengan batugamping (Gpg), mengakibatkan mineral Silika (Si) dan Klorit (Kl) masuk ke dalam rekahan batugamping dan menggantikan sebagian Kalsit (Ca). Lokasi conto di daerah kontak antara basalt dengan batugamping. (X : -55.00, Y : -2,650.00) Pada pengamatan mikroskopis batugamping yang tidak terpengaruh adanya intrusi dicirkan oleh adanya tekstur klastik (primer) dan adanya fosil yang masih utuh. Fosil kadang-kadang hadir sebagai fragmen dan kalsit sebagai matrik maupun sparit yang mengikat antar butir. Mineral yang dominan hadir pada batugamping ini berupa kalsit sehingga bisa digunakan sebagai bahan baku semen. 37

Ca Fs Mk Gambar 4.3. Tekstur klastik mineral Kalsit (Ca) dan Fosil (Fs) sebagai fragmen dan diikat oleh Mikrit (Mk) pada batugamping yang tidak terpengaruh oelh intrusi. Lokasi conto LP-18 (30 meter dari intrusi basalt) Semua sampel batugamping yang dianalisis didominasi oleh mineral kalsit yang berupa fragmen dan masa dasarnya. Ditemukan juga mineral dolomit dengan jumlah sedikit pada beberapa sampel. Beberapa contoh batugamping yang dekat dengan tubuh intrusi telah mengalami metamorfose kontak dengan terlihatnya peningkatan ukuran butir kristal kalsit relatif lebih kasar dibandindkan dengan batugamping yang jauh dari intrusi, batas kristal semakin jelas dengan bentuk kristal equidimensional dan kenampakan kembaran polisintetik lamellae semakin jelas. (Gambar 4.4, 4.5, dan 4.6), Jarak pengaruh intrusi yang menyebabkan terjadinya metamorfose kontak ini sampai sejauh 25 m dari intrusi basalt. 38

Ca Gambar 4.4. Ukuran butir kristal mineral Kalsit (Ca) pada batugamping relatif kasar, batas kristal lebih jelas dan lebik kompak karena pengaruh penambahan suhu sebagai indikasi telah terjadinya metamorfose kontak. Lokasi conto LP-11 (25 meter dari Intrusi basalt) Mg Ca Gambar 4.5. Ukuran butir kristal mineral Kalsit (Ca) dan Dolomit (Mg) pada batugamping relatif kasar, batas kristal lebih jelas dan lebik kompak karena pengaruh penambahan suhu sebagai indikasi telah terjadinya metamorfose kontak. Lokasi conto LP-10 (20 meter dari Intrusi basalt) 39

Ca Mg Gambar 4.6. Ukuran butir kristal mineral Kalsit (Ca) dan Dolomit (Mg) pada batugamping relatif kasar karena pengaruh penambahan suhu sebagai indikasi telah terjadinya metamorfose kontak. Lokasi conto LP-8 (15 meter dari Intrusi basalt). Mg Ca Gambar 4.7. Ukuran kristal mineral Kalsit (Ca) dan Dolomit (Mg) pada batugamping relatif kasar, batas kristal lebih jelas dan lebik kompak karena pengaruh penambahan suhu sebagai indikasi telah terjadinya metamorfose kontak. Lokasi conto LP-2 (10 meter dari Intrusi basalt) 40

Mg Ca Gambar 4.8. Ukuran kristal mineral Kalsit (Ca) dan Dolomit (Mg) pada batugamping relatif kasar, batas kristal lebih jelas dan lebik kompak karena pengaruh penambahan suhu sebagai indikasi telah terjadinya metamorfose kontak. Lokasi conto LP-1 (5 meter dari Intrusi basalt) 4.3.b. Analisis Kimia Untuk mengetahui kandungan kimia batugamping di daerah penelitian dilakukan analisis XRF (X-Ray Fluorescence) pada 18 conto batuan yang diambil pada lokasi daerah sekitar intrusi dan 3 conto batuan diambil di tubuh intrusi basalt. Conto tersebut diambil berdasarkan jarak intrusi terhadap batugamping yang representatif. Jarak antara conto satu dengan conto yang lainnya berjarak 5 meter dari tubuh intrusi kearah batugamping. Adapun senyawa yang dianalisis meliputi kandungan SiO 2, Al 2 O 3, Fe 2 O 3, MgO, CaO, H 2 O. Hasil dari analisis XRF conto batugamping tersebut dapat dilihat pada tabel 4.2, 4.3, 4.4. dan 4.5. 41

