BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Dunia industri erat kaitannya dengan proses produksi yang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Pengertian Perilaku Keselamatan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. ditandai dengan semakin berkembangnya prindustrian dengan mendayagunakan

BAB 1 PENDAHULUAN. produktif. Sebuah perusahaan dapat terus bertahan jika memiliki sumber daya manusia

Psikologi Dunia Kerja Kepuasan Kerja, Kegairahan Kerja & Keamanan Kerja

BAB 1 : PENDAHULUAN. kuat. (2) Penerapan keselamatan dan kesehatan kerja merupakan salah satu bentuk upaya untuk

BAB 1 : PENDAHULUAN. perusahaan, yang diiringi dengan meningkatnya penggunaan bahan-bahan berbahaya,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kegiatan yang banyak mengandung unsur bahaya. Hal tersebut menyebabkan

BAB 1 : PENDAHULUAN. Dunia perindustrian di era globalisasi mengalami perkembangan yang semakin pesat. Hal

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

HUBUNGAN ANTARA PERSPESI IKLIM KESELAMATAN DAN MASA KERJA DENGAN KEPATUHAN PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI PADA PEKERJA KONSTRUKSI PT.

BAB I PENDAHULUAN. terbukti dari pesatnya pembangunan berbagai pusat perbelanjaan, pendidikan, perumahan, dan

BAB 1 : PENDAHULUAN. yang menjadi penentu pencapaian dan kinerja suatu perusahaan. Jika dalam proses

BAB I PENDAHULUAN. dapat menyebabkan traumatic injury. Secara keilmuan, keselamatan dan

BAB I PENDAHULUAN. orang. Secara nasional hingga November 2007, jumlah kecelakaan kerja di

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Dalam Undang Undang Dasar 1945 Pasal 27 Ayat 2 Ditetapkan bahwa Setiap warga

BAB I PENDAHULUAN. maka tidak dapat dipungkiri lagi bahwa arus globalisasi tersebut membawa

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Dalam UU RI Nomor 1 Tahun 1970 tentang keselamatan kerja dituliskan

BAB 1 : PENDAHULUAN. masalah-masalah baru yang harus bisa segera diatasi apabila perusahaan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. pelaku dalam industri (Heinrich, 1980). Pekerjaan konstruksi merupakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Pada dekade terakhir, organisasi (perusahaan) yang sebelumnya lebih

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Dalam proses pembangunan nasional, titik berat pembangunan nasional

BAB I PENDAHULUAN. pasar lokal, nasional, regional maupun internasional, dilakukan oleh setiap

BAB I PENDAHULUAN. merupakan suatu upaya untuk menciptakan suasana bekerja yang aman, nyaman,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kesehatan, pemulihan serta pemeliharaan kesehatan. Sebagai layanan masyarakat,

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Esa Unggul

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Proses industrialisasi masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan berarti memberi. kesempatan kepada karyawan dalam memenuhi kelangsungan hidupnya

Lu, C., & Tsai C. (2008). The effects of safety climate on vessel accidents in the container shipping context. Accident Analysis and Preventive.

BAB I PENDAHULUAN. dalam sistem perdagangan dunia di samping isu lingkungan, produk bersih, HAM, pekerja anak, dan pengupahan (Ramli, 2010).

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI KARYAWAN TERHADAP IKLIM KESELAMATAN (SAFETY CLIMATE) DENGAN PERILAKU KESELAMATAN (SAFETY BEHAVIOR)


BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Produktivitas merupakan salah satu faktor yang mendominasi suatu perusahaan

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KECELAKAAN KERJA PADA KARYAWAN PT KUNANGGO JANTAN KOTA PADANG TAHUN 2016

BAB 1 PENDAHULUAN. perawat adalah salah satu yang memberikan peranan penting dalam. menjalankan tugas sebagai perawat.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan pesat dunia industri konstruksi bangunan di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. bergeloranya pembangunan, penggunaan teknologi lebih banyak diterapkan

BAB I PENDAHULUAN. setiap 15 detik karena kecelakaan kerja dan 160 pekerja mengalami sakit akibat kerja.

BAB I PENDAHULUAN. diikuti dengan resiko pekerjaan yang tinggi. Resiko kerja yang tinggi disebabkan karena

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan sektor industri saat ini merupakan salah satu andalan dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Keselamatan dan Kesehatan Kerja. subkontraktor, serta safety professionals.

