(Tempo.co, 4 Juni 2012) mengatakan perusahaan perusahaan milik negara (BUMN) menjadi berantakan setelah dicampuri orang orang dari partai politik.

dokumen-dokumen yang mirip
II. KERANGKA TEORITIS DAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. dipungkiri bahwa salah satu keberhasilan sebuah perusahaan tidak terlepas dari adanya

BAB I PENDAHULUAN. berpendapatan menengah ke bawah (The World Bank, 2015). Pemerintahan Indonesia

Tabel 1. Hasil Pemilihan Sampel. Kriteria Sampel ROE TOBINS Q. Perusahaan lembaga keuangan Data Extreme 19 15

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan sebuah perusahaan tidak terlepas dari pengaruh lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. Selama bertahun-tahun, para ekonomi telah mengakui bahwa perusahaanperusahaan

BAB V KESIMPULAN. Bab ini merupakan kesimpulan dari penulisan skripsi yang berjudul MILITER

BAB I PENDAHULUAN. Tata kelola perusahaan yang baik (Good Corporate Governance, GCG) telah

BAB 1 PENDAHULUAN. prinsipal. Namun, ditemui ada konflik kepentingan antara agen dan prinsipal

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Political Connection Bukti nyata bahwa Potical Connection mempunyai power dalam dunia

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang Undang Republik Indonesia Nomor 8 tahun 1995 mengenai

BAB V PENUTUP. Bab V terdiri dari kesimpulan, keterbatasan dan saran untuk penelitian. pihak yang berkepentingan terhadap hasil penelitian.

BAB I PENDAHULUAN. perekonomiannya. Modal dapat berasal dari dalam negeri maupun luar negeri.

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal Indonesia merupakan salah satu wadah berinvestasi yang baru

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia

BAB I PEDAHULUAN. adalah perkembangan politik. Sebagai contoh, dengan terpilihnya Donald

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Privatisasi merupakan fenomena negara-negara di dunia, privatisasi juga

BAB 1 PENDAHULUAN. disalurkan kembali kemasyarakat untuk menjalankan proses perekonomian.

BAB I PENDAHULUAN. BI Rate yang diumumkan kepada publik mencerminkan stance kebijakan moneter

BAB I PENDAHULUAN. Djemat, dan Soembodo (2003) juga menemukan bahwa rata-rata sebanyak

OVERVIEW 1/20

BAB I PENDAHULUAN. obligasi. Investasi dalam bentuk saham sebenarnya memiliki risiko yang tinggi

ANALISIS PENGARUH FAKTOR FUNDAMENTAL TERHADAP HARGA SAHAM PADA PERUSAHAAN KEUANGAN GO PUBLIK DI BURSA EFEK INDONESIA ( BEI )

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan penting dalam pendirian perusahaan adalah untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. dimana kebutuhan ekonomi antar negara juga semakin saling terkait, telah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

- 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG BADAN USAHA MILIK DAERAH

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB V PENUTUP. 1. Exchange rate, GCG (kepemilikan institusional, komite audit, ukuran dewan

BAB I PENDAHULUAN. perumahan (suprime mortgage) di Amerika Serikat yang membawa implikasi

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, KETERBATASAN DAN SARAN

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI NOMOR... TAHUN... TENTANG BADAN USAHA MILIK DAERAH

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. mencapai tujuan yang telah dibuat. Perusahaan yang dapat mencapai hampir

BERKEMBANG WACANA HAPUS IZIN DPR BAGI BUMN UNTUK GO PUBLIC

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sebuah organisasi yang didirikan oleh seseorang atau sekelompok orang

ANALISIS PENGARUH INFLASI, NILAI TUKAR, DAN TINGKAT SUKU BUNGA TERHADAP HARGA SAHAM PERBANKAN

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam keuangan perusahaan. Struktur modal sangat dipengaruhi oleh

BAB I PENDAHULUAN. di masa mendatang (Tandelilin, 2001). Tujuan investor menginvestasikan

BAB I PENDAHULUAN. BI Rate yang diumumkan kepada publik mencerminkan stance kebijakan moneter

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Laporan keuangan merupakan bentuk pertanggungjawaban manajemen,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pertumbuhan ekonomi nasional suatu negara sangat memengaruhi tingkat

1.1 Latar Belakang Masalah

PENGARUH NILAI TUKAR RUPIAH DAN INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN TERHADAP INDEKS HARGA SAHAM SEKTOR KEUANGAN

BAB I PENDAHULUAN. memiliki peranan yang penting dalam menumbuhkembangkan perekonomian nasional.

