BAB II KAJIAN TEORITIS

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan suatu perusahaan dalam mencapai tujuannya tidak dapat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 2 LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. proses pembelajaran yang merupakan inti dari kegiatan sekolah.

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan hasil studi PERC (Political and Economy Risk Consults)

BAB I PENDAHULUAN. pemimpin agar tujuan yang akan dicapai dapat terlaksana dengan baik.

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Lamba dan Choudary (2013) menyebutkan bahwa komitmen adalah

BAB II LANDASAN TEORI. A. Tinjauan Pustaka. dari beberapa ahli mengenai Kepemimpinan. Pendapat tersebut adalah sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN. akan terjadi di hari esok, segalanya serba tak menentu, akan tetapi kondisi ini

BAB X KEPEMIMPINAN TRANFORMASIONAL DAN TRANSAKSIONAL

BAB I PENDAHULUAN. untuk berbenah diri untuk bisa menangkap peluang dan menyesuaikan diri dari

BAB I PENDAHULUAN. daya sekolah untuk dapat menjalankan tugas secara profesional.

BAB I PENDAHULUAN. inovasi. Perusahaan yang ingin tetap bertahan dalam lingkungan bisnis harus

BAB I PENDAHULUAN. perubahan organisasi baik yang terencana maupun tidak terencana, aspek yang

BAB I PENDAHULUAN. peluang baru bagi proses pembangunan daerah di Indonesia. Di dalam melakukan

BAB 1 PENDAHULUAN. persaingan bisnis di dunia semakin terbuka. Setiap perusahaan harus bersaing

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya yang ada di setiap kegiatan organisasi. Organisasi atau perusahaan

BAB 1 PENDAHULUAN. sehingga pendidikan saat ini sudah sangat jauh berbeda dengan pendidikan di

PENGARUH KARAKTERISTIK KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL TERHADAP KEPUASAN KERJA KARYAWAN PADA PT DAN LIRIS DI SUKOHARJO

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Efektivitas Kinerja. sesuatu yang tepat ( Stoner, 1996). Menurut Yukl (1994) efektivitas diartikan

BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi dewasa ini, sebuah perusahaan bertaraf nasional maupun

PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL DAN MOTIVASI TERHADAP KINERJA KARYAWAN PADA PT. BARVO SATRIA PERKASA AREA SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. sandungan dalam era globalisasi, karena era globalisasi merupakan era

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

1. PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. muka bumi, manusia juga merupakan makhluk yang penuh dengan rencana,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Indonesia. Perkembangan suatu bangsa dapat dipengaruhi oleh mutu pendidikan.

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. Menurut Stephen P. (2002:135) Dalam suatu organisasi kepemimpinan

BAB I PENDAHAULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dipengaruhi banyak faktor diantaranya keterampilan atau keahlian yang dimiliki,

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. regresi linier berganda yang dilaksanakan mengenai pengaruh pelaksanaan gaya

KEPEMIMPINAN DALAM ORGANISASI: Perspektif Teoritik dan Metodologi

BAB I PENDAHULUAN. semua tingkatan manajemen di perusahaan. Bagaimanapun majunya. berhasil atau tidaknya suatu organisasi.

BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Mangkunegara (2006) menyatakan bahwa kinerja karyawan merupakan

BAB II LANDASAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. berorientasi pada tujuan jangka panjang yaitu berkembangnya organisasi yang

BAB I PENDAHULUAN. besar bagi kelangsungan hidup organisasi. Persaingan juga telah menyebabkan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 pasal 20 (a) Tentang Guru dan Dosen adalah

BAB I PENDAHULUAN. kepemimpinannya. Pembahasan tentang kepuasan kerja karyawan tidak bisa

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahannya berbentuk Republik dengan kehadiran berbagai lembaga

BAB I PENDAHULUAN. pengalaman, motivasi, komitmen yang tinggi, disiplin diri, dan semangat kerja

BAB I PENDAHULUAN. yang tinggi dari masing-masing pegawainya. Kinerja tinggi yang diharapkan

BAB I PENDAHULUAN Profil Perusahaan PT. Bravo Satria Perkasa

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel Penelitian. : Gaya Kepemimpinan Transformasional. B. Definisi Operasional

BAB III METODE PENELITIAN. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari : a. Kepemimpinan Transformasional;

BAB I PENDAHULUAN. yang bersangkutan. Kondisi organisasi yang sedang dipimpin akan