BAB I PENDAHULUAN. kerja. 3 K3 di tempat kerja harus dikelola dengan aspek lainnya seperti

BAB 1 PENDAHULUAN. Gambaran aspek..., Aldo Zaendar, FKM UI, 2009

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. manusia berusaha mengambil manfaat materi yang tersedia. depan dan perubahan dalam arti pembaharuan.

BAB I PENDAHULUAN. Kecelakaan merupakan kejadian yang tidak direncanakan dan tidak

BAB I PENDAHULUAN. dengan meningkatnya produktivitas (Multahada, 2008)

BAB 1 : PENDAHULUAN. merupakan kondisi yang menunjukkan Indonesia tidak dapat menghindarkan diri dari

BAB I PENDAHULUAN. Setiap tempat kerja selalu mempunyai risiko terjadinya kecelakaan. Besarnya

BAB I PENDAHULUAN. kesusilaan dan perlakuan yang sesuai harkat dan martabat manusia serta nilainilai

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keselamatan kerja merupakan salah satu hal yang harus diperhatikan oleh berbagai

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Selain untuk memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. kecelakaan disebabkan oleh perbuatan yang tidak selamat (unsafe act), dan hanya

BAB I PENDAHULUAN. Cidera kecelakaan lalu lintas (Road Traffic Injury) merupakan hal yang sangat

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. menuntut produktivitas kerja yang tinggi. Produktivitas dan efisiensi kerja yang baik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. la besar tentu terdapat resiko kecelakaan kerja yang cukup

BAB I PENDAHULUAN. saat ini. Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan salah satu upaya

BAB II LANDASAN TEORI. dengan referensi pada sejumlah standar seperti biaya-biaya masa lalu atau yang

BAB 1 : PENDAHULUAN. nasional, selain dapat meningkatkan perekonomian nasional juga dapat

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK). Hal tersebut yang

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kesehatan dan keselamatan kerja merupakan permasalahan yang dipandang sangat diperhatikan berbagai organisasi

BAB I PENDAHULUAN. melindungi pekerja dari mesin, dan peralatan kerja yang akan menyebabkan traumatic injury.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. benda. Ada tiga jenis tingkat kecelakaan berdasarkan efek yang ditimbulkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. usia 18 hingga 25 tahun (Santrock, 2010). Pada tahap perkembangan ini, individu

BAB I PENDAHULUAN. meningkatnya mutu pelayanan dengan berbagai kosekuensinya. Hal ini juga yang harus dihadapi

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah membuat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sebagai makhluk kerja, manusia mempunyai kecenderungan untuk

BAB 1 : PENDAHULUAN. perhatian dan kerja keras dari pemerintah maupun masyarakat.

PERSEPSI PEKERJA TERHADAP SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN PADA PROYEK KONSTRUKSI DI SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KEPUASAN KERJA. Tugas Mata Kuliah Perilaku Organisasi. DISUSUN OLEH : 1. Ulfa Qorrirotun Nafis ( ) 2. Dede Hidayat ( )

BAB 1 : PENDAHULUAN. faktor yaitu, unsafe action dan unsafe condition. OHSAS menyebutkan risiko

BAB I PENDAHULUAN. menciptakan tempat kerja yang aman, sehat dan bebas dari pencemaran

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan perlu melaksanakan program keselamatan dan kesehatan kerja

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Teknologi suatu produk cepat menjadi ketinggalan zaman, pasar global tidak

BAB I PENDAHULUAN. produk yang akan dihasilkan untuk memenuhi persaingan pasar. Dalam masalah

PENILAIAN SAFETY CLIMATE PEKERJA TERHADAP STATUS KARYAWAN DAN TINGKAT PENDIDIKAN. (Studi Kasus pada Pekerja Workshop Di PT PAL Indonesia)

Peranan Keselamatan Kerja di Tempat Kerja Sebagai Wujud Keberhasilan Perusahaan

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Konstitusi Indonesia pada dasarnya memberikan perlindungan total bagi rakyat

Lampiran 1. Instrumen Penelitian. Uji Validitas dan Reliabilitas Variabel Pengetahuan Kecelakaan Kerja

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah membuat dunia industri

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya sebuah kecelakaan (Hakkert, 2005). Salah satu contohnya adalah

BAB I PENDAHULUAN. dapat meningkatkan taraf hidup serta mengurangi pengangguran. Kehadiran

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. kondisi organisasi, namun sebuah sistem pengendalian tertentu hanya efektif