BAB I PENDAHULUAN. Laporan keuangan dasar untuk menyusun perencanaan kegiatan perusahaan,

BAB I PENDAHULUAN. sangatlah penting bagi perusahaan publik. Hal ini dilakukan sebagai wujud

BAB I PENDAHULUAN. Keputusan pendanaan merupakan sebuah keputusan yang penting untuk. kelangsungan perusahaan. Perusahaan memerlukan pendanaan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Adanya krisis keuangan di Indonesia pada akhir tahun 2008 salah satunya

BAB I PENDAHULUAN. corporate governance ini diharapkan ada regulasi serta aturan mengenai

I. PENDAHULUAN. bukti kepemilikan atas suatu perusahaan. Suatu perusahaan dapat menjual hak

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki abad 21 persaingan dunia usaha semakin ketat. Perusahaanperusahaan

kepada 10 direksi remunerasi sebesar Rp 67,6 miliar dan 6 komisaris sebesar Rp 17,5 miliar. Porsi bonus ini di bawah 1 persen dari laba 2012.

BAB 1 PENDAHULUAN. tanggal 19 Oktober Pada saat itu pengaruh financial perusahaan yang

Pendahuluan. Universitas Esa Unggul

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan tiga jenis variabel yaitu variabel dependen, variabel independen,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Kondisi perekonomian negara Indonesia saat ini telah mengalami

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan dari sebuah perusahaan adalah peningkatan nilai perusahaan dengan

BAB I PENDAHULUAN. era globalisasi ini, dibutuhkan manajemen perusahaan yang kompetitif untuk

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masalah keuangan merupakan salah satu masalah yang sangat vital bagi

BAB I PENDAHULUAN. kelola perusahaan yang baik (good corporate governance) dalam perusahaan

BAB V PENUTUP. Berdasarkan hasil analisis data, pengujian hipotesis dan pembahasan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

BAB 1 PENDAHULUAN. situasi perekonomian yang semakin terbuka. Sejalan dengan itu, maka perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. dalam maupun luar negeri (Teguh Haryono, 2012). Bank harus memberi prioritas

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan dapat memperoleh dana dengan menerbitkan saham dan dijual dipasar

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah keuangan perusahaan dapat terjadi dengan berbagai penyebab,

BAB I PENDAHULUAN. bagi perusahaan. Termasuk didalamnya adalah perusahaan-perusahaan pada sektor

BAB I PENDAHULUAN. perbankan tidak sedikit pula bank yang tutup akibat kondisi krisis ekonomi. memberikan jasanya dalam bidang perbankan.

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi melalui pembangunan infrastruktur, aset-aset publik, dan fasilitas umum

RANCANGAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR.../POJK.../20...

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu fungsi utama pasar modal adalah sebagai sarana untuk

BAB I PENDAHULUAN. terjadi pada pertengahan tahun 1997, yang melanda sebagian besar wilayah dunia

BAB I PENDAHULUAN. Akhir-akhir ini laporan keuangan telah menjadi isu sentral, sebagai sumber

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi persepsi investor terhadap perusahaan. Adanya. menarik lebih banyak investor asing maupun investor dalam negeri.

BAB V PENUTUP. tinggi kepemilikan saham manajerial maka financial distress semakin rendah. Jensen

BAB I PENDAHULUAN. penanaman dana lainya (Ghozali, 2007). defisit dan sektor surplus maupun sebagai agent of development yang dalam

BAB I PENDAHULUAN. Semakin banyaknya bermunculan perusahaan go publik membuat. Pada era globalisasi ini, peranan pasar modal (capital market) sangat

BAB I PENDAHULUAN. Banyak cara yang dapat dilakukan investor dalam melakukan investasi,

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Investasi adalah penanaman modal untuk satu atau lebih aktiva yang dimiliki

BAB I PENDAHULUAN. berintegritas. Statement of Financial Accounting Concept (SFAC) No. 2,