BAB I PENDAHULUAN. Disamping sumber daya alam dan sumber daya modal, sumber daya manusia juga memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Rendahnya kualitas sumber daya manusia merupakan masalah mendasar yang

BAB 2 KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan. Setiap bangsa dan generasi memiliki dasar dan tujuan pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. mencapai sasaran atau serangkaian sasaran bersama (Robbins, 2006:4). Akibat

BAB III METODE DAN TEKNIK PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai peran utama dalam menentukan dinamika dari semua sumber yang

BAB I PENDAHULUAN. heterogen terdiri dari penduduk asli, penduduk urbanisasi maupun imigran

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. persaingan antar perusahaan semakin kompetitif. Perusahaan berusaha untuk

BAB I PENDAHULUAN. pemimpin seakan-akan dapat mengelola tanpa susah payah, pada dasarnya

BAB I PENDAHULUAN. kelangsungan hidup perusahaan. Orang (manusia) merupakan elemen yang selalu

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan sebagai suatu organisasi mempunyai tujuan yang ingin dicapai,

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perubahan lingkungan bisnis yang sangat cepat dan komplek

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pemimpin merupakan jabatan yang sangat penting dalam organisasi

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan tamatan atau lulusan sebagai sumber daya manusia yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. dengan baik. Hal ini bila kita teliti dengan lebih seksama penyebabnya

HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL DAN PERSEPSI DISIPLIN KERJA KARYAWAN KPP PRATAMA KOTA BOGOR

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. dan 11 karyawan perempuan. Masa kerja karyawan adalah minimal 6 bulan Gambaran subjek berdasarkan jenis kelamin

KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL KEPALA SEKOLAH DALAM MENINGKATKAN KINERJA ORGANISASI

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan adalah suatu tantangan yang harus dihadapi dan mendapat

BAB I PENDAHULUAN. mengendalikan biaya ketenagakerjaan. Demikian juga yang dikemukakan oleh

BAB I PENDAHULUAN. akibatnya pelayanan sosial kemanusiaan, secara faktual pelayanan rumah sakit telah

BAB I PENDAHULUAN. Sebab tanpa memiliki Sumber Daya Manusia yang berkualitas, mustahil

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Komitmen organisasional menjadi hal penting pada sebuah organisasi

BAB II KAJIAN PUSTAKA. kajian berbagai aspek, baik secara teoritis maupun empiris yang mendasari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pemberi manfaat bagi sumber daya lainnya, memberi kontribusi besar dalam

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. tinggi dalam bidang pekerjaannya. Oleh karena itu keberadaan suatu. perusahaan tidak terlepas dari unsur sumber daya manusia.

Analisis interaksi motivasi...puji Lestari, FPsi UI, PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. kemampuannya mewujudkan organisasi yang profesional, efektif, efisien,

Penulisan Ilmiah Jurusan Psikologi 2016

III. METODELOGI PENELITIAN. sumbernya. Dalam hal ini diperoleh dari responden yang menjawab pertanyaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perubahan lingkungan organisasi yang semakin kompleks dan kompetitif,

BAB I PENDAHULUAN. untuk pencapaian tujuan. Sumber daya manusia yang dimaksud dalam. perusahaan adalah karyawan atau orang yang bekerja dengan menjual

BAB I PENDAHULUAN. menghadapi dinamika perubahan lingkungan. Kondisi tersebut menuntut

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. manusia akan diminta pertanggungjawaban atas kepemimpinanya kelak.

KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL KEPALA SEKOLAH DASAR SE-KECAMATAN KRATON YOGYAKARTA

BAB II LANDASAN TEORI. penelitian yang digunakan serta beberapa beberapa hipotesis penelitian. 1. Pengertian Gaya Kepemimpinan

BAB I PENDAHULUAN. responsif agar tetap bertahan. Dalam perubahan organisasi/perusahaan baik yang

BAB I PENDAHULUAN. menuntut setiap organisasi dan perusahaan untuk bersikap lebih responsif agar

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI. 1) kesimpulan, 2) implikasi dan saran hasil penelitian.

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan mematuhi Undang-Undang Pertambangan, Regulasi Pengelolaan. prinsip-prinsip Good Corporate Governance (GCG).