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. keselamatan dan kesehatan yang datang dari pekerjaan mereka tersebut. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mata, dan infeksi kulit. Umumnya penyakit tersebut terjadi pada anak-anak dan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. efisien dalam menunjang tercapainya tujuan organisasi (Rusmayanti, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. eksis. Masalah utama yang selalu berkaitan dan melekat dengan dunia kerja adalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. maupun internasional, dilakukan oleh setiap perusahaan secara kompetitif. Dari segi dunia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Lalu lintas dan angkutan jalan mempunyai peranan yang sangat

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Dunia industri erat kaitannya dengan proses produksi yang memerlukan penggunaan teknologi yang sangat maju. Adanya teknologi bisa memudahkan proses produksi serta menimbulkan bahaya jika tidak diimbangi dengan lingkungan kerja, proses kerja dan sistem kerja yang tidak aman. Apalagi tidak jarang pengusaha maupun pekerja mengabaikan timbulnya bahaya demi mencapai target produksi. Untuk menciptakan lingkungan kerja, proses kerja dan sistem kerja yang aman maka diterapkan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) pada suatu perusahaan. Penerapan konsep keselamatan dan kesehatan kerja muncul sejak manusia mengenal suatu pekerjaan. Menurut Ridley yang dikutip oleh Boby Shiantosia (000) Kesehatan dan Keselamatan Kerja merupakan suatu kondisi dalam pekerjaan yang sehat dan aman baik itu bagi pekerjaannya, perusahaan maupun bagi masyarakat dan lingkungan sekitar pabrik atau tempat kerja tersebut (Ismail, 010). Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan salah satu aspek dari kesejahteraan pekerja dalam menjaga sumber daya manusia yang dimiliki (Barthos, 1995). K3 adalah upaya pencegahan kecelakaan dan melindungi pekerja dari mesin, dan peralatan kerja yang akan menyebabkan traumatic injury (Colling, dalam Halimah, 010). 1

Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan hal yang sangat penting dalam sebuah perusahaan dan harus diperhatikan oleh semua pihak yang ada di perusahaan. Hal tersebut diatur dalam UU Ketenagakerjaan No. 13 Tahun 003 pada pasal 86 dan 87 mengenai Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3). Inti dari kedua pasal tersebut adalah jaminan perlindungan Keselamatan dan Kesehatan Kerja pekerja atau buruh melalui penerapan sistem manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada suatu perusahaan. Sistem tersebut diterapkan dengan cara mencegah kecelakaan dan penyakit akibat kerja, pengendalian bahaya dan penyediaan fasilitas kesehatan. Agar tercipta lingkungan kerja yang aman, efisien dan produktif. Dengan adanya Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3), perusahaan dapat mencegah dan mengurangi kecelakaan kerja. Namun realita di lapangan menunjukkan bahwa meskipun perusahaan sudah menerapkan sistem Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3), masih dijumpai terjadinya kecelakaan kerja di perusahaan. Salah satunya adalah kecelakaan kerja yang terjadi di PT LITI, yang akan dijadikan tempat penelitian penulis. Perusahaan ini termasuk perusahaan manufacturing, yang bergerak di bidang tekstil dan menggunakan mesin atau alat-alat canggih untuk operasional produksi. Berdasarkan data pada Safety Book PT LITI tahun 015, telah terjadi beberapa kecelakaan kerja, sebagai berikut :

3 Tabel 1.1 Data Kecelakaan Kerja PT. LITI Data Kecelakaan Tahun 015-016 Jenis Kecelakaan No Bulan KI KP 1 Oktober 1 November 6 7 3 Desember 4 6 4 Januari 5 Februari 3 6 Maret 3 7 April - 8 Mei 3 4 9 Juni 3 8 10 Juli 1 Keterengan : KI (Kecelakaan Industri) dan KP (Kecelakaan perjalanan) Sumber : Safety Book PT. LITI. Yakni kecelakaan saat sedang bekerja di area produksi dan kecelakaan saat berangkat dan pulang bekerja. Kecelakaan tersebut banyak disebabkan oleh perilaku tidak aman (unsafe behavior) pekerja produksi di antaranya, penyalahgunaan mesin, ketidakpatuhan penggunaan alat pelindung diri (APD) dan ketidakhati-hatian dalam berkendara. Braurer (1990, dalam Winarsunu, 008) menyebutkan bahwa kecelakaan kerja sendiri merupakan satu atau lebih peristiwa yang tidak diinginkan dan direncanakan yang disebabkan oleh perilaku berbahaya, kondisi berbahaya, atau keduanya yang dapat menyebabkan dampak langsung atau tidak langsung yang kurang menyenangkan.