Tabel 4.2. Hasil Analisis Kimia Conto Batugamping (PT Semen Padang, 2002) No Lokasi Posisi Koordinat Komposisi Kimia ( % ) Sampel X (M) Y (M) SiO 2 Al 2 O 3 Fe 2 O 3 CaO Mg0 H 2 O 1 BH-1 130-2,519 0.43 0.13 0.22 55.03 0.39 0.02 2 BH-2 21-2,341 0.04 0.03 0.18 55.48 0.39 0.07 3 BH-3 24-2,079 0.04 0.04 0.3 54.42 0.56 0.52 4 BH-4 192-2,222 0.00 0.03 0.15 55.18 0.32 1.05 5 BH-5 44-2,209 0.03 0.02 0.05 55.84 0.48 1.70 6 BH-6 210-2,381 0.26 0.11 0.09 55.25 0.42 0.64 7 BH-7-5 -1,536 0.36 0.08 0.21 55.26 0.27 0.58 8 BH-8 298-2,163 0.27 0.01 0.05 55.27 0.38 0.52 9 BH-9 168-1,713 0.42 0.01 0.11 54.90 0.42 0.50 10 BH-10-0.04-2,153 0.61 0.14 0.16 54.90 0.45 0.35 11 BH-11 216-2,047 0.24 0.01 0.14 54.41 0.35 0.1 12 BH-12 421-2,425 0.08 0.06 0.07 54.86 0.40 0.90 13 BH-13-0.02-1,978 0.23 0.16 0.18 54.85 0.55 0.85 14 BH-14 342-2,250 0.83 0.40 0.60 53.94 0.47 0.96 15 BH-16 315-1,852 0.28 0.08 0.13 55.26 0.35 0.64 16 BH-17 361-2,613 0.28 0.08 0.13 55.26 0.35 0.64 Tabel 4.3. Hasil Analisis Kimia Conto Basalt dan Batugamping Lokasi Blok M, X : - 55.00, Y : - 2,650.00 Kode Sampel Nama Batuan Jarak dari Komposisi Kimia ( % ) Intrusi (M) SiO 2 Al 2 O 3 Fe 2 O 3 CaO Mg0 H 2 O LOI KP-A Basalt 0 38.63 11.18 11.45 23.69 11.39 0.15 3.43 KP-I Batugamping 5 8.82 1.97 1.19 46.95 1.43 0.08 38.13 KP-2 Batugamping 10 2.53 0.45 0.29 53.46 1.36 0.07 42.49 KP-3 Batugamping 15 1.13 0.07 0.03 54.68 0.66 0.05 43.41 KP-4 Batugamping 20 1.04 0.05 0.01 54.98 0.44 0.09 43.26 KP-5 Batugamping 25 0.92 0.00 0.01 55.20 0.39 0.07 43.39 KP-6 Batugamping 30 0.83 0,00 0.00 55.32 0.23 0.21 43.47 42

Tabel 4.4. Hasil Analisis Kimia Conto Basalt dan Batugamping Lokasi Blok M, X : - 90.00, Y : - 2,620.00 Kode Sampel Nama Batuan Jarak dari Komposisi Kimia ( % ) Intrusi (M) SiO 2 Al 2 O 3 Fe 2 O 3 CaO Mg0 H 2 O LOI KP-B Basalt 0 39.01 12.04 12.03 22.38 12.04 0.22 3.26 KP-7 Batugamping 5 9.11 2.06 1.82 45.78 2.05 0.17 38.67 KP-8 Batugamping 10 2.64 0.52 0.43 53.34 1.71 0.11 42.23 KP-9 Batugamping 15 1.32 0.11 0.09 54.50 0.82 0.08 43.37 KP-10 Batugamping 20 1.01 0.08 0.12 54.73 0.51 0.10 42.54 KP-11 Batugamping 25 0.98 0.04 0.07 55.04 0.43 0.12 42.83 KP-12 Batugamping 30 0.79 0.02 0.01 55.22 0.19 0.19 42.52 Tabel 4.5. Hasil Analisis Kimia Conto Basalt dan Batugamping Lokasi Blok J, X : 80.00, Y : -2,305.00 Kode Sampel Nama Batuan Jarak dari Komposisi Kimia ( % ) Intrusi (M) SiO 2 Al 2 O 3 Fe 2 O 3 CaO Mg0 H 2 O LOI KP-C Basalt 0 35.85 11.73 12.65 24.54 9.00 0.55 4.25 KP-13 Batugamping 5 6.94 1.67 1.18 47.39 1.38 1.13 37.68 KP-14 Batugamping 10 1.73 0.10 0.08 54.09 1.06 0.10 42.29 KP-15 Batugamping 15 1.20 0.02 0.07 55.06 0.36 0.16 42.67 KP-16 Batugamping 20 0.92 0.01 0.03 55.09 0.32 0.12 42.53 KP-17 Batugamping 25 0.85 0.00 0.00 55.14 0.29 0.06 42.75 KP-18 Batugamping 30 0.72 0.00 0.01 55.23 0.39 0.15 43.24 43