BAB I PENDAHULUAN. atau sering disebut dengan human resources, merujuk kepada orang-orang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA.1

BABl PENDAHULUAN. Tidak dapat dipungkiri bahwa sumber daya manusia sangat memegang

BAB I PENDAHULUAN. dasawarsa terakhir ini, ternyata belum sepenuhnya mampu menjawab. kebutuhan dan tantangan nasional dan global dewasa ini.

Transkripsi:

BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1 Kinerja Guru 2.1.1 Pengertian Kinerja Guru Kinerja atau performance merupakan hasil kerja yang dapat dicapai oleh seseorang atau sekelompok orang dalam suatu organisasi, sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab masing-masing, dalam upaya mencapai tujuan organisasi bersangkutan secara legal, tidak melanggar hukum dan sesuai dengan moral maupun etika. Kinerja individu adalah dasar kinerja organisasi, dan untuk memaksimalkan kinerja masing-masing individu, berhubungan dengan perilaku individu. Istilah kinerja berasal dari bahasa Inggris job performance atau actual performance yang berarti prestasi kerja atau prestasi sesungguhnya yang dicapai seseorang. Menurut Silberman (2001), kinerja atau performance merupakan kegiatan seseorang dalam melaksanakan tugas pokoknya yang dibagi menjadi empat bagian utama yaitu commitment, confidence, competence dan contingencies. Pendapat ini dikenal dengan teori The Four "C"s To Achieving Peak Performance. 11

Berkaitan dengan pengukuran kinerja, (Silberman, 2001) menyatakan bahwa: Add up the scores you gave yourself for the items pertaining to each of the four performance factors: Commitment, Confidence, Competence, and Contingencies. Contingencies are subdivided into Working Conditions and Communication. Sejalan dengan teori The Four "C"s To Achieving Peak Performance, unsur-unsur yang perlu diadakan penilaian dalam proses penilaian kinerja guru menurut Silberman (2001), meliputi: (1) commitment atau tanggung jawab guru dalam mencapai tujuan bersama, (2) confidence yaitu rasa percaya diri yang menyangkut tumbuh dan berkembangnya motivasi internal dalam melaksanakan pekerjaan, (3) competence, yaitu kompetensi dalam melaksanakan tugasnya, (4) contingencies yang menyangkut situasi dan kondisi sekolah yang memungkinkan guru dapat meningkatkan prestasi kerja, dan (5) komunikasi, yaitu adanya hubungan yang harmonis antar sesama warga sekolah. Kinerja guru adalah kemampuan dan usaha guru untuk melaksanakan tugas dan tanggungjawabnya sebagai guru. Kinerja seseorang perlu dinilai secara berkesinambungan. Dalam penilaian kinerja tidak hanya semata-mata menilai hasil fisik, tetapi pelaksanaan pekerjaan secara keseluruhan yang menyangkut berbagai bidang seperti kemampuan, kerajinan, disiplin, hubungan kerja atau hal-hal khusus sesuai bidang tugasnya semuanya layak untuk dinilai. Guru memiliki tugas dan tanggungjawab keprofesionalan yang harus dilaksanakan dan dicapai. 12

Kinerja guru merupakan hasil yang dicapai oleh guru dalam melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya yang didasarkan atas kecakapan, pengalaman dan kesungguhan serta waktu dengan output yang dihasilkan tercermin baik. 2.1.2 Pengukuran Kinerja Guru Pengukuran terhadap kinerja penting dilakukan untuk mengukur tingkat produktivitas dan prestasi kerjanya sesuai dengan tugas sebagai guru. Kinerja guru dapat diukur dengan tes performance, observasi atau inventory. Pengukuran kinerja guru didesain untuk setidaknya pada dua tujuan, yaitu: (1) untuk mengukur kompetensi guru dan (2) mendukung pengembangan profesional. Terdapat berbagai model instrumen yang dapat dipakai dalam penilaian kinerja guru. Namun demikian, ada dua model yang paling sesuai dan dapat digunakan sebagai instrumen utama, yaitu skala penilaian dan (lembar) observasi. Skala penilaian mengukur penampilan atau perilaku orang lain (individu) melalui pernyataan perilaku dalam suatu kontinum atau kategori yang memiliki makna atau nilai. Kategori dibuat dalam bentuk rentangan mulai dari yang tertinggi sampai terendah. Rentangan ini dapat disimbolkan melalui huruf (A,B,C,D,E) atau angka (5,4,3,2,1), atau berupa kata-kata, mulai dari tinggi, sedang, kurang, rendah, dan sebagainya. 13