4 Kecelakaan dalam kerja bisa dibagi menjadi dua kategori, yaitu kecelakaan industri dan kecelakaan dalam perjalanan. Kecelakaan industri yaitu kecelakaan yang terjadi di tempat kerja karena adanya sumber bahaya atau bahaya kerja. Sedangkan kecelakaan dalam perjalanan yaitu kecelakaan yang terjadi di luar tempat kerja dengan adanya hubungan kerja (Santoso, 005). Terjadinya kecelakaan kerja adalah sesuatu yang tidak bisa diprediksi, akan tetapi masih bisa dicegah. Untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja perlu dilakukan beberapa tindakan preventif dengan memahami terlebih dahulu faktor-faktor yang menyebabkan kecelakaan kerja. Geller (001) menyebutkan bahwa terdapat tiga faktor yang berkontribusi pada kecelakaan kerja, yaitu environtment factor (lingkungan), person factor (manusia), dan behaviour factors (perilaku). Cooper (001) menyatakan 80-95 persen dari seluruh kecelakaan kerja yang terjadi disebabkan oleh unsafe behavior. Pendapat tersebut didukung oleh hasil riset NCS (National Safety Council) yang menunjukkan bahwa penyebab kecelakaan kerja 88% adalah unsafe behavior, 10% karena unsafe condition dan % tidak diketahui penyebabnya. Menurut Miner (1994, dalam Lisnaditha, 01) unsafe behavior adalah tipe perilaku yang mengarah pada kecelakaan seperti bekerja tanpa menghiraukan keselamatan, melakukan pekerjaan tanpa ijin,

5 menyingkirkan peralatan keselamatan, operasi pekerjaan pada kecepatan yang berbahaya, menggunakan peralatan tidak standar, bertindak kasar, kurang pengetahuan, cacat tubuh atau keadaan emosi yang terganggu. Sehingga, dapat dikatakan bahwa perilaku manusia merupakan penyebab utama terjadinya kecelakaan kerja. Setiap kecelakaan kerja selalu menimbulkan kerugian-kerugian yang banyak yaitu, kerugian yang bersifat ekonomi dan non ekonomi. Kerugian yang bersifat ekonomi baik langsung maupun tidak langsung, di antaranya adalah kerusakan mesin, peralatan, bahan dan bangunan, biaya pengobatan dan perawatan korban, hilangnya waktu kerja, menurunnya jumlah maupun mutu produksi dan sebagainya. Kerugian yang bersifat non ekonomi berupa penderitaan si korban baik itu merupakan luka, cidera berat maupun ringan atau penderitaan keluarga bila korban meninggal dunia atau cacat (Wigjosubroto, 003). Seperti yang telah diketahui bahwa penyebab utama terjadinya kecelakaan kerja adalah perilaku tidak aman (unsafe behavior), sejalan dengan penyebab terjadinya kecelakaan kerja di PT LITI yang telah dijelaskan sebelumnya. Untuk itu perlu ditingkatkan perilaku keselamatan para pekerja. Neal & Griffin mendefinisikan perilaku keselamatan sebagai perilaku yang berorientasi pada keselamatan yang diterapkan dalam pekerjaan sehari-hari yang ditandai dengan kepatuhan dan adanya partisipasi terhadap keselamatan (Ingtyas & Hadi, 015). Kepatuhan tersebut meliputi kepatuhan terhadap peraturan dan penggunaan alat