BAB I PENDAHULUAN. Laporan keuangan merupakan alat bagi pihak manajemen untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pengawasan keuangan negara secara konstitusional dilakukan oleh suatu badan

BAB I PENDAHULUAN. kegagalan penerapan Good Corporate Governance (Daniri, 2005). Menurut

BAB 1 PENDAHULUAN. pandangan yang menyeluruh, sangat penting dilakukan. Sejak tahun ,

BAB 1 PENDAHULUAN. kesimpulan bahwa sistem corporate governance yang buruk dalam. menimpa negara-negara ASEAN. Praktik-praktik corporate governance

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan dana dari masyarakat pemodal (investor). Di era globalisasi

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pemenuhan secara etika tidak hanya profit yang menjadi tujuan

BAB I PENDAHULUAN. bursa saham (stock market) adalah mekanisme surat surat berharga yang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara berkembang yang sedang membangun, membutuhkan dana yang cukup besar untuk membiayai pembangunan.

BAB I PENDAHULUAN. sementara investor pasar modal merupakan lahan untuk menginvestasikan

BAB I PENDAHULUAN. era 1997 silam. Hal ini dibuktikan dengan semakin meningkatnya perdagangan di bursa

BAB I PENDAHULUAN. Penjualan menjadi topik yang penting dalam dunia bisnis, terutama di

BAB I PENDAHULUAN. melakukan penawaran umum kepada publik atau go public diwajibkan untuk

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2001 TENTANG TIM KONSULTASI PRIVATISASI BADAN USAHA MILIK NEGARA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. yang memulai usahanya. Salah satunya perusahaan yang. bergerak di bidang manufaktur yang kian semakin pesat dikarenakan

, 2015 PENGARUH GOOD CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP KINERJA KEUANGAN PADA PERUSAHAAN YANG MENGIKUTI SURVEI IICG PERIODE

BAB I PENDAHULUAN. negara tersebut, atau pada saat yang sama, investasi portofolio di bursa

I. PENDAHULUAN. Perkembangan perekonomian suatu negara dapat diukur dengan berbagai cara,

Penulis menguraikan banyak pengalaman yang menunjukkan seorang Komisaris di suatu perusahaan juga menjabat Komisaris di perusahaanperusahaan

BAB I PENDAHULUAN. yang efektif untuk mempercepat pembangunan suatu negara. Dalam era

Transkripsi:

I. PENDAHULUAN Ketidakpercayaan publik terhadap pemerintah dan ketidakstabilan politik pada akhir pemerintahan Soeharto menyebabkan perekonomian Indonesia menjadi tidak pasti, inflasi yang tinggi (77.63 %, www.bps.go.id), penurunan nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika, yang berimbas pada hampir seluruh sektor bisnis di Indonesia. Hal ini mencerminkan kestabilan situasi politik memiliki peran terhadap kepastian sektor bisnis. Disadari atau tidak, gejolak kehidupan politik secara langsung maupun tidak langsung memiliki pengaruh terhadap kondisi ekonomi di sebuah negara. Hal ini dikarenakan kondisi ekonomi suatu negara akan dipengaruhi oleh kebijakan-kebijakan yang ditentukan baik oleh lembaga legislatif (parlemen) maupun lembaga eksekutif (pemerintah). Pada masa pemerintahan Soeharto, Fisman (2001) menemukan bukti bahwa bagi perusahaan, koneksi politik sangat berharga dimana hubungan politik yang bukan merupakan aktivitas fundamental, merupakan faktor penentu profitabilitas perusahaan. Faccio (2006) menyebutkan dorongan bagi perusahaan untuk memiliki hubungan politik, dikarenakan dalam beberapa hal, perusahaan mengharapkan perlakuan istimewa oleh perusahaan milik negara, perpajakan yang lebih ringan, perlakuan istimewa dalam persaingan untuk proyek pemerintah, pengawasan yang tidak terlalu ketat, dan dalam hal lain. Dalam praktek di Indonesia, Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) melalui Busyro Muqodas 1