Dalam penelitian ini kinerja guru diukur menggunakan inventory yang disebut peak performance inventory (Silberman, 2001). Inventory disusun berdasarkan unsur-unsur dalam proses pengukuran kinerja guru meliputi: (1) tanggung jawab, (2) percaya diri, (3) kompetensi, (4) kondisi sekolah, dan (5) komunikasi. Kinerja guru akan menjadi optimal, bilamana diintegrasikan dengan komponen sekolah baik kepala sekolah, fasilitas kerja, guru, karyawan, maupun anak didik. Pidarta (1995) dalam Saerozi (2005), mengemukakan ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kinerja guru dalam melaksanakan tugasnya yaitu: (1) kepemimpinan kepala sekolah, (2) fasilitas kerja, (3) harapan-harapan, dan (4) kepercayaan personalia sekolah. Dengan demikian nampaklah bahwa kepemimpinan kepala sekolah sebagai faktor eksternal akan mempengaruhi kinerja guru, demikian juga harapan-harapan yang akan memotivasi seseorang dalam melaksanakan kerjanya. 2.2 Kepemimpinan Tranformasional 2.2.1 Pengertian Kepemimpinan Transformasional Kepemimpinan merupakan proses dimana seorang individu menghubungi sekelompok individu untuk mencapai suatu tujuan. Salah satu bentuk kepemimpinan yang diyakini dapat mengimbangi pola pikir dan refleksi paradigma-paradigma baru dalam 14

arus globalisasi dirumuskan sebagai kepemimpinan transformasional kepala sekolah. Salah satu bentuk kepemimpinan yang diyakini dapat mengimbangi pola pikir dan refleksi paradigma baru dalam arus globalisasi dirumuskan sebagai kepemimpinan transformasional. Teori kepemimpinan transformasional dikembangkan oleh Bernard M. Bass. Menurut Bass (1985), kepemimpinan transformasional sebagai hubungan pemimpin atau atasan terhadap bawahan. Para bawahan merasakan adanya kepercayaan, kebanggaan, loyalitas dan rasa hormat kepada atasan, dan mereka termotivasi untuk melakukan melebihi apa yang diharapkan. Kepemimpinan transformasional dari seorang pemimpin dapat digambarkan sebagai kepemimpinan yang membangkitkan atau memotivasi seseorang, sehingga dapat berkembang dan mencapai kinerja pada tingkat yang tinggi, melebihi dari apa yang mereka perkirakan sebelumnya. Kepemimpinan transformasional juga dapat diartikan sebagai kepemimpinan yang melibatkan perubahan dalam organisasi dan memotivasi para bawahan agar bersedia bekerja demi sasaran tingkat tinggi yang dianggap melampaui kepentingan pribadinya saat itu (Bass 1985). Selain itu, kepemimpinan tranformasional dianggap efektif dalam situasi dan budaya apapun (Bass, 1996). 15

Menurut Bass (dalam Case, 2003), bahwa fungsi utama dari seorang pemimpin transformasional adalah memberikan pelayanan sebagai katalisator dari perubahan (catalyst of change), namun pada saat bersamaan ia juga sebagai seorang pengawas dari perubahan (a controller of change). Case (2003), mengatakan bahwa meskipun terdapat beberapa perbedaan dalam mendefinisikan kepemimpinan transformasional, akan tetapi secara umum mereka mengartikannya sebagai agen perubahan (an agent ofchange). 2.2.2 Dimensi Kepemimpinan Transformasional Kepemimpinan transformasional terdiri atas empat dimensi yang banyak dipakai di berbagai penelitian kepemimpinan transformansional. Menurut Bass (dalam Tschannen-Moran, 2003) untuk dapat menghasilkan produktivitas, kepemimpinan transformasional telah didefinisikan sebagai Fours I s yang terdiri dari individualized influence, inspirational motivation, intellectual stimulation, dan individualized consideration. Adapun dimensi-dimensi kepemimpinan transformasional kepala sekolah menurut Bass dan Avolio (dalam Tschannen-Moran, 2003), sebagai berikut: 1. Individualized influence melalui model-model aturan bagi pengikut, yang mana pengikut mengidentifikasi dan ingin melakukan melebihi model tersebut. Pemimpin-pemimpin menunjukkan standar tinggi dari tingkah laku moral dan etika, serta menggunakan kemampuan untuk menggerakkan individu maupun kelompok terhadap pencapaian misi mereka dan 16