6 pelindung diri (APD), sedangkan partisipasi terhadap keselamatan ditunjukkan dengan menjadi sukarelawan dalam hal keselamatan di tempat kerja. Dalam meningkatkan perilaku keselamatan pada diri karyawan, perlu diketahui terlebih dahulu faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi perilaku keselamatan. Perilaku seseorang dipengaruhi oleh dua faktor yakni faktor eksternal (lingkungan) dan faktor internal (kepribadian). Sama halnya dengan perilaku keselamatan pekerja juga dipengaruhi oleh dua faktor tersebut. Perilaku keselamatan merupakan perilaku yang dilakukan untuk menghindarkan diri dari suatu bencana. Menurut Neal dan Griffin (Anggraini, 008) ada dua faktor yang mempengaruhi perilaku keselamatan (safety behavior) yaitu faktor-faktor yang berasal dari dalam diri individu dan lingkungan kerja. Faktor yang berasal dari dalam individu, seperti komitmen, perbedaan individu misalnya ketelitian, kepribadian misalnya karakter yang dimiliki bersifat permanen atau orang tersebut mempunyai kecenderungan celaka. Sedangkan faktor lingkungan kerja, seperti iklim keselamatan dan faktor organisasional misalnya supervisi dan desain pekerjaan. Kedua faktor tersebut, telah dimiliki oleh PT LITI sebagai perusahaan yang menerapkan sistem Keselamatan & Kesehatan Kerja (K3) tentunya faktor lingkungan kerja untuk membentuk perilaku keselamatan pada diri karyawan sudah terpenuhi. Sedangkan faktor dari

7 dalam diri individu (kepribadian) masih belum diketahui bagaimana karakter yang dimiliki oleh masing-masing karyawan. Salah satu karakteristik kepribadian adalah locus of control. Menurut Rotter (1996) Locus of control adalah keyakinan yang dimiliki oleh individu terhadap segala sesuatu yang terjadi pada dirinya, apakah disebabkan oleh faktor diri individu tersebut (internal) ataukah karena faktor lain yang ada di luar diri individu (eksternal). Locus of control dibedakan menjadi dua yaitu internal locus of control dan external locus of control. Dalam penelitian ini hanya menggunakan Internal locus of control yaitu cara di mana seseorang yakin kontrol terhadap peristiwa berasal dari kemampuannya. Pervin menyatakan bahwa orang-orang internal lebih aktif mencari informasi dan menggunakan untuk mengontrol lingkungan. Juga lebih suka menentang pengaruh-pengaruh dari luar (Jaya G. & Rahmat, 005). Menunjukkan bahwa manusia tidak memiliki pelindung terhadap keburukan yang dikehendaki Allah, dengan kata lain manusia tidak dapat menghindar dari keburukan yang terjadi dalam hidupnya sebagai takdir dari Allah. Namun, manusia berhak untuk menjaga Kesehatan & Keselamatan dirinya dari ancaman yang terjadi dalam pekerjaannya. Manusia harus tetap berusaha untuk menyelamatkan diri dari berbagai bahaya yang mengintai di lingkungan sekitarnya.

8 Adanya kecelakaan kerja yang terjadi di PT LITI, meskipun sudah diterapkan sistem Keselamatan & Kesehatan Kerja tidak hanya disebabkan oleh faktor yang ada dalam diri individu, tetapi juga disebabkan oleh lingkungan. Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya mengenai faktorfaktor yang mempengaruhi perilaku keselamatan. Oleh karena itu, perlu juga meneliti bagaimana penerapan sistem Keselamatan & Kesehatan Kerja (K3) di mata karyawan melalui iklim keselamatan. Snyder, dkk (008) menjelaskan bahwa iklim keselamatan adalah persepsi pekerja terhadap praktek keselamatan, peraturan dan prosedur sehingga mereka bertindak aman dalam lingkungan kerja. Iklim keselamatan yang positif menandakan bahwa organisasi menghargai pekerjannya dan serta menyokong kesehatan dan kesejahteraan pekerja. Selain itu, Griffin & Neal (003) menyebutkan bahwa persepsi iklim keselamatan dapat mempengaruhi sikap karyawan terhadap keselamatan, cara karyawan melaksanakan pekerjaan dan cara karyawan berinteraksi sesama karyawan yang mempunyai dampak langsung pada hasil keselamatan seperti kecelakaan kerja pada perusahaan. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk meneliti permasalahan dengan judul Pengaruh internal locus of control dan iklim keselamatan terhadap perilaku keselamatan pada karyawan produksi PT LITI

9 B. RUMUSAN MASALAH Berdasarkan uraian latar belakang, maka rumusan masalahnya adalah : 1. Apakah terdapat pengaruh antara locus of control internal dengan perilaku keselamatan?. Apakah terdapat pengaruh antara iklim keselamatan dengan perilaku keselamatan? 3. Apakah terdapat pengaruh antara locus of control internal dan iklim keselamatan terhadap perilaku keselamatan? C. TUJUAN PENELITIAN Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian yang ingin didapat adalah : 1. Mengetahui pengaruh internal locus of control terhadap perilaku keselamatan pada karyawan produksi.. Mengetahui pengaruh iklim keselamatan terhadap perilaku keselamatan pada karyawan produksi. 3. Mengetahui pengaruh internal locus of control dan iklim keselamatan terhadap perilaku keselamatan karyawan produksi.