(Tempo.co, 4 Juni 2012) mengatakan perusahaan perusahaan milik negara (BUMN) menjadi berantakan setelah dicampuri orang orang dari partai politik. Perusahaan negara atau daerah kerap dijadikan sapi perah untuk kepentingan politik. Menurut hasil kajian KPK menunjukkan kinerja BUMN pada 2009-2012 selalu terkait dengan korupsi. Di samping itu, diperkirakan sebanyak 63 persen anggota DPR merangkap pengusaha (Tempo.co, 26 Maret 2012). Dari fenomena yang terjadi di Indonesia, dapat terlihat bahwa politik mempunyai peranan di dalam bisnis. Perhatian para akademisi terhadap topik political connections mulai meningkat beberapa tahun terakhir. Hal tersebut dibuktikan dengan banyaknya penelitian yang mengaitkan isu politik dengan kinerja. Beberapa penelitian yang mengaitkan dengan kinerja pasar antara lain : Fisman (2001) meneliti dampak dari rumor mengenai kesehatan mantan presiden Suharto pada perusahaan-perusahaan yang terhubung kepadanya, dan hasilnya menunjukkan bahwa nilai perusahaan yang memiliki hubungan politik didukung oleh political connections. Faccio (2006) menguji pengaruh political connection pada kinerja perusahaan dengan sampel 47 negara, dan menemukan bahwa political connection mengubah alokasi dana investasi dengan memberikan manfaat kepada perusahaan yang kurang kompetitif. Leuz dan Gee (2006) menemukan bahwa hubungan politik memiliki dampak pada kecenderungan pembiayaan global yang mempunyai implikasi penting untuk meneliti estimasi pengaruh kinerja sekuritas asing. Fan, Wong, dan Zhang (2007) 2

menunjukkan bahwa perusahaan dengan CEO yang memiliki political connections memiliki kinerja buruk, dibandingkan dengan mereka yang tidak. Goldman, Rocholl, dan So (2009) menunjukkan bahwa pengumuman pencalonan individu yang secara politis terhubung dengan dewan direksi perusahaan di Amerika Serikat akan mengakibatkan return saham positif. Penelitian yang mengaitkan political connections dengan kinerja keuangan antara lain : Sapienza (2004) di Italy, bank pemerintah berfungsi sebagai mekanisme untuk memberikan dukungan politik. Khwaja dan Mian (2005) menggunakan data dari pakistan untuk menunjukkan bahwa bank pemerintah memberikan pinjaman jauh lebih banyak kepada perusahaan yang memiliki hubungan politik. Ferguson dan Voth (2008) menemukan bukti bahwa perusahaan Jerman yang terkait dengan gerakan Nazi mendapatkan keuntungan yang lebih tinggi daripada perusahaan yang tidak terkait dengan Nazi. Hok dan Wong (2010) menggunakan data perusahaan-perusahaan Hongkong dan menemukan bukti bahwa political connections dapat meningkatkan kinerja perusahaan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh political connections terhadap kinerja perusahaan-perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Menurut Faccio (2006) suatu perusahaan dapat dikatakan memiliki political connections apabila setidaknya ada satu pemegang saham besar (memiliki (mengendalikan) 10% hak suara) atau board of directors yang menjadi anggota parlemen, menteri dan top official 3

atau (Boubakri et al, 2011) memiliki hubungan erat dengan politisi dan partai. Dalam penelitian ini, political connections didefinisikan apabila dalam perusahaan memiliki setidaknya satu board of directors yang menjadi anggota parlemen (Dewan Perwakilan Rakyat), menteri, dan atau merupakan anggota partai politik, dan atau merupakan mantan pejabat negara, serta merupakan mantan anggota militer (purnawirawan polisi dan TNI) yang merupakan pembeda dari penelitian-penelitian political connections sebelumnya. Penambahan variabel mantan anggota militer sebagai indikator political connections dengan alasan, adanya fenomena perusahaan-perusahaan memperkerjakan mereka sebagai bagian dari perusahaan. Keterkaitan militer dan bisnis terjadi sejak awal kemerdekaan Indonesia, yang dikenal dengan nama operasi kekaryaan TNI, dimana militer menduduki posisi penting di perusahaan-perusahaan swasta milik Belanda dikarenakan adanya usaha dari PKI untuk merebut posisi strategis tersebut. Hal tersebut berlanjut dan berkembang di era orde baru dimana, pengangkatan militer sebagai komisaris di beberapa perusahaan milik negara digunakan sebagai tanda terima kasih, tetapi bisa juga digunakan sebagai sarana tutup mulut. Penempatan unsur militer di dalam perusahaan seperti menjadi tradisi yang dilakukan oleh perusahaan hingga saat ini. Anehnya penempatan anggota militer seakan-akan hanya asal tunjuk dan tidak mempertimbangkan relevansi kebutuhan perusahaan dengan kompetensi yang dimiliki oleh anggota militer yang bersangkutan. 4