bukan untuk nilai perorangan. 2. Inspirational motivation, pemimpin memberikan arti dan tantangan bagi pengikut dengan maksud menaikkan semangat dan harapan, menyebarkan visi, komitmen pada tujuan dan dukungan tim. Kepemimpinan transformasional kepala sekolah secara jelas mengkomunikasikan harapan-harapan, yang diinginkan pengikut tercapai; 3. Dalam memperkuat intellectual stimulation, pemimpin transformasional menciptakan rangsangan dan berpikir inovatif bagi pengikut melalui asumsi-asumsi pertanyaan, merancang kembali masalah, menggunakan pendekatan pada situasi lampau melalui cara yang baru; 4. individualized consideration melalui pemberian bantuan sebagai pemimpin, memberikan pelayanan sebagai mentor, memeriksa kebutuhan individu untuk perkembangan dan peningkatan keberhasilan. Masing-masing dimensi di atas menggambarkan karakteristik kepemimpinan yang sangat berharga bagi proses transformasi. Apabila pemimpin adalah seorang yang memberi keteladanan hidup (strong role models), pemberi semangat (encouragers), inovator, dan seorang pelatih, maka sebenarnya pemimpin sedang mendayagunakan untuk mentransformasi bawahannya menjadi orang-orang yang lebih baik, lebih produktif dan lebih berhasil. Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan kepemimpinan transformasional adalah kepemimpinan yang melibatkan perubahan dalam organisasi dan memotivasi para bawahan dalam organisasi dan bersedia bekerja demi sasaran-sasaran tingkat tinggi yang 17

dianggap melampaui kepentingan pribadinya saat itu (Bass dan Avolio, 1990). Dengan demikian maka kepemimpinan transformasional mengandung pengertian kepemimpinan yang mencerminkan keempat komponen yang memperlihatkan karakteristik kepemimpinan transformasional. 2.2.3 Pengukuran Kepemimpinan Transformasional Kepemimpinan transformasional (transformational leadership) diukur dengan menggunakan alat berupa skala penilaian. Alat ukur untuk kepemimpinan transformasional diadaptasi dari Bass dan Avolio (1990) yang telah disesuaikan dengan kebutuhan penelitian ini. Pengukuran mengacu pada empat dimensi (hubungan individual, motivasi inspiratif, stimulasi intelektual, dan pertimbangan individual), diukur dengan skala lima point (a Five-Point). 2.3 Motivasi Berprestasi 2.3.1 Pengertian Motivasi Berprestasi Mc.Clleland (1976), menyatakan bahwa motivasi adalah faktor penentu yang menghubungkan perilaku yang terdapat dalam setiap individu. Motivasi merupakan daya penggerak aktif, yang terjadi pada saat tertentu, terutama jika kebutuhan untuk mencapai tujuan tertentu sempat dirasakan atau mendesak. 18

Dalam studi motivasi Mc.Clelland (dalam Anwar, 2000), ada tiga motivasi sosial yang menjadi pendorong perilaku manusia, yaitu: motivasi berprestasi (achievement motivation), motivasi berkuasa (power motivation) dan motivasi afiliasi (affiliation motivation). Motivasi berprestasi bagi seorang guru merupakan faktor penting dalam peningkatan kompetensi guru sebagai pendorong utama setiap guru dalam melaksanakan tugas profesionalnya sesuai ketentuan yang berlaku. Motivasi seseorang dalam bekerja erat kaitannya dengan motivasi berprestasi. Seseorang yang memiliki motivasi yang kuat dalam bekerja, tentu berorentasi untuk mencapai prestasi yang diinginkan, dan seseorang yang berorentasi pada prestasi akan bekerja keras dan menganggap pekerjaannya merupakan suatu hal yang harus dilaksanakan dengan sebaik-baiknya. Dorongan seseorang untuk meraih prestasi kerja inilah yang disebut motivasi berprestasi. Apabila motivasi berprestasi dianggap merupakan suatu harapan, maka harapan itulah yang dapat mendorong seseorang untuk bertindak (Mc.Clelland dalam Martinah,1984). Menurut Mc.Clelland dan Heckhausen (dalam Martinah, 1984), motivasi berprestasi adalah motif yang mendorong individu untuk mencapai sukses dan bertujuan untuk berhasil dalam kompetisi dengan beberapa ukuran keunggulan (standard of excellence). Dorongan kebutuhan berprestasi tercermin dari perilaku seseorang yang selalu mengarah pada standar 19