10 D. MANFAAT PENELITIAN 1. Manfaat Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan informasi mengenai locus of control internal, iklim keselamatan, dan perilaku keselamatan dalam pengembangan ilmu psikologi, khususnya psikologi industri dan organisasi. Selain itu juga diharapkan dapat bermanfaat sebagai masukan bagi peneliti-peneliti lain yang akan meneliti tentang perilaku keselamatan.. Manfaat Praktis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan terhadap perusahaan khususnya PT LITI untuk menemukan teknik yang tepat dalam menganalisis serta meningkatkan perilaku keselamatan terkait faktor-faktor internal maupun eksternal yang mempengaruhi perilaku keselamatan. E. KEASLIAN PENELITIAN Penelitian mengenai perilaku keselamatan cukup banyak dilakukan para peneliti yang ditunjukkan melalui jurnal terpublikasi. Untuk mendukung penelitian ini, peneliti menemukan beberapa kajian riset terdahulu mengenai variabel locus of control internal, iklim keselamatan dan perilaku keselamatan untuk dijadikan sebagai pedoman dalam penelitian ini.

11 Penelitian yang dilakukan oleh Neal & Griffin (006) menunjukkan bahwa perilaku keselamatan dalam kerja tim berhubungan dengan penurunan kecelakaan pada analisis level grup. Yang membedakan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan penulis adalah dalam penelitian ini safety behavior (perilaku keselamatan) sebagai variabel X, sedangkan penelitian yang dilakukan penulis perilaku keselamatan menjadi variabel Y. Penelitian oleh Prihatiningsih & Sugiyanto (010) berdasarkan uji regresi ganda pengalaman personal dan iklim keselamatan dengan kepatuhan pada pekerja konstruksi menunjukkan nilai R sebesar 0,53 dengan F=7,45 (p<0,05). Pengaruh pengalaman personal terhadap kepatuhan sebesar 17,5%, sedangkan pengaruh iklim keselamatan sebesar 7,8%. Sisanya sebesar 74,7% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak diteliti yaitu keterlibatan pelaksanaan tugas, motivasi keselamatan dan tipe kepribadian. Perbedaan yang ada pada penelitian ini dengan penelitian penulis yakni pemilihan variabel bebas kedua, penulis memilih internal locus of control, sedangkan pada penelitian ini menggunakan pengalaman personal. Selanjutnya, pada variabel Y yaitu penulis memilih Perilaku Keselamatan, sedangkan pada penelitian ini menggunakan kepatuhan pada peraturan keselamatan yang merupakan salah satu dimensi dari perilaku keselamatan. Penelitian yang dilakukan Boshoff & Zyl (011) yang memperoleh data melalui Schepers Locus of control Questionnaire dan Work Beliefs

1 Questionnaire yang diberikan kepada 100 karyawan bagian keuangan di Bloemfontein. Uji statistik menunjukkan hubungan yang signifikan (p 0,05) antara locus of control internal dan perilaku etis, locus of control eksternal, sama halnya dengan otonomi dan perilaku etis. Perbedaan dengan penelitian penulis adalah variabel Y yang digunakan. Pada penelitian ini menggunakan perilaku etis, sedangkan penelitian penulis menggunakan perilaku keselamatan. Mullen, dkk (011) yang menguji perbedaan pengaruh gaya kepemimpinan terhadap perilaku keselamatan pada dua sampel, yaitu karyawan muda dan karyawan dewasa. Menunjukkan bahwa kepemimpinan transformasional berpengaruh besar terhadap kepatuhan keselamatan dan partisipasi keselamatan karyawan. Gaya kepemimpinan (variabel X) pada penelitian ini menjadi perbedaan dengan variabel X pada penelitian penulis. Penelitian yang dilakukan oleh Mali (013) yang menggunakan analisis banyak artikel penelitian, jurnal, survey dan studi kasus agar memperoleh gambaran kemungkinan hubungan antara tipe dari locus of control dan kinerja atau kecakapan karyawan. Hasil menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif antara locus of control internal dan kinerja karyawan. Dan secara spesifik, hasil menunjukkan bahwa kinerja dan kepuasan kerja dipengaruhi oleh adanya interaksi antara derajat keterlibatan dan tipe locus of control yang dimiliki karyawan. Perbedaan dengan penelitian penulis adalah, penelitian ini untuk mengetahui apakah