Keberadaan Militer pada era orde baru, tidak lepas dari peran mereka di dalam politik praktis dengan adanya dwifungsi ABRI. Militer mendominasi perpolitikan Indonesia pada masa orde baru dengan menempati posisi strategis pemerintahan pusat ataupun daerah. Dengan keberadaan militer dan peran mereka di dalam politik praktis, anggota militer memiliki akses terhadap kebijakan-kebijakan yang dibuat baik pemerintah pusat maupun daerah termasuk di dalamnya kebijakan terhadap sektor bisnis. Sejak dihapusnya dwifungsi ABRI, praktis pada era reformasi seperti sekarang ini, militer tidak lagi memiliki akses dalam lingkup politik. Tetapi fenomena pemberian jatah kursi di dalam perusahaan bagi anggota militer masih dapat ditemukan hingga saat ini. Apabila dicermati lebih dalam, pada era sebelum reformasi, TNI yang memiliki inisiatif untuk masuk dalam kehidupan bisnis, namun memasuki era reformasi bukan lagi TNI yang berinisiatif melainkan dari pihak sipil yang berinisiatif memasukkan TNI ke dalam bisnis, entah sebagai komisaris atau yang lain. Faccio (2007) menyebutkan salah satu alasan perusahaan memiliki koneksi politik, adalah sebagai cara untuk mendapatkan bantuan untuk memecahkan masalah yang mereka hadapi. Inisiatif penunjukkan TNI ke dalam perusahaan di duga mempunyai motif yang sama dengan yang diungkapkan oleh Faccio (2007), bahwa perusahaan melihat TNI mempunyai kapasitas yang dapat membantu mereka (perusahaan) untuk memecahkan masalah yang dihadapi. 5

Selain mantan anggota militer, dalam penelitian ini juga menggunakan mantan pejabat negara sebagai salah satu indikator political connections. Dalam beberapa perusahaan, penempatan mantan pejabat negara masih banyak ditemui. Para mantan pejabat, memiliki pengalaman terkait dengan birokrasi di sektor pemerintahan. Hal ini di duga akan memberikan dampak terhadap kinerja perusahaan. Bagi calon investor, kinerja perusahaan menjadi salah satu dasar dari keputusan yang mereka ambil, apakah berinvestasi atau tidak? Di samping itu, bagi investor yang sudah menanamkan modal kepada perusahaan, kinerja perusahaan menjadi suatu pertanggungjawaban manajemen kepada pemilik (investor). Idealnya, dengan melihat pentingnya perfoma perusahaan, manajemen akan bekerja dengan sekuat tenaga agar kinerja perusahaan baik. Faccio (2007), melihat koneksi politik dapat memberi nilai tambah bagi perusahaan, tetapi dari penelitian yang dilakukannya tidak semua perusahaan yang memiliki koneksi politik memiliki kinerja yang baik. Tetapi Hok dan Wong (2010) dalam penelitiannya menemukan bahwa koneksi politik dapat meningkatkan kinerja perusahaan. Dari uraian di atas peneliti bermaksud untuk meneliti : Apakah proporsi komisaris independen yang memiliki hubungan politik berpengaruh terhadap kinerja perusahaan? 6

Apakah proporsi kepemilikan manajerial yang memiliki hubungan politik berpengaruh terhadap kinerja perusahaan? Penelitian ini menjadi perlu untuk dilakukan karena isu politik merupakan isu yang jarang didengar dalam konteks penelitian corporate governance di Indonesia. Selain itu, keadaan politik Indonesia pada era reformasi yang merupakan data dari penelitian ini berbeda dengan keadaan politik pada era orde baru (era Soeharto) yang merupakan data beberapa penelitian sebelumnya (Fisman, 2001; Faccio, 2006; Faccio, 2007). Serta isu independensi direktur perusahaanperusahaan di Indonesia yang tertuang dalam undangundang perseroan terbatas dan baru dimulai sejak tahun 2004. 7