keunggulan. Ukuran keunggulan ini dapat berupa prestasi diri sendiri sebelumnya, dapat pula prestasi orang lain. Orang yang memiliki motivasi berprestasi tinggi akan dapat lebih berprestasi dalam situasi di mana ia berpacu dengan ukuran keunggulan yang diinternalisasikan, dan prestasinya akan lebih baik jika pencapaiannya ditentukan sendiri. Menurut Mc.Clelland (dalam http://en. wikipedia.org, 2006), orang yang mempunyai motivasi berprestasi yaitu orang yang mempunyai keinginan yang kuat untuk mencapai sesuatu, dengan ciri sebagai berikut: 1. Tujuan yang mereka tentukan tidak terlalu tinggi dan tidak terlalu rendah, tetapi tujuan itu merupakan tentang untuk dikerjakan dengan baik; 2. Mereka menentukan tujuan seperti itu, karena yakin bahwa hasilnya dapat dikuasai jika dikerjakan sendiri; 3. Mereka senang pada pekerjaanya dan sangat berkepentingan dengan keberhasilannya; 4. Mereka lebih suka bekerja di dalam pekerjaan yang dapat memberikan gambaran bagaimana keadaan pekerjaanya. Untuk mengetahui motivasi berprestasi dalam pekerjaan guru, maka dalam penelitian ini mengacu pada teori Mc.Clelland. Dengan asumsi bahwa guru yang memiliki motivasi berprestasi tinggi akan berprestasi dalam tugas dan pekerjaanya karena pemenuhan kebutuhan tersebut. 20

2.3.2 Pengukuran Motivasi Berprestasi Seseorang yang memiliki motivasi berprestasi tinggi akan berprestasi dalam tugas dan pekerjaanya karena merasa pemenuhan kebutuhan berprestasi (need for achievement), kebutuhan berafiliasi (need for affiliational), dan kebutuhan berkuasa (need for power) dirasakan baik. Menurut Supramono dan Haryanto (2005), mengingat proses pengukuran konsep bukanlah hal yang mudah, maka jika ada sebaiknya peneliti memanfaatkan instrumen penelitian yang dikembangkan oleh peneliti-peneliti sebelumnya. Pengukuran motivasi berprestasi dalam penelitian ini dengan menggunakan skala motivasi berprestasi yang diadaptasi dari Mc.Clelland (dalam Anwar, 2005)dengan sub konsepnya terdiri dari: (1) harapan terhadap aktivitas yang dilakukan, (2) dorongan untuk meraih kemajuan dan prestasi standar yang telah ditentukan, dan (3) keinginan untuk berbuat yang terbaik. 2.4 Kerangka Pikir dan Pengembangan Hipotesis Berdasarkan uraian teoritik di atas, maka penulis berasumsi bahwa terdapat hubungan antara kinerja guru dengan kepemimpinan transformasional kepala sekolah, dan motivasi berprestasi. Variabel yang akan diteliti terdiri atas variabel bebas yaitu 21

kepemimpinan transformasional kepala sekolah (X1), motivasi berprestasi (X2), variabel terikatnya adalah kinerja guru (Y). Berikut diuraikan kerangka pikir yang mendasari pengembangan hipotesis dalam penelitian ini. 2.4.1 Hubungan Kepemimpinan Tranformasional Kepala Sekolah dengan Kinerja Guru Efektivitas kinerja organisasi tidak lepas dari peran seorang pemimpin dalam organisasi tersebut. Kepemimpinan menurut beberapa ahli didefinisikan sebagai kemampuan untuk menghubungkan sekelompok anggota agar bekerja untuk mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan. Kepemimpinan transformasional kepala sekolah diperlukan untuk menjawab tantangan perubahan yang terjadi pada saat ini. Perubahan yang terjadi akibat adanya kemajuan di berbagai bidang kehidupan manusia, tidak terkecuali perubahan pada kebutuhan individu, yaitu invidu yang ingin mengaktualisasikan dirinya, yang berdampak pada bentuk pelayanan dan penghargaan terhadap individu tersebut. Kepemimpinan transformasional kepala sekolah tidak saja memperhatikan kebutuhan untuk aktualisasi diri dan penghargaan, tetapi menumbuhkan kesadaran bagi para pemimpin untuk melakukan yang terbaik dalam menjalankan roda kepemimpinan dengan lebih memperhatikan faktor manusia, kinerja- 22

nya, dan pertumbuhan dari organisasinya. Berkaitan dengan upaya peningkatan kinerja organisasi pendidikan terutama organisasi sekolah, seorang pemimpin yang dalam hal ini adalah kepala sekolah perlu menerapkan kepemimpinan transformasional kepala sekolah agar setiap perubahan dalam organisasi yang dipimpinnya dapat terwujud dengan efektif. Dalam implementasinya, kepemimpinan kepala sekolah secara transformasional akan mendorong tumbuhnya perilaku individu yang dipimpinnya ke arah perubahan yang diinginkan. Dengan berbagai upaya peningkatan kepemimpinan transformasional kepala sekolah, diharapkan para guru dapat mempersembahkan kinerja melebihi apa yang diharapkan organisasi. Dengan demikian kepemimpinan transformasional kepala sekolah tersebut tentunya juga akan berdampak pada perkembangan kinerja guru yang dipimpinnya antara lain dengan memberikan kontribusi pada inisiatif-inisiatif restrukturisasi yang menurut para guru hal tersebut memberi sumbangsih pada tugasnya mengajar. Di samping itu juga berdampak pada perkembangan kultur organisasi sekolah secara keseluruhan. Kultur organisasi dalam hal ini meliputi ranah berpikir, afektif dan motorik yang terjadi pada kehidupan sekolah untuk perbaikan proses belajar dan peningkatan mutu belajar peserta didik. Hasil penelitian Munawaroh (2011), di SMP Katolik Wijana Jombang menunjukkan bahwa kepe- 23

mimpinan transformasional kepala sekolah secara parsial mempunyai hubungan yang signifikan terhadap kinerja guru. Hal ini didukung pendapat Bass, (1985) yang menyatakan bahwa kepemimpinan transformasional kepala sekolah, digambarkan sebagai kepemimpinan yang dapat membangkitkan atau memotivasi karyawan, sehingga dapat berkembang dan mencapai kinerja pada tingkat yang tinggi, melebihi dari apa yang mereka perkirakan sebelumnya. Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dinyatakan rumusan hipotesisnya sebagai berikut: H1: Ada hubungan yang signifikan antara kepemimpinan transformasional kepala sekolah dengan kinerja guru 2.4.2 Hubungan Motivasi Berprestasi dengan Kinerja guru Kinerja guru berhubungan dengan faktor-faktor yang melingkupinya, dan masing masing individu berbeda satu sama lain. Salah satu faktor tersebut adalah faktor individu berupa motivasi berprestasi. Motivasi sebagai suatu usaha positif dalam menggerakkan dan mengarahkan daya dan potensi tenaga kerja agar secara produktif berhasil mencapai dan mewujudkan tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya dan sebagai kebutuhan sekaligus perangsang untuk dapat menggerakkan, mengerahkan dan mengarahkan potensi serta daya kerja manusia tersebut ke arah yang diinginkan. 24

Motivasi berprestasi merupakan faktor yang menimbulkan semangat kerja. Motivasi berprestasi erat kaitanya dengan motivasi kerja. Motivasi berprestasi adalah dorongan atau semangat bertindak atau bekerja sebaik mungkin. Seseorang yang memiliki motivasi yang kuat dalam bekerja, tentu berorentasi untuk mencapai prestasi yang diinginkan, dan orang yang berorentasi pada prestasi akan bekerja keras dan pekerjaannya sebagai suatu hal yang harus dilaksanakan dengan sebaik-baiknya. Hasil penelitian Widodo (2011), menunjukkan bahwa motivasi berprestasi dan kinerja memiliki korelasi sangat kuat (signifikan) dan searah. Berdasarkan uraian di atas maka dapat diambil hipotesis sebagai berikut: H2 : Ada hubungan yang positif dan signifikan antara motivasi berprestasi dengankinerja guru. 2.5 Model Penelitian Berdasarkan hubungan antar variabel yang dibangun, maka model penelitian yang dapat disusun dalam penelitian ini adalah: X 1 Kepemimpinan Transformasional Kepala Sekolah Y Kinberja Guru X 2 Motivasi Berprestasi 25