13 locus of control mempengaruhi kinerja karyawan sebagai variabel Y. Sedangkan penelitian yang akan dilakukan penulis adalah untuk mengetahui apakah internal locus of control mempengaruhi perilaku keselamatan karyawan. Penelitian oleh Wardani (013) menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan pada variabel sikap pengetahuan keselamatan terhadap perilaku keselamatan, tidak terdapat pengaruh yang signifikan pada variabel iklim keselamatan kerja terhadap perilaku keselamatan, dan perilaku keselamatan dipengaruhi oleh sikap pengetahuan keselamatan dan iklim keselamatan kerja.. Penelitian ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan penulis. Perbedaannya terletak pada variabel bebas pertama (X1) yang digunakan, penulis menggunakan internal locus of control sedangkan penelitian ini menggunakan sikap pengetahuan keselamatan kerja. Penelitian yang dilakukan Putri & Samian (014) yang dilakukan pada Tenaga Kerja di Joint Operating Body PERTAMINA- PETROCHINA EAST JAVA (JOB P-PEJ) Tuban Jawa Timur. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif antara safety climate dan personal value dengan safety performance pada tenaga kerja yang berada di perusahaan Joint Operating Body PERTAMINAPetrochina East Java (JOB P-PEJ) Tuban Jawa Timur. Perbedaan yang terdapat pada penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan penulis

14 adalah variabel bebas kedua (X). Penelitian ini menggunakan Personal value, sedangkan penulis menggunakan internal locus of control. Penelitian oleh Sari (014) menunjukkan bahwa secara bersamasama iklim keselamatan kerja dan kepatuhan terhadap peraturan keselamatan berpengaruh positif pada kecenderungan mengalami kecelakaan kerja, dengan nilai korelasi r = 0,545 dan p<0,01. Dari tabel summary diperoleh r = 0,97, yang berarti variabel iklim keselamatan kerja kerja dan kepatuhan terhadap peraturan keselamatan dapat menerangkan variabilitas sebesar 9,7% dari kecenderungan mengalami kecelakaan kerja sedangkan 70,3% sisanya diterangkan oleh variabel lain. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian penulis selain variabel Y yang tidak sama juga terdapat variabel yang berfungsi sebagai mediator antara variabel X dan Y. Sedangkan, penelitian penulis menggunakan dua variabel X. Penelitian oleh Ingtyas & Hadi (015) yang menunjukkan bahwa terdapat hubungan negatif antara tuntutan kerja dengan kepatuhan keselamatan serta partisipasi keselamatan. Selain itu juga terdapat hubungan positif antara sumber daya kerja dengan kepatuhan keselamatan dan partisipasi keselamatan. Menunjukkan bahwa terdapat hubungan model tuntutan kerja-sumber daya kerja dengan perilaku keselamatan kerja. Perbedaan dengan penelitian yang dilakukan yakni variabel bebas yang dipilih, peneliti memilih variabel bebas Internal Locus of Control

15 dan Iklim Keselamatan, sedangkan pada penelitian ini variabel bebasya Model Tuntutan Kerja-Sumber Daya Kerja. Mustafa & Harun (015) dalam penelitiannya berdasarkan uji korelasi Pearson diketahui bahwa hampir semua dimensi iklim keselamatan (lima dimensi) berhubungan positif dengan prestasi keselamatan. Dan uji regresi berganda menunjukkan bahwa komitmen keselamatan pekerja dan persepsi risiko mempunyai hubungan yang signifikan dengan prestasi keselamatan. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian penulis terletak pada variabel bebas yang digunakan. Pada penelitian ini menggunakan lima variabel bebas yang merupakan dimensi dari Iklim keselamatan di antaranya, sikap keselamatan, penglibatan kerja, komitmen keselamatan pekerja, keselamatan rekan sekerja, dan persepsi resiko. Sedangkan pada penelitian penulis, variabel bebas yang digunakan berjumlah dua, yaitu internal locus of control dan iklim keselamatan. Pada variabel iklim keselamatan tidak diuji hubungan pada masing-masing dimensi, sebab dimensi iklim keselamatan pada penelitian penulis digunakan untuk menyusun indikator sebagai langkah pembuatan aitem